Anda di halaman 1dari 10

PENDEKATAN HUMANISTIK

15 09 2009

Pendekatan yang Humanistik mulai dalam menanggapi keprihatinan yang dirasakan oleh para
terapis terhadap keterbatasan dari teori-teori psikodinamik, khususnya psikoanalisis. Individuindividu seperti Carl Rogers dan Abraham Maslow merasa ada (psikodinamik) teori memadai
gagal menangani masalah-masalah seperti makna perilaku, dan sifat pertumbuhan yang sehat .
Namun, hasilnya tidak hanya variasi baru pada teori psikodinamik, melainkan pendekatan baru
yang mendasar.
Ada beberapa faktor yang membedakan Pendekatan Humanistik dari pendekatan-pendekatan lain
dalam psikologi, termasuk penekanan pada makna subjektif, penolakan terhadap determinisme,
dan kepedulian terhadap pertumbuhan positif daripada patologi. Sementara orang mungkin
berpendapat bahwa beberapa teori psikodinamik memberikan visi pertumbuhan yang sehat
(termasuk konsep Jung individuasi), yang lain membedakan karakteristik Pendekatan
Humanistik dari setiap pendekatan lain dalam psikologi (dan kadang-kadang menyebabkan teori
dari pendekatan-pendekatan lain untuk mengatakan Humanistik Pendekatan ini tidak ilmu sama
sekali). Kebanyakan psikolog percaya bahwa perilaku hanya dapat dipahami secara obyektif
(oleh pengamat yang netral), tetapi humanis berpendapat bahwa hasil ini dalam menyimpulkan
bahwa seorang individu tidak mampu memahami perilaku mereka sendiri suatu pandangan
yang mereka lihat sebagai paradoks baik dan berbahaya untuk baik kesehatan. Sebaliknya,
humanis seperti Rogers berpendapat bahwa makna pada dasarnya perilaku pribadi dan subjektif;
mereka lebih jauh berpendapat bahwa menerima ide ini tidak ilmiah, karena pada akhirnya
semua individu adalah subjektif: apa yang membuat ilmu pengetahuan tidak dapat dipercaya
bahwa para ilmuwan yang murni objektif, tetapi bahwa sifat dari kejadian yang diamati dapat
disepakati oleh berbagai pengamat (suatu proses verifikasi intersubjektif panggilan Rogers).
Masalah-masalah yang mendasari Pendekatan Humanistik, dan perbedaan dari pendekatan lain,
akan dibahas lebih lengkap dalam teks, namun sumber-sumber yang berguna di bawah ini
memberikan informasi tambahan. Satu hal patut dicatat: jika Anda ingin benar-benar memahami
sifat Pendekatan Humanistik, Anda tidak dapat mempertimbangkan dalam istilah abstrak.
Sebaliknya, Anda harus mempertimbangkan apakah dan bagaimana ide-ide berhubungan dengan
pengalaman Anda sendiri untuk itu adalah bagaimana makna perilaku ini berasal
ASUMSI DASAR MANUSIA MENURUT PENDEKATAN HUMANISTIK
1. Manusia adalah makhluk yang baik dan dapat dipercaya
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang baik dan berupaya menjalin hubungan yang
bermakna dan konstruktif dengan orang lain.
2. Manusia lebih bijak daripada inteleknya
Manusia lebih bijak dari pikiran-pikiran yang disadarinya bilamana manusia berfungsi dengan
cara yang baik dan tidak disentrif.
3. Manusia adalah makhluk yang mengalami
Yaitu makhluk yang memikirkan, berkehendak, merasakan dan mempertanyakan. Rogers yakin
bahwa inti dari kehidupan yang bernilai terletak dalam mengalami sebagai pribadi yang
mendalam.
4. Kehidupan ada pada saat ini, kehidupan ialah hidup sekarang

Kehidupan itu lebih dari sekedar tingkah laku otonistik yang ditentukan oleh peristiwa masa lalu,
dan nilai kehidupan terletak pada saat sekarang, bukan pada masa lalu atau pada saat yang akan
datang.
5. Manusia adalah makhluk yang bersifat subyektif
Tingkah laku manusia hanya dapat dipahami berdasarkan dunia subyektifnya, yaitu bagaimana
individu itu memandang diri dan lingkungannya.
6. Hubungan manusiawi yang mendalam merupakan salah satu kebutuhan yang terpokok
manusia
Meningkatkan hubungan antar pribadi yang mendalam memiliki potensi yang sangat besar
sebagai sumber kesejahteraan mental manusia.
7. Manusia memiliki kecenderungan kearah aktualisasi
Kecenderungan manusia adalah bergerak ke arah pertumbuhan, kesehatan, penyesuaian,
sosialisasi, realisasi diri, kebebasan dan otonomi.
HAKIKAT TINGKAH LAKU NORMAL MANURUT PENDEKATAN HUMANISTIK
Pribadi sehat menurut carl rogers diistilahkan pribadi yang berfungsi secara penuh
merupakan pribadi yang ideal dengan karakteristik seperti di bawah ini :
1. keserasian, keserasian antara diri dan pengalaman
manusia merevisi gambaran dirinya agar serasi dengan pengalamannya dan dilambangkan
dengan tepat
2. keterbukaan terhadap pengalaman
bila individu berada dalam keadaan bebas ancaman, maka ia akan terbuka terhadap
pengalamannya. Terbuka terhadap pengalaman adalah kebalikan dari sikap mempertahankan diri.
Hal ini berarati, bahwa setiap stimulus baik yang berasal dari organisme atau dari lingkungan
dapat disampaikan secara bebas melalui sistem saraf tanpa dikaburkan atau disalurkan
menggunakan defence mechanisem.
3. penyesuaian diri secara psikologis
penyesuaian diri secara psikologis yang optimal akan terjadi bilamana semua pengalaman dapat
diasimilasikan pada tingkat simbolik ke dalam keseluruhan struktur diri.
4. eksistensionalitas
individu cenderung melihat pengalaman dalam istilah yang didiferensiasi (dipilah-pilah),
menyadari adanya perbedaan ruang dan waktu, mendasarkan diri pada fakta, menilai dengan
berbagai cara, menyadari tingkat-tingkat abstraksi yang berbeda, menguji kesimpulan dan
abstraksi dalam realita.
5. matang, kematangan (mature, maturity)
individu dikatakan menunjukkan tingkah laku yang matang bilamana ia mempersepsi diri secara
realistis, tidak defensif, menerima tanggung jawab, mengevaluasi pengalaman berdasarkan dari
penginderaannya sendiri, menerima orang lain sebagai individu yang berbeda dari dirinya dan
menghargai diri dan orang lain.
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN DARI SUDUT :
Berdasarkan baik cukup kurang
1. inclussivenessnya v
2. verifikasi
3. kemampuan prediksi

Keterangan kolom :
1. pada kolom inclussivenessnya dikatakan baik karena pendekatan humanistik sangat mungkin
digunakan oleh konselor karena pendekatan ini menekankan pentingnya memahami konseli dari
pribadi ke pribadi yang mana hal tersebut merupakan tujuan dari proses konseling yang
dilakukan oleh konselor dalam membantu konseli.
2. pada kolom verifikasi dikatakan baik karena pendekatan humanistik bersifat fleksibel yang
mana dalam aplikasinya tidak memiliki teknik- teknik yang ditentukan secara tepat namun bisa
diintegrasi dari pendekatan- pendekatan lain seperti Gestalt, Analisis transaksional, Psikoanalitik
dan lain- lain.
3. pada kolom tingkat kemampuan prediksi dikatakan baik karena pendekatan huamnistik sangat
menekankan keharusan konselor terlibat dengan konseli sebagai suatu pribadi yang menyeluruh
sehinnga dengan menggunakan pendekatan humanistik ini tingkah laku konseli dapat diprediksi
karena menekankan pemahaman dari pribadi ke pribadi.
CONTOH PERILAKU BERMASALAH
1. Sering merasa cemas karena masalah kecil atau pikiran pribadi.
2. merasa terancam oleh keadaan yang berlebihan.
3. susah menyesuaikan diri secara psikologis dengan lingkungan.
4. sering menganggap dirinya yang sekarang kurang ideal

A. Pengertian Supervisi Klinis


Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan
profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya
melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi:
perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian
hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan
mengajarnya yang nyata.
Menurut Richard Weller yang dikutip oleh Acheson dan Gall,
supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada
peningkatan mengajar dengan melalui sarana siklus yang sistematis
dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis yang intelektual dan
intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata di dalam
mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.
Jadi Jika dikaji berdasarkan istilah dalam klinis, mengandung
makna: (1) Pengobatan (klinis) dan (2) Siklus, yaitu serangkaian
kegiatan yang merupakan daur ulang. Oleh karena itu makna yang
terkandung dalam istilah klinis merujuk pada unsur-unsur khusus,
sebagai berikut:
Adanya hubungan tatap muka antara pengawas dan guru di dalam
proses supervisi.
Terfokus pada tingkah laku yang sebenarnya di dalam kelas.
Adanya observasi secara cermat.
Deskripsi pada observasi secara rinci.
Pengawas dan guru bersama-sama menilai penampilan guru.
Fokus observasi sesuai dengan permintaan kebutuhan guru
B. Ciri Supervisi Klinis
Untuk membedakan supervisi klinis dengan supervisi yang lain,
perlu dijelaskan berikut ini :
1. Pembimbingan yang dilakukan oleh supervisi kepada guru/calon
guru bersifat bantuan, bukan perintah atau intruksi
2. Jenis keterampilan yang akan disupervisi oleh supervisor diusulkan
oleh guru dengan terlebih dulu diadakan kesepakatan melalui
pengkajian bersama
3. Meskipun keterampilan mengajar dapat dipergunakan secara
integratif oleh guru, namun dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
secara terisolasi agar mudah dikontrol dan diobservasi
4. Instrumen observasi dikembangkan/disepakati bersama-sama
antara supervisor dan guru/calon guru sesuai dengan kontrak yang
disetujui kedua belah pihak.
5. Umpan balik kegiatan mengajar guru/calon guru diberikan dengan
segera dan objektif (sesuai dengan data yang direkam oleh
intrument observasi ).

6. Sungguhpun supervisor telah menganalisis dan menginter tetapi


dalam kondisi umpan balik, guru/calon guru terlebih dahulu
meminta menganalisis penampilannya.
7. Supervisor lebih banyak mendengarkan dan bertanya dari pada
memerintahkan/mengarahkan.
8. Supervisor berlangsung dalam suasana intim dan bersifat terbuka
antara supervisor dan guru/calon guru
9. Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan,
observasi dan diskusi umpan balik

1. Pengertian
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya merlukan/menuntut keahlian
(expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan enjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi
Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya yang
mencakup keahlian, kemahiran dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi
keguruan.
1. Sasaran Sikap Profesional
Guru sebagai pendidikan profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat
menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat
sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu seharihari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Baimana guru meningkatkan
pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada naka
didiknya dan bagaimana cara guru berpaiakan dan berbicara serta cara bergaul baik dengan
siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas.
Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi yang akan dibicarakan
dalam bagian ini adalah khusus perilaku guru yang berhubungan denga profesinya. Hal ini
berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru dalam memahami, menghayati, serta
mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesionalnya. Pola tingkah laku guru yang
berhubungan dengan itu akan dibicarakan sesuai dengan sasarannya, yakni sikap profesional
keguruan terhadap:
1. Peraturan perundang-undangan,
2. Organisasi profesi,
3. Teman sejawat,
4. Anak didik,
5. Tempat kerja,
6. Pemimpin, serta
7. Pekerjaan.

A. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan


Dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, Departemen Pendidikan
Nasional mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang
meruapakankebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain:
pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain dengan
melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan
menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain. Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya
akan dituangkan ke dalam bentuk ketentuan-ketentuan pemerintah. Dari ketentuan-ketentuan
pemerintah ini selanjutnya dijabarkan ke dalam program-program umum pendidikan.
Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru mutlak perlu
mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, di pusat maupun di Daerah, maupun
departemen lain dalam rangka pembinaan pendidikan di negara kita.
Setiap guru Indonesi awajib tunduk dan taat kepada ketentuan-ketentuan pemerintah. Dalam
bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijaksanaan dan peraturan, baik yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional maupun Departemen yang berwenang mengatur pendidikan, di
pusat maupun di daerah dalam rangka melaksanakan kebijaksanan-kebijaksanaan pendidikan di
Indonesia.

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang


direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Arti lain dari kompetensi adalah
spesifikasi dan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya
di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan di lapangan.
Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru
yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan maupun sikap professional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.
Berdasarkan pengertian tersebut, standar kompetensi guru adalah suatu pernyataan tentang
kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama dalam dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut
kompeten.
Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai landasan hukum penetapan Standar
Kompetensi Guru adalah :
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional.
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 60, Tambaham Lembaran Negara Nomor 3839).
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun
2000-2004 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 206).
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3484) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2000 (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2974).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga
Kependidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2000.
Tujuan adanya Standar Kompetensi Guru adalah sebagai jaminan dikuasainya tingkat
kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan dapat melakukan tugasnya secara
professional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat melayani pihak yang
berkepentingan terhadap pembelajaran, dengan sebaik-baiknya sesuai bidang tugasnya yang dia
emban.
Kompeten artinya cakap (mengetahui) DEPDIKBUD (2003 : 584), Broke dan Stone (1992 : 8)
menjelaskan bahwa kompetensi atau kemampuan merupakan gambaran hakikat kualitatif dari

perilaku atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti, sedangkan Charles E. Jhonsons
(1974 : 3) mengatakan, kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan
yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Bertolak dari pendapat-pendapat di
atas, kompetisi mengacu kepada kompetensi melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui
pendidikan. Kompetisi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional, untuk
memenuhi verifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas kependidikan. Dikatakan rasional
karena mempunyai arah atau tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam
arti tidak hanya dapat diamati , tetapi meliputi yang lebih jauh dari itu yang tidak tampak.
Kompetensi guru merupakan salah satu hal yang harus dimiliki dalam jenjang pendidikan apa
pun karena kemampuan itu memiliki kepentingan tersendiri dan sangat penting untuk dimiliki
oleh guru sebab :
A. Kompetensi guru merupakan alat seleksi dalam penerimaan calon guru. Dengan adanya syarat
sebagai criteria penerimaan calon guru, akan terdapat pedoman bagi para administrator dalam
memilih guru yang diperlukan untuk satu sekolah. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa
setiap guru yang memenuhi syarat tersebut diharapkan akan berhasil dalam mengemban
tugasnya sebagai pengajar di sekolah. Untuk itu pemilihan guru tidak didasarkan atas suka sama
suka atau karena famili yang bersifat subyektif, tetapi atas dasar objektivitas yang berlaku secara
umum
untuk
semua
calon
guru.
B. Kompetensi guru penting dalam pembinaan dan pengembangan guru karena telah ditentukan
dasar ukuran mana guru yang telah memiliki kompetensi penuh dan mana yang masih kurang.
Guru yang memiliki kompetensi penuh tentu tentu perlu dibina terus agar kompetensinya tetap
mantap, sedangkan bagi guru yang memiliki kompetensi di bawah standar, administrator dapat
menyusun perencanaan yang relevan agar guru tersebut dapat memiliki kompetensi yang sama
atau seimbang dengan kompetensi guru lainnya, misalnya dengan jalan mengadakan penataran
atau
lanjutan
studi
ke
jenjang
pendidikan
yang
lebih
tinggi.
C. Kompetensi guru penting dalam rangka penyusunan kurikulum karena berhasil-tidaknya
pendidikan guru terletak pada komponen dalam proses pendidikan guru yang salah satu di
antaranya adalah komponen kurikulum. Oleh sebab itu, kurikulum pendidikan tenaga
kependidikan harus disusun berdasarkan kompetensi yang diperlukan oleh setiap guru. Dengan
demikian, tujuan program pendidikan sistem penyampaian, evaluasi, dan sebagainya harus
direncanakan
agara
relevan
dengan
tuntutan
kemampuan
guru.
D. Kompetensi guru penting dalam hubungannya dengan kegiatan belajar-mengajar dan hasil
belajar siswa karena belajar-mengajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya
ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dalam membimbing siswa. Guru yang mampu
akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan
lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.
Kompetensi adalah kewenangan, kemampuan untuk menentukan sesuatu. Sedangkan pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara perbuatan
mendidik,
dan
guru
adalah
seseorang
yang
profesinya
mengajar.
Para ahli pendidikan dalam mendefinisikan pendidikan sangat beraneka ragam, antara lain :
Imam Al Ghazali (1982:25) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses untuk meluruskan

umat manusia menjadi insan paripurna dunia dan akhirat. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1
dikemukakan Pendidikan adalah usaha sadar dalam usaha menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Ahmad D. Marimba (1980:19) dalam bukunya filsafat pendidikan Islam, mengajukan definisi
yaitu pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Berdasarkan rumusan ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu
1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara
sadar, 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong, 3) Ada yang dididik, atau si terdidik, 4)
Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan 5) Dalam usaha ini tentu ada alat-alat
yang dipergunakan. Definisi ini selanjutnya dinilai oleh Ahmad Tafsir (1992 : 25) sebagai
definisi yang belum mencakup semua yang kita kenal sebagai pendidikan. Definisi ini cukup
memadai bila kita membatasi pendidikan hanya pada pengaruh seseorang kepada orang lain,
dengan sengaja (sadar). Pendidikan oleh sendiri dan oleh lingkungan, nampak belum tercakup ke
dalam batasan pendidikan yang diberikan oleh Ahmad D. Marimba tersebut. Namun demikian,
Ahmad Tafsir lebih lanjut mengatakan bahwa pengertian mana yang akan diambil.
Pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa kompetensi guru adalah kewenangan,
kesanggupan atau kecakapan seorang pendidik dalam merubah sikap dan tata laku anak didiknya
ke arah dewasa melalui upaya pengajaran dan pelatihan secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai