Anda di halaman 1dari 25

BAB II

DASAR TEORI
2.1

Laporan Keuangan

2.1.1 Definisi Laporan Kuangan


Sebuah perusahaan membutuhkan suatu laporan dari masing-masing
manajemen pada setiap akhir periode. Laporan yang disajikan tersebut merupakan
suatu bentuk pertanggungjawaban dari masing-masing manajemen kepada
perusahaan dan juga kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Salah satu bentuk pertanggung jawaban tersebut adalah penyajian laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen akuntansi. Soemarso (2004, p. 7)
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah laporan
yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan,
mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan yang
dibuat oleh perusahaan disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan pihak-pihak
tertentu yang mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Di sisi lain, Baridwan (2004, p. 17) dalam bukunya menjelaskan bahwa
laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan
suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku
yang bersangkutan. Singkatnya, laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses
kegiatan akuntansi. Transaksi-transaksi yang terjadi, diidentifikasi, dicatat, dan
digolongkan serta dilaporkan sedemikian rupa dalam bentuk laporan keuangan.
Menurut PSAK No.1 (2012, p. 1-2), laporan keuangan merupakan bagian
dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, (yang
dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas
atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk
skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh
perubahan harga.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi selama tahun buku yang
bersangkutan yang ditujukan kepada pihak pembuat keputusan. Laporan keuangan
dibuat dengan maksud sebagai alat komunikasi dan memberi gambaran mengenai
6

Politeknik Aceh

posisi dan kondisi keuangan serta kinerja perusahaan pada tahun yang
bersangkutan. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan menggunakan
laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda
sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 (2012, p. 3), laporan keuangan bertujuan untuk :
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
2. Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara
umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan
tidak diwajbkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggungjawaban menajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Sedangkan menurut Kieso (2008, p.5) tujuan pelaporan keuangan adalah
untuk menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit,
informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan informasi
mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut. Dapat
dijelaskan bahwa laporan keuangan digunakan sebagai bahan penilaian dan
pengambilan keputusan investasi serta memberikan informasi tentang sumber
daya perusahaan yang dimiliki perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang tepat atas posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang dapat bermanfaat bagi
beberapa pihak seperti investor, kreditur, serta memberikan informasi keuangan
dalam menilai arus kas dimasa yang akan datang.
2.1.3 Komponen-Komponen Laporan Keuangan

Politeknik Aceh

PSAK No. 1 (2012, p. 6) menyatakan bahwa laporan keuangan yang


lengkap yang disusun oleh manajemen suatu perusahaan harus meliputi
komponen-komponen berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.

Neraca (laporan posisi keuangan pada akhir periode)


Laporan laba rugi
Laporan perubahan ekuitas
Laporan arus kas
Catatan atas laporan keuangan.
Walsh (2004, p. 10-12) juga menuturkan bahwa dalam laporan keuangan

terdapat tiga dokumen yang memberikan kita data mentah untuk melakukan
analisis. Ketiganya yaitu :
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan arus kas
1. Neraca
Menurut PSAK No. 1 (2012, p. ) laporan posisi keuangan adalah suatu
laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), hutang (liabilities) dan modal
sendiri (owners equity).
Soemarso (2004, p. 34) menjelaskan bahwa neraca merupakan laporan
keuangan yang berisi mengenai jumlah harta (assets), kewajiban (liability), dan
modal (owners equity) pada akhir periode akuntansi. Neraca dapat memberi
informasi tentang sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan sumber
pembelanjaan untuk memperolehnya. Laporan ini menyajikan posisi keuangan
perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif
Menurut PSAK No.1 (2012, p. ) laporan laba rugi komprehensif
merupakan suatu laporan sistematis yang menyajikan seluruh pos pendapatan
dan beban yang diakui dalam satu periode. Laporan laba rugi komprehensif
perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan berbagai unsure
kinerja keuangan selama suatu periode tertentu.
Kasmir (2011, p. 29), mengungkapkan bahwa laporan laba rugi merupakan
laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu
periode tertentu. Laporan laba rugi ini merupakan ringkasan yang logis dari
hasil penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Laba
bersih yang dihasilkan dari perhitungan laporan laba rugi merupakan selisih
total penerimaan atas total pengeluaran. Jika total pengeluaran lebih besar dari

Politeknik Aceh

total penerimaan, maka perusahaan akan melaporkan sebagai rugi bersih yang
dapat mengurangi modal awal. Begitu juga sebaliknya, jika total penerimaan
perusahaan lebih besar daripada total pengeluaran, maka perusahaan akan
melaporkannya sebagai laba bersih yang dapat menambah modal awal
perusahaan.
3. Laporan Arus Kas
Menurut Baridwan (2004, p. 40) laporan arus kas adalah laporan yang
menyajikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas
yang berasal dari kegiatan investasi, pembelanjaan, dan kegiatan usaha pada
suatu periode.
Arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas yang langsung
berhubungan dengan laba, seperti penerimaan kas dari pelanggan dan
pembayaran gaji karyawan perusahaan. Arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi mencakup arus kas yang terkait dengan akuisisi atau penjualan aset
produktif perusahaan, seperti pembelian dan penjualan aset tetap perusahaan.
Arus kas pendanaan merupakan arus kas yang berhubungan langsung dengan
pendanaan perusahaan, seperti penerimaan dan pembayaran utang kepada
investor dan kreditor.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Soemarso (2004, p. 54). mengungkapkan bahwa laporan perubahan
ekuitas adalah ikhtisar tentang perubahan modal suatu perusahaan yang terjadi
selama jangka waktu tertentu. Laporan perubahan modal melaporkan
bagaimana laba bersih dan dividen mempengaruhi posisi laporan keuangan
perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Laba bersih yang diperoleh setiap
tahun akan meningkatkan saldo laba ditahan, sedangkan pembagian dividen
kepada pemegang saham akan mengurangi saldo laba ditahan. Proses
meningkat dan mengurangnya saldo laba ditahan ini menunjukkan hubungan
antara laporan laba rugi dengan neraca, di mana saldo laba ditahan pada akhir
periode akan dibawa ke saldo awal laba ditahan pada tahun berikutnya.
5. Catatan atas Laporan Keuangan

Politeknik Aceh

10

PSAK No.1 (2012, p. 8) menjelaskan bahwa suatu catatan atas laporan


keuangan adalah catatan yang disajikan secara sistematis untuk menghasilkan
informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan serta memberikan informasi
yang relevan untuk memahami laporan keuangan.
Menurut Kasmir (2011, p. 31) laporan catatan atas laporan keuangan
merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan
yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau
nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu
sehingga jelas. Hal ini dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak
salah dalam menafsirkannya.
2.2

Analisis Laporan Keuangan

2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan


Salah satu sumber informasi yang penting bagi para pengguna laporan
keuangan dalam pengambilan suatu keputusan ekonomi adalah melalui laporan
keuangan. Laporan keuangan menyajikan banyak informasi mengenai kinerja
manajemen dan kesehatan perusahaan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
laporan keuangan masih memiliki banyak kekurangan dalam menyajikan
informasi yang dibutuhkan oleh beberapa pihak, oleh karena itu dibutuhkanlah
analisis atas laporan keuangan yang digunakan untuk menganalisis dan
menafsirkan laporan tersebut sehingga dapat memberikan informasi yang berarti
bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perkembangan hasil kinerja
perusahaan.
Jumingan (2011, p. 42) menjelaskan bahwa analisis laporan keuangan
meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau tren utnuk
mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan
perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan
mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana
perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah
perkembangannya. Kegiatan analisis laporan keuangan juga dilakukan dengan
tujuan agar dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai keadaan keuangan

Politeknik Aceh

11

dan hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai
bahan acuan dalam pengambilan keputusan.
Harahap (2008, p. 190) mendefinisikan bahwa laporan keuangan adalah
menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil
dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis laporan
keuangan dihitung dengan cara membandingkan satu pos dengan pos laporan
keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui
hubungan di antara pos tertentu, baik dalam neraca maupun laporan laba rugi.
Dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan alat ukur yang
digunakan

perusahaan

untuk

menganalisis

laporan

keuangan.

Dengan

menggunakan analisis laporan keuangan, analis dapat mengetahui baik dan


buruknya keadaan dan posisi keuangan suatu perusahaan dari satu periode ke
periode berikutnya. Di sisi lain, dengan menggunakan analisis laporan keuangan,
para manajer keuangan perusahaan dapat memprediksikan cara-cara yang harus
mereka tempuh agar perusahaan mendapatkan tambahan dana dari para investor.
2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Harahap (2008, p. 195) menjelaskan bahwa ada 10 tujuan dari analisis
laporan keuangan, antara lain :
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata
(explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan
keuangan (implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi
yang diperoleh dari luar perusahaan.

Politeknik Aceh

12

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi,
peningkatan (rating).
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksud dari suatu laporan
keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga.
7. Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yuang
sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau
standar ideal.
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami
perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan
sebagainya.
10. Bisa juga memprediksikan potensi apa yang mungkin dialami
perusahaan di masa yang akan datang.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kasmir, (2011, p. 68) bahwa tujuan
analisis laporan keuangan antara lain adalah :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik aset, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah
dicapai untuk beberapa periode tertentu,
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan,
3. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan
saat ini,
4. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak,
5. Untuk digunakan sebagai pembanding dengaan perusahaan sejenis
tentang hasil yang mereka capai,
Dari poin-poin di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari analisis
laporan keuangan adalah dapat mengetahui adanya kekuatan atau kelemahan
keuangan dari tahun-tahun sebelumnya, dengan cara membandingkan angka rasio

Politeknik Aceh

13

laporan keuangan dengan standar yang ditetapkan. Melalui cara tersebut pihak
manajemen dapat menilai apakah kinerja perusahaan mengalami penigkatan atau
mengalami penurunan pada tahun tersebut, sehingga pihak manajemen dapat
mengambil tindakan untuk menanggapi kenaikan dan penurunan tersebut. Apabila
perusahaan berada dibawah standar, maka pihak manajemen akan mencari faktorfaktor yang menyebabkan penurunan tersebut untuk pengambilan kebijakan guna
menaikkan kembali angka rasio perusahaannya.
2.2.3 Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan
Hanafi (2009, p. 78) mengutarakan bahwa meskipun analisis laporan
keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada beberapa keterbatasan yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. Data yang mencatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarkan
pada harga perolehan.
2. Upaya perbaikan barangkali bisa dilakukan oleh pihak manajemen untuk
memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan tampak bagus.
3. Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak perusahaan
yang bergerak pada beberapa bidang usaha (industri), yang mengakibatkan
analis susah dalam memilih pembanding perusahaan dikarenakan
perusahaan tersebut bergerak pada beberapa industri.
4. Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan terutama yang
berkaitan dengan rekening-rekening jangka panjang seperti investasi
jangka panjang.
5. Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri.
Ada beberapa perusahaan yang tidak bagus yang dipakai dalam
perhitungan rata-rata industri. Perusahaan yang ingin sukses biasanya
harus berada di atas rata-rata rasio industri, bukannya sama dengan ratarata industri. Begitu juga sebaliknya, angka yang lebih rendah
dibandingkan rata-rata industri juga tidak selalu berarti jelek. Ada banyak
hal yang harus dipertimbangkan sebelum menentukan baik buruknya suatu
angka.
Di sisi lain Harahap (2008, p. 192) mengemukakan terdapat beberapa
kelemahan analisis laporan keuangan, antara lain :

Politeknik Aceh

14

1. Analisa laporan keuangan bergantung pada laporan keuangan, oleh karena


itu kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari
analisis itu tidak salah.
2. Objek analisa laporan keuangan hanya laporan keuangan. Angka-angka di
dalam laporan keuangan tidak cukup untuk menilai suatu laporan
keuangan tetapi harus melihat juga aspek lainnya seperti tujuan
perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya
manajemen dan budaya masyarakat.
3. Objek analisis data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi
ini berbeda dengan kondisi masa depan.
4. Terdapat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab
perbedaan angka jika dilakukan perbandingan dengan perusahaan lain
misalnya :
a) Prinsip Akuntansi,
b) Ukuran Perusahaan,
c) Jenis Industri,
d) Periode Laporan,
e) Laporan Individual atau Laporan Konsolidasi,
f) Jenis perusahaan spek profit motive atau non profit motive.
2.3 Analisis Rasio Keuangan
Menurut Jumingan (2011, p. 118) analisis rasio keuangan yaitu :
Angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur
lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan
keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.
Secara individual rasio itu kecil artinya kecuali jika dibandingkan dengan
suatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Apabila tidak
ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasiorasio suatu perusahaan, penganalis tidak dapat menyimpulkan apakah
rasio-rasio itu menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan
Dalam bukunya Harahap (2008, p.297) juga menjelaskan bahwa angka
yang didapatkan dalam analisis rasio keuangan adalah hasil dari satu laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan
signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan
penyederhanaan tersebut dapat ternilai secara cepat.

Politeknik Aceh

15

Dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu


perhitungan yang dilakukan untuk membantu dan menginformasikan suatu
laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk matematis yang sederhana. Dalam
artian, informasi berupa persentase dan tingkatan angka yang sederhana tersebut
menggambarkan hubungan satu akun dengan akun lainnya yang terdapat dalam
suatu laporan keuangan pada periode tertentu.
2.3.1

Tujuan Analisis Rasio Keuangan


Wild (2005, p. 36) mengemukakan bahwa terdapat beberapa keunggulan

dalam analisis laporan keuangan, antara lain :


1. Melalui perhitungan rasio keuangan diharapkan agar informasi yang
terkandung di dalam laporan keuangan lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Lebih memudahkan untuk mengetahui posisi perusahaan di tengah industri
lain.
3. Sebagai bahan dalam pengambilan keputusan dan model prediksi.
4. Mengukur standar perusahaan.
5. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain, atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik.
6. Lebih memudahkan perusahaan dalam melakukan prediksi di masa yang
akan datang.
2.3.2 Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Harahap (2008, p. 298) berpendapat bahwa rasio keuangan mempunyai
beberapa keunggulan, antara lain :
1.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
2.

dibaca dan ditafsirkan


Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan

3.
4.

laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit


Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam model-model pengambilan

5.

keputusan
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau

6.

melihat perkembangan perusahaan secara periodik


Lebih mudah melihat trend serta melakukan prediksi di masa yang akan
datang.

2.3.3

Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Politeknik Aceh

16

Harahap (2013, p.298) mengungkapkan bahwwa selain memiliki beberapa


keunggulan, analisis rasio keuangan juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya,
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatasan teknik seperti ini seperti,
a. Bahan pelindung rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung
taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjective,
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar,
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio,
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa
diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda,
3. Jika tidak menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio,
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron,
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi
yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan
bisa menimbulkan kesalahan.

2.3.4 Rasio Rasio Keuangan


1) Rasio Modal Kerja (Rasio Likuiditas)
Libby (2008, p. 714) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan rasio
likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo pada periode ini. Rasio likuiditas
berfokus pada hubungan antara aset lancar dan kewajiban lancar. Kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban lancar merupakan faktor yang penting
dalam mengevaluasi kekuatan keuangan perusahaan. Perusahaan yang tidak
memiliki aset kas untuk membayar pembelian tepat waktu akan kehilangan
beberapa peluang untuk memanfaatkan potongan tunai dan akan menghadapi
risiko kreditur menghentikan pemberian kredit.
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan jangka pendek
yang kuat apabila: (1) mampu memenuhi tagihan dari kreditur jangka pendek

Politeknik Aceh

17

tepat pada waktunya, (2) mampu memelihara modal kerja yang cukup untuk
membelanjai operasi perusahaan yang normal, (3) mampu membayar bunga
utang jangka pendek dan dividen, dan (4) mampu memelihara kredit rating
yang menguntungkan Jumingan (2011, p. 123). Rasio likuiditas yang
digunakan dalam menganalisis keuangan perusahaan asuransi, antara lain
current ratio (rasio lancar), dan cash ratio (rasio kas).
Sedangkan Harahap (2008, p. 301) menuturkan bahwa rasio likuiditas
dapat

menggambarkan

kemampuan

perusahaan

untuk

menyelesaikan

kewajiban jangka pendeknya. rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber


informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar.
Berikut adalah contoh dari laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi pada
PT Asuransi ABC.

PT ASURANSI ABC
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2011 dan 2010
Descriptions
ASET LANCAR
Kas dan Bank
Investasi
Deposito berjangka - Jaminan
Deposito berjangka - Biasa
Unit penyertaan reksadana
Jumlah Investasi
Piutang premi
Pihak hubungan istimewa
Pihak ketiga
Piutang reasuransi

Final Balance
(Rp.)

Final Balance
(Rp.)

12/31/2010

12/31/2011

800,000

150,000

10,000,000
24,000,000
10,000,000
44,000,000

27,000,000
34,000,000
17,000,000
78,000,000

15,000,000
30,000,000

21,000,000
46,000,000

Politeknik Aceh

18

Pihak hubungan istimewa


Pihak ketiga
Piutang lain-lain
Uang Muka dan Biaya dibayar
dimuka
Aset pajak tangguhan
JUMLAH ASET LANCAR
Aset tetap - bersih
Aset lain-lain
JUMLAH ASET TIDAK LANCAR
TOTAL ASET

12,000,000
18,000,000
100,000

17,000,000
16,000,000
200,000

600,000
90,000
120,590,000

700,000
150,000
179,200,000

22,000,000
160,000
22,160,000

25,000,000
200,000
25,200,000

142,750,000

204,400,000

Sumber : Edit Penulis 2014


PT ASURANSI ABC
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2011 dan 2010
Descriptions
LIABILITIS
Hutang klaim
Pihak hubungan istimewa
Pihak ketiga
Estimasi klaim retensi sendiri
Premi yang belum merupakan
pendapatan
Hutang reasuransi
Pihak hubungan istimewa
Pihak ketiga
Hutang komisi
Pihak hubungan istimewa
Pihak ketiga
Hutang pajak
Biaya yang masih harus dibayar
Premi yang ditangguhkan
Kewajiban pajak tangguhan

Final Balance
(Rp.)

Final Balance
(Rp.)

12/31/2010

12/31/2011

290,000
19,000,000
810,00
0
23,000,00
0
15,000,00
0
790,00
0
500,00
0
590,00
0
50,00
0
460,00
0
18,000,00
0

150,000
15,000,000
1,070,000
28,000,000
12,000,000
730,000
750,000
980,000
50,000
790,000
19,000,000
-

Politeknik Aceh

19

Kewajiban imbalan paska kerja

Jumlah Kewajiban

Cadangan Dana Umum

230,00
0

380,000

78,720,0
00

78,900,000

470,00
0

660,000

Modal saham
Nilai nominal
Tambahan modal disetor
Saldo laba
Ditentukan penggunaannya
Belum ditentukan penggunaannya

Jumlah Ekuitas

TOTAL LIABILITIS & EKUITAS

15,000,00
0
24,500,00
0
24,060,00
0

15,000,000
50,000,000

29,000,000
30,840,000

63,560,0
00

124,840,000

142,750,0
00

204,400,000

Politeknik Aceh

20

Sumber : Edit Penulis (2014)


PT ASURANSI ABC
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010
-

Descriptions
PENDAPATAN UNDERWRITING
Premi bruto
Premi reasuransi
(Kenaikan) penurunan PYBMP
Jumlah Pendapatan Underwriting
Pendapatan U/W lainnya

Final Balance
(Rp.)

Final Balance
(Rp.)

12/31/2010

12/31/2011

100,000,000
(1,900,000)
(330,000)
97,770,000
100,000

130,000,000
(2,400,000)
250,000
127,850,000
95,000

BEBAN UNDERWRITING
Klaim bruto
Klaim reasuransi
Kenaikan (penurunan) EKRS
Jumlah Beban Klaim

15,000,000
(930,000)
130,000
14,200,000

35,000,000
(940,000)
(540,000)
33,520,000

Beban komisi - bersih


Beban underwriting lainnya
Jumlah Beban Underwriting

20,000,000
20,000,000

15,000,000
20,000
15,020,000

Hasil underwriting
Hasil investasi
Beban usaha
Laba usaha

63,670,000
690,000
41,000,000
23,360,000

79,405,000
970,000
51,000,000
29,375,000

810,000

1,720,000

24,170,000

31,095,000

160,000
50,000

300,000
45,000

24,060,000

30,840,000

Penghasilan (beban) lain-lain - bersih


Laba sebelum pajak penghasilan
Penghasilan (beban) pajak
Pajak kini
Pajak tangguhan
Laba Bersih

Sumber : Edit Penulis (2014)


a. Current Ratio (Rasio Lancar)

Politeknik Aceh

21

Libby (2008, p. 715) mengemukakan bahwa rasio lancar digunakan


untuk mengukur hubungan antara total aset lancar dengan total kewajiban
lancar pada tanggal tertentu. Disimpulkan bahwa rasio lancar sangat
berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Jika perusahaan kesulitan dalam
membayar kewajiban lancarnya yang sudah jatuh tempo, maka salah satu
langkah yang harus dilakukan perusahaan adalah dengan cara menguangkan
beberapa jenis aktiva lancarnya sesegera mungkin.
Kasmir (2011, p. 134) menyatakan bahwa rasio lancar merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Dalam hal ini para kreditur memperhatikan tingkat likuiditas
perusahaan. Ketika perusahaan mendapatkan dana dari para kreditur, maka
secara langsung tingkat rasio lancar perusahaan akan menurun. Begitu juga
sebaliknya, jika perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya, maka
rasio lancar pun akan meningkat.
Jumingan (2011, p. 123) menuturkan bahwa rasio lancar adalah rasio
yang umum digunakan dalam analisis laporan keuangan. Rasio lancar
memberikan ukuran kasar tentang tingkat likuiditas perusahaan. Rasio
lancar dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Current Ratio =

Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar

.............................

(2.1)
Aktiva lancar merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang
dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Sedangkan utang lancar
merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun).
Nilai current ratio yang tinggi memang baik dari beberapa sudut
pandang, namun bisa saja menunjukkan adanya kas yang berlebihan
dibandingkan dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar
yang rendah likuiditasnya seperti persediaan yang berlebihan di gudang.
Sebaliknya current rasio yang rendah juga kerap dipandang kurang baik,

Politeknik Aceh

22

tetapi menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar


secara efektif. Saldo kas dibuat seminimum sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat perputaran piutang dan persediaan diusahakan maksimum
(Jumingan, 2007, p. 124).
Contoh :

Current Ratio =

Rp . 180.170.000
Rp . 79.930.000

= 2,25 kali

Current ratio pada PT Asuransi ABC pada tahun 2011 menunjukkan


angka 1,53 kali. Hasil perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa dari setiap
Rp. 1 utang lancar perusahaan dijamin oleh Rp. 2,25 aktiva lancar yang siap
dicairkan dalam waktu yang dekat.
b. Cash Ratio (Rasio Kas)
Libby (2008, p. 715) menjelaskan bahwa rasio kas digunakan sebagai
salah satu ukuran ketersediaan kas perusahaan. Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang yang harus segera dilunasi
dengan menggunakan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang
dapat segera dicairkan. Dalam menghitung rasio ini, tingkat tersedianya kas
dan aset likuid lain seperti surat-surat berharga dibagi dengan total
kewajiban jangka pendek perusahaan, di mana beban penyusutan tidak ikut
diperhitungkan karena beban penyusutan bukan merupakan pengeluaran
kas. Rasio kas dapat dihitung menggunakan rumus:

Cash Ratio =

Kas+ Ekuivalen Kas


Kewajiban Lancar

...........

(2.2)
Contoh :

Cash Ratio =

Rp . 78.000.000
Rp . 79.930.000

= 0,97 kali

Politeknik Aceh

23

Pada perhitungan PT Asuransi ABC tahun 2011 menunjukkan hasil sebesar


0,97 kali. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 utang lancar
perusahaan dapat dijamin oleh kas dan setara kas sebesar Rp. 0,97.
2) Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Libby (2008, p. 719) mengemukakan bahwa solvabilitas mengacu pada
kemampuan

perusahaan

untuk

memenuhi

kewajiban

jangka

panjang

perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan solvable adalah apabila perusahaan


tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua
hutang-hutangnya, terutama saat perusahaan tersebut dilikuidasi.
Kasmir (2011, p. 151) menyatakan bahwa rasio solvabilitas merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Dalam pengertian, seberapa besar beban utang yang ditanggung
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Kasmir juga menambahkan arti
solvabilitas dalam artian luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan
untuk

mengukur

kemampuan

perusahaan

untuk

membayar

seluruh

kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan


dibubarkan. Rasio leverage yang digunakan dalam menganalisis suatu laporan
keuangan perusahaan asuransi, antara lain : Debt to Equity Ratio dan Debt to
Total Assets Ratio
a) Debt to Equity Ratio (Rasio Utang atas Ekuitas)
Libby (2008, p. 720) menjelas bahwa rasio utang atas ekuitas
mengungkapkan utang perusahaan sebagai proporsi dari ekuitas pemegang
saham. Dapat dikatakan bahwa rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal
yang ada. Modal yang dimaksudkan di sini adalah modal sendiri yang
berasal dari perusahaan sendiri atau berasal dari perusahaan (cadangan dan
laba), dan dari peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dan lainlain).
Kasmir (2011, p. 157) mengungkapkan bahwa debt to equity ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio
ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam

Politeknik Aceh

24

(kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi
untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan
utang.
Semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan bagi
Bank (kreditur) karena akan semakin besar risiko yang harus ditanggung
jika terjadi kegagalan pada operasi perusahaan. Dari sudut pandang kreditur
menilai rasio ini akan baik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah
hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Debt to Equity Ratio =

Total Utang
Modal Sendiri

x 100% .........

(2.3)Dari rumus di atas dapat disimpulkan bahwa utang lebih berisiko bagi
perusahaan karena pembayaran bunga harus dilakukan, walaupun pada saat
penagihan perusahaan tidak memperoleh laba yang cukup untuk membayar
bunga. Sebaliknya, dividen tergantung pada pilihan perusahaan dan bukan
kewajiban legal, sampai dividen tersebut diumumkan oleh dewan direksi.
Oleh karena itu, modal ekuitas biasanya dianggap lebih tidak berisiko
dibandingkan dengan kewajiban (Libby, 2008, p. 720). Contoh perhitungan
debt to equity ratio pada PT Asuransi ABC adalah sebagai berikut :

Debt to Equity Ratio =

Rp . 79.930.000
Rp . 124.840.000

x 100% = 64%

Perhitungan debt to equity ratio di atas menunjukkan hasil sebesar


64%. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2007 kreditur
menyediakan Rp. 64 untuk setiap Rp. 100 yang disediakan oleh pemegang
saham.
b) Debt to Total Asset Ratio (Rasio Total Hutang terhadap Total
Aktiva)

Politeknik Aceh

25

Sawir (2008, p.13) menjelaskan bahwa debt to total assets ratio


merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga
rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Di sisi
lain Perhitungan rasio ini mengungkapkan seberapa besar perusahaan
dibiayai oleh hutang.
Total utang dalam perhitungan mencakup utang lancar dan utang
jangka panjang. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena
semakin rendah rasio ini maka akan semakin kecil risiko perusahaan dalam
mengembalikan pinjamannya dan semakin besar perlindungan terhadap
kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Rasio ini dapat dihitung
menggunakan rumus :

Total Utang
Debt to Total Asset Ratio = Total Aktiva x 100% ....... (2.4)
Contoh perhitungan debt to total assets ratio pada PT Asuransi ABC
pada tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Debt to Total Asset Ratio =

Rp . 79.930.000
Rp . 205.370.000

x 100% = 38,9%

Perhitungan debt to total assets ratio pada PT Asuransi ABC pada


tahun 2011 di atas menunjukkan hasil sebesar 38,9%. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa pada tahun 2011 perusahaan setiap Rp. 100 dari dana
perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar Rp. 38.
3) Rasio Profitabilitas
Libby (2008, p. 710) dalam bukunya menuturkan bahwa profitabilitas
merupakan alat ukur kesuksesan sebuah perusahaan yang utama. Beberapa uji
profitabilitas memfokuskan pada pengukuran kecukupan laba dengan
membandingkan laba dengan item lain yang dilaporkan dalam laporan laba
rugi. Pengembalian atas ekuitas merupakan ukuran profitabilitas yang sering
digunakan. Bagi para pemegang saham, rasio ini menunjukkan tingkat
penghasilan mereka dalam investasi.

Politeknik Aceh

26

Kasmir (2011, p. 196) berpendapat rasio profitabilitas merupakan rasio


menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan, dalam hal
ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini mengukur dan menunjukkan
efektivitas manajemen perusahaan melalui laba yang dihasilkan dari penjualan
dan investasi perusahaan. Rasio ini terbagi menjadi :
a) Return On Equity Ratio (ROE)
Libby (2008, p. 710) menjelaskan bahwa return on equity ratio atau
pengembalian atas ekuitas terdapat keterkaitan dengan laba yang diperoleh
atas investasi yang dilakukan oleh pemilik. Rasio ini menjelaskan fakta
bahwa investor berharap akan mendapatkan lebih banyak uang jika mereka
menginvestasikan lebih banyak dana. Return on equity ratio menunjukkan
efektivitas dan efisiensi pemakaian modal untuk menghasilkan laba.
Walsh (2003, p. 56) mengungkapkan bahwa rasio ini merupakan rasio
yang paling penting dalam keuangan perusahaan. Return on equity ratio
mengukur tingkat pengembalian yang akan diberikan perusahaan kepada
para pemegang saham. Rasio pengembalian atas ekuitas dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :

Return On Equity Ratio =

Laba Bersih
Modal Sa h am

x 100% ......

(2.5)
Persentase return on equity ratio yang bagus akan membawa
keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham
dan membuat perusahaan dengan mudah mendapatkan dana baru, sehingga
memungkinkan perusahaan untuk berkembang dan menciptakan kondisi
pasar yang sesuai yang dapat meningkatkan laba yang lebih besar.

Return On Equity Ratio =

Rp . 30.840.000
Rp . 124.840.000

x 100% = 24,7%

Politeknik Aceh

27

Pada tahun 2011, return on equity ratio perusahaan PT Asuransi ABC


menunjukkan angka sebesar 24,7%. Persentase ini dapat diartikan untuk
setiap Rp. 1 yang diinvestasikan pada PT Asuransi ABC, pemegang saham
memperoleh tambahan nilai ekuitas Rp. 0,24. Bisa juga dikatakan, dari total
investasi, pemegang saham akan memperoleh kenaikan nilai ekuitas sebesar
24,7%.
b) Return On Asset (ROA)
Return on assets ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset
tertentu (Hanafi, 2006, p. 84). Rasio ini juga menunjukkan tingkat
pengembalian atas aktiva yang digunakan perusahaan. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa perusahaan telah menggunakan seluruh aset yang
tersedia dengan baik. Return on equity ratio dapat dihitung menggunakan
rumus :

ROA =

Laba Bersih
Total Aset

x 100% .....

(2.6)
Berikut adalah perhitungan persentase return on equity ratio
perusahaan PT Asuransi ABC pada tahun 2011.

ROA =

Rp . 30.840.000
Rp . 205.370.000

x 100% = 15%

Persentase sebesar 15% tersebut dapat diartikan bahwa PT Asuransi


ABC hanya mampu menghasilkan Rp. 0,15 laba bersih. Dapat juga
diartikan, PT Asuransi ABC hanya mempu menghasilkan laba bersih sebesar
15% dari total aset yang digunakan.
4)

Rasio Solvency Margin

Politeknik Aceh

28

Maria Indah Agustina (2011) dalam penelitiannya mengemukakan rasio


solvency margin digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan
keuangan perusahaan asuransi kerugian dalam mendukung kewajiban yang
mungkin timbul akibat dari penutupan resiko yang telah dilakukan. Rasio ini
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Solvency Margin =

Modal disetor + Cadangan Dana+ Laba


Premi

x 100% .... (2.7)

Berikut adalah perhitungan rasio solvency margin pada PT Asuransi ABC di


tahun 2011:

Solvency Margin =

Rp .50 .000.000+ 600.000+30.840.000


Rp .130 .000.000

x 100% =

62,6%
Pada tahun 2011, solvency margin ratio menunjukkan hasil sebesar 62,6%.
Dapat disimpulkan bahwa setiap Rp. 1 kewajiban yang timbul dari penerimaan
premi akan dijamin oleh Rp. 0,62 dari modal dan cadangan dana serta laba yang
diperoleh perusahaan.
PSAK No. 28 (rev. 2010, p.15) menyatakan bahwa premi yang diperoleh
sehubungan dengan kontrak asuransi dan reasuransi diakui sebagai pendapatan
selama periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang
diberikan. Pada paragraf 16 dalam PSAK No. 28 (rev. 2010, p. 15) juga dijelaskan
apabila premi masih dapat disesuaikan, misalnya premi ditentukan pada akhir
kontrak atau premi disesuaikan pada akhir kontrak pertanggungan, maka
pendapatan premi diakui sebagai berikut : (a) apabila jumlah premi dapat
diestimasi secara layak, maka pendapatan premi diakui selama periode kontrak
dan estimasi jumlah premi tersebut disesuaikan setiap periode untuk
mencerminkan jumlah premi yang sebenarnya. (b) apabila jumlah premi tidak

Politeknik Aceh

29

dapat diestimasi secara layak, maka premi diperlakukan dengan menggunkaan


metode uang muka (deposit method) sampai jumlah premi dapat diestimasi secara
layak.
5)

Rasio Underwriting
Menurut Ludovicus Sensi W (2006, p.172) Underwriting ratio adalah salah

satu rasio keuangan asuransi berdasarkan Early Warning System yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari usaha murni asuransi.
Peningkatan keuntungan usaha murni tersebut sebagai usaha utama perusahaan
dalam meningkatkan laba perusahaan dengan arah yang sama. Rasio underwriting
merupakan penentu pokok dari posisi laba usaha perusahaan asuransi.
Hasil underwriting merupakan selisih antara pendapatan premi dengan
beban klaim dan beban komisi serta beban underwriting lainnya. Underwriting
ratio mengukur perbandingan antara hasil underwriting dengan pendapatan premi.
Rasio ini menunjukkan tingkat hasil underwriting yang dapat diperoleh serta
dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari
usaha utamanya, yaitu asuransi kerugian. Rasio ini dihitung dengan rumus :

Underwriting =

Hasil Underwriting
Pendapatan Premi

x 100% ... (2.8)

Rasio underwriting yang rendah menunjukkan adanya kemungkinan tarif


premi yang lebih rendah dari semestinya. Berikut adalah contoh perhitungan rasio
underwriting pada PT Asuransi ABC pada tahun 2011.

Underwriting =

Rp . 79.405.000
Rp .130 .000.000

x 100% = 61%

Pada tahun 2011 PT Asuransi ABC memiliki nilai persentase rasio


underwriting sebesar 61%. Dapat diartikan juga bahwa dari setiap Rp. 1
pendapatan premi, perusahaan hanya memperoleh keuntungan murni sebesar Rp.

Politeknik Aceh

30

0,61 yang dinyatakan dalam akun hasil underwriting, setelah dikurangi dengan
beberapa beban sebesar Rp. 0,39.
Persentase yang berada diatas 50% menunjukkan bahwa perusahaan berada
dalam kondisi yang sehat. Persentase tersebut juga dapat diartikan bahwa premi
yang ditetapkan perusahaan lebih besar dari yang semestinya. Pernyataan ini
diungkapkan karena hasil underwriting perusahaan telah melebihi dari setengah
pendapatan premi dan melebihi dari beban-beban yang harus ditanggung
perusahaan.

Politeknik Aceh

Anda mungkin juga menyukai