Daerah Tonjong dan sekitarnya, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten
Cirebon, Provinsi Jawa Barat termasuk dalam sebagian Peta Rupabumi Digital Indonesia (Bakosurtanal) lembar Ciledug no. 1309-212 dan lembar Kersana no. 1309-221 dengan skala 1: 12.500 yang dipublikasikan oleh Bakosurtanal. Daerah penelitian secara geografis berada pada koordinat 108 43 27.03 BT dan 06 56 47.58 LS sampai 108 46 11,136 dan 06 59 28.9464 LS. Satuan Geomorfologi daerah penelitian terdiri dari tiga satuan, yaitu: Satuan Geomorfologi Pedataran Rendah Sedimen Denudasional, Satuan Perbukitan Rendah Sedimen Struktural Landai, dan Satuan Perbukitan Rendah Sedimen Struktural Curam. Pola pengaliran yang berkembang adalah anastomatik, rectangular, dan subparallel. Berdasarkan pembagian stratigrafi tidak resmi, daerah penelitian terdiri dari 4 satuan batuan, dengan urutan dari tua ke muda, adalah satuan batulempung (Miosen TengahMiosen Akhir), satuan batupasir karbonatan (Pliosen Awal Pliosen Tengah), satuan batupasir tidak karbonatan (Plistosen tengah-Plistosen akhir), dan satuan konglomerat (Plistosen tengah-Plistosen akhir) Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah struktur lipatan yang berupa Sinklin Baturantung, Antiklin Ci Hoe, Sinklin Ci Hoe, Antiklin Ci Hoe Kecil, Sinklin Pasir Banteng, Antiklin Pasir Lemahjati, Sinklin Pasir Peucang, dan Antiklin Ci Buluh. Struktur kekar dan struktur sesar yang berkembang adalah Sesar Naik Tonjong, Sesar Mendatar Dektral Ci Hoe, dan Sesar Mendatar Dektral Pasir Lemahjati. Geologi sejarah daerah penelitian diperkirakan dimulai pada kala Miosen Tengah, terjadi proses sedimentasi yang ditandai terendapkannya material yang didominasi berukuran lempung yang berlangsung pada zona batial atas. Material ini kemudian terlitifikasi dan membentuk satuan batulempung yang berumur Miosen tengah sampai awal Pliosen Awal. Pada Pliosen Awal juga mulai terjadi pendangkalan air laut dengan diikuti pengendapan material klastik yang lebih kasar pada zona batimetri neritik yang di pengaruhi pasang surut muka air laut yang menghasilkan batupasir karbonatan, yang berumur Pliosen Awal-Pliosen Tengah yang memilki hubungan selaras menjemari dengan batulempung. Pada periode Pliosen-Plistosen terjadi aktivitas tektonisme berarah relatif Timur laut Barat daya yang menghasilkan proses perlipatan dan pensesaran. Satuan batulempung dan batupasir karbonatan pada daerah penelitian ini terlipat menghasilkan antiklin dan sinklin. Akibatnya, satuan batulempung mengalami pengangkatan oleh patahan sesar naik. Proses tekanan terus berlanjut sehingga menyebabkan terbentuknya patahan berupa sesar mendatar, yang relatif berarah Timur laut-Barat daya. Pada Pliosen Akhir - Plistosen Awal terjadi proses sedimentasi yang di pengaruhi proses tektonik. Pada Plistosen Tengah-Plistosen akhir proses sedimentasi kembali berlangsung yaitu diendapkannya satuan batupasir tidak karbonatan dan satuan konglomerat secara tidak selaras pada lingkungan darat sampai peralihan. Pada Plistosen-Holosen, pengangkatan terus berlanjut yang menyebabkan daerah penelitian menjadi daratan. Pada tahap ini juga terjadi proses erosi, sehingga zona lemah akibat struktur yang berkembang semakin memunculkan satuan batulempung ke permukaan. iii