Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup
bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi ireversibel
yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar
udara paru-paru. (Smeltzer, 2002)
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan
fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya
penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa
observasi beberapa waktu.(Price, 2006)
B. Etiologi
Etiologi penyakit PPOK belum diketahui. Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit
Paru Obstruksi Kronik adalah :
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi Udara
3. Usia semakin bertambah faktor resiko semakin tinggi terkenan PPOK
4. Gas-gas kimiawi akibat kerja
5. Riwayat infeki saluran nafas: Asma episodik, orang dengan kondisi ini beresiko
mendapat penyakit paru obstuksi kronik, peunomia dan bronkitus
6. Bersifat genetik yakni definisi -l anti tripsin, Ini merupakan kekurangan suatu enzim
yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang
kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada usia yang relatif muda, walau
pun tidak merokok.
7. Berkurangnya fungsi paru-paru, bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan.
C. Manifestasi Klinik
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk
bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung lama dan
sepanjang hari. Batuk disertai produksi sputum yang awalnya sedikit dan mukoid,
berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan bertambah parahnya batuk
penderita. Penderita juga mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, semakin memberat
saat melakukan aktifitas. Gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi:
1. Batuk bertambah berat
2. Produksi sputum bertambah
3. Sputum berubah warna
4. Sesak napas bertambah berat
5. Bertambahnya keterbatasan aktifitas
6. Terdapat gagal nafas akut dan gagal nafas kronis
7. Penurunan kesadaran

D. Patofisiologi
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan
elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih
lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen
yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen
sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paruparu juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi
paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus
dan juga menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari
kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami
penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada
saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah
penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak
napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan
kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru:
ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan
(Brannon, et al, 1993).
E. Gambar

F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
- Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut,
-

tetapi juga fase kronik.


Memperbaiki
kemampuan

penderita

dalam

melaksanakan

aktivitas

harian.Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi


lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.

3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba


tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman
penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid
untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih controversial. Pengobatan
simtomatik.
5. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
6. Pemberian oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran
lambat 1 2 liter/menit.
Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang
paling efektif.
3. Latihan dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran
jasmani.
4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
mengerjakan pekerjaan semula.
5. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita dengan
penyakit yang dideritanya.
G. Pemeiksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologis
a. Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
- Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan
bronkus yang menebal.
- Corak paru yang bertambah(5)
b. Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
- Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.
Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
- Corakan paru yang bertambah.(5)
2. Pemeriksaan faal paruPada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun,
VR yang bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan
VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal
expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau
normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini
perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas
difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.(5)
3. Analisis gas darah

Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik
merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada
kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja
lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.(5)
Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor

4.

pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan
aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari
1. Sering terdapat RBBB inkomplet.(5
5. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
6. Laboratorium darah lengkap
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien dan penanggung jawab
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Menjelaskan kronoligis sakit pasien sekarang sampai pasien dibawa ke rs,
-

ditambah dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan dalam PQRST.
Riwayat kesehatan dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau
memperberat keadaan penyakit yang diderita pasien saat ini, termasuk faktor

predisposisi penyakit atau ada waktu proses sembuh


Riwayat kesehatan keluarga
Mengidentifikasi riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit menular dan

penyakit yang diturunkan atau genetik.


d. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas dan Istirahat
Gejala :Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas, Ketidakmampian untuk tidur,
perlu tidur dalam posisi duduk tinggi, Dispnea pasa saat istirahat atau
respon terhadap aktivitas atau latihan.
Tanda: keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum atau kehilangan masa
otot
2) Sirkulasi
Gejala: Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :Peningkatan tekanan darah, Peningkatan frekuensi jantung, Distensi
vena leher,
jantung,

Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit

Bunyi

jantung

redup,

warna

kulit/membrane

mukosa

:normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh dan sianosis perifer, Pucat dapat


menunjukkan anemia.
3) Integritas ego
Gejala:peningkatan faktor resiko, perubahan gaya hidup
Tanda: ansietas, ketakutan, peka ransang
4) Makanan/ cairan
Gejala: mual, muntah, nafsu makan buruk/ anoreksia, ketidakmampuan untuk
makan kerena distress pernapasan, penurunan berat berat badan,
peningkatan berat berat menunjukan edema.
Tanda: turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat
5) Hyegine
Gejala: penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari
Tanda: kebersihan buruk, bau badan.
6) Pernapasan
Gejala: nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala
menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode
berulangnya sulit nafas (asma); rasa dada tertekan, ketidakmampuan
untuk bernafas (asma), Batuk menetap dengan produksi sputum setiap
hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturutturut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, Episode batuk hilang timbul,
biasanya tidak produksi pada tahap dini meskipun dapat menjadi
produktif (emfisema), Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada
polusi kimia/iritan, pernafasan dalam jangka panjang, Penggunaan
oksigen pada malam hari secara terus-menerus.
Tanda: Pernafasan: biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjang
dengan mendengkur, nafas bibir (emfisema), Penggunaaan otot bantu
pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan hidung, Dada: gerakan
diafragma minimal, Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi
mengi (emfisema); menyebar, lembut atau krekels lembab kasar
(bronchitis); ronki, mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak
adanya bunyi nafas (asma), Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis.
Jebakan udara dengan emfisema); bunyi pekak pada area paru (mis.
Konsolidasi, cairan, mukosa), Warna : pucat dengan sianosis bibir dan
dasar kuku; abu-abu keseluruhan; warna merah (bronchitis kronis, biru
mengembung), Pasien dengan emfisema sedang sering disebut pink

puffer karena warna kulit normal meskipun pertukaran gas tak normal
dan frekuensi pernafasancepat.
7) Keamanan
Tanda: Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan,
Adanya/berulang infeksi, Kemerahan/berkeringat (asma).
e. Analisa data:
Symptom
Ds: pasien mengeluh sesak
Do:
- sianosis
- Suara napas tambahan
- Prubahan frekuensi napas
- Sianosis
- Perubahan irama napas
- Sputum dalamm jumlah
yang berlebihan
- Batuk tidak efektif
- Othopneu dan dyspnea
DS:
DO:
- Bradipnea
- Pernpasan cuping hidung
- Takipnea
- Fase ekspirasi memanjang
- Pernapasan bibir
- Perubahan
kedalaman
pernapasan
- Penggunaan otot bantu
pernapasan

Ds:
Do:
- Pernapasan abnormal
- Warna kulit sianosis atau
pucat.
- Dipsnea

Etiologi
Faktor pencetus (rokok dan
polusi)

PPOK

Inflamasi

Peningkatan secret di alveolus

Penumpukan sputum

Bersihan jalan napas tudak efektif


PPOK

Obstruksi bronkiolus awal fase


ekspirasi

Udara terperangkat di alveolus

Pembesaran alveoli

Penyempitan saluran udara secara


periodik

Ekspansi paru menurun

suplay oksigen tidak adekuat


keseluruh tubuh

Hipoksia

Sesak

Pola napas tidak efektif


PPOK

Obstruksi brokiolus awal fase


ekspirasi

Udara terperangkap di alveolus

Problem
Bersihan jalan
napas
tidak
efektif

Pola napas tidak


efektif

Gangguan
pertukaran gas

- Diaforesis
- Napas cuping hidung
- Takikardia
- Penggunaan otot pernapasan
- Nilai AGD
DS:
DO:
- Pasien terlihat letih dan
lemah
- Dipsnea setelah mekakukan
aktivitas
- Perubahan tekanan darah
terhadap aktivitas
- Perubahan nadi

DS:pasien mengatakan tidak


nafsu makan
DO:
- Perubahan berat badan
- Mua/muntah
- Bising usu hiperaktif
- Nyeri abdomen
- Diare
- Sariawan dirongga mulut

PaO2 rendah
PaCO2 tinggi

Gangguan pertukaran gas


Ekspansi paru menurun

Kompensasi tubuh untuk


memenuhi kebutuhan oksigen
dengan meningkatkan frekuensi
pernapasan

Kontraksi otot pernapasan


penggunaan energi untuk
pernapasan meningkat

Intoleransi aktivitas
Penumpukan secret

Batuk produktif

Distensi abdomen

Mual, muntah dan anoreksia

Nafsu makan menurun

Intake nutrisi kurang

Resiko ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan

Intoleransi
aktivitas

Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

2. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga
dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokontriksi
dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
3. NCP (Nursing Care Plan)

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan


produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi
bronkopulmonal.
Tujuan: bersihan jalan napas efektif
Kriteria hasil:
- Menunjukkan jalan nafas yang paten
- Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
-

nafas
Suara nafas bersih, tidah ada sianosis dan dyspneu(mampu bernafas dengan
mudah)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Intervensi
Beri pasien 6 sampai 8 gelas
cairan/hari kecuali terdapat kor
pulmonal.
Ajarkan
dan
berikan
dorongan
penggunaan
teknik
pernapasan
diafragmatik dan batuk.
Instruksikan pasien untuk menghindari
iritan seperti asap rokok, aerosol, suhu
yang ekstrim, dan asap.
Lakukan drainage postural dengan
perkusi dan vibrasi pada pagi hari dan
malam hari sesuai yang diharuskan.
Bantu dalam pemberian tindakan
nebuliser, inhaler dosis terukur, atau
IPPB.
Berikan
antibiotik
sesuai
yang
diharuskan.

Rasional
1. Mencegah terjadinya dehidrasi.
2. Batuk
efektif
membantu
mengeluarkan
secret
yang
tertumpuk
3. Iritan dapat memperburuk inflamsi
yang terjadi dalam tubuh
4. Membantu melepaskan mukus yang
menenpel pada diding paru.
5. Mengatasi
pasien.

sesak

yang

dialami

6. Pemberian
antibotik
dapat
mencegah terjadinya infeksi.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokontriksi
dan iritan jalan napas.
Tujuan: pola napas pasien efektif
Krriteria hasil:
- Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal
- Bunyi nafas terdengar jelas
Intervensi
Rasional
1. Kaji
kualitas,
frekuensi
dan 1. Dengan mengkaji kualitas, frekuensi
kedalaman pernafasan, laporkan
dan kedalaman pernafasan, kita dapat
setiap perubahan yang terjadi.
mengetahui sejauh mana perubahan
kondisi pasien.
2. Baringkan pasien dalam posisi yang 2. Penurunan diafragma memperluas
nyaman, dalam posisi duduk, dengan
daerah dada sehingga ekspansi paru
kepala tempat tidur ditinggikan 60

90 derajat.
bisa maksimal.
3. Bantu dan ajarkan pasien untuk
batuk dan nafas dalam yang efektif. 3. Menekan daerah yang nyeri ketika
batuk atau nafas dalam. Penekanan
otot-otot dada serta abdomen membuat
batuk lebih efektif.
4. Observasi tanda-tanda vital (suhu,
nadi, tekanan darah, RR dan respon 4. Peningkatan RR dan tachcardi
merupakan indikasi adanya penurunan
pasien).
fungsi paru.
5. Kolaborasi dengan tim medis lain
5.
Pemberian oksigen dapat menurunkan
untuk pemberian O2 dan obatbeban pernafasan dan mencegah
obatan.
terjadinya sianosis akibat hiponia.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi.
Tujuan: perbaikan dalam pertukaran gas
Kriteria hasil:
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Akral hangat
- CRT < 3 detik

1.

2.
3.
4.

Intervensi
Auskultasi bunyi jantung dan paru,
awasi tekanan darah, perhatikan
postural misalnya duduk,barbaring
dan berdiri.
Kaji tingkat aktivitas dan respon
terhadap aktivitas
Pantau klien terhadap dipsnea dan
hipoksia.
Kolaborasikan pemeriksaan lab. AGD

Rasional
1. adanya takikardi frekuensi
menjdi tidak teratur.

jantung

2. Kelelahan dapat menyertai gagal


jantung kongestif dan juga anenia.
3. Dipsnea
dan
hipoksi
enujukan
pertukaran gas yang tidak adekuat
4. Nilai AGD menentukan pertukaran gas
dalam paru.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan


kebutuhan oksigen.
Tujuan:memperlihatkan kemajuan pada tingkat yang lebih tinggi terhadap aktivitas.
Kriteria hasil:
- Berpatisipasi dalam meningkatkan latihan dan tingkat aktivitas
- Melaporkan peningkatan aktivitas
Intervensi
Rasional
1. Kaji faktor yang menyebabkan 1. Menyediakan informasi tentang indikasi
keletihan: anemia, ketidakseibangan
tingkat keletihan.
cairan dan elektrolit, reteni produk
sampah, depresi
2. Tingkatkan
kemandirian
dalam 2. Mengingkatkan aktivitas sedang atau
aktivitas perawatan diri yang dapat
ringan.

ditoleransi,
bantu
jika
terjadi
keletihan.
3. Anjurkan aktivitas alternatif sambil 3. Mendorong aktivitas dan latihan dalam
batas yang dapat ditoleransi dan
istirahat.
istirahat yang adekuat
4. Pertahankan status nutrisi pasien.
4. Status nutrisi yang adekuat pasien
memiliki energi untuk dapat melakukan
aktivitas
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan: asupan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
- Peningkatan berat badan ideal
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Intervensi
1. Auskultasi suara bising usus.

1.

2. Lakukan oral hygiene setiap hari.

2.

3. Beri makanan dalam porsi kecil


tapi sering.

3.

4. Beri motivasi tentang pentingnya


nutrisi.

4.

5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam


pemberian diet TKTP.

5.

Rasional
Bising usus yang menurun atau
meningkat
menunjukkan
adanya
gangguan pada fungsi pencernaan.
Bau mulut yang kurang sedap dapat
mengurangi nafsu makan.
Makanan dalam porsi kecil tidak
membutuhkan energi, banyak selingan
memudahkan reflek.
Kebiasaan
makan
seseorang
dipengaruhi
oleh
kesukaannya,
kebiasaannya, agama, ekonomi dan
pengetahuannya tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuh.
Diet TKTP sangat baik untuk
kebutuhan
metabolisme
dan
pembentukan antibody karena diet
TKTP menyediakan kalori dan semua
asam amino esensial.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Price, S.A.& Lorraine M.W. 2006. Patofisilogi Konsep Klinis Proses-proses Panyakit Edisi
6: vol. 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai