Anda di halaman 1dari 59

1

ACARA I. KADAR LENGAS TANAH

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan bagian terpenting yang sangat di butuhkan oleh tanaman
sebagai tempat untuk tumbuh, tanah merupakan hasil dari transportasi zat-zat
mineral dan mengandung bahan organik.
Kandungan-kandungan air yang terdapat didalam tanah disebut kadar
lengas tanah, air didalam tanah berfungsi sebagai pengangkut unsur-unsur hara
dari dalam tanah menuju keseluruh bagiab tanaman. Jumlah ketersediaan air
didalam tanah dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya banyaknya
curah hujan, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi dan
tingginya muka air tanah.
Jumlah air yang tersedia bagi tanaman dapat di tentukan dengan
menentukan kapasitas lapang, titik layu permanen, dan kadar air yang tersedia,
kemampuan tanah menahan air dapat di pengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah yang
bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah
yang bertekstur halus. Umumnya tanaman yang ditanam pada tanah pasiran lebih
mudah mengalami kekeringan dari pada tanah-tanah yang bertekstur lempung.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kali ini adalah mengetahui/menetapkan kadar lengas
tanah contoh tanah kering udara, menetapkan kadar lengas maksimum dan
penetapan potensi lengas tanah.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lengas tanah merupakan kandungan air yang terdapat didalam tanah yang
memiliki kemampuan untuk menyimpan air berdasarkan kadar tersedianya air di
dalam pori-pori tanah.kadar lengas tanah dapat dinyatakan dalam satuan berupa
persen berat tanah atau persen volume tanah (Handayani.2009).
Secara umum tanah dikelompokan menjadi dua golongan yaitu tanah
Endodinamomorf yaitu tanah yang mempunyai sifat-sifat kimiawi yang identik
dengan lahan. Bahan induknya atau terbentuk dari bahan induk redisidual. Tanah
ektodinamomorf mempunyai sifat-sifat yang tidak identik dengan bahan
induknya. Bahan-bahan organik dari dalam tanah terbentuk dari sisa-sisa tanaman
dan hewan didalam tanah pada pada berbagai pelapukan dan terbentuk dari
organisme-organisme yang telah mati (susanto,2005).
Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai kapasitas
penyangga yang lebih rendah apabila dalam keadaan basah, kemampuan tanah
menahan air dapat di pengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah yang bertekstur pasir
memilki butir-butir yang berukuran lebih besar dan memiliki luas permukaan
yang lebih kecil sehingga sangat sulit untuk menahan air dan unsur hara.
Sedangkan tanah yang berstruktur halus memiliki permukaan yang sangat halus
sehingga kemampuanya menyimpan air atau menyerap air dan menyerdiakan
unsur hara lebih tinggi (Anonim.2007).
Kandungan lengas tanah dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu anasir
iklim, kandungan bahan-bahan organik, topografi,fraksi lempung tanah,dan
adanya penutup tanah baik organik maupun anorganik. Banyaknya air didalam
tanah memiliki hubungan yang erat dengan kasarnya tegangan air dalam tanah.
Kadar air yang tersedia merupakan selisih antara kadar air yang tersedia pada
kapasitas lapang dan kadar air pada titik layu permanen,(walker and paul,2002).
Air merupakan komponen utama penyusun tubuh tanaman bahkan hampir
90% sel-sel tanaman dan mikroba terdiri dari air. Air yang diserap tanaman
disamping berfungsi sebagai komponen penyusun sel-selnya, juga berfungsi
sebagai media reaksi pada proses metabolismenya melalui mekanisme taranspirasi

yang bersama-sama dengan penguapan dari tanah sekitarnya yang disebut


evapitranspirasi (Hanafiah. 2007).

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at 10 Mei 2013 di Laboratorium
Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2 Alat dan bahan praktikum
3.2.1 Alat
Alat-Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
tiga buah penimang (botol bahan,timbangan analitik, oven dan eksikator)
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:contoh bahan, tanah kering udara gumpalan.
3.3 prosedur kerja:
1. Ditimbang cawan kosong bersih dan bertutup (a gr).
2. Dimasukancontoh tanah didalam cawan kira-kira separuh kemudian di
timbang (b gr).
3. Dengan tutup terbuka dimasukan cawan yang berisi tanah tersebut
kedalam oven yang telah diatur temperatur nya 105 0c-1100c biarkan paling
sedikot 48 jam.
4. Setelah di oven di biarkan dan diberikan mendingin didalam eksikator
kira-kira 15 menit, kemudian ditimbang (c gr).
5. Langkah 1-4 dikerjakan untuk contoh tanah lainya.

BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil pengamatan
Tabel 1 hasil pengamatan kadar lengas tanah.

Jenis Tanah
Vertisol

Kadar lengas
Tanah kering
Kapasitas lapang
4,309 %
40,93 %

Makximum tanah
58,5 %

4.2 Pembahasan
Setelah melakukan praktikum kadar lengas tanah vertisol di peroleh dari
hasil perhitungan dengan menggunakan rumus perhitungan kadar lengas tanah,
pada cawan tanah kering sebanyak 4.30 % (dinyatakan dalam presentase) dan
pada kapasitas lapang sebanyak 40,93 %, pada maksimum tanah sebanyak 58,6 %.
Tanah vertisol yang digunakan merupakan tekstur tanah yang halus, kadar
air yang tersedia pada tanah merupakan selisih antara kadar air yang telah trsedia
pada kapasitas lapang yang di kurangi dengan kadar air yang tersedia pada titik
layu permanen. Banyaknya kandungan air didalam tanah tergantung dari
banyaknya air yang tersedia sehingga kadar air tanah memiliki hubungan erat
dengan besar tegangan air dalam tanah. Ketersediaan air dalam tanahdapat di
pengaruhi oleh curah hujan atau air irigasi, apabila kandungan air pada curah
hujannya semakin banyak maka kandungan air yang tersedia juga makin banyaka.
Dengan kadar ketersediaan air yang lebih besar, kemampuan menahan air dalam
tanah merupakan faktor yang menentukan jumlah air yang tersedia dalam tanah
karena adanya gaya adhesi, kohesi dan gaya gravitasi tanah.
Besarnya evapotranspirasi (penggumpalan tanah secara langsung yang di
sebabkan karena terjadinya proses evaporasi didalam tanah). Dan adanya proses
transpirasi atau penggunmpalan air kepermukaan. Ketersediaan air dalam tanah
akan menjadi lebih sedikit karena di sebabkan oleh proses evapotranspirasi tanah.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasakan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat di tarik beberapa
kesimpulan.
1. Tanah vertisol adalah tanah yang bertekstur halus.
2. Faktor kadar lengas tanah yaitu curah hujan,kemampuan tanah menyerap
air,besarnya proses evapotranspirasi, dantingginya permukaan tanah.
3. Kadar lengas pada tanah kering =4,30 %, kapasitas lapang =40,93 %, dan
maxmum tanah = 58,6 %.

5.2 Saran
Dibutuhkan pemahaman tentang materi yang di sampaikan sebelum
praktikum, praktikan diharapkan diharapkan sudah memahami materi, dan kadar
lengas tanah sangat penting untuk pertanian karena kandungan air yang terdapat
didalam tanah.

ACARA II. TEKSTUR TANAH

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah sebagai media tumbuh adalah tanah sebagai tempat akar mencari ruang
untuk berpenitrasi baik secara lateral atau horizontal maupun secara vertikal.
Kemampuan tanah untuk dipenetrasi tergantung pada pori-pori yang terbentuk
diantara partikel-partikel tanah. Sedangkan kestabilan /stabilitas ukuran ruang
tergantung pada konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan.

Tekstur tanah adalah keadaan yang menunjukan kasar halusnya suatu tanah,
salah satu sifat dasar tanah yang mempunyai sifat tanah yang lainya serta
memiliki pengaruh yang besar terhadap kemampuan tanah sebagai media utama.
Tekstur digunakan untuk mendekskripsikan susunan bagian-bagian padat tanah.
Tekstur tanah juga merupakan alat klasifikasi yang bersifat kualitatif untuk
menentukan kelas tanah berdasarkan kelas atau teksturnya.
1.2 Tujuan praktikum
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk menetapkan kelas
tekstur tanah secara kuantitatif.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)


yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir
(sand) (berdiameter 2,00-0,20 mm atau 2000-200 m, debu (slit) (berdiameter
0,20- 0,002 mm atau 200- 2m) dan liat (clay) (<2 m). Berdasarkan kelas
teksturnya maka tanah digolongkan menjadi: Tanah bertekstur kasar atau tanah
berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir
atau pasir berlempung. Tanah bertekstur halus atau tanah berliat mengandung

10

minimal 37,5 % liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3
macam).Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung.
(Hanafiah, 2007).
Tekstur tanah menunjukan perbandingan kasar halusnya suatu tanah yaitu
pasir,debu, liat serta partikel-partikel tersebut berupa bahan induk yang belum
terurai secara sempurna. Tanah berfraksi pasir umunya di dominasi oleh mineral
kursa yang sangat tahan terhadap pelapukan. Tanah berfraksi debu biasanya
berasal dari mineral feldspor dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukanya
akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah debu pada umunya lebih subur
dibandingkan tana bertekstur pasir. (Tan.1991).
Berdasarkan kelas teksturnya tanah digolongkan menjadi tanah betekstur
kasar atau tanah berpasir yang mengandung mineral 70 % pasir atau bertekstur
pasir atau pasir berlempung. Tanah bertekstur halus atau tanah liat mengandung
mineral 37,5% liat. Tanah berstruktur sedang atau tanah berlempung terdiri dari
tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang berteksturlempung
berpasir. (Lal.1979).
Dilapngan tekstur tanah dapat di tetapkan berdasarkan kepekaan indra
prasa, makin peka indra perasa maka hasil penetapanya akan semakin mendekati
kebenaran. Pengelompokan tanah didasarkan pada fraksi tanah halus, tanah di
kelomp okan kedalam kelas besar butir berdasarkan sangat halus,halus,berdebu
halus, berdebu kasar, berlempung halus, berpasir dan sebagainya. (Hardjowigeno.
2003).
Makin kecil ukuran separat berarti makin banyak jumlah jumlah dan luas
permukaanya persatuan bobot, yang menunjukan makin padatnya partikel-partikel
persatuan volume tanah. Makin banyak pori-pori yang terbentuk maka separat
akan semakin kecil. Tanah yang di dominasi pasir banyak mempunyai pori-pori
sedang agak poreus, dan tanah yang di dominasi liat mempunyai banyak pori-pori
mikro. (Notohadipranoto, 1978).

11

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at 18 Mei 2013 di Laboratorium
Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung sedimentasi, rak
tabung, penutup plastik.
3.2.2 Bahan

12

contoh tanah yang gunakan tanah vertisol, larutan NaOH 1N, dan aquadest,
3.3 Prosedur Kerja

1.

Presedur kerja pada praktikum kali ini adalah:


Disiapkan contoh tanah 2 mm, kemudian diletakan tabung sedimentasi
secara tegak lurus tersebut pada sebuah rak.
2. Dimasukan contoh tanah kedalam tabung 1 sampai pada garis 15 dan
ditambahkan 1 ml NaOH 1N.
3. Ditambah aquadest sehingga tanda pada garis 45 kemudian di tutup rapat.
4. Dikocok selama 2 menit hingga homogen.
5. Dibuka tutup tadi, letakkan pada rak tabung dan biarkan mengendap
selama 30 detik.
6. Ditu angkan larutan 1 dengan perlahan-lahan kedalam tabung 2 dan
biarkan mengendap selama 10 menit.
7. Setelah itu di tuangkan larutan tabung 2 kedalam tabung 3.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 2 hasil pengamatan tekstur tanah
Jenis tanah
Vertisol

Fraksi pasir (%)


0,67 %

Tekstur tanah
Fraksi debu (%)
0,113%

Fraksi liat (%)


99,2%

4.2 Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh data mengenai presentase
fraksi tan ah, % fraksi tanah pasir=0,67,%fraksi debu=0,113,% fraksi liat=99,2.

13

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif dari berat tanah yaitu berasal
dari tiga fraksi diantaranya fraksi tanah pasir,debu dan liat. Tekstur tanah sangat
penting karena adanya komposisi dari ketiga tanah dengan butir-butir tanah dapat
menurunkan sifat fisika dan sifat kimia tanah.
Tekstur tanah menunjukan perbandingan kasar halusnya suatu tanah yaitu
pasir,debu, liat serta partikel-partikel tersebut berupa bahan induk yang belum
terurai secara sempurna. Tanah berfraksi pasir umunya di dominasi oleh mineral
kursa yang sangat tahan terhadap pelapukan. Tanah berfraksi debu biasanya
berasal dari mineral feldspor dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukanya
akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah debu pada umunya lebih subur
dibandingkan tana bertekstur pasir.Fase fraksionisasi merupakan partikel tanah
yang mengalami pengendapan lebih awal yang dimulai dari partikel tanah pasir
kemudian akan di ikuti oleh partikel tanah debu dan dilanjutkan oleh partikel
tanah liat. Fase fraksionasi terjadi karena adanya pereaksi.
Fase dispersi merupakan fase penguraian partikel-partikel tanah karena
adanya penambahan zat-zat pendispersi sehingga partikel tanah yang tadinya
halus akan mengalami penguraian dengan melakukan pengendapan dan
pemisahan-pemisahan partikel tanah.Tekstur tanah yang terdapat pada praktikum
ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan produksi tanaman yang
tergantung pada tekstur tanah.

14

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pengamatan diatas didapatkan hasil pada tanah vertisol, presentase
fraksi tanah pasir sebesar0,67 %,fraksi tanah liat sebesar 99,2 %,dan debu sebesar
0,113 %,Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Partikel tanah dengan partikel yang lebih besar akan lebih muda
mengalami pengendapan dari pada partikel yang kecil.
2. Fraksi tanah dibedakan atas fraksi pasir,debu dan liat.
3. Tekstur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
5.2 Saran

15

Saran-saran yang dapat diberikan adalah hendaknya praktikan lebih serius


dalam mendengarkan penjelasan yang di sampaikan oleh co,asst agar dapatfaham
dengan materi yang di sampaikan.

16

ACARA III. STRUKSTUR TANAH

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya tanah merupakan tubuh alam. Namun demukian banyak tanah
yang memperlihatkan tanda-tanda pengaruh antropogen diikuti sementasi (bahan
pelekat).
Hal ini juga dipengaruhi oleh perubahan iklim, aktifitas biologi, pengelolaan tanah
dan kepekaan tanah terhadap gaya-gaya perusak mekanis dan fisio kimia. Oleh
karena itu belum ada metode yang secara obyektif dan kuantitatif dapat digunakan
untuk menentukan struktur tanah, yang ada yaitu metode yang subyektif dan
kuantitatif.

17

Dengan penentuan berat volume (BV), berat jenis (BJ) dan porositas tanah
dapat membedakan antara struktur yang ada. Kaitannya dengan daya serap air,
struktur tanah mempenaruhi karena berdasarkan dari pori-pori tanah, pori-pori
tanah yang besar bermanfaat untuk aerasi dan infiltrasi, sedangkan pori-pori yang
kecil untuk menyimpan lengas.
1.2.Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menetapkan kerapatan massa tanah
(berat volume = BV), menetapkan kerapatan butir tanah (berat jenis = BJ) dan
menetapkan porositas total tanah (n).

II. TINJAUAN PUSTAKA


Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir- butir tanah.
Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan
(ketahanan) yang berbeda-beda. Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir
tanah tidak melekat satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau
saling melekat menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau
pejal. Tanah dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang
baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.Strukktur tanah
yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling
bersinggungan dengan rapat. (Hanafiah, 2009).

18

Yang diartikan dengan struktur tanah ialah susunan zarah-zarah tanah


membentuk pola keruangan. Proses yang terlibat dalam pembentukan struktur
tanah ialah penjojotan dan agregasi, dengan atau tanpa diikuti sementasi.
Penjojotan adalah peristiwa elektrokinetik pengendapan zarah tanah dari suspensi.
Pengendapan

terjadi

karena

zarah-zarah

tanah

mengelompok

sehingga

memperoleh massa yang lebih besar. Pengelompokan dapat terjadi karena


potensial zeta zarah-zarah tanah menurun yang menyebabkan kakas tolak antar
zarah mengecil sehingga kakas tarik gravitasi antar massa zarah dapat bekerja.
Potensial zeta ialah muatan listrik negatif zarah. Potensial ini dapat turun karena
sebagian atau seluruh muatan listrik negatif dinetralkan oleh kation-kation yang
terserap.(Notohadiprawiro,1998).
Agregasi ialah peristiwa penggabungan jonjot-jonjot tanah menjadi
gumpalan. Jonjot tanah tergabung oleh kohesi (tarikan molekuler) dan adesi
(tegangan permukaan).Tegangan permukaan dibangkitkan oleh tarikan antara
molekul tanah dan molekul air (Notohadiprawiro,1998).
Agregat yang terbentuk secara alam (natural aggregate) disebut pet,
sedangkan istilah cold digunakan untuk bongkah tanah hasil pengolahan tanah
misalnya. Dua istilah lain yang sering meragukan dengan ped adalah fragment dan
conrection (konkresi). Fragment berarti ped yang pecah, konkresi terbentuk di
dalam tanah akibat presipitasi garam-garam terlarut dan sering terbentuk akibat
fluktuasi yang besar dari permukaan air tanah (Hakim, et.al., 1986).
Struktur tanah yang baik adalah yang kandungan udara dan airnya dalam
jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Hal semacam ini hanya terdapat pada
struktur yang ruang pori-porinya besar, dengan perbandingan yang sama antara
pori-pori makro dan mikro serta tahan terhadap pukulan tetes-tetes air hujan.
Dikatakan pula bahwa struktur yang baik bila perbandingannya sama antara
padatan, air dan udara (Suhaidi, 1983).
Umumnya kita dapat membagi struktur tanah ke dalam tiga bentuk yang
sangat luas, yaitu berbutir tunggal (single grained), masif (massive), dan

19

beragregasi (aggregated). Apabila keseluruhan partikel tanah saling lepas satu


sama lain, seperti dapat kita jumpai pada tanah berkelas tekstur pasir, struktur
tanahnya dikatakan berbutir tunggal. Dalam pustaka lama, ia masih disebut
sebagai tanah yang tidak berstruktur atau berstruktur lepas. Sebaliknya, andaikata
partikel-partikel tanah saling terikat sedemikian kuatnya, sehingga terbentuk
bongkah-bongkah tanah tang kohesif, maka struktur tanahnya disebut masif. Di
antara kedua bentuk struktur yang ekstrim itu, kita mengenal tanah dengan
keterikatan sedang dimana kesatuan-kesatuan yang terbentuk kecil saja. Struktur
tanah demikian dinyatakan beragregasi dan kesatuannya disebut sebagai
mikroagregat atau agregat saja. Kesatuan partikel di lapangan yang dapat dilihat
dengan mata telanjang sebetulnya adalah gabungan dari agregat-agregat yang
bileh disebut sebagai makroagregat. Ukurannya bisa berkisar dari beberapa
milimeter hingga beberapa sentimeter. Tanah dengan bentuk struktur terakhir ini
merupakan tanah yang paling dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman, terutama
pada tahap pertumbuhan yang cukup kritis, yaitu soal perkecambahan dan
pembibitan (Indranada, 1986).

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at 24 Mei 2013 di Laboratorium
Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
piknometer,botol pemancar air, corong gelas kecil,timbangan analitik, tali,
potongan kertas untuk lap.
3.2.2

Bahan
Contoh tanah halus (daimeter 2 cm) yang sudah di kering anginkan.

20

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Carakerja (BJ)
1. Ditimbang pikrometer basah,kosong bersumbat.
2. Diisi piknometer dengan air suling sampai pada pipa kapiler dalam
sumbatnya.
3. Ditimbang piknometer yang sampai air dan ukur temperatur air dalam
piknometer.
4. Ditimbang air dalam piknometer dan piknometer di bersihkan dengan
alkohol.
5. Disi piknometer dengan tanah vertisol 5 gram pasang sumbatnya dan
timbang.
6. Diisi piknometer berisi tanah dengan air kira-kira setengahnya
kemudian dikocok dan di ukur temperaturnya.

3.3.2 Cara kerja (BV)


1. Diambil bongkah tanaha yang sudah di siapkan dan di timbang.
2. Dimasikan atau dicelupkan bongkahan tanah tersebut kedalam cairan
lilin yang sudah disiapkan, di angkat kemudian di timbang.
3. Ditenggelamkan bingkahan tanah yang berlilin kedalam air yang sudah
disiapkan, jika ada penambahan air maka catat penambahan tersebut.

21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil pengamatan
Tabel 3 hasil pengamatan Berat Jenis Tanh (BJ)
Jenis Tanah

Berat kerin

Volume total

BJ1

Vertisol

-0,497 gram/cm3

-4,1

0,12 gram/ cm3

22

Tabel 4 hasil pengamatan berat volume tanah (BV)


Jenis Tanah

KL

BV

Vertisol

10

40,9

1,022

Tabel 5 Hasil pengamatan Porositas Tanah


Jenis Tanah

BJ

BV

n (porositas)

Vertisol

0,12

1,022

11,7%

4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan di peroleh data dengan berat
jenis =0,12 gram/ cm3 , sedangkan berat tanah kering -0,497 gram/ cm3 dan
volume total tanah -4,1 dengan kandungan kadar lengas tanah =40,9 dan porositas
total tanah dengan struktur tanah pasir mengandung porositas tanah 11,7% dengan
berat volume tanah 1.022 gram/ cm3.
Struktur tanah yang digunakan pada praktikum ini memiliki struktur tanah
yang halus, dapat melekat dengan baik karena bahan-bahan kaloid dalam tanah
yang bertindak sebagai agen pelekat tanah yang dapat bekerja dengan baik
sehingga tanah dapat melekat, sebab pada tanah vertisol lebih didominasikan oleh
tanah yang kurang mengandung pasir dengan butir-butir tanahnya yang kasar.
Porositas tanah merupakan proporsi ruang pori-pori tanah yang terdapat
didalam volume tanah yang tidak dapat ditepati oleh air dan udara sehingga
porositas dalam tanah merupakan indikator dari kondisi drainase dan aerasi tanah.
Tanah dengan porositas yang baik/cukup mempunyai ruang pori dengan
pergerakan air dan udara yang keluar masuk kedalam tanah lebih leluasa. Dan
apabila poositas tanahnya tidak baik maka ruang pori untuk pergerakan air dan

23

udara yang keluar masuk kedalam pori-pori tanah menjadi sempit dan tanah tidak
leluasa.
Tanah yang terdominasi kedalam fraksi pasir akan menyebabkan
terbentuknya sedikit pori-pori makro sehingga luas permukaan tanah menjadi
sangat sempit. Sehingga daya ikat/daya pegangnya terhadap air menjadi sangat
lemah, kondisi ini menyebabkan air dan udara mudah masuk dan muda keluar
kedalam tanah, sehingga air yang dapat ditahan atau diserap oleh tanah sedikit.
Keadaan ini dapat mempengaruhi kehidupan oranisme maupun pertumbuhan
tanaman.

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut:

24

1. Struktur tanah yang digunakan pada praktikum ini menggunakan struktur


tanah liat.
2. Porositas tanah adalah proporsi ruang pori-pori tanah yang terdapat dalam
volume tanah yang tidak dapat di tepati oleh air dan udara.
3. Berat jenis tanah vertisol sebesar 0,1 gram/ cm3 dan berat volume tanah
vertisol sebesar 1,022 gram/ cm3
5.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan adalah hendaknya praktikan lebih serius
dalam

mendengarkan penjelasan yang di sampaikan oleh co,asst agar

dapatfaham dengan materi yang di sampaikan.

25

ACARA IV. WARNA TANAH

26

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah.
Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran
warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh
luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing
terhadap tanah.
Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan
warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid
organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat
mempengaruhi warna tanah. Warna humus, besi oksida dan besi hidroksida
menentukan warna tanah. Besi oksida berwarna merah, agak kecoklatan atau
kuning yang tergantung derajat hidrasinya. Besi tereduksi berwarna biru hijau.
Kuarsa umumnya berwarna putih. Batu kapur berwarna putih, kelabu, dan ada
kala berwarna olive-hijau. Feldspar berwarna merah. Liat berwarna kelabu, putih,
bahkan merah, ini tergantung proporsi tipe mantel besinya.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kali ini adalah untu mengetahui cara menetukan warna
tanah.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

27

Warna tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak
digunakan untuk mendekskripsikan karakter tanah, karena tidak mempunyaiefek
langsung terhadap terhadap tanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh
lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembaban tanah. Warn atanah
dapatmeliputi putih,merah, kola, kelabu, kuning dan hitam, kadang kala dapat
pula berwarna kebiruan atau kehijauan (Anonim, 2012).
warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut.
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh
perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik,
warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan
organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan
banyaknya senyawa Fe dalam tanah. (Hardjowigeno 1992)
Di daerah berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air,
seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi
reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah
terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa
Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang
berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan
kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu-abu (daerah yang tereduksi)
didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat
dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut.
Keberadaan jenis mineral kwarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih
terang
(Kartasapoetra,2002)
Intensitas warna tanah dipengaruhi oleh tiga faktor berikut yaitu jenis
mineral dan jumlahnmya, kandungan bahan organik tanah dan kadar air tanah, dan
tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral hedspar, koalin,kapur,kuarsa
dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan

28

beragam warna dari putihsampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah
menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka
warna tanah makin gelap dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik
tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang
lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi
lebih gelap (kelam),(Kartasapoetro,2002).
Tanah dengan drainase yang terhambat biasanya banyak mengandung
bahan organik pada lapisan atas, sehingga berwarna gelap. Tanah bagian bawah
memiliki sedikit bahan organik sehingga berwarna kelabu muda. Bila drainase
agak baik air dan suhunya menguntungkan untuk peristiwa kimia, (Besi Fe) dalam
tanah teroksidasi sehingga menjadi senyawa yang berwarna merah dan kuning.
Warna tanah dapat di tentukan dengan buku warna standar dari munsell soil
colour (matriks). Warna bidang struktur slaput tanah liat, warna karatan atau
konkresi, warna jalit dan warna humus (Fort, 1994).

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat Praktikum

29

Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at 31 Mei 2013 di Laboratorium Ilmu
Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1

Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Munsell Soil Colour

Chart,
3.2.2

Bahan
Bahan-bahan contoh tanah, Aquadest,botol semprot.

3.3 Prosedur kerja


Prosedur kerja yng dapat dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Diambil bongkah tanah dengan permukaan yang asli. Jika tanah dalam
keadaan kering bisa dibasahkan untuk memperoleh permukaan tanah aasli.
2. Dibandingkan warna tanah dengan warna-warna pada munsell.
3. Dicatat Hue, Value, dan Croma. Jika da bercak dan berkokresi tentukan
juga warnanya.
4. Dilakukan pengamatan serupa (bongkah-bongkah) untuk tanah dalam
keadaan lembab atau bassah.

30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


Tabel 6 hasil pengamatan warna tanah. Pada tanah kering.
Jenis Tanah

Hue

Value

Croma

Warna Tanah

Inceptisol

7,5 YR

Brown

Tabel 7 warna tanah pada tanah lembab


Jenis Tanah

Hue

Value

Croma

Warna Tanah

Inceptisol

5 YR

Dark reddish brown

4.2 Pembahasan
Pa da praktikum ang telah dilakukam diman digunakan bongkahan tanah
inceptisol untuk ditentukan warna tanah yang terkandung didalamnya. Tanah ini
memiliki tiga variabel warna yaitu Hue, Value, Croma.
Pada tanah kering tanah akan menunjukan warna yang sangat terang karena
tanah tersebut mengalami proses oksidasi sehingga menyebabkan warna menjadi
lebih terang. Warna terang pada tanah tanah kering menunjukan perbedaan dari
sifat refraksi tanah atau tanah yang mengalami pembiasan cahaya dari komponenkomponen padatan tanah dan udara sehingga warna pada tanah akan banyak di
refleksikan.tanah kering memiliki kandungan unsur hara yang relatif sedikit
sehingga kesuburan atau kapasitas produktivitas tanah pada lahan tanah kering

31

sangat sedikit. Sedangkan pada tanah lembab atau basah akan menunjukan warna
yang gelap.
Indikator kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan pada tanah gelap
tinggi karena semakin gelap tanah berarti makin tinggi tingkat produktivitasnya.
Tanah gelap memiliki kandungan unsur hara yang tinggi sehingga unsur hara yang
tersedia bagi tanaman akan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak (unsur
makro).Warna tanah dapat di pengaruhi oleh kandungan bahan organik dalam
tanah atau unsur hara dan kandungan air yang tersedia bagi tanaman. Warna
bercak pada tanah merupakan indikator yang dapat terjadi melalui proses oksidasi
dan reduksi.

32

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini da[at ditarik kesimpulan
sebagai

berikut:

1. Tanah kering mengalami proses oksidasi sedangkan tanah lembab


mengalami proses reduksi, proses ini dapat di pengaruhi oleh kandungan
bahan organik dalam tanah.
2. Semakin gelap warna tanah maka makin tinggi tingkat produktivitas tanah
dan sebaliknya makin rendah tingkat produktivitas tanahnya maka warna
akan semakin terang.
3. Tanah gelap memiliki kandungan unsur hara makro yang lebih banyak
dibandingkan tanah yang terang, karena tanah gelap didominasi sebagai
tanah subur.
5.2.Saran
Saran-Saran yang dapat diberikan adalah Untuk bahan-bahan yang masih
ada kekurangan lebih baik segera ditambahkan, terutama tanah vertisolnya yang
masih kurang.Untuk praktikan yang sering terlambat semoga pda praktikum
selanjutnya tidak telat lagi dan lebih menghargai waktu yang diberikan.

33

ACARA IV. KEMASAMAN (PH) TANAH

34

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sifat reaksi dalam tanah asam-netral-basa, secara muda di tetapkan dengan
indikator nilai ph tanah. Setiap perubahan satu satuan nilai ph mencerminkan
adanya perunahan konsentrasi ion H atau ion OH 10 kali lipat. Penurunan ph dari
7,0 ke 6,0 berarti terjadikenaikan konsentrasi ion H+10 kali atau penurunan
konsentrasi ion OH- 10 kali lipat. Tanah-tanah berkapur jika diberi larutan asam
hipoklorit (HCL), akan menghasilkan gas karbondioksida yang menguap, sisa
karbonat jika hidrolisis oleh air akan menghasilkan ion-ion OH- Sehingga lebih
dominan dibandingkan ion OH+ dan menghasilkan ph sekitar 8,3. Setiap tanaman
memerlukan jumlah hara dalam komposisi yang berbeda-beda, pengetahuan
tentang pengaruh ph terhadap pola ketersediaan hara dapat digunakan acuan
dalam pemilihan tanaman yang sesuai pada satu jenis tanah.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengukur ph tanah aktual dan
potensial, menentukan muatan tanah melalui pengukuran ph.

35

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Nilai ph tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi


tanah, karena dapat mencerminkan hara dalam tanah tersebut. Ketersediaan unsurunsur hara dalam tanah pada kondisi reaksi asam-basa (ph). Setiap tanaman
memerlukan unsur hara dalam komposisi yang berbeda-beda, tanah tertentu
mempunyai kisaran ph ideal tertentu pula. Nilai ph berkisar antar 0-14, dengan ph
7 disebut sebagai ph netral, sedangkan ph yang kurang dari 7 disebut ph alkalis.
Dengan demikian ph tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0 (Hanafiah, 2007).
Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukan banyaknya konsentrasi ion
gidrohen didalam tanah. Makin tinggi kadar ion didalam tanah maka semakin

36

masam tanah tersebut. Didalam tanah selain hidrogen dan ion-ion lain di temukan
pula OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanahtanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi dari pada OH-, sedangkan pada
tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak dari pada H+. Bila kandungan H+ sama
dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai PH sama dengan 7
(Hardjowigeno,2007).
Bahan induk tanah mempunyai nilai PH yang berfariasi tergantung jenis
mineral penyusunya dan derajat pelapukanya, sehingga tanah-tanah muda yang
baru terbentuk mempunyai nilai PH yang selaras dengan bahan induknya. Tanahtanah berbahan induk batuan kapur karbonat berPH diatas 8, sedangkan yang
bergaram Na dapat menbcapai PH 10. Nilai PH berkisar dari 0-14 dengan PH 7
disebut netral, PH yang kurang dari 7 disebut masam dab PH lebih dari 7 disebut
alkalis (Utami dan Handayani,2003).
Pengikatan kation K+yang dibuat oleh permukaan koloid tanah ,
menyebabkan hidrolisis kation menjadi terbatas. Pada kejenuhan Na minimal 15%
setelah menyebabkan terjadinya hidrolisis yang menyebabkan ph hingga 10.
Tanah tanah yang ber ph 8-10 terutama dikontrol oleh hidrolisis basa kecuali jika
kadar Na nya >15%. Kondisi ini akan tetap bertahan pada tanah-tanah dengan
rezim kelembaban aradik, tetapi pada tanah-tanah yang berkelembaban udik,
karbonat yang menjadi kunci reaksi tanah alkalis menjadi terlindi oleh aliran air
drainase tanah (Kartasapoetra,2002).
Pada umunya ph tanah dapat menentukan unsur hara diserap akar tanaman
pada ph tanah sekitar netral, karena pada ph tersebut kebabnyakan unsur hara
mudah larut dalam air. Pada tanah rawa ph tanah yang terlalu rendahmenunjukan
kandungan sulfat tinggi yang merupakan racun bagi tanaman. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ph tanah terutama di daerah industri antara lain adalah sulfur yang
merupakan hasil simpangan dari industri gas yang jika bereaksi dengan air akan
menghasilkan asam sulfur dan asam nitrit (Munir, 1996).

37

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at 7 Juni 2013 di Laboratorium
Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol kocok,
pengaduk gelas, timbangan, Ph meter, aquadest, 0,1N KCL,0,1NH 2SO4+, dan
contoh tanah kering.
3.3 Prosedur kerja

38

Prosedur kerja yng dapat dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Ditimbang contoh tanah 10 gram, dimasukan kedalam botol kocok.
2. Ditambahkan aquadest 20 ml untuk ph H2O atau 20 ml , 0,1N KCL untuk
ph KCL.
3. Diadukdengan pengaduk gelas sehingga tanah betul-betul larut selama 10
menit. Diamkan selama 15 menit.
4. Diukur ph tanah drngan ph meter.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hassil pengamatan


Tabel 8 hasil pengamatan kemasaman tanah.
Jenis tanah

H2O

KCL

Muatan tanah

39

Vertisol

7,65

6,64

-1,01

4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah di lakukan didapatkan muatan tanah sebesar
-1,01, dengan muatan negatif yang menunjukan bahwa ph dapat memegang
kation-kation dalam tanah yang di butuhkan oleh tanaman dengan ph tanah aktual
sebesar 7,65 dan ph tanah potensial sebesar 5,31, dengan muatan tanah -1,01.
Pada ph optimum atau ph mendekati 7,0 ketersediaan unsur hara tanah bagi
tanaman banyak karena ph ini semua unsur hara makro tersedia secara
maksimum atau tersedia dalam jumlah yang banyak, sedangkan unsur hara mikro
tidak tersedia atau tidak maksimum kecuali Mo, sehingga pada ph ini menjadi
tertekan. Sedangkan pada ph dibawah 6,0 dapat mengalami terjadinya defisiensi
unsur hara P,Ca,dan Mg dan akan mengalami toksisitas unsur hara Fe,
Mn,Cu,dan Zn, sedangkan pada kondisi ph diatas 7 dapat mengalami defisiensi
unsur hara Fe, B,P,Mn,Cu,Ca dan Mg, sehingga dapat menyebabkan keracunana
bagi tanaman.
Pada ph aktual tanah mampu melakukan aktivitas untuk melepaskan ion
hidrogen akibat penambahan senyawa kalium pada larutan tanah dan hidrogen
tidak mampu diikat oleh tanah sehingga H digantikan oleh K +. Sedangkan pada
ph potensialnya terjadi kemasaman tanah yang mengalami keberlanjutan melalui
penyerapan kaloid yang mudah mengalami pertukaran.

BAB V. PENUTUP

40

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tanah denph optimum 7,0 memiliki ketersediaan unsur hara makro dalam
jumlah yang maksimum bagi tanaman.
2. Tanah dengan ph diatas 7,0 dapat mengalami defisiensi unsur hara yang
menyebabkan tanaman mengalami keracunan.
3. Tanah yang bermuatan negatif tergolong kedalam tanah yang subur karena
mempunyai unsur hara makro yang cukup bagi tanaman.
4. pH tanah dengan muatan yang positif memiliki kemampuan untuk
mengikat senyawa kation yang dibutuhkan bagi tanaman bersifat lemah.
5. pH dengan muatan yang negatif menunjukan bahwa pada pH dengan
muatan ini mampu mengikat senyawa kation yang di butuhkan bagi
tanaman.
5.2 Saran
Saran saran yang dapat diberikan adalah
1. Untuk praktikan, sebelum melakukan praktikum praktikan diharapkan
sudah memahami atau menguasai meteri.
2. Dibutuhkan ketelitian dalam praktikan agar mendapatkan hasil yang
maksimal.

41

ACARA V. KONSISTENSI TANAH

42

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan
ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang
menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi
(tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah,
lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah
pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi
lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah
sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk menetapkan batas cait
tanah (BC), menetapkan batas lekat tanah (BL), menetapkan batas gulung tanah
(BG), menetapkan batas berubah warna (BBW), dan menetapkan jangka olah
tanah (JO).

43

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi


butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan
tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah
bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan,
pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa tanah-tanah
yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada
alat pengolah tanah (Hanafiah,2007).
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu:
basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity).
Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara (Hardjowigeno,2004).
Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat
plastisitas dan tingkat kelekatan. Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan
sangat plastis, plastis, agak plastis, dan tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan
ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat, dan sangat lekat.Pada kondisi
lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan sampai dengan
tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari: lepas, sangat
gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah
gembur berarti tanah tersebut mudah diolah, sedangkan konsistensi tanah teguh
berarti tanah tersebut agak sulit dicangkul.Pada kondisi kering, konsistensi tanah
dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah. Konsistensi kering dinilai dalam
rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi: lepas, lunak, agak keras, keras, sangat
keras, dan ekstrim keras (Anonymous,2002).

44

Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan


dengan meremas segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah hancur, maka
tanah dinyatakan berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk
kondisi kering. Apabila gumpalan tanah sukar hancur dengan cara remasan
tersebut maka tanah dinyatakan berkonsistensi teguh untuk kondisi lembab atau
keras untuk kondisi kering (Bowles. 2007).
Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari, yaitu
kategori: melekat atau tidak melakat. Selain itu, dapat pula berdasarkan mudah
tidaknya membentuk bulatan, yaitu: mudah membentuk bulatan atau sukar
membentuk bulatan; dan kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut,
(sarief.1989).

45

BAB.III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at I4 Juni 2013 di Laboratorium
Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah satu set alat casagrande,
cawan penguap diameter 12 cm, botol pemancar,4 buah timbangan,timbangan
analitik, gelas beaker 500 ml, oven,eksikator, kertas grafik semilong.
3.2.2

Bahan
contoh tanah kering udara 0,42 mm (0,5 ml).

3.3 Prosedur Kerja


A. Batas Cair Tanah (BC).
1. Disiapkan 100 gram contoh tanah, dimasukan didalam gelas beaker 500
ml di berikan air secukupnya dan di aduk merata sampai membentuk
pasta yang homogen.
2. Dipindahkan sebagian pasta tanah dalam cawan casagrende dan diratakan
hingga ketebalan 1 cm.
3. Dibelah pasta tanah pada cawan casagrande menjadi dua bagian
menggunakan pengalur, pembelahan dimulai dari sisi atas cawan.
4. Diputar engkol pemutar cawan pada casagrande dengan kecepatan dua
putaran perdetik sampai alur pada cawan menyatu sepanjang 1,27 cm.
5. Dicatat jumlah ketukan yang didapat untuk mencapai keadaan (butir 4),
kemudian diambil contoh tanah disekitar alur yang telah menyatu untuk
ditetapkan kadar lengasnya secara gravimetrik menggunakan oven pada
suhu 1050C selama 4-8 jam.

46

6. Penetapan kadar lengas tanah tersebut dilakukan pada jumlah ketukan


antara 15-40 ketukan untuk membentuk alur sepanjang 1.27 cm.
B. Batas lekat tanah (BL)
1. Disiapkan contoh tanah 100 gram, dimasukan didalam gelas beaker.
Basahi dan aduk hingga merata dengan spatula atau pengaduk.
2. Diberikan air suling dan pengadukan terus dilakukan agar terbentuk pasta
yang homogen.
3. Diambil pasta tanah tersebut dab gumpalkan pada tangan kemudian
tusukkan spatula / pengaduk yang telah disediakan.
4. Diperiksa permukaan pengaduk.
5. Diambil contoh tanah tersebut untuk di tetapkan kadar lengasnya
menggunakan oven pada suhu 105-1100C.
C. Batas agaulung (BL)
1. Disiapkan contoh tanah 100 gram, dimasukan kedalam gelas beaker,
ditambahkan air suling sambil diaduk hingga merata.
2. Bola tanah diuli atau di gulung diatas bidang permukaan rata.
3. Diambil pita-pita tanah yang telah memenuhi kriteria tersebut untuk
menetapkan kadar lengasnya dengan oven pada suhu 105-1100C.
D. Batas Berubah Warna
1. Diratakan sampai tipis dan licin pasta tanah pada permukaan tanah
menggunakan pengaduk/colet.
2. Disiapkan tempat yang bebas dari sinar matahari langsung dan kering
anginkan.
3. Setelah perubahan warna mencapai lebar > 0,5 cm, bagian yang
berubah warna diambil bersama-sama dengan bagian yang ada
disampingnya dengan bgian yang lebih gelap selebar 0,5 cm untuk di
tetapkan kadar lengasnya sebagai BBW.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


Tabel 9. Hasil pengamatan konsistensi tanah

47

Jenis tanah

BC

BL

BG

BBW

JO

Vertisol

1,52

25%

65%

26%

23,5

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini diperoleh konsistensi tanah dengan batas cair sebesar
1,52,batas lekat 25% batas gulung 65%, batas berubah warna 26%, dan jangkah
olah sebesar 23,5.
Dengan menggunakan tanah entisol dapat ditentukan batas cair, batas lekat,
batas gulung, batas berubah warna, dan jangka olahnya.pada batas cair dapat
ditentukan melalui kecepatan putaran yaitu berapa banyak ketukan yang
dihasilkan untuk mengetahui batas cair tanah, dengan jumlah (n) ketukan
sebanyak 28 kali ketukan. Batas cair tanah merupakan jumlah air terbanyak yang
dapat ditahan oleh tanah, yang dihasilkan dari tanah vertisol yang memiliki batas
cair dan didominasi oleh tanah pasiran dan sangat sulit untuk menahan air.
Batas ketukan tanah merupakan kadar air tanah dimana tanah tidak dapat
melekat pada benda lain karena pada tanah vertisol tidak mengandung fraksi pasir
dan mudah melekat dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melekat .
kadar lengas tanah yang baik dan tanah lebih mudah diolah pada kondisi kadar
lengas tanah yang tidak lebih dari 100% dan tidak kurang dari 50%, sehingga
tanah mudah untuk diolah dan tidak akan merusak tanah dalam jangka waktu yang
panjang, dan pada kondisi kadar lengas dibawah 100% pertumbuhan tanaman
menjadi lebih baik karena tanah tidak mengalami kejenuhan. Apabila kadar lengas
tanahnya lebih dari 100% atau diatas 100 maka pertumbuhan tanaman tidak baik
karena kadar lengas tahanya sudah mengalami kejenuhan.

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

48

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditari kesimpulan


sebagai berikut:
1. Batas cair adalah batas dengan jumlah air terbanyak yang dapat di tahan
oleh tanah.
2. Kadar lengas tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman adalah tidak
boleh lebih besar dari 100 % dan tidak boleh lebih rendah dari 50%.
3. Tanah yang memiliki kadar lengas diatas 100 % memiliki kadar lengas
tanah yang sudah mengalami kejenuhan.
5.2 Saran
Saran-saran yang dapat di berikan yaitu pada praktikum selanjutnya
bahan-bahan yang di sediakan pada praktikan lebih banyak terutama tanah,
agar praktikan bisa terlaksana dengan lancar.

49

ACARA VI. PROFIL TANAH

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang,
lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas (sets of
characteristic) yang merupakan hasil kerja faktor-faktor pembentuk tanah. Akibat
bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan
menampakkan profil yang berbeda. Ciri-ciri morfologi suatu tanah sangat berguna

50

untuk mengetahui jenis tanah dan tingkat kesuburan tanahnya. Tindakan budidaya
tanaman akan lebih tepat, bila didasarkan pada sifat morfologi tersebut.
Tanah secara Edhapologi adalah tubuh alam yang disintesiskan dalam bentuk
penampang (ada horizon-horizon), terdiri dari berbagai hancuran mineral dan
bahan organik yang menyelimuti bumi dan dapat memberi atau menyediakan
makanan, air udara bagi tumbuhan.
1.2 Tujuan praktikum
Tujuan praktikum Profil Tanah ini adalah untuk mengetahui atau mengenal
suatu jenis tanah, dan untuk mengamati horizon-horizon tanah.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Profil Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuinduk tanah.
Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison sbb:
O A E B - C R. Solum Tanah terdiri dari: O A E B LapisanTanah Atas
meliputi: O A Lapisan Tanah Bawah : E B (Bowles. 2007).

51

Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari masa padat,cair dan gas yang
terdapat di permukaan bumi, berasal dari hasil pelapukan batuandan atau dekomposisi bahan
organik.Tanah merupakan satu rantai di antara sistem tubuh alam yangkeberadaannya tidak
dengan sendirinya, proses pembentukan dan keberadaannyasangat dipengaruhi oleh faktor
alam yang lain, seperti bahan induk, iklim, topografiatau relief, vegetasi atau
organisme, manusia dan waktu.Tanah terjadi dari hasil pelapukan batuan (Hanafiah,2007).
Tanah juga merupakan bagian dari kerak bumi. Batuan lapuk karena berbagai
sebab,diantaranya karena perubahan suhu yang naik turun secara berulang. Selain itu,tanah juga
terjadi dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup yang sudah mati. Lapisantanah paling atas disebut
humus atau bunga tanah. Bagian tersebut merupakanhasil pelapukan dari sisa-sisa makhluk
hidup, mungkin lapukan dari daun-daunan,sampah, atau bangkai hewan. Lapisan humus bersifat
gembur dan subur. Lapisantanah di bawahnya berwarna lebih terang dan butirannya lebih berat
dan keras.Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda antara tanah disuatu
tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifatkimia. Beberapa sifat
fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar lengastanah. Untuk sifat kimia menunjukkan
sifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah
tersebut (sarief. 1989).
Tanah Alfisol adalah tanah-tanah yang berkembang dari bahan induk tua,terdiri dari bentonit
yang bercampur dengan batupasir atau bahan volkan tua. Bahaninduk kaya kalsium dan
magnesium. Pencucian kurang intensif sehingga kejenuhanbasa relatif tinggi. Mineral
mudah lapuk sedikit, dan susunan mineral fraksi liatadalah campuran monmorilonit,
kaolinit dan bahan amorf atau campuran dua yangterakhir. Secara fisik dan kimia Alfisol
bersifat kurang baik. Kadar liat yang tinggitelah menghasilkan struktur gumpal bersudut
sedang dan horison argilik yang relatif kedap. Tanah juga mengandung Al-dd dan kejenuhan Al
yang tinggi, sehingga perlupengapuran. Disamping itu, pemupukan hara makro (kecuali Ca dan
Mg) dan bahanorganik sangat diperlukan (Anonymous,2002).
Pengamatan profil meliputi pengamatan dalam profil itu sendiri, dan
pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.
Yang termasuk faktor sekeliling antara lain yaitu vegetasi, kedalaman air tanah,

52

topografi, usaha tani, ada tidaknya faktor penghambat seperti bahaya banjir, erosi,
salinitas, keadaan berbatu dan sebagainya.Untuk mengenal suatu jenis tanah,
dilakukan praktikum pengenalan profil di lapang. Profil tanah yang akan diamati
ciri- cirinya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu masih alami,
vertikal dan bidang pengamatan profil tidak boleh terkena sinar matahari secara
langsung (Munir, 1996).

BAB.III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at 22 Juni 2013 di Laboratorium
Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

53

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Bor tanah, abney level

(clinometer) untuk mengukur kemiringan tanah, kompas, altimeter, pH saku,


botol semprot, kertas label, meteran, buku Munsell Soil Color Chart, Kantong
Plastik, Spidol, buku pedoman pengamatan tanah di lapang, dan daftar isian
profil.
3.2.2

Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah larutan H 2O2 3%,

larutan HCL 10%, larutan -dipridil dalam 1N NH4Oac neteral, akuades dan
lahan pengamatan.
3.3 Prosedur Kerja
1. Tempat pembuatan profil dipilih, sebelumnya dilakukan pengeboran
(boring) ditempat-tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter
pada 2 atau 3 tempat berjarak 1meter, yang berguna supaya tercapai
keseragaman.
2. Lubang yang telah digali sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah
dengan
ukuran panjang 2m, lebar 1,5m. Didepan bidang pengamatan profil
dibuat tangga (trap) ke bawah untuk memudahkan pengamatan.
3. Pengamatan dimulai dengan mengukur dalamnya profil, diukur dari
lapisan atas sampai bawah. Penarikan batas horison atau lapisan tanah
dapt ditentukan dengan melihat pebedaan warna atau menusuk-nusuk
piasu ke dalam tanah dengan tekanan tetap untuk meraskan perbedaan
kekerasannya. Selanjutnya dilakukan penetapan horison-horison dan
penncatatan pada daftar isian profil.

54

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengatan
Tabel 10 Hasil pengamatan profil tanah
. Kedala
Warna
Struktur
Horiz man
Tekstu kelekat Tipe uku
on Horizo basah kering
r
an
ran
n
I

22

II

III

10

IV

17

VI

10YR
3/2
7,5YR
4/1
2,5YR
4/6
10YR
5/4

10YR
2/1
10YR
2/2
10YR
3/1
10YR
3/2

Strong Platy

7,5YR
4/4
10YR
7/4

10YR
2/1
10YR
3/2

Konsistensi
ker ing
b as
lem bab
ah

vf

struktu Platy f
reles
Strong Bloo ky m

struktu granuler m
reles

StruktuGranula f
rless r
StruktuGranula vf
rless r

Vp

55

4.2 Pembahasan
Apabila kita menggali lubang pada tanah, maka apabila kita perhatikan dengan
teliti pada masiing-masing sisi lubang tersebut akan terlihat lapisan-lapisan tanah
yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan
pasir berselang-seling dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedangkan di
tempat lain ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat, tetapi lapisan bawah
berwarna kelabu dengan bercak-bercak merah, di bagian tengah berwarna merah,
dari lapisan atasnya berwarna kehitam-hitaman. Lapisan-lapisan tersebut
terbentuk karena dua hal, yaitu dengan adanya pengendapan berulang-ulang oleh
genangan air dan karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizonhorison tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah.
Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah disebut
profil.
Praktikum pengamatan profil tanah ini bertempat di kebun percobaan
Narmada Kabupaten Lombok Barat. Hasil dari pembuatan profil tanah pada
praktikum tanah tersebut dapat dimasukkan kedalam ordo inceptisol, sub ordo
udep,sub group dystrudeis,group typic dystru decp.
Pada praktikum ini digunakan larutan HCL yang bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya kandungan kapur pada tanah, jika tanah berbuih berarti terdapat
kandungan kapur didalam tanah, sementara larutan H2O2 digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya kandungan bahan organik pada tanah, jika tanah berbuih
berarti terdapat kandungan bahan organik di dalam tanah.

56

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil praktikum Pengamatan
Profil Tanah yaitu :
1. Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan atas hingg
bebatuan induk tanah.
2. Sifat-sifat yang di amati dalam praktikum ini adalah warna tanah,tekstur
tanah,struktur tanah,dan konsistensi tanah.
5.2.Saran
Diharapkan pada para praktikum agar lebih memperhatikan praktikum yang
telah berlangsung.

57

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. http//scribd.com /warna Tanah. Diakses tanggal 27 mei 2012.
Anonymous .2007. kadar Lengas Tanah. Http.// www Misoury university. Com
Bowles Joseph.E. 2007. Rekayasa Mekanik Tanah. Jakarta . Erlangga
Fort.H.D.1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Hanafiah, kemas.Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo
petsado,Jakarta.
Handayani, S. 2009. Panduan praktikum dan bahan-bahan Asistensi DasarDasar Ilmu Tanah. Fakultas Pernaian Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

58

Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo petsado, Jakarta.


Hardjowigeno. Sarwono. 2003. Klasifikasi Tanah pedogenesis. Presindo. Jakarta.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo petsado, Jakarta.
2006. Klasifikasi Tanah pedogenesis. Presindo. Jakarta.
2007. Klasifikasi Tanah pedogenesis. Presindo. Jakarta.
Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : raja Grafindo persada.
Hardjowigeno . S. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta : Rineka cipta.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo petsado,Jakarta.
Hardjowigeno. Sarwono. 2003. Klasifikasi Tanah pedogenesis. Presindo. Jakarta.
Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : raja Grafindo persada.
Hardjowigeno . S. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta : Rineka cipta.
Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : raja Grafindo persada.
Hardjowigeno . S. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta : Rineka cipta.
Karta sapoetro dan mulyani. 2007. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka cipta. Jakarta
Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta. Rineka Cipta.
Karta sapoetro dan mulyani. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka cipta. Jakarta.
Lal. 1979. Pengantar Ilmu Tanah. B ineka cipta. Jakarta.
Munir . M.1996. Tanah-tanah utama. Jakarta :Dunia Pustaka Jaya.
Notohadipranoto. R,M. Asas-asas Pedologi. Departemen ilmu tanah Fakulta
Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

59

Notohadipranoto. R,M. Asas-asas Pedologi. Departemen ilmu tanah Fakultas


Pertanian.

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sarief .S.2000. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Bandung. pustaka Buana.


Sarief .S.2000. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Bandung. pustaka Buana.
Tan. K.H.1991.Dasar-Dasar Kimia Tanah. Alih Bahasa oleh Ir.didiek Hadjan
Goenadi. Gadjah Mada Universitas press. Yogyakarta.
Utami. S.N dan Handayani.S. 2003. Sifat kimia entisol pada sistem pertanian
organik. Yogyakarta . Gadjah Mada university press.
Walkers. J.P. and paul.2005. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan dan kualitas
tanah. Cahaya Media. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai