Anda di halaman 1dari 9

Geografi Ekonomi

Bukittinggi kota
Wisata dan Belanja
NAMA : Ulfah Khairani Ramadhan
NIM: K5414051

Kota Bukittinggi adalah salah satu Daerah Tingkat II di


provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ibu kotanya berada di
Bukittinggi.
Kabupaten ini secara geografis terletak antara 100,210
100,250 derajat bujur timur dan antara 00,760 00,190
derajat Lintang selatan.
Dibangun pada tahun 1825 oleh Kapten Bouer, yang
dipergunakan Belanda sebagai benteng pertahanan dari
gempuran rakyat Minangkabau pada masa berlangsungnya
Perang Paderi, 1821 1837, perlawanan rakyat terhadap
kolonial Belanda, yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol.
2 bukit yang menjadi asal dari nama kota ini,Kedua bukit
dihubungkan oleh jembatan unik yang membentang di atas
jalan raya.
Jembatan yang memiliki daya tarik tersendiri. Jembatan
Limpapeh, jembatan yang selalu ramai dilewati para

Pusat kota Bukittinggi dicirikan dengan landmark


berupa bangunan Jam Gadang yang dikepung oleh
bangunan lain, yang antara lain berupa: Pasar Atas,
pusat perbelanjaan, dan di sisi lain terdapat hotel,
museum, dan perkantoran.
Jumlah penduduk, menurut data tahun 2013 adalah
702.228 jiwa. Distribusi kepadatan mengikuti pola
kepadatan tinggi (lebih dari 80 jiwa per ha) berada di
pusat kota, kepadatan sedang (50 79 jiwa per ha)
berda di bagian tengah, dan kepadatan rendah (20 49
jiwa per ha) berada di bagian kota sebelah timur dan
barat.

Wisata dan belanja adalah dua hal yang tak


dapat dipisahkan dari kehidupan kota ini.
Keelokan alam di beberapa sisi wilayahnya
menjadi daya tarik tersendiri. Pusat
perdagangan pun begitu mudah dijumpai.
Kota kecil yang luasnya hanya 0,06 persen
dari luas Provinsi Sumatera Barat ini populer
dengan sebutan Kota Jam Gadang. Jam
Gadang yang artinya jam besar menjadi
simbol sekaligus pusat keramaian kota. Dari
menara tempat berdiri Jam Gadang inilah
kegiatan wisata dan belanja bisa segera
dimulai. Pasalnya, tempat-tempat bernuansa
sejarah yang menjadi saksi perkembangan
kota di masa lalu seperti bekas kediaman
Bung Hatta, Benteng Fort de Kock, dan

PAD merupakan semua penerimaan daerah yang


berasal dari sumber ekonomi asli daerah yang diukur
dari pajak dan retribusi daerah.
Pajak dan retribusi daerah merupakan komponen
terbesar dalam menyumbang terbentuknya PAD pada
beberapa daerah karena pajak dan retribusi sangat
terkait dengan sektor industri yang memberikan nilai
tambah bagi kekuatan ekonomi.
Dalam membiayai kewenangan daerah, PAD idealnya
menjadi sumber pendapatan pokok daerah. Sumber
pendapatan

lain

dapat

bersifat

fluktuatif

dan

cenderung diluar kontrol kewenangan daerah. Melalui


kewenangan yang dimiliki daerah diharapkan dapat
meningkatkan PAD, namun tetap memperhatikan

Karunia alam yang ditopang dengan karunia


sejarah ini, menyebabkan Bukittinggi menjadi
tujuan wisata yang menarik untuk dinikmati.
Sinergi dengan potensi unggulan derah lainnya.
Bukittinggi juga dikembangkan menjadi wisata
Perdagangan dan jasa , wisata kesehatan, wisata
konfrensi dan peristirahatan serta jasa lain-lain.
Ini dapat dibuktikan dengan kontribusi sector
pariwisata untuk menompang PAD Bukittinggi
yaitu : antara 40-50%.

Bukittinggi

berdaya

saing

tinggi,

karena

menjadi daerah tujuan utama wisata di Sumbar,


dengan obyek wisata alam dan sejarah yang
relatif

unggul-seperti

Jam

Gadang,

Ngarai

Sianok, Lubang Jepang, Taman Margasatwa, dan


banyak yang lainnya-juga memiliki sarana dan
prasarana penunjang yang memadai seperti 60
hotel (tujuh hotel berbintang dan 53 hotel
nonbintang dengan jumlah kamar1.268 atau
2.286 tempat tidur) dan 15 biro perjalanan.

Selain banyak dikunjungi oleh wisatawan yang


ingin berwisata, kota bukittinggi juga merupakan
pusat
perdagangan
di
daerah
Sumatra,
keberadaan Pasar Atas, Pasar Bawah, dan Pasar
Simpang Aur, atau Pasar Aur Kuning cukup dikenal.
Bahkan Pasar Aur Kuning, misalnya, merupakan
pusat pasar grosir di Sumatera. Menurut data
Badan Musyawarah Perbankan Bukittinggi, dari
kegiatan perdagangan di Pasar Simpang Aur
terjadi kelebihan lalu lintas uang sebesar Rp 140
milyar-Rp 170 milyar per bulan.
Omzet salah satu bank Rp 25 milyar sampai Rp 35
milyar per/minggu. Itu baru transaksi melalui
bank, belum lagi omzet perdagangan langsung.

wisata sehingga pemasukan PAD sebesar Rp 1,7 miliar


didapatkan dari masa libur lebaran 2015
kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwiasata kepada BAKI News
di Jalan Perwira baru-baru ini, menurutnya pemasukan sebesar
Rp1,7 miliar diraih dari beberapa objek wisata selama libur
lebaran Idul Fitri 1436 H lalu.
Hal ini dikarenakan mumbludaknya pengunjung yang datang
ke Bukittinggi untuk mengisi masa liburan meraka, untuk itu
Pemerintah tetap mengandalkan sektor kepariwisataan sebagai
unggulan disamping perdagangan, jasa, pendidikan dan
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai