Acara 4-Fix
Acara 4-Fix
PENDAHULUAN
A. Judul
Penentuan Konsentrasi Mematikan dan Analisis Organ terhadap Toksisitas
Methanol
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menghitung LC50 (Lethal Concentration 50%) dari
pemberian methanol secara oral terhadap mencit (Mus musculus) pada
pengamatan 1 jam dan 24 jam.
2. Mahasiswa dapat melihat pengaruh LC50 (Lethal Concentration 50%) dari
konsentrasi pemberian methanol 100%, 80%, 60%, 40%, 20%, 10%, dan
5% terhadap mencit (Mus musculus) pada pengamatan 1 jam dan 24 jam.
3. Mengetahui efek toksisitas dari methanol terhadap organ mencit (Mus
Musculus).
II. METODE
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol, gavage
needle, gunting bedah, jarum pentul, kandang mencit, masker, papan
bedah mencit, penjapit (pinset), sarung tangan, spidol, dan syringe. Bahan
yang digunakan pada percobaan adalah mencit (Mus musculus) 10 ekor,
larutan methanol 0,5 ml dengan konsentrasi 100%, 80%, 60%, 40%, 20%,
10%, dan 5%, serbuk kayu, dan tissue.
B. Cara Kerja
1. Penentuan konsentrasi mematikan
Mencit disiapkan sebanyak 10 ekor, kemudian masing-masing
mencit dipegang dengan benar. Handling yang benar dilakukan dengan
memegang ekor mencit kemudian tubuh mencit dielus-dielus terlebih
dahulu. Bagian tengkuk (di belakang telinga) dicubit menggunakan
tangan kiri dan tubuh mencit dibalikkan dan diusahakan agar kepala
mencit tidak bisa bergerak-gerak lagi dan ekor mencit ditahan dengan
jari kelingking.
Pada saat mencit sudah dalam posisi yang tepat, larutan
methanol dengan konsentrasi 100%, 80%, 60%, 40%, 20%, 10%, dan
5% dimana masing-masing konsentrasi diambil sebanyak 0,5 ml dan
dimasukkan ke dalam mulut mencit menggunakan syringe dan gavage
needle. Pada saat larutan methanol dimasukkan ke dalam mulut mencit,
gavage needle dipastikan telah masuk hingga esofagus mencit,
kemudian larutan methanol dimasukkan secara perlahan (jangan sampai
mencit tersedak atau mati). Mencit yang telah dicekok dengan larutan
methanol kemudian ditandai (tagging) dengan spidol. Pengamatan
dilakukan selama 1 jam dan 24 jam, kemudian diamati dan dihitung
jumlah mencit yang mati. Data yang diperoleh dianalisis dengan
analisis probit SPSS.
Analisis probit dengan SPP dilakukan dengan input data,
kemudian dipilih analyze dan regression. Analisis probit pada bagian
III.
Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat
toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar. Senyawa kimia dikatakan bersifat
racun akut apabila senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka
waktu singkat (dalam hal ini 24 jam), sedangkan senyawa kimia dikatanya racun
kronis jika senyawa tersebut baru menimbulkan efek dalam jangka waktu yang
panjang karena kontak yang berulang-ulang walaupun dalam jumlah yang sedikit
(Harmita, 2009).
Uji toksisitas akut dapat menyediakan informasi tentang bahaya kesehatan
manusia yang berasal dari bahan kimia yang terpapar dalam tubuh pada waktu
pendek melalui jalur oral. Data uji akut juga dapat menjadi dasar klasifikasi dan
pelabelan suatu bahan kimia. Uji toksisitas akut berguna untuk mendapatkan
informasi tentang gejala keracunan, penyebab kematian, urutan proses kematian,
dan rentang dosis yang mematikan hewan uji (Lethal Dose 50% atau disingkat
LD50) suatu bahan. Nilai LC (Lethal Concentration) ditentukan untuk tujuan
penelitian nilai ambang batas yang layak di suatu lingkungan penelitian (Ibrahim
dkk., 2012).
Pengujian toksisitas suatu senyawa dibagi menjadi dua golongan, yaitu uji
toksisitas umum dan uji toksisitas khusus. Pengujian toksisitas umum meliputi
berbagai pengujian yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan efek umum
suatu senyawa pada hewan uji yang meliputi pengujian toksisitas akut, subkronik,
dan kronik. Pengujian toksisitas khusus meliputi uji potensiasi, karsinogenik,
mutagenik, teratogenik, reproduksi, kulit, mata, dan tingkah laku. Pengujian
toksisitas akut dapat menghasilkan nilai LD50 dan memberikan gambaran tentang
gejala-gejala ketoksikan terhadap fungsi penting, seperti gerak, tingkah laku, dan
pernapasan yang dapat menyebabkan kematian. Uji toksisitas subkronik dapat
memberikan efek yang berbaya yang timbul pada penggunaan obat secara
berulang dalam jangka waktu tertentu (Manggung, 2008).
Toksisitas akut didefinisikan sebagai efek yang ditimbulkan oleh senyawa
kimia atau obat terhadap organisme target. Efek toksik dari sediaan yang sama
dapat memberikan efek yang berbeda pada organ di dalam tubuh. Pengujian
toksisitas akut dilakukan dengan memberikan obat atau zat kimia yang sedang
diuji sebanyak satu kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 48 jam. Kebanyak
toksisitas akut diarahkan pada penentuan LD50 dari suatu bahan kimia tertentu
yang dirancang untuk menentukan efek toksik suatu senyawa yang akan terjadi
dalam waktu yang singkat setelah pemberiannya dengan takaran tertentu
(Manggung, 2008). Menurut Angelina dkk. (2008), tujuan toksisitas akut adalah
untuk mendeteksi adanya toksisitas suatu zat, menentukan organ sasaran dan
kepekaannya, memperoleh data bahayanya setelah pemberian suatu senyawa
secara akut dan untuk meperoleh informasi awal yang dapat diunakan untuk
menetapkan tingkat dosis yang diperlihatkan untuk uji toksisitas selanjutnya.
Letal dosis 50% (LD50) merupakan kalkulasi dosis suatu substansi yang
dapat menyebabkan kematian 50% populasi hewan percobaan dalam satuan
mg/kg berat badan. Pemberian secara per oral dilakukan dalam tes dikarenakan
pemberian secara per oral ini merupakan cara yang paling umum dilakukan untuk
memasukkan makanan ke dalam tubuh, sehingga menjadi indikator penting untuk
mendeteksi adanya keracunan (Bhhatarai dan Gramatica, 2011).
Takaran dosis yang dianjurkan paling tidak empat peringkat dosis, berkisar
dari dosis terendah yang tidak atau hampir tidak mematikan seluruh hewan uji
sampai dengan dosis tertinggi yang dapat mematikan seluruh atau hampir seluruh
hewan uji. Pada umumnya pengamatan dilakukan selama 48 jam, kecuali pada
kasus tertentu selama 7 sampai 24 hari. Pengamatan tersebut meliputi gejalagejala klinis seperti nafsu makan, bobot badan, keadaan mata dan bulu, serta
tingkah laku, jumlah hewan yang diamati, dan histopatologi organ. Pengujian
toksisitas ini bertujuan untuk mencegah kerugian terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan (Manggung, 2008).
Menurut Manggung (2008), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap LD50
sangat bervariasi antara individu satu dengan individu yang lain. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Spesies, strain, dan keragaman individu
bx. Suatu zat dikatakan aktif atau toksik bila nilai LC 50 < 1000 g/ml untuk ektrak
dan < 30 g/ml untuk suatu senyawa (Juniarti dkk., 2009).
Menurut Meyer dkk. (1982), senyawa uji dikatakan toksik jika harga LC 50
lebih kecil dari 1000 g/mL. Penentuan potensi bioaktif dilakukan dengan
membandingkan nilai LC50 masing-masing ekstrak dengan ketentuan
LC50
< 30
ppm ekstrak berpotensi sebagai antikanker (sitotoksik), LC50 : 30-200 ppm ekstrak
berpotensi sebagai antimikroba, LC50 : 200-1000 ppm ekstrak berpotensi sebagai
pestisida.
Menurut Akbar (2010), mencit (Mus musculus L.) termasuk mamalia
pengerat (rodensia) yang cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah
banyak, variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomisnya dan fisiologisnya
terkarakteristik dengan baik. Mencit yang sering digunakan dalam penelitian di
laboratorium merupakan hasil perkawinan tikus putih inbreed maupun
outbreed. Berdasarkan hasil perkawinan sampai generasi 20 akan dihasilkan
strain-strain murni dari mencit. Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub phylum
: Vertebrata
Class
: Mammalia
Ordo
: Rodentia
Sub ordo
: Myoimorphia
Family
: Muridae
Genus
: Mus
Species
: Mus musculus
Mencit (Mus musculus L.) memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh kecil,
berwarna putih serta memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi ruang
untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus L.) harus senantiasa bersih, kering,
dan jauh dari kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga harus dijaga kisarannya
antara 18-19C serta kelembaban udara antara 30-70% (Akbar, 2010).
Mencit betina dewasa dengan umur 35-60 hari memiliki berat badan 18-35
gram. Lama hidupnya 1-2 tahun atau dapat mencapai 3 tahun. Masa reproduksi
mencit betina berlangsung 1,5 tahun. Mencit betina ataupun jantan dapat
dikawinkan pada umur 8 minggu. Lama kebuntingan 19-20 hari dengan jumlah
anak mencit rata-rata 6-15 ekor dengan berat lahir antara 0,5-1,5 gram (Akbar,
2010).
Mencit sering digunakan dalam penelitian dengan pertimbangan hewan
tersebut memiliki beberapa keuntungan yaitu siklus hidupnya relatif pendek, daur
estrusnya teratur dan dapat dideteksi, periode kebuntingannya relatif singkat,
variasi sifat-sifatnya tinggi, mudah dipelihara di laboratorium, dan mempunyai
anak yang banyak serta terdapat keselarasan pertumbuhan dengan kondisi
manusia (Akbar, 2010). Mencit secara khusus juga dipilih sebagai hewan uji
dalam pengujian toksisitas akut karena ukurannya kecil sehingga mudah
dilakukan handling, pemberian materi mudah dilakukan dengan berbagai rute, dan
menunjukkan waktu paruh metabolisme berbagai bahan aktif yang tidak terlalu
lama untuk dapat diamati. Keuntungan lainnya adalah sebagai sesama mamalia,
fisiologi mencit diperkirakan sesuai atau identik dengan manusia (Kusumawati,
2004).
Pengelolaan hewan percobaan secara keseluruhan dapat dilakukan melalui
cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya yang juga perlu
diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan berbeda-beda
yang ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil), serta tujuannya.
Kesalahan dalam cara memegangnya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau
hips ataupun rasa sakit bagi hewan dan juga kesulitan bagi orang yang
memegangnya (Sulaksono, 1992).
Pemberian obat oral
Kerugian
Kelebihan
Methanol adalah cairan tidak berwarna. Alkohol primer ini biasanya
digunakan sebagai pelarut industri dan pembersih (Parthasarathy dkk., 2006).
Aspartame merupakan senyawa yang digunakan sebagai pemanis buatan yang
dapat membentuk methanol ketika kelompok metil dari aspartame bereaksi
dengan enzim chymotrypsin dalam usus halus. Menelan methanol dengan sengaja
ataupun tidak dapat menyebabkan metabolisme asidosis yang parah dan gangguan
klinis seperti kebutaan (methanol tersekresi melalui kelenjar air mata), gangguan
syaraf serius, dan kematian. Methanol menjadi semakin diakui sebagai zat yang
merusak sel-sel hati dimana ia teroksidasi menjadi formaldehida dan kemudian
menjadi format. Proses ini disertasi dengan elevasi tingkat NADH dan
pembentukan anion superoksida, yang mungkin terlibat dalam peroksidasi lemak
(Parthasarathy dkk., 2006).
Menurut Ridwan (2013), pembedahan hewan uji merupakan salah satu
rangkaian dari penelitian in vivo yang menggunakan hewan seperti tikus, mencit,
kelinci maupun jenis hewan lain. Pada pelaksanaanya, perlu persiapan agar
pekerjaan lebih lancar dan perlakuan yang dilakukan tidak mempengaruhi hasil
penelitian. Peralatan yang digunakan jangan sampai terkontaminasi selain bahan
uji. Peralatan bedah yang perlu disiapkan sebelum pembedahan antara lain:
1. Gunting bedah dapat berbentuk lurus panjang, lurus pendek, dan bengkok.
2. Pinset, yang digunakan untuk memudahkan membedah dan memegang mencit.
3. Papan bedah, merupakan tempat fiksasi mencit yang akan dibedah.
4. Pins, berguna untuk memfiksasi mencit yang akan dibedah.
5. Perlatan pendukung seperti kamera, logbook, jas lab, glove, dan masker
Teknik yang perlu diperhatikan dalam pembedahan adalah mencit harus
dalam keadaan mati. Mencit selanjutnya diposisikan pada papan bedah dengan
menggunakan pins. Pembedahan dimulai dari bagian perut ataupun uterus
menggunakan gunting bengkok. Organ dalam diamati. Agar lebih akurat, organ
juga dapat dikeluarkan dan dipisahkan (Ridwan, 2013).
Hewan uji yang digunakan yaitu mencit yang berbadan sehat. Perlakuan
yang pada umumnya dilakukan sebelum pemberian materi uji adalah hewan
dipuasakan selama 3-4 jam dengan tujuan menyeragamkan bobot mencit. Mencit
harus dibedah agar dapat dilihat kondisi organ dalamnya (Rasyid dkk., 2012).
Hasil yang diperoleh dari percobaan LC50 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Jumlah Mencit yang Mati
Konsentrasi Methanol Pengamatan 1 jam Pengamatan 24 jam Jumlah
100%
9
1
10
80%
5
4
9
60%
2
4
6
40%
2
3
5
20%
3
0
3
10%
5%
0
0
0
4
0
4
IV.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, B. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi
sebagai Bahan Antifertilitas. Adabia Press, Jakarta.
Ariens, E. J. 1986. Toksikologi Umum Pengantar. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Bhhatarai, B. dan Gramatica. 2011. Oral LD50 Toxicity Modeling and Prediction
of Per- and Polyfluorinated Chemicals on Rat and Mouse. Mol Divers 15(1):
467-476.
Harmita. 2009. Analisis Uji Hayati Toksisitas secara Mikrobiologi. Bahan Kuliah
Toksikologi, IPB.
Ibrahim, M., Anwar, A., dan Ihsani, N. Y. 2012. Uji Lethal Dose 50% (LD-50)
Poliherbal (Curcuma Xanthorriza, Kleinhovia Hospita, Nigella Sativa,
Arcangelisia Flava dan Ophiocephalus Striatus) Pada Heparmin Terhadap
Mencit (Mus Musculus). Research and Development Pt Royal Medicalink
Pharmalab, Bogor.
Juniarti, Osmeli, D., dan Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji
Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) dan Antioksidan (1,1-diphenyl-2pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Daun Saga. Makara Sains, 13(1): 50-54.
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Manggung, R. E. R. 2008. Pengujian Toksisitas Akut Lethal Dose (LD 50) Ekstrak
Etanol Buah Belimbing (Averrhoa bilimbi L.) pada Mencit (Mus musculus
albinus). Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor.
Meyer, B. N., Ferrigni, N. R., Putman, J. E., Jacsben, L. B., Nicols, D. E., dan
McLaughlin, J. L. 1982. Brine Shrimp : a Convinient General Bioassay for
Active Plant Constituent. Plant Medica, New York.
Parthasarathy, N. J., Kumar, R. S., Manikandan, S., dan Devi, R. S. 2006.
Methanol-induced Oxidative Stress in Rat Lymphoid Organs. J Occup
Health 48(1): 20-27.
Rasyid, M., Usmar, dan Subehan. 2012. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Atanol
Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) pada Mencit. Majalah
Farmasi dan Farmakologi 16(1):13-20.
Ridwan, E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Perobaan dalam Penelitian
Kesehatan. Jurnal Indon Med Assoc 63(3):112-116.
LAMPIRAN
Gambar 4. Mencit (Mus musculus) yang sudah diberi perlakuan methanol 0,5 ml
dengan konsentrasi 100 % (Sumber : dokumen pribadi, 2015)