PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geografi adalah bagian dari ilmu kebumian yang mengkaji secara
komprehensif persamaan dan perbedaan fenomena yang ada di permukaan bumi
dan hubungan saling tindak dengan kehidupan manusia melalui tiga pendekatan,
yaitu: keruangan (spasial), temporal, dan kompleks wilayah. Salah satu bagian
dari fenomena permukaan bumi yang dikaji di dalam ilmu geografi adalah tanah.
Tanah dalam konteks kajian geografis adalah tanah sebagai tubuh alam yang
menyelimuti permukaan bumi dengan berbagai sifat dan perwatakannya yang
khas dalam hal proses pembentukan, keterdapatan, dinamika dari waktu ke waktu,
serta manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Hamparan tanah yang luas di suatu bentanglahan memperlihatkan secara
nyata bahwa ada perbedaan sifat-sifat tanah antara satu lokasi dengan lokasi lain
meskipun berada dalam satu toposequen. Kenyataan mengenai perbedaan tanah
yang dapat dilihat pada sebuah bentanglahan adalah gambaran bahwa tanah
berbeda secara horisontal. Selain itu, sifat-sifat tanah dapat pula dibedakan secara
vertikal dalam suatu penampang melintang tanah yang menunjukkan susunan
horison tanah.
Geografi tanah sebagai cabang ilmu geografi fisik memerlukan kegiatan
lapangan sebagai bentuk aplikasi atau penerapan materi yang telah diajarkan
secara indoor terkait persebaran tanah secara horisontal maupun perbedaan
karakteristik tanah berdasarkan perbedaan horison. Kegiatan lapangan tersebut
diwujudkan dalam kegiatan Praktikum Geografi Tanah.
Praktikum geografi merupakan suatu usaha dan kegiatan dalam rangka
pengenalan karakteristik dan sifat tanah serta persebarannya di wilayah tertentu
sebagai bahan identifikasi. Hasil Praktikum Geografi Tanah sangat berguna untuk
mempertimbangkan pemanfaatan lahan dan penggunaan lahannya itu sendiri.
Dalam perkembangan zaman, banyak sekali masalah masalah yang berkaitan
dengan penggunaan lahan dan pemanfaatan lahan. Dalam konteks ini praktikum
geografi tanah dapat menganalis, meneliti dan mengkaji apakah tanah tersebut
layak digunakan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia atau tidak. Jadi
Praktikum Geografi tanah disini juga difungsikan sebagai suatu alat uji kelayakan
dan studi mengenai penggunaan lahan yang digunakan dalam suatu wilayah
tertentu.
Praktikum Geografi Tanah bertujuan mencetak peneliti peneliti yang
memiliki keterampilan di lapangan yang handal yaitu keterampilan menggunakan
alat bantu dan keterampilan interpretasi kenampakan lahan. Oleh karenanya,
pelaksanaan Praktikum Geografi Tanah memerlukan tujuan pelaksanaan dan
strategi yang jelas, serta metodologi yang tepat.
Praktikum Geografi Tanah yang dilakukan oleh mahasiswa Pendidikan
Geografi FKIP UNS dilaksanakan di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten. Pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan bahwa disana
memenuhi beberapa persyaratan lokasi diantaranya yaitu lokasi yang diamati
berada dalam satu wilayah toposequence, secara aksesbilitas mudah dijangkau.
Oleh karena itu kenampakan alam yang bisa diamati, diteliti dan dipelajari
menjadi lebih beragam karena setiap stopsite memiliki karakteristik dan sifat yang
berbeda dilihat dari kenampakan setiap profil yang di survey.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi geografis di lokasi pengamatan?
2. Bagaimana kondisi morfologi tanah di lokasi pengamatan?
3. Bagaimana karakteristik fisik, kimia, dan biologis tanah di lokasi
pengamatan?
C. Tujuan
Praktikum Geografi Tanah merupakan tindakan implementasi atau penerapan
teori perkuliahan Geografi Tanah. Praktikum Geografi Tanah memberikan
manfaat yang besar bagi mahasiswa dalam hal penguasaan materi serta melatih
kemampuan spasial di lapangan.
Tujuan
Praktikum
Geografi
Tanah
secara
umum
adalah
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Tanah
Tanah memiliki definisi yang beragam tergantung siapa yang memberikan
definisi tersebut pada tanah, sehingga pembatasan terhadap deskripsi tanah sulit
dilakukan. Dokuchaev (dalam Partoso Hadi, 1999) mengatakan bahwa tanah
adalah lapisan permukaan bumi yang terpadu berasal dari material induk yang
telah menglami proses lanjut, karena perubahan alami di bawah pengaruh: air,
udara, dan bermacam-macam organisme baik yang masih hidup maupun yang
sudah mati; tingkat perubahan dapat terlihat pada komposisi, struktur, dan warna
dari hasil pelapukan.
M. Isa Darmawijaya (1992) mendefinisikan tanah sebagai akumulasi
tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar permukaan bumi dan
mempunyai sifat-sifat sebagai pengaruh iklim dan organisme yang bekerja
terhadap batuan induk pada relief tertentu dan iklim jangka waktu tertentu
menumbuhkan tanaman.
Joffe (1949) menyatakan bahwa tanah adalah bangunana alam tersusun
atas horison-horison yang terdiri atas bahan mineral dan organik, biasanya takpadu mempunyai tebal yang berbeda-beda dan yang berbeda pula dengan bahan
induk yang ada di bawahnya dalam hal mirfologi, sifat dan susunan fisik, sifat dan
susunan kimia dan sifat-sifat biologis.
Tanah terbentuk dari percampuran komponen penyusun tanah yang
berssifat heterogen dan beraneka. Ada empat komponen utama penyusun tanah
mineral yang tidak dapat dipisahkan dengan pengamatan mata telanjang.
Komponen tanah tersebut dipilahkan menjadi tiga fase penyusun tanah, yakni:
1. Fase padat : bahan mineral dan bahan organik
2. Fase cair : lengas tanah dan air tanah
3. Fase Gas : udara tanah. (Rachman Sutanto,2014)
B. Faktor pembentuk tanah
Syarat utama terbentuknya tanah ada dua yaitu: (1) tersedianya bahan asal
atau batuan induk, (2) adanya faktor-fakktor yang mempengaruhi bahan induk
(Jenny dalam Junun Sartohadi dkk, 2012). Bahan induk tanah merupakan hasil
pelapukan batuan induk. Bahan induk bersifat lepas-lepas (unconsolidated),
sementara itu batuan induk bersifat padu. Faktor-faktor lain yang bekerja
kemudian setelah pelonggokan bahan induk tanah dapat dikelompokkan menjadi
faktor aktif dan faktor pasif. Faktor aktif dalam pembentukan tanah adalah iklim
dan oiragnisme tanah. Faktor pembentuk tanah yang bersifat pasif adalah lokasi
tempat terdapatnya bahan induk dan kurun waktu berlangsungnya pembentukan
tanah.
Jenny (dalam Junun Sartohadi dkk, 2012) memformulasikan faktor
pembentuk tanah ke dalam sebuah formula matematis sebagai berikut:
T = f (i,o,r,b,w,..)
T: Tanah
f : fungsi
i : iklim
o: organisme
r: relief atau topografi
b: bahan induk
w: waktu
1. Bahan induk
Bahan induk tanah dapat berasal dari batuan induk yang berada dibawahnya
(insitu soil parent materials), dapat pula berasal dari batuan induk yang lokasinya
jauh dari lokasikeberadaan bahan induk tanah saat ini (transported soil parent
materials).
Bahan induk dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu: (1) Batuan
Beku; (2) Batuan Sedimen, dan (3) Batyan Metamorf. Ketiga jenis baan
penyususn kerakbumi mempunyai sifat dsar yang khas yang berpengaruh kuat
pada resistensi batuan terhadap proses pelapukan. Batuan beku dan metamorf
memiliki resistensi yang lebih tinggi dibandingkan batuan sedimen. Batuan beku
pada umumnya mempunyai resistensi yang lebih tinggi dibandingkan batuan
metamorf. Akan tetapi batuan metamorf dapat mempunyai resistensi yang lebih
tinggi dibandingkan batuan beku jia proses metamorfosis batuan berlangsung
sempurna.
Sifat bahan induk merupakan faktor pengubah bebas dalam pembentuk
tanah. Sifat-sifat penting yang berpengaruh terhadap proses pelapukan anatara lain
tekstur batuan, kemasan, kadar Ca yang dikandung bahan induk, dan jenis mineral
penyusun batuan. Tekstur batuan sebagian besar menentukan dalamnya profil
tanah. Perbedaan struktur batuan juga mempengaruhi tanah yang terbentuk.
2. Relief atau topografi.
Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Anasir relief yang penting dalam
kaitannya dengan pembentukan tanah adalah sudut lereng dan tinggi tempat.
Tinggi tempat mempengaruhi suhu udara, sedangkan sudut lereng menentukan
kesetimbangan antara limpasan permukaan dan infiltrasi.
Selain itu, faktor relief yang berpengaruh adalah hadap lereng serta posisi
lereng terhadap wilayah sekitar (arrangement). Hadap lereng merupakan faktor
penting, terutama pada wilayah lintang tinggi karena menentukan intensitas
6
Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh massa
tanah.
Mempengaruhi dalamnya air tanah.
Mempengaruhi besarnya erosi.
Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di
iklim. Di daerah yang datar atau cekung dimana air tidak mudah hilang drai tanah
atau menggenang, pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuklahtanah
berwarna kelabu atau banyak mengandung karatan sebag akib genangan tersbeut.
Di daerah bergelombang, drainase tanah lebih baik sehingga pengaruh
iklim lebih jelas dan pelapukan serta pencucian berjalan lebih cepat. Di daerah
yang berlereng curam kadang-kadang terjadi erosi permukaan terus-menerus
sehingga terbentuklah tanah-tanah dangkal. Sebaliknya pada kaki lereng tersebut
sering ditemukan tanah dengan profil dalam akibat penimbunan bahan-bahan yang
dihanyutkan dari lereng atas tersebut.
Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubugan denagn relief adalah solum
tanah, tebal dan kandungan bahan organik horison A, kandungan air tanah
(relative wetness), warna tanah, tingkat perkembangan horison, reaksi tanah (pH),
kejenuhan basa, kandungan garam mudah larut dan lain-lain.
3. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah (dinamis)
sebagai akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus maka tanah-tanah
yang semkain tua juga semkain kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur
hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk
seperti kuarsa. Profil tanah juga semkain berkembang dengan meningkatnya
umur.
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan induk
tanah berubah berturut turut menjadi : tanah muda (immature atau young soil),
tanah dewasa (mature soil), dan tanah tua (old soil)
Tanah muda : pada tingkat ini proses pembentukan tanah terutama berupa
proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral, percampuran bahan organik
dan bahan mineral di permukaan organik tersebut. Hasilnya adalah pembentukan
horizon A dan horizon C. Sifat tanah masih didominasi oleh sifat sifat bahan
induknya. Termasuk tanah muda adalah jenis tanah Entisol (Aluvial, Regosol).
Tanah dewasa : dengan proses lebih lanjut maka tanah tanah muda
dapat berubah menjadi tanah dewasa yaitu dengan proses pembentukan horizon B.
Horizon B yang terbentuk adalah horizon B yang masih muda (Bw) sebagai hasil
dari proses alterasi bahan induk (terbentuk struktur tanah, warna lebih merah dari
bahan induk) atau ada penambahan bahan bahan tertentu (liat, dan lain - lain)
dalam jumlah sedikit dari lapisan atas. Pada tingkat ini tanah mempunyai
kemampuan berproduksi tinggi, karena unsur unsur hara di dalam tanah cukup
tersedia, akibat pelapukan mineral dan pencucian unsur hara belum lanjut. Jenis
tanah yang termasuk dalam tingkat ini antara lain Inceptisol (Latosol Coklat, dan
lain - lain) Andisol, Vertisol, Mollisol dan sebagagainya.
Tanah tua : dengan meningkatnya umur maka proses pembentukan tanah
menjadi lebih lanjut, sehingga terjadi perubahan perubahan lebih nyata pada
horizon A dan B dan terbentuklah horizon horizon A, E, EB, Bt, (Bs), (Bo), BC
dan lain lain. Di samping itu pelapukan mineral dan pencucian basa basa
makin meningkat sehingga tinggal mineral mineral yang sukar lapuk di dalam
tanah dan tanah menjadi kurus dan masam. Jenis jenis tanah tua tersebut antara
lain adalah tanah Ultisol (Podzolik Merah Kuning) dan Oxisol (Laterit).
Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah
berperan penting dalam menentukan jenis tanah yang terbentuk.
Perbedaan tahap waktu menurut mohr dan van baren (1954) dibagi
menjadi lima tingkat yaitu :
Tahap juveille
Pada tahap ini proses pelapukan sudah mulai berjalan akan tetapi masih
banyak bahan asal yang belum dilapuk.
Tahap virile
Tahap senile
Pada tahap ini dekomposisi mencapai tingkat akhir, sehingga hanya
mineral-mineral yang resisten yang tertinggal.
penyediaan
rongga
serta
redistribusi
tanah.
Organisme
makro
dan panas maka pelapukan kimia akan lebih dominan dibandingkan dengan
wilayah yang kering dan panas, kondisi sebaliknya adalah pelapukan secara
mekanik akan lebih dominan pada wilayah yang kering dan panas dibandingkan
wilayah berkondisi iklim tanah yang lain.
Hal itu menunjukkan bhawa suhu dan curah hujan sangat berpengaruh
terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika dalam tanah. Adanya curah hujan dan
suhu tinggi di darah tropis menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat pula.
Akibatnya banyak tanah di Indonesia telah mengalami pelapukan lanjut, rendah
kadar unsur hara dan bereaksi masam.
Di daerah-daerah yang beriklim lebih kering seperti di Indonesia bagian
Timur pencucian tidak berjalan intensif sehingga tanahnya kurang masam dan
lebih tinggi kadar basanya.
Pengaruh iklim pada pembentukan tanah tidak saja berlangsung secara
individual, namun juga berlangsung secara kompleks bersama-sama faktor
pembentuk tanah lain.
C. Deskripsi Tanah
1. Informasi seputar lokasi sampel
a. Tempat penelitian
Tempat penelitian dimana penelitian dilakukan harus diketahui
letak administrasinya. Letak administrasi meliputi kabupaten,
kecamatan, desa atau dusun dimana peneltian tersebut dilakukan.
Hal lain yang harus dijelaskan adalah posisi pengamatan dari
tempat yang strategis dan mudah dikenal, selain posisi absolut juga
harus diketahui. Hal tersebut perlu dilakukan karena apabila suatu
saat dilakukan analisa lanjut yang terkait dengan penelitian yang
sudah dilakukan maka lokasi yang dimaksud akan mudah
ditemukan dengan akurasi yang tinggi.
b. Seri,fase dan symbol satuan peta
Isian seri diisi sesuai dengan seri yang diwakili sesuai oleh
pengamatan profil yang sedang dilakukan, sedangkan fase diisi
sesuai dengan fase yang digunakan untuk menyusun satuan peta
tanah misalnya lereng, isian kolom symbol satuan peta dimana
pengamatan sedang dilakukan.
c. Relief dan kelerengan
10
11
b) Bentuk lereng
Bentuk lereng meliputi bentuk lurus, cekung, cembung,
berteras, kompleks, informasi bentuk lereng penting untuk
menafsirkan potensi daerah penelitian terhadap kerentanan erosi
dan atau longsor lahan.
d. Jenis vegetasi
Pendeskrisian mengenai vegetasi pada lokasi pengamatan
mencangkup vegetasi yang mendominasi dan vegetasi yang
spesifik.informasi mengenai jenis vegetasi ini bermanfaat dalam
pendugaan sementara (kondisi dilapangan) terhadap kondisi
tanahnya.
Bentuk penggunaan lahan
Tanaman yang dibudidayakan
Pola tanam
Pengelolaan
Pupuk yang digunakan
Hama penyakit yang dijumpai
Hasil dari tanaman tersebut
3. Morfologi Luar
Deskripsi mengenai morfologi luar meliputi keadaan drainase tanah, keadaan
batuan, ketinggian tempat, bentuk lahan.
a. Drainase
Drainase tanah adalah kondisi pengatasan tanah terhadap proses
penggenangan. Drainase tanah meliputi drainase internal, eksternal dan
permeabilitas. Kondisi drainase tanah dipengaruhi oleh ebberapa hal antara
lain:
Kedalaman muka air tanah
Tekstur tanah
Struktur tanah
12
Lapisan kedap
Kemiringan lereng permukaan
Penjelasan mengenai drainase internal (dalam tanah) dan drainase
eksternal (permukaan) adalah sebagai berikut :
1) Drainase Internal (dalam tanah)
Berlebihan, kelebihan air segera keluar dari tanah dan sangat
sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga tanaman akan
segera kekurangan air.
Baik, tanah mempunyai peredaran udara yang baik. Seluruh
profil tanah dari atas sampai bawah (200 cm) berwarna terang
yang seragam dan tidak terdapat bercak berrcak kuning,
coklat, atau kelabu.
Agak baik, tanah mempunyai peredaran udara yang baik di
daerah perakaran. Tdiak terdapat bercak bercak berwarna
kuning, coklat, atau kelabu pada lapisan atas bagian atas,
lapisan bawah.
Agak buruk, lapisan tanah mempunyai peredaran udara baik,
tidak terdapat bercak bercak berwarrna kuning, kelabu atau
coklat. Bercak terdapat pada seluruh lapisan tanah bawah.
Buruk, bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat
bercak berwarna kelabu, coklat, dan kekuningan.
Sangat buruk, seluruh lapisan atas sampai permukaan
berwarna kelabu dan lapisan tanah bawah berwarna kelabu
atau terdapat bercak kebiruan, atau terdapat air yang
menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama
sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
13
14
15
bawahnya yang secara genetik ada kaitannya. Perbedaan itu dapat bersifat
fisik, kimia, macam dan jumlah organisme, tingkat kemasaman atau
kealkalian.
b. Bataas lapisan/horison
Batas horison atau lapisan dinyatakan dalam kejelasan dan bentuk peralihan
(topografi batas).
1) Kejelasan
a (aburpt) simbol untuk peralihan sangat jelas, lebar peralihan < 2 cm
c (clear) simbol untuk peralihan jelas, lebar peralihan 2 5 cm
g (gradual) simbol untuk peralihan berangsur, lebar peralihan 5 12 cm
d (diffuse) simbol peralihan baur, lebar peralihan >12 cm
2) Bentuk peralihan
s (smooth) simbol untuk bentuk peralihan relatif rata
w (weavy) simbol untuk peralihan berombak, lebarnya lebih besar
daripada dalamnya
i (irrigular) simbol untuk bentuk peralihan tidak beratur, lebar lebih kecil
daripada dalamnya
b (broken) simbol untuk batas terputus
c. Warna tanah
Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang jelas dan mudah terlihat.
Peranan warna tanah pada pedogenesis adalah:
Indikator sifat fisik kimia tanah
Indikator lingkungan
Indikator kandungan tanah
Dalam beberapa hal digunakan sebagai salah satu kriteria dalam
klasifikasi tanah
Penetapan warna tanah
Penetapan warna tanah dilakukan dengan menggunakan pedoman warna
tanah Munsell Soil Color Charts. Warna secara terukur ditetapkan
berdasarkan tiga unsur yaitu Hue, Value dan Chroma.
Hue adalah warna dasar dengan spektrum warna tertentu dari tiga
kelompok utama merah (R), merah-kuning (YR) dan kuning (Y)
Value adalah tingkat gelap hingga terangnya warna
Chroma adalah tingkat intensitas warna
d. Tekstur tanah
Untuk dapat menentukan tekstur tanah dilapangan apakah tanah tersebut
kasar atau halus, maka dapat dilakukan dengan cara memijit tanah yang
17
Fraksi
utama
Lempung
(clay)
tanah
X
LX
micron
< 0,5
0,5 2
(belum dibakukan)
Lempung halus
lempung
Debu
(silt)
VIII
VII
VI
25
5 20
20 50
Debu halus
Debu
Debu kasar
Pasir
(sand)
V
IV
III
II
I
50 100
100 200
200 500
500 1000
1000 2000
Berbentuk butir-butir tanah tetapi masih ada ikatan antara butir yang satu
dengan yang lain
e. Tipe granuler
Ikatan antar butir sangat lemah (kersai) dan berbutir tunggal
f. Tipe pejal atau prismatik
Pada tipe ini kondisinya mampat dan belum membentuk tipe. Belum
terbentuknya tipe ini disebabkan oleh :
Batuan induk baru mengalami pelapukan
Kemungkinan sudah membentuk struktur akan tetapi mengalami
gangguan eksternal.
Tabel 2. Skema Tipe dan Ukuran Struktur Tanah
Ukuran
Lempeng
Prismatik
Tiang
Gumpal
Gumpal
Berbutir
Remah
(platy)
(prismatik)
(columnar)
bersudut
agak
(granular)
(crumb)
(angular
mebulat
blocky)
(subangular
1 mm
10 mm
10 mm
5 mm
blocky)
5 mm
1 mm
1 mm
Halus
1 -2 mm
10 -20 cm
10 - 20 m
5 - 10 m
5 - 10 mm
1 - 2 mm
1 - 2 mm
(F)
Sedang
2 - 5 mm
20 - 50 m
20 -50 m
20 Oct
10 - 20 mm
2 - 5 mm
1 - 2 mm
(M)
Kasar
5 - 10 m
50 - 100 m
50 - 100 m
20 50
20 - 50 mm
5 - 10 m
2 - 5 mm
(C)
Sangat
>10 mm
>100 mm
>100 mm
> 50 mm
> 50 mm
> 10 mm
Sangat
halus
(VF)
kasar
(VC)
19
Konsistensi adalah daya resistensi massa tanah yang ditentukan oleh derajat
kohesi/adhesi tanahnya.
1) Basah (B)
Tanah disebut basah apabila kadar air melebihi kapasitas lapang. Dalam
keadaan ini tanah mempunyai kelekatan dan plastisitas
Kelekatan (stickness)
Adalah derajat adhesi tanah, ditetapkan dengan cara memijit tanah
antara ibu jari dan telunjuk. Tingkatan kelekatan tanh adalah sebagai
berikut :
so simbol untuk tidak lekat (non sticky) tidak ada tanah yang
tertinggal.
ss simbol untuk agak lekat (slightly sticky) tanah tidak tertinggal
pada salah satu jari.
s simbol untuk lekat (sticky) tanah tertinggal pada kedua jari.
vs simbol untuk sangat lekat (very sticky) sukar untuk melepaskan
kedua belah jari.
Plastisitas (plasticity)
Adalah derajat kohesi tanah terhadap perubahan bentuk apabila dipirit
dengan ibu jari dan telunjuk.
po simbol untuk tidak plastis (non plastic) tidak berbentuk gelintir
tanah.
ps simbol untuk agak plastis (slightly plastic) terbentuk gelintir
tetapi massa tanah mudah berubah bentuk.
p simbol untuk plastis (plastic) terbentuk gelintir tanah dan
memerlukan tekanan seperlunya untuk mengubah bentuk massa tanah.
vp simbol untuk sangat plastik (very plastic) terbentuk gelintir tanah
dan memerlukan tekanan cukup kuat untuk mengubah bentuk massa
tanah.
2) Lembab (L)
Tanah disebut lembab apabila kadar air diantara titik layu permanen dan
kapasitas lapang. Konsistensi tanah lembab ditetapkan dengan cara
meremas tanah dengan telapak tangan.
l simbol untuk lepas (loose) butir-butir tanah terlepas satu sama lain.
vf simbol untuk sangat gembur (very friable) dengan sedikit tekanan
saja tanah mudah bercerai, bila digenggam dapat menggumpal.
t simbol untuk teguh - massa tanah menggumpal, cukup tanah bila
diremas.
20
H202
10%. Cara
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Survey Tanah
Kegiatan dalam perolehan data di lapangan untuk meneliti karakteristik dan
sifat tanah haruslah menggunakan metode yang relevan agar penelitian yang
dilakukan dapat valid dan sesuai dengan teori yang reliable juga. Untuk dapat
mempelajari kondisi, gejala, dan proses pembentukan tanah, cara terbaik yang
dapat dilakukan adalah dengan jalan meneliti langsung di beberapa lokasi
tersebut.
Dalam melaksanakan penelitian tanah, tidak cukup hanya dengan melihat
apa yang ada di lapangan. Pekerjan lapangan tersebut secara garis besardapat
dilakukan melalui 4 pendekatan, yaitu :
1. Observasi (pengamatan)
22
23
Selain dari ketiga pendekatan yang telah di uraikan diatas, terdapat juga
pendekatan yang telah dilakukan yaitu menggunakan buku buku yang
mendukung di dalam penelitian ini (telaah kepustakaan).
Pengambilan sampel dilakukan di setiap titik penelitian atau profil tanah dan
sebelum dilakukan pengambilan sampel tanah terlebih dahulu dilakukan
pembuatan profil tanah. Dalam pembuatan profil tanah perlu diperhatikan hal
hal sebagai berikut :
a. Harus mewakili daerah atau wilayah penelitian.
b. Tanahnya masih asli, artinya masih benar benar merupakan hasil
proses pedogenesis atau belum ada campur tangan manusia.
c. Dalam pengambilan sampel perlu dihindari adanya penyinaran
matahari secara langsung agar sifat sifat tanah seperti warna dan
batas batas horizon tidak terbiaskan.
Survey tanah memiliki berbagai macam metode penelitian agar dalam
identifikasi dan klasifikasi tanah dapat representatif atau mewakili sesuai dengan
data empiric di lapangan. Dalam survey tanah dikenal tiga macam metode survey
yaitu metode grid, metode fisiografi, dan metode bebas. Berikut akan diuraikan 3
macam metode survey utama yang umum digunakan di indonesia maupun di luar
negeri :
1. Survey Grid
Metode ini sangat cocok untuk survey intensif dengan skala besar
dimana penggunaan interpretasi foto udara sangat terbatas dengan
intensitas pengamatan yang rapat membutuhkan ketepatan dan
penempatan titik pengamatan di lapangan dan pada peta. Metode in
sangat cocok diterapkan pada daerah yang belum tersedia foto udara
atau peta topografi. Survey grid sangat cocok dilakukan pada daerah
yang memiliki pola tanah yang kompleks dimana pola detail hanya
dapat dipetakan pada skala besar yang kurang praktis. Metode yang
digunakan pada penelitian ini menggunakan metode grid karena
mengingat kondisi lapangan yang memiliki kenampakan kasar dan
bervariasi.
2. Survey Fisiografi
24
II.
Data Primer
Data primer yang diperlukan meliputi :
a. Tempat Penelitian.
b. Jenis Vegetasi
c. Drainase
d. Kedalaman Solum
e. Batas Horizon
f. Tekstur
g. Struktur Tanah
h. Konsistensi
i. pH
j. Perakaran
k. Kandungan Bahan
l. Organik
m. Kandungan Kapur
n. Cuaca
Data Sekunder
25
26
geografi tanah adalah peta mengenai klasifikasi dan persebaran jenis tanah yang
ada di Kecamatan Bayat dan dapat menganalisis penggunaan lahan sesuai dengan
karakter
struktur
tanahnya.
Maka
dari
itu
diharapkan
setelah
dapat
27
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
A. Letak, Batas, dan Luas Daerah
Wilayah Kecamatan Bayat yang menjadi daerah penelitian ini secara
astronomis terletak antara 7o4416LS sampai 7o4828LS dan 110o3655BT
dan 110o4132BT. Daerah penelitian ini secara administratif termasuk dalam
wilayah Kabupaten Dati II Klaten yang dibatasi oleh :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Trucuk dan Vecamatan Klaten
bagian selatan.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cawas.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Semin kabupaten Dati II
Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wedi.
Daerah penelitian ini berdasarkan data statistik Kecamatan Bayat tahun
1997 luasnya lebih kurang 39,43km2/3943 ha yang terdiri dari 18 desa, yaitu Desa
Paseban, Ngerangan, Tegalrejo, Talang, Tawang Rejo, Wiro, Kebon, Krikilan,
Jotangan, Krakitan, Gunung Gajah, Desa Jarum, Bogem, Beluk, Banyuripan,
Dukuh, Jambangan, dan Desa Nengahan yang dapat dilihat pada peta.
B.
28
29
mikro
diorit.
Gunung
jokotuwo
merupakan
batuan
metasedimen atau marmer karena ditempat tersebut dijumpai tandatanda struktur pergerean, sedangkan gunung tremas merupakan tubuh
batugamping berlapis.
Disebelah gunung pendul terdapat singkapan batugamping
nummulites yang berwarna abu-abu dan sangat kompak, disekitar batu
gamping nummulites tersebut terdapat batu pasir berlapis. Penyebaran
batugamping nummulites dijumpai secara setempat-setempat terutama
disekitar desa padasan.
Di lereng selatan gunung pendul, hingga mencapai bagian
puncak, terutama mulai dari sebelah utara desa dowo dijumpai batu
pasir berlapis yang kadang-kadang didalamnya terdapat fragmen
sekis-mika. Sedangkan dibagia timur gunung pendul tersingkat
batulempung abu-abu yang berlapis, keras dan mengalami deformasi
lokal secara kuat hingga terhancurkan.
2. Daerah pegunungan selatan
Di sebelah selatan stasiun lapangan hingga mencapai puncak batu
ragung, secara stratigrafis sudah termasuk wilayah pegunungan
selatan. Secara struktural deretan pegungan tersebut pada penampang
30
berikut
wintolo,D.E.A
dalam
Prof.R.
Soeroso
Iklim
Iklim didefinisikan sebagai rata-rata cuaca dalam jangka waktu relatif lama.
31
32
Nilai Q
Klasifikasi
0,000 - 0,143
Sangat Basah
0,143 - 0,333
Basah
0,333 - 0,600
Agak Basah
0,600 - 1,000
Sedang
1,000 - 1,670
Agak Kering
1,670 - 3,000
Kering
3,000 - 7,000
Sangat Kering
H
> 7,000
Sumber: - Schmidt dan Ferguson (1951)
33
34
Karakteristik dan susunan dari suatu sistem hidrologi suatu daerah sangat
erat hubungannya dengan sistem pola pengaliran yang mengerosi tanah
permukaan dalam suatu daerah tersebut. Pola pengaliran sungai yang terbentuk
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu: kemiringan lereng mula-mula, jenis
litologi, dan keanekaragaman litologi, struktur batuan dan iklim terutama curah
hujan (Thornbury, 1969).
Pola pengaliran sungai yang ada didaerah penelitian adalah pola paralel
dan radial dengan sungai utamanya adalah Sungai Dengkeng. Pola pengaliran
tersebut perkembangannya dikontrol oleh adanya struktur geologi dan struktur
geomorfologi didaerah penelitian, dengan bukti Sungai Dengkeng lembah
sungainya merupakan slenk yang membelah perbukitan Jiwo Barat dan Jiwo
Timur dengan arah Timur Laut. Ditinjau dari sifat alirannya sungai tersebut
bertipe epherement yaitu sungai yang mengeluarkan air hanya setelah terjadi
hujan. Berdasarkan pada pola pengaliran dan kemiringan lerengnya, daerah
penelitian dapat dibagi menjadi 2 wilayah air permukaan yaitu: wilayah dataran
dan wilayah perbukitan kompleks. Pada wilayah dataran mempunyai kondisi
kemiringan yang landai dan sifat batuannya lempungan maka pada periode bulan
basah sering terjadi banjir, sedangkan pada periode bulan kering kekurangan air.
Pada wilayah dataran ini terdapat Sungai Dengkeng dan Rowo Jombor yang telah
dimanfaatkan sebagai sistem pengairan teknis untuk keperluan mengairi sawah
yang ada di wilayah Kecamatan Bayat, Kecamatan Cawas, dan Kecamatan
Karangdowo.
Wilayah kompleks perbukitan pola aliran sungai yang ada adalah pola
aliran sungai paralel dan radial, yang sungainya mengalir sesuai dengan
kemiringan lereng yang dipisahkan oleh punggungan yang memanjang. Pada
perbukitan Jiwo Timur garis pemisah air tanah dengan arah secara umum timurbarat melalui punggungan Gunung Temas-Pendul dan Konang. Aliran tanah
dibagian selatan mengalir ke utara searah kemiringan lereng bukit. Pada
perbukitan Jiwo Barat garis pemisah air tanahnya adalah punggungan dari
35
36
struktur,
keasaman,
dan
lain-lain).
Tanah
yang
Suatu
daerah
yang
bertopografi
perbukitan
akan
37
38
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pelaksanaan penelitian berada di desa Banyuripan, Kecamatan
Bayat, Kabupaten Klaten. Di lokasi penelitian ini telah dibuat empat titik
profil tanah dengan lokasi yang berbeda untuk diambil sampel dan diteliti.
Lebih lanjut akan dijelaskan dengan deskripsi umum dan deskripsi
morfologi tanah pada masing-masing untuk penggunaan profil tanah.
I.
Titik Pengamatan Profil Tanah 1
A. Informasi Sekitar Lokasi Sampel
a. Nomor Lapang
Pengambilan sampel pada titik pengamatan 1 dengan
nomor lapang I/1/KL 8.
b. Waktu Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada hari Sabtu, 7 Mei 2016.
c. Lokasi
Pengamatan dilakukan pada titik 484393 E dan 9164313 S
secara administrasi terletak di Desa Banyuripan, Kecamatan
Bayat, Kabupaten Klaten.
d. Ketinggian Tempat
Tempat pengamatan mempunyai ketinggian 196 meter dpl.
e. Jenis Tanah
Diketahui jenis tanah pada titik pengamatan 1 berdasarkan
perbedaan tanah atas dasar topografi (toposequent) adalah
litosol.
f. Keadaan Cuaca dan Iklim
39
40
f. Penggunaan lahan
Lahan di lokasi pengamatan digunakan untuk Agroforestry
(wanatani), yang merupakan gabungan penggunaan lahan
untuk
tanaman
musiman
kacang,
singkong, jagung
JATI
KACANG
41
Gambar 4. Palawija
g. Keadaan Erosi
Kedaan erosi pada lokasi pengamatan pertama adalah erosi
lembar dan erosi alur.
C. Morfologi Dalam
Pada lokasi pengamatan 1 terdapat 2 lapisan tanah, yaitu
horison A dan R. Berikut deskripsi morfologi dalam pada
lokasi pengamatan 1 adalah:
a. Horison
- Horison A merupakan horison mineral paling atas yang menampakkan
ciri-ciri terjadinya proses eluviasi atau proses pencucian (pelindian)
unsur-unsur hara, partikel-partikel lempung, dan bahan organik dari
-
b.
Dalam
Kedalaman lapisan
lapisan (Ca) pada
lapisan Ap
sedangkan
pada
lapisan
42
Ap 0 -10 cm
R >10 m
c. Batas lapisan
Batas
lapisan
abrupt atau tegas
karena memiliki tebal batas > 2,5 cm, dengan bentuk peralihan (topografi
batas) wavy yaitu bentuk peralihan berombak.
d. Sifat Fisik
1. Warna
Warna pada lapisan ini adalah 7,5 YR4/4 Brown. Pernyataan ini didapat
berdasarkan buku munsell.
2. Tekstur
Pada lapisan tanah ini mengandung fraksi pasir yang lebih dominan dan
mengandung fraksi debu. Sehingga dapat disimpulkan tekstur pada lapisan ini
adalah pasir berdeb
3. Struktur tanah
Tingkat perkembangan tanah tergolong cukup, agregat berbentuk sedang,
jelas terbentuk dan cukup mantap, apabila diremas pecah menajdi agregat lebih
kecil, bentuknya dalah remah.
4. Konsistensi
Dalam keadaan basah konsistensi tanahnya yaitu agak lekat, dalam
keadaan lembab konsistensinya teguh, sedangkan dalam keadaan kering
konsistensinya keras.
5. Sifat kimia
a. PH
Dengan menggunakan H2O maka didapatkan PH 6 yang berarti Asam Dengan
menggunakan KCl maka didapat PH 5 yang berarti asam
5. Perakaran
Perakaraan pada titik pengamatan 2 adalah halus dengan diameter 1 2 mm
dengan jumlah yang banyak.
43
6. Drainase
Keadaan drainase di lokasi pengamatan 2 pada profil dalam adalah baik, artinya
tanah mempunyai peredaran udara baik , seluruh profil tanah dari atas sampai kebawah
(200cm) berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat
atau kelabu.
II.
44
m. Penggunaan lahan
Lahan di lokasi pengamatan digunakan untuk Agroforestry
(wanatani), yang merupakan gabungan penggunaan lahan
untuk
tanaman
musiman
kacang,
singkong, jagung
45
Gambar 9.
Horizon
Stopsite 2 Ap
dan R
46
e.Kedalaman lapisan
Dalam lapisan (Ca) pada lapisan Ap adalah 0-10 cm, sedangkan pada
lapisan R dalamnya >10 meter.
Ap 0 10 cm
R >10 meter
11.
Uji
Kualitatif
Penentuan
Tekstur
47
3. Struktur tanah
Tingkat perkembangan tanah tergolong cukup, agregat berbentuk sedang,
jelas terbentuk dan cukup mantap, apabila diremas pecah menajdi agregat
lebih kecil, bentuknya dalah remah.
4. Konsistensi
Basah: agak lekat
Lembab: gembur
Kering: keras
5. Sifat kimia
a. PH
Dengan menggunakan H2O maka didapatkan PH 6 yang berarti Asam
Dengan menggunakan KCl maka didapat PH 5 yang berarti asam
5. Perakaran
Perakaraan pada titik pengamatan 2 adalah halus dengan diameter 1 2 mm
dengan jumlah yang banyak.
6. Drainase
Keadaan drainase di lokasi pengamatan 2 pada profil dalam adalah baik, artinya
tanah mempunyai peredaran udara baik , seluruh profil tanah dari atas sampai
kebawah (200cm) berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak
kuning, coklat atau kelabu.
III.
48
merupakan
hasil
49
tanaman
musiman
kacang,
singkong, jagung
50
g. Keadaan Erosi
Erosi yang terjadi di titik pengamatan 2 adalah erosi
lembar, yaitu erosi yang tidak segera nampak karena
kehilangan lapisan oleh tanah adalah seragam, dan erosi
alur, yang terjadi karena air terkonsentrasi dan mengalir
pada tempat-tempat tertentu yang menerapkan pola
pengolahan tanah menurut lereng.
C. Morfologi Dalam
Pada lokasi pengamatan 2 terdapat 2 lapisan tanah, yaitu
horison A dan R. Berikut deskripsi morfologi dalam pada
lokasi pengamatan 1 adalah:
a.
Horison
- Horison Ap merupakan horison yang dicirikan oleh akumulasi bahan
organik, bercampur intensif dengan fraksi mineral dan menunjukkan
-
51
b. Kedalaman lapisan
Dalam lapisan (Ca) pada lapisan Ap adalah 6 cm, pada lapisan E
kedalamannya 7-33 cm, pada lapisan CB kedalamannya 34-52 cm, pada lapisan
CR kedalamannya 52-70 cm, pada lapisan R kedalamannya >70 cm.
6 cm
7 33 cm
34 52 cm
52 70 cm
> 70 cm
Gambar 16. Tebal perlapisan
c. Batas lapisan dan topografi batas
Batas lapisan horisan secara
berangsu dimulai dari horison Ap, CB,
CR,
dan
yaitu
abrupt
yang
52
53
54
Gambar. 17 Vegetasi
Di lokasi pengamatan terdapat vegetasi asli dan bukan asli.
Vegetasi asli berupa rumput dan semak belukar, sedangkan
vegetasi bukan asli yang merupakan vegetasi hasil
budidaya penduduk sekitar didominansi oleh tanaman
adalah tahunan (jati), vegetasi spesifik berupa padi,
singkong, pisang, cabai, dan mangga.
f. Penggunaan lahan
Lahan di lokasi pengamatan digunakan untuk Agroforestry
(wanatani), yang merupakan gabungan penggunaan lahan
untuk tanaman musiman tebu, singkong dan tanaman
tahunan (jati). Pola tanam yang digunakan adalah sistem
tumpangsari. Dan pengeloaan vegetasi dilakukan secara
tradisional. Sumber air untuk berasal dari curah hujan.
55
g. Keadaan Erosi
Erosi yang terjadi di titik pengamatan 4 adalah erosi lembar
dan erosi alur.
b. Morfologi Dalam
Pada lokasi pengamatan 2 terdapat 2 lapisan tanah, yaitu horison A
dan R. Berikut deskripsi morfologi dalam pada lokasi pengamatan 1 adalah:
i. Horison
Pada stopsite 4 terdapat Lapisan I, II, III, dan IV.
Gambar. 18 Perlapisan
ii. Kedalaman lapisan
Pada Lapisan I memiliki kedalaman 0-25cm
Pada Lapisan II memiliki kedalaman 25-45cm
Pada Lapisan III memiliki kedalaman 45-61cm
Pada Lapisan IV memiliki kedalaman 61-85cm
Pada Lapisan V memiliki kedalaman ~
iii. Batas lapisan
Batas lapisan I, II, III, dan IV tergolong aburpt atau peralihan sangat jelas,
lebar peralihan < 2cm.
f. Sifat Fisik
1. Warna
56
2. Tekstur
Pada Lapisan I bertekstur lempung berdebu
Pada Lapisan II, III, dan IV bertekstur Lempung berpasir
3. Struktur tanah
Tingkat perkembangan tanah pada lapisan I, II, dan III tergolong
kuat, sedangkan pada lapisan IV tergolong cukup. Tipe dan ukuran
struktur tanah pada Lapisan I, II, III, dan IV kasar dengan ukuran 2050mm.
4. Konsistensi
Basah: Pada Lapisan I, II, III, dan IV memiliki konsistensi agak
plastis.
Lembab: Pada Lapisan I, II, dan III memiliki konsistensi teguh. Pada
dan pada Lapisan II, III, dan IV adalah pH 5 yang berarti asam.
Dengan menggunakan KCl maka didapatkan pH Lapisan I adalah 5
dan pada Lapisan II, III, dan IV adalah pH 6 yang berarti asam.
5. Perakaran
Perakaraan pada titik pengamatan 4 adalah halus dengan diameter 1 2 mm
dengan jumlah yang banyak.
6. Drainase
Keadaan drainase di lokasi pengamatan 4 pada profil dalam adalah buruk, artinya
tanah mempunyai peredaran udara yang buruk , seluruh profil tanah dari atas
sampai kebawah (85 cm) berwarna gelap dan terdapat bercak.
B. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ini dapat digunakan sebagai
dasar untuk menjawab permasalahan permasalahan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Dari perumusan tersebut akan diketahui potensi daerah penelitan.
57
dipengaruhi factor eksogen daerah tersebut. Pada daerah perbuitan terjadi proses
erosi parit, sedangkan didaerah lereng tengah hanya terjadi erosi yang lebih
ringan. Sedangkan, pada lereng bawah terjadi erosi lembar dan alur. Dan terjadi
proses sedimentasi. Hasil dari erosi yang berasal dari lereng atas dan lereng
tengah perbukitan jiwo. Hal ini menyebabkan perbedaan jenis tanah di keempat
lokasi titik pengamatan.
Tanah yang terbentuk pada 4 lokasi pengamatan dipengaruhi oleh factor
pebentuk tanah antara lain, iklim, vegetasi, topografi, waktu dan organisme. Pada
lokasi pengamatan factor pembentuk tanah lebih didominasi oleh factor topografi.
Dalam hal ini letak dapat dilihat dari keadaan reliefnya yang merupakan bentuk
lahan pebukitan. Letak topografi lokasi pengamatan masing-masing terletak pada
lereng atas, tengah dan bawah.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Morfologi tanah
59
terbentuk, jenis tanah, sifat fisik dan kimia. Hal ini juga dikarenakan factor
pembentuk tanah yang mempengaruhinya juga berbeda
Perbedaan kualitas dan karakteristik tanah tersebut menyebabkan
perbedaan pula pada penggunaan lahan di tiap lokasi pengamatan. Pada lokasi
pengamatan I penggunaan lahan lebih didominasi untuk tegalan dan daerah
konservasi. Pada lokasi pengamatan II dan III sudah digunakan untuk
permukiman serta tegalan. Sedangkan lokasi pengamatan IV penggunaan
lahannya digunakan untuk permukiman warga karena tanahnya yang datar.
Factor pembentuk tanah yang paling dominan pada lokasi pengamatan
adalah faktor topografi.
B. SARAN
a. Sebelum melakukan penelitian persiapkan rencana kegiatan dengan
matang meliputi peralatan yang harus dibawa dan hal hal yang akan
dikerjakan pada lokasi penelitian.
b. Pelajari literatur yang ada mengenai karakteristik tanah baik morfologi
luar maupun dalam.
c. Pelajari karakterstik lahan yang akan diteliti dengan melihat peta rupabumi
atau peta lain yang terkait.
d. Catat deskripsi keadaan umum dan deskripsi morfologi tanah pada lembar
isian yang sudah disediakan dan teliti kembali.
e. Lakukan kerjasama yang baik antar anggota kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 1989. Konsevasi Tanah dan Air. Penerbit IPS: Bogor
Darmawijaya, Isa. .... Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah Dan
Pelaksana Pertanian Di Indonesia. . Gadjah Mada University: Yogjakarta
60
Sartohadi, Junun dkk. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Penerbit Pustaka Pelajar:
Yogjakarta.
Contoh Laporan Praktikum Geografi Tanah.
61