Anda di halaman 1dari 3

I.

UMUM
SEJARAH
Selama berabad-abad, manusia, telah melakukan pengamatan atas berbagai efek
elektrik dan magnetik alam. Fenomena elektrik alam seperti petir telah dikenal sejak
prasejarah. Pelaut-pelaut Italia yang berlayar di Laut Tengah melihat terjadinya emisi
cahaya yang keluar dari ujung tiang layar kapal mereka pada malarn hari yang kering dan
berbadai.
Cahaya itu dikenal dengan name api St. Elmo. Cahaya kutub (polar light) di utara (aurora
borealis) dan di selatan (aurora australis) telah diketahui selama berabad-abad. Efek-efek
medan magnetik yang tampak di alam juga telah diamati sejak lama. Pada abed ke12, pengetahuan mengenai kompas magnetik dan penggunaannya telah diketahui di
banyak negara.
Dunia kelistrikan banyak berutang pada Michael Faraday, yang melakukan
kegiatan ilmiah dalam berbagai bidang. Salah satu kegiatannya yang menyangkut rotasi
elektromagnetik menghasilkan pengembangan dalam bidang industri elektromagnetik.
Penemuanpenemuan Faraday merupakan dasar terpenting bagi awal perkembangan
berbagai alat elektromagnetik seperti transformator, generator arus tukar dan
generator arus searah. Generator elektromagnetik pertama yang mempergunakan rotasi
ditemukan oleh H.M. Pexii, dari Paris, tahun 1832. Pada generator pertama ini, sebuah
magnet permanen berbentuk sepatu kuda, diputar mengelilingi sebuah inti besi berlilitan
yang dihubungkan pada sebuah komutator.

Mesin ini menghasilkan bunga-bunga api

bila diputar.
Dalam tahun 1867 William Siemens mengatakan bahwa tidak perlu
mempergunakan magnet permanen guna konversi energi mekanikal menjadi energi
listrik. la membuat sebuah mesin yang praktis;' mempergunakan suatu penemuan dasar
dari Werner Von Siemens , di mana sebuah armatur silinder berputar di antara dua
kutub magnetik. Berbagai penyempurnaan dalam desain generator dikembangkan,
antara lain oleh Pacinotti dan Gramme, dibantu oleh dasar-dasar teori yang
dikemukakan oleh Maxwell mengenai listrik dan magnetika, Kemajuan itu

mempunyai dampak besar terhadap desain mesin yang dibuat lebih canggih dan
ekonomis.
Sejarah tenaga listrik komersial untuk umum berawal pada tahun 1882, yang mulai
beroperasi pada bulan Januari di pusat tenaga listrik yang pertama di London,
disusul kemudian dengan hal yang sama pada bulan September di New York City,
tahun itu juga. Kedua duanya mempergunakan arus searah tegangan rendah.
Penggunaan arus searah itu dengan sendirinya tidak memenuhi syarat untuk kedua
kota yang besar, sehingga dicari suatu sistem. yang lebih memadai. Jalan ini dibuka
dengan adanya arus tukar yang dikembangkan-oleh Lucien Gauland, seorang Perancis,
dan John Gibbs, seorang Inggris yang mendapatkan patent untuk itu. Patent tersebut
dibeli oleh George Westinghouse, seorang pengusaha, pada tahun 1885, dan atas
patent. itu dikembangkan pembuatan sebuah generator arus tukar dengan tegangan tetap,
Serta sistem penyediaan tenaga listrik dengan, arus tukar.
Sejarah penyediaan tenaga, listrik di Indonesia diawali dengan selesai
dibangunnya sebuah pusat tenaga listrik di Gambir, Jakarta, pada. bulan Mei 1897. Hal
serupa kemudian disusul oleh kota-kota besar. lainnya di antaranya: Medan pada tahun
1899, Surakarta pada tahun 1902, Bandung pada tahun 1906, Surabaya pada tahun 1912,
dan Banjarmasin Pada tahun 1922: Mula-mula dipergunakan pusat-pusat listrik tenaga
termis, kemudian disusul dengan pembuatan pusat-pusat listrik tenaga air.
Dari Pusat Tenaga Listrik Air (PLTA), yang telah dibangun terdapat PLTA
Giringan di Madiun, yang sudah bekerja pada tahun 1917, PLTA Tes di Bengkulu pada
tahun 1920, PLTA Plengan di Priangan, Jawa Barat, pada tahun 1922, dan PLTA
Bengkok serta PLTA Dago kedua-duanya di Bandung Utara pada tahun 1923.
Umumnya pengusahaan tenaga listrik di Indonesia sebelum Perang Dunia ke
Il dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta, di antaranya yang terbesar adalah
NIGEM, yang kemudian menjadi OGEM, ANIEM, dan GEBEO, sedangkan Jawatan
Tenaga Air (LWB, 'stands - Waterkracht . Bedryven) membangun dan mengoperasikan
sejumlah pusat listrik tenaga air di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara.
Izin listrik, atau konsesi dari perusahaan-perusahaan listrik swasta mulai tahun 1954,
secara berangsur-angsur menjadi kedaluwarsa, dan tidak diperpanjang lagi, kemudian
secara berangsur-angsur dialihkan oleh negara dan disatukan ke dalam Perusahaan

Listrik Negara (PLN), pada tahun 1961. Kira-kira 30 tahun lebih kemudian diberlakukan
Undang-Undang No. 15/1985 mengenai ketenagalistrikan. Bila sebelumnya PLN
secara praktis merupakan monopoli, Undang-Undang Ketenagalistrikan memberikan
kesempatan yang luas kepada pihak swasta dan koperasi untuk berpartisipasi dalam
penyediaan tenaga listrik, bukan saja untuk keperluan sendiri, akan tetapi juga untuk
keperluan umum. Dalam konteks itu antara tahun 1993 mulai bekerja PT Cikarang
Listrindo yang mengoperasikan pusat tenaga listrik guna keperluan suatu kawasan
industri di sekitar Karawang, Jawa Barat. Kemudian ditandatanganinya suatu perjanjian
PLN untuk membeli energi listrik dari Proyek Swasta Paiton I yang terletak di Jawa
Timur, pada bulan Februari 1994. Kemudian pada bulan Juni 1994 mulai dengan
Peraturan Pemerintah No. 23/1994, Perusahaan Umum Listrik Negara beralih bentuk
menjadi Perusahaan Perseroan.

Anda mungkin juga menyukai