Anda di halaman 1dari 7

REFERENSI PERHITUNGAN UPAH PEKERJA

1. Jam kerja pekerja / orang perhari = 8 jam ; dimana 1 jam untuk istirahat.
Jam Efektif dalam 1 hari = 7 jam.
2. Upah pekerja minimum per hari = UMR / (20 s/d 24) hari.
= Rp. ..,3. Rasio mandor : Pekerja 1 : 20 (paling kecil) pada kondisi tertentu 1 : 10.
4. Dua hal yang mempengaruhi harga pasaran tenaga kerja :
a. Indeks Biaya Hidup ; dimana
(3/2) x harga beras
b. Tingkat Kehidupan
Contoh : 1 jam = 1 x (3/2) kg beras = Rp. 6.000,- x (3/2) = Rp. 9.000 / jam
UMR = Rp. 1.350.000,- / 25 hari = Rp. .. ,- / hari
5. Perbandingan :
Mandor : Pekerja
Kepala Tukang : Tukang
Pekerja : Tukang
Pekerja : Mandor

=
=
=
=

1 : 20
1 : 10
1 : (1,2 1,3)
= ( 1 : > 20% s/d 30% )
1 : ( > 40% s/d 50% )

Ratio kelompok pekerja adalah sebagai berikut :


1) Ratio pekerjaan pondasi plat adalah 1 mandor : 7 tukang : 9 pekerja
2) Ratio pekerjaan kolom adalah 1 mandor : 2 tukang : 4 pekerja
3) Ratio pekerjaan balok dan plat adalah 1 mandor : 3 tukang : 5 pekerja
4) Ratio pasangan batu kali adalah 1 mandor : 6 tukang : 5 pekerja

Cara Menghitung Upah Lembur


Dasar yang dipakai dalam perhitungan ini adalah Keputusan Menakertrans NOMOR KEP.
102/MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR
Yang dimaksud upah lembur adalah upah yang berhak diterima oleh pekerja atau buruh diluar waktu
kerja yang telah ditentukan, yakni melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau upah yang diterima
pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.
Upah lembur dihitung per-jam.
Untuk mengetahui berapa upah lembur per-jam, maka harus diketahui dulu berapa upah pokok kita:
(1) Jika upah pekerja/buruh dibayar secara harian, maka penghitungan besarnya upah sebulan adalah
upah sehari dikalikan 25 (dua puluh lima) bagi pekerja/buruh yang bekerja 6 (enam) hari kerja dalam
1 (satu) minggu atau dikalikan 21 (dua puluh satu) bagi pekerja/buruh yang bekerja 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu.
(2) Jika upah pekerja/buruh dibayar berdasarkan satuan hasil, maka upah sebulan adalah upah ratarata 12 (dua belas) bulan terakhir.
(3)Dalam hal pekerja/buruh bekerja kurang dari 12 (dua belas), maka upah sebulan dihitung
berdasarkan upah rata-rata selama bekerja dengan ketentuan tidak boleh lebih rendah dari upah
minimum.
Cara perhitungan upah kerja lembur sebagai berikut :
Upah sejam adalah 1/173 kali upah sebulan.
Angka 1/173 didasarkan pada perhitungan sbb:
Dalam satu tahun ada 52 minggu
Jadi dalam 1 bulan = 52/12 = 4,333333 minggu.
Total jam kerja/minggu = 40 jam
Jadi Total jam kerja dalam 1 bulan = 40 X 4,33 = 173,33 dibulatkan menjadi 173 jam maka untuk
menghitung upah per jam yaitu upah perbulan / 173
Misal Upah jam sebulan Mr. James adalah Rp. 1.300.000,- maka upah se-jam Mr.James adalah
1.300.000 / 173 = 7.514.,5
Upah yang dijadikan patokan dalam penghitungan upah lembur adalah GP (gaji pokok) ditambah
Tunjangan Tetap, sementara Tunjangan Tidak Tetap tidak bisa dipakai sebagai dasar perhitungan upah
lembur.
Untuk memudahkan perumusan maka secara simpel boleh kita rumuskan sbb:

L1 = 1,5 kali upah sejam


L2 = 2 kali upah sejam.
L3 = 3 kali upah sejam.
L4 = 4 kali upah sejam
Melihat rumusan diatas maka perhitungan upah lembur untuk yang hari kerjanya 6 hari dapat dilihat
sbb;
1. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja maka perhitungannya adalah:
1 Jam pertama dihitung (L1), 6 jam berikutnya dihitung (L2)
2. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi maka :
7 (tujuh) jam pertama dihitung (L2) jam ke 8 (delapan) dihitung (L3) dan jam ke 9 (sembilan) dst
dihitung (L4)
Sementara perhitungan upah lembur untuk yang hari kerjanya 5 hari dapat dilihat sbb;
1. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja maka perhitungannya adalah:
1 Jam pertama dihitung (L1), jam berikutnya dihitung (L2)
2. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi maka : 8
(delapan) jam pertama dihitung (L2) jam ke 9 (sembilan) dibayar (L3) dan jam ke 10 (sepuluh) dst
dihitung (L4)
Contoh penghitungan:
Gaji pokok James adalah Rp.1.250.000 tunjangan tetapnya sebesar Rp.50.000,-. James bekerja
dengan sistem 6 hari kerja. Bulan ini james lembur terusan (lembur pada hari kerja) sebanyak 3 hari
masing-masing 4 jam, serta pada saat hari libur kerja james lembur 1 hari selama 10 jam!
Dari pernyataan tsb didapat:
L1 sebanyak 3 jam
L2 sebanyak 16 jam
L3 sebanyak 1 jam
L4 sebanyak 2 jam
Upah sejam james adalah = 1.300.000/173 = Rp.7.514,5
Dengan demikian maka:
L1 = 3 x 1.5 x 7.514,5 = 33.815,5
L2= 16 x 2 x 7.514,5 = 240.464,0
L3= 1 x 3 x 7.514,5 = 22.543.5
L4= 2 x 4 x 7.514,5 = 60.116,0
Jadi total upah lembur james adalah:
= L1 + L2 + L3 + L4
= 33.815,5 + 240.464,0 + 22.543,5 + 60.116,0
= Rp. 356.939,0

Ada pertanyaan yang sering muncul didalam setiap orang yang ingin mengetahui dari manakah
koefesien-koefesien yang ada pada analisa harga satuan misalnya koefesien upah,bahan, alat
1) KOEFESIEN UPAH
Pekerja 1,5 OH ( Orang per Hari)
Tukang 0,6 OH
Kepala Tukang 0,06 OH
Mandor 0,075 OH
2) KOEFESIEN BAHAN
Batu belah 1,100 m3
Semen Portland 136,000 Kg
Pasir Pasang 0,544 M3
3) KOEFESIEN ALAT.
Excavator 0,05 jam
Dump truk 0,10 jam
Sekarang mari kita telusuri dari manakah angka koefesien koefesien tersebut yang terdapat pada
koefesien upah, bahan, dan peralatan.
1) KOEFESIEN UPAH
a) Koefesien upah tersebut didapat dari hasil produksi dari kelompok pekerja untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, sekarang mari kita telusuri apa saja yang mempengaruhi
koefesien upah antara lain :
i) Kualifikasi Tenaga Kerja
ii) Jumlah tenaga Kerja
iii) Kuantitas Jam Kerja
b) Untuk mengetahui lebih jelas Nilai upah
i) Satuan nilai Upah
Upah 1 hari kerja ( 8 jam Kerja termasuk istirahat 1 jam)ini hakekatnya tergantung dari harga
pasaran tenaga kerja setempat.
Ada 2 macam pengaruh utama yang bersifat umum yang mempengaruhi harga pasaran tenaga
kerja:
INDEKS BIAYA HIDUP ( Berdasarkan hasil pengamatan upah, tenaga kerja minimum adalah
4 Sampai 6 Kali kebutuhan bahan pokok( Misal Harga Beras) atau rata-rata 5 Kalinya.
TINGKAT KEHIDUPAN
Tingkat kehidupan atau tingkat kemakmuran ini biasanya diukur berdasarkan pendapatan ratarata perkapita tiap tahun(Pendapatan kotor nasional atau Gross National Product(GNP) tiap
tahun dibagi jumlah penduduk.
HARI ORANG STANDAR ( Standar Man day)
Di dalam sistim pengupahan yang baru telah diadakan penyederhanaan dalam menghitung upah
kerja ialah dengan mempergunakan satuan upah yang disebut hari orang Standar ( Standart Man
day) disingkat OH atau MD.
1 OH = Upah pekerja standar dalam 1 hari kerja.
JAM ORANG STANDART
4 Jam kerja efektif dalam 1 hari
Sehingga 1 Jam efektif adalah 1/4 dikali 4 s/d 6 (indeks biaya hidup) , sehingga didapat 1 s/d 1
kali Bahan pokok.(Beras)
Diketahui Rata-rata 1 Jam Orang Standar adalah 1 Kg beras.

MACAM-MACAM TENAGA KERJA


Ini tergantung tingkat ketrampilan seseorang ( Pekerja, Tukang, Kepala Tukang, Mandor)
HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI UPAH
1. Pengaruh Lamanya Kerja
2. Pengaruh lokasi Pekerjaan
3. Pengaruhnya adanya persaingan
4. Pengaruh kepadatan penduduk
5. Pengaruh tenaga pinjaman dan tenaga import
6. Pengaruh Lain
Rumus dan contoh penggunaan rumus umum untuk upah searang tenaga kerja :
UPAH/HARI = A1 x B x C x D x E x F x G
UPAH/JAM = A2 x B x C x D x E x F x G
A1 = Hari orang standar
A2 = Jam Orang standar
B = Macam tenaga kerja
C = Pengaruh lamanya kerja
D = Pengaruh Lokasi Pekerjaan
E = Pengaruh adanya persaingan tenaga kerja
F = Pengaruh Kepadatan penduduk.
G = Pengaruh tenaga pinjaman dari tenaga import
CONTOH PENGGUNAAN
Ambil permisalan : UPAH PEKERJA DI JAKARTA
Misal Harga beras di Jakarta 1 Kg = Rp 6,000 /kg
UPAH/HARI = A1 x B x C x D x E x F x G
1 OH = 5x Rp. 6000 x 1x1x1x1x1x1 = Rp 30,000,-/hari
Setelah kita mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi harga upah tenaga kerja sekarang kita
akan melihat dari mana koefesien-koefesien yang terdapat dalam analisa harga satuan. Sebagai
contoh di dalam BUKU BOW, harga upah untuk menyelesaikan 1 m3 galian tanah dibutuhkan
tenaga kerja :
Pekerja 0,75 OH
Mandor 0,025 OH
Adapun di dalam SNI 1 m3 Galian Tanah biasa sedalam 1 m :
Pembantu tukang (pekerja ) 0,4 OH
Mandor 0,04 OH
Timbul pertanyaan bagi kita darimanakah koefesien-koefesien itu muncul dari BOW dan SNI ?
Sekarang mari kita lihat analisa BOW 0,75 Pekerja dan 0,025 Mandor, koefesien indek tersebut
diatas mempunyai pengertian bahwa 0,75 pekerja dan 0,025 mandor akan menghasilkan
produksinya 1 m3 galian tanah dalam 1 hari. Kalau pekerja dan mandor tersebut kita kalikan 40
Kali maka pekerja menjadi 30 orang dan mandor 1 orang jadi asumsinya adalah produktivitas.
Jadi dalam analisa BOW tersebut asumsinya produktivitasnya adalah mengerjakan galian tanah
sebanyak 40 M3 dibutuhkan tenaga kerja 30 Pekerja dan 1 mandor sehingga koefesien tersebut
berdasarkan produktivitas yang mana dengan Pekerja 30 Orang dan Mandor 1 orang dapat
menyelesaikan 40 m3 dalam 1 hari. Inilah asal usul koefesien upah yang ada pada analisa BOW
untuk pekerjaan Tanah atau
Pekerja = 30 orang/ 40 m3* hari = 0,75 Orang hari ( OH)
Mandor =1 orang/40 m3 * hari = 0,025 Orang hari ( OH)

Jadi kita bias melihat apakah koefesien-koefesien yang ada didalam analisa BOW & SNI masih
layak digunakan atau tidak tergantung Estimasi kita dan diserahkan kepada Anda masingmasing.
Sekarang coba kita lihat lagi analisa SNI, contohnya Pekerjaan galian tanah biasa dengan
kedalaman 1 m3.
Pekerja = 0,4 OH
Mandor = 0,04 OH
Artinya, untuk menyelesaikan galian biasa dengan kedalaman 1m3 kalau kita kalikan 100 maka
perbandingan 40 pekerja dan 4 Mandor atau dengan tenaga 40 pekerja dan mandor 4 orang akan
menghasilkan galian 100 m3 atau 25 m3 dengan tenaga 10 pekerja dan 1 mandor.
Pekerja = 10 orang/ 25 m3* hari = 0,4 Orang hari ( OH)
Mandor = 1 orang/25 m3 * hari = 0,04 Orang hari ( OH)
Sekarang kita sudah tahu bahwa untuk melaksanakan suatu pekerjaan tergantung produktivitas
dari tenaga kerja tersebut atau dengan kata lain untuk menghitung upah apakah wajar atau tidak
seorang mandor menawarkan suatu pekerjaan dengan harga wajar atau tidak. Sebagai contoh kita
akan melaksanakan suatu pekerjaan galian tanah biasa dan pekerjaan pasangan batu kali
kemudian mandor menawarkan harga upah borongan misalnya:
Galian tanah = Rp 25,000,-/ m3
Pasangan Batu kali = Rp 60,000,- / m3
Dimana diketahui pada suatu tempat sebutlah harga Pekerja Rp 30,000/hari, Mandor Rp
50,000/hari, Tukang Rp 45,000/hari , Kepala tukang Rp 50,000,-/hari.
Sekarang apakah harga yang ditawarkan oleh mandor tersebut wajar atau tidak ?
Mari kita lihat dari perbandingan analisa BOW atau SNI yang terdapat di dalam buku Analisa
BOW :
UPAH G 26 (Pasangan Batu kali)
Pekerja = 3,6 OH
Tukang = 1,2 OH
Kepala Tukang = 0,12 OH
Mandor = 0,16 OH
Mari kita kalikan masing-masing koefesien di atas dengan harga masing-masing upah
Pekerja = 3,6 OH x ( Rp. 30.000)
Tukang = 1,2 OH x ( Rp. 45.000)
Kepala Tukang = 0,12 OH x ( Rp. 50.000)
Mandor = 0,16 OH x ( Rp. 50.000)
Maka akan kita dapatkan harga upah tersebut totalnya Rp 176,000.
Dari total harga tersebut, sebesar Rp 176,000/ m3 kelihatan produktivitasnya terlalu kecil karena
realisasinya saat ini harga upah tersebut terlalu tinggi. Tetapi saya serahkan pada masing-masing
Anda apakah koefesien di BOW masih layak atau tidak.
Sekarang kita coba lagi koefesien upah yang ada di dalam SNI dengan jenis pekerjaan yang sama
yaitu Pasangan Batu kali :
Pekerja = 1,5 OH
Tukang Batu = 0,6 OH
Kepala Tukang = 0,06 OH
Mandor = 0,075 OH
Kalau harga pekerja, tukang, mandor, kepala tukang kita kalikan dengan koefesien di dalam
analisa SNI di atas maka akan kita dapatkan harga upah tersebut sebesar Rp 78,750,-. Harga ini

masih wajar pada saat ini dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa harga-harga upah
koefesien pada SNI saat ini masih wajar.
Dari hal-hal tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa koefesien tersebut didapat dari hasil
produktivitas kelompok pekerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan adanya methode
ini, maka Anda dapat memulai dan melihat apakah koefesien upah yang terdapat di dalam BOW
atau SNI masih RELEVAN atau TIDAK. Dalam menentukan perbandingan koefesienkoefesien
upah (berdasarkan pengalaman pribadi saya) memiliki perbandingannya sebagai berikut :
1. Perbandingan Pekerja Dengan Mandor 1 berbanding 20.
2. Perbandingan Tukang dengan Kepala tukang 1 berbanding 10.
Perbandingan ini berdasarkan pengalaman saya pribadi. Kita ambil contoh, suatu pekerjaan
dengan produktivitasnya 40 m3/hari dengan jumlah tenaga kerja:
Pekerja = 20 orang
Tukang = 10 orang
Kepala Tukang = 1 orang
Mandor = 1 orang
Maka koefisien dari kelompok pekerja tersebut (yang akan kita gunakan dalam menghitung
harga upah suatu perkerjaan) adalah sebagai berikut :
Pekerja = 20 orang / (40 m3/hari) = 0,5 OH
Tukang = 10 orang / (40 m3/hari) = 0,25 OH
Kepala Tukang = 1 orang / (40 m3/hari) = 0,025 OH
Mandor = 1 orang / (40 m3/hari) = 0,025 OH

Anda mungkin juga menyukai