Anda di halaman 1dari 21

1

I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Geologi merupakan suatu cabang ilmu mengenai pembentukan muka
bumi dilihat dari unsur pembentukannya. Pembentukan permukaan bumi
secara umum dihasilkan oleh proses pengangkatan dan penimbunan.
Proses ini terlihat dari bentukan lahan yang nampak di permukaan bumi.
Ilmu geologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
tidak bisa lepas dari praktek lapangan. Hal ini dikarenakan tanpa dilakukan
praktek lapangan sulit untuk bisa dipahami lebih jauh. Perlu dilakukan
kegiatan praktik lapangan sebagai salah satu metode yang tepat untuk
dapat memahami dan mendalami ilmu geologi.
Teori dasar yang diberikan di dalam perkuliahan pada umumnya
bersifat ideal, sehingga lebih mudah dimengerti dan dibayangkan. Pada
kenyataan di lapangan, apa yang diamati tidaklah semudah yang
dibayangkan. Hal ini diperlukan suatu penlitian lebih lanjut dan secara
langsung mengenai kenampakan objek-objek geologi batuan dan mineral
agar didapatkan suatu pemahaman yang diharapkan. Penelitian secara
langsung ini dapat dilakukan melalui kuliah lapangan karena pengamatan
di lapangan merupakan pengamtan yang sesungguhnya. Hal ini didasarkan
sebuah teori terakhir karena adanya pengamatan dari alam untuk
membuktikan serta membandingkan kebenaran dari hasil teori yang telah
ada, sehingga mahasiswa tidak hanya memahami teori dengan menerima
materi tersebut secara mentah saja, namun mahasiswa dituntut untuk
mampu menganalisa dengan baik apabila diharapkam secara langsung di
lapangan.
Melaksanakan praktik lapangan ini harus dipilih daeeah yang cukup
strategis untuk melakukan praktikum lapangan tersebut. Hal yang harus
diperhatikan adalah daerah yang akan dijadikan sebagai objek untuk
melakukan praktik lapangan. Hal ini dikarenakan merupakan yang
terpenting dalam memilih objek yang akan dijadikan objek praktikum
lapangan sehingga daerah tersebut benar-benar memberikan informasi
yang berhubungan dengan ilmu geologi. Praktikum geologi ini lebih
ditekankan pada pengenalan 1batuan sebagai bagian dari proses

pembentukan muka bumi selain itu, morfologi dari daerah praktikum


seperti bentuk pantai dan daerah sekitarnya merupakan proses alam yang
terjadi baik secara eksternal maupun internal dilihat dari agen
pembentukannya.
B. Tujuan Fieldtrip
Tujuan dari praktikum lapangan yang dilaksanakan disekitar daerah
Wonogiri, Pracimantoro dan Pacitan adalah sebagai berikut:
1. Memudahkan mahasiswa dalam memahami ilmu geologi.
2. Mengidentifikasi secara visual jenis batuan yang ad di daerah tersebut.
3. Mengetahui vegetasi yang tersebar disekitar daerah tersebut.
4. Mengidentifikasi jenis mineral yang terkandung dalam setiap jenis
5.
6.

batuan yang ada didaerah tersebut.


Meninjau dan mengamati daerah tersebut secara langsung.
Membedahkan daerah yang mengalami pengangkatan dan daerah

7.

yang mengalami penimbunan.


Mengetahui letak astronomis dan geografis dari daerah praktikum

8.

serta luas areal praktikum.


Mengamati secara langsung di lapangan proses-proses geologi yang

terjadi di atas muka bumi ini.


9. Mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.
C. Manfaat Fieldtrip
Manfaat dari praktikum lapangan yang dilaksanakan disekitar daerah
Wonogiri. Pracimantoro dan Pacitan adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan tentang ilmu geologi.
2. Dapat mengenal proses terjadinya kawasan Karst.
3. Menambah wawasan mengenai batuan.
4. Dapat menentukan jenis batuan berdasarkan identifikasi warna,
5.

tekstur, struktur dan komposisi batuan.


Membandingkan daerah pengangkatan dan penimbunan serta vegetasi
dan jenis batuan dari daerah pengangkatan dan penimbunan sebelum

6.

mengalami proses pengangkatan.


Dapat melihat secara lagsung hasil proses geologi yang terjadi pada
batuan dan proses-proses pelapukan batuan.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pustaka Geologi
Geologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas 2 kata yaitu geo
yang artinya bumi dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Geologi yaitu
ilmu yang mempelajari proses pembentukan dan dinamika bumi dari
waktu ke waktu. Geologi berkaitan erat dengan komposisi, sejarah
pembentukan, struktur bumi, termasuk di dalamnya bentukan-bentukan
kehidupan masa

lalu yang pernah ada dan muncul di bumi

(Yani, Ahmad dan Mamat Ruhimat 2007).


Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan kebumian yang
mempelajari segala sestuatu mengenai planet bumi beserta isinya yang
pernah ada. Geologi merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang
sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur dan prosesproses yang bekerja baik di dalam maupun di atas permukaan bumi.
Geologi juga membahas kedudukannya di alam semesta serta sejarah
perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang
(Noor 2009).
Untuk dapat menggambarkan keadaan geologi pada suatu peta
dasar, digunakan beberapa aturan teknis,antara lain perbedaan jenis batuan
yang digambarkan dengan tanda atau warna,batas satuan batuan atau

struktur harus berupa garis tegas dan penyebarannya harus mengikuti


bentuk tubuh batuan beku (sill,batholite,dike,dan sebagainya).sedangkan
jenis

batuan

sedimen

akan

tergantung

pada

Jurus(Stike)dan

Kemiringan(Dip).Jurus dan kemiringan adalah pengukuran yang dilakukan


untuk mendiskripsi kedudukan batuan dipermukaan bumi dan sudutnya
dari bidang horizontal.sedangkan definisi Dip adalah sudut vertikel pada
arah tegak lurus strike (Firdaus 2011).
B. Pustaka Tentang Geosfer
Geosfer secara umum adalah lapisan atau sfera yang terdapat pada
bumi terletak pada permukaan bumi dan di bawah permukaan bumi dan
lapisan bumi tersebut berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap kehidupan bumi. Geosfer terdiri dari atmosfer, litosfer(termasuk
pedosfer), hidrosfer dan sampai biosfer(antroposfer). Kalau kita amati
sepintas masing-masing sfera tersebut saling terpisah tetapi kalau kita
perhatikan secara lebih mendalam ternyata lapisan-lapisan tersebut
salingterkait, saling berinteraksi membentuk satu system hubungan atau
keterkaitan antara masing-masing lapisan bumi tersebut. Karakteristik dan
sifat dari sfera-sfera tersebut berbeda-beda ada yang relative statis danada
yang sangat dinamis (Yudi Pramono 2013).
Definisi geografi jelas bahwa pendekatan untuk mengkaji geografi
adalah ruang, ekologis, dan kompleks wilayah. Pendekatan keruangan
merupakan analisis yang menekankan pada eksistensi ruang sebagai wadah
untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena
geosfer (fokus elemen ruang). Pendekatan keruangan dapat dimanfaatkan
untuk semua hubungan geosfer. Tetapi pada fenomena antroposfer,
persepsi, sikap, perilaku, aktivitas manusia dan hasilnya, dapat menjadi
variabel sebagai indikator ruang, bukan untuk kajian interaksi dengan
lingkungan.Pada pendekatan keruangan terdapat 9 tema . Secara ringkas
tema pendekatan keruangan disampaikan berikut ini.
1.

Pola keruangan : sebaran atau peletakan elemen pembentuk ruang.

2.

Organisasi keruangan : tatanan dan kaitan (hirarki) susunan elemen


pembentuk ruang.

3.

Struktur keruangan : komposisi gejala pembentuk ruang.

4.

Proses keruangan : tahapan terbentuknya ruang.

5.

Asosiasi keruangan : mengungkap fakta ruang dari kenampakan ruang


yang ada.

6.

Tendensi keruangan : memperkirakan perkembangan elemen atau


kondisi ruang.

7.

Interaksi keruangan : hubungan timbal balik antar ruang.

8.

Komparasi keruangan : membandingkan antara satu ruang dengan


ruang lainnya.

9.

Sinergisme keruangan : hubungan antar keruangan yang saling


menghasilkan nilai tambah. (Yunus 2010).
Salah satu fenomena adalah atmosfer, Atmosfer adalah lapisan gas

yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan planet


tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di bumi, atmosfer terdapat dari
ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km
dari atas permukaan bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang
dinamai menurut fenomena yang terjadi di lapisan tersebut. Transisi antara
lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap. Studi tentang
atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca,
fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelapkelipnya

bintang.

dan oksigen

Atmosfer

(20.97%),

Bumi

dengan

terdiri

sedikit argon

atas nitrogen

(78.17%)

(0.9%),karbondioksida

(variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap air, dan gas lainnya. Atmosfer
melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet
dari matahari dan mengurangi suhu ekstrem di antara siang dan malam.
75% dari atmosfer ada dalam 11 km dari permukaan planet
(Aris supriyadi 2009).
C. Pembagian Geologi
Geologi Fisik adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari
materi dan proses pembentukannya yang terjadi baik itu dipermukaan
maupun di dalam bumi. Geologi merupakan bagian dari berbagai aspek

lingkungan hidup manusia. Berbagai proses dan aspek pembentukan


masyarakat memerlukan pengetahuan dasar geologi. Contohnya: Sumber
daya alam dan energi, pembangungan, lingkungan maupun bencana alam.
Aplikasi baru dalam Ilmu Geologi Modern yaitu Mineralogi dan
Kedokteran (Polusi lingkungan

hidup seperti asbes, merkuri dan

peptisida), Geologi lingkungan purba (GeoArkeologi), Bencana gempa


bumi dan bencana Gunung Berapi (telah menelan korban lebih dari
100.000 jiwa selama 100 tahun terakhir) (Cahaya Fajeri 2009).
Gunung api Merapi muncul pada 42.000 tahun yang lalu, namun
umur lava andesit di Gunung Bibi menentukan aktivitas gunung Merapi
telah berlangsung sejak 067 juta tahun lalu. Hipotesisnya ada pada
ketinggian di sebelah selatan barat daya, barat dan utara Yogyakarta telah
membentuk genangan sepanjang kaki gunung api yang berbatasan dengan
pegunungan Selatan dan Kulon Progo (Mulyaningsih 2006).
Urut-urutan kondisi kondisi geologi adalah genang air dibagian
timur daerah Borobudur 20.000 tahun yang lalu makin meluas hingga
3410 tahun lalu. Di Watuadeg genang air terbentuk setelahnya yaitu 6210
tahun lalu, namun penyebarannya tidak seluas dan masanya tidak selama
di daerah Kasihan-Godean dan Borobudur. Genang air di bagian timur
berlangsung lebih lama karena karena tingginya lebih panjang dan lembah
tertutup lebih luas (Andreastuti 2006).
D. Pustaka Tentang Dataran Tinggi dan Rendah
Dataran Tinggi merupakan dataran luas yang letaknya di daerah
tinggi pada ketinggian di atas 200 meter dari atas laut atau pegunungan.
Dataran tinggi terbentuk sebagai hasil erosi dan sedimentasi. Dataran
tinggi dinamakan juga plato (plateau), misalnya Dataran Tinggi Dekkan,
Dataran Tinggi Gayo, Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi Malang, atau
Dataran Tinggi Alas (Firdaus 2011).
Dataran tinggi bisa juga terjadi oleh bekas Kaldera luas, yang
tertimbun material dari lereng gunung sekitarnya. Misalnya Dataran Tinggi
Dieng (Jawa Tengah) yang diduga oleh proses seperti itu. Dataran tinggi

biasanya dijadikan sebagai daerah tangkapan air hujan (catchment area).


Selain dapat memenuhi kebutuhan air tanah di wilayah sekitar, daerah
tangkapan air hujan dapat mencegah terjadinya banjir pada daerah bawah.
Dataran tinggi yang ditumbuhi pepohonan besar dengan kondisi hutan
yang masih terjaga berfungsi mencegah erosi, digunakan sebagai suaka
margasatwa, cagar alam, atau bahkan tempat wisata (Danang 2007).
Dataran rendah terjadi akibat proses sedimentasi, di Indonesia
dataran rendah umumnya hasil sedimentasi sungai. Dataran rendah ini
disebut dataran aluvial. Dataran aluvial biasanya berhadapan dengan
pantai landai laut dangkal. Dataran ini biasanya tanahnya subur, sehingga
penduduknya lebih padat bila dibandingkan dengan daerah pegunungan.
Di Indonesia daerah dataran rendah merupakan daerah yang penuh dengan
kedinamisan dan kegiatan penduduk yang sangat beragam. Sebagian besar
penduduk lebih memilih bertempat tinggal di dataran rendah. Terlebih jika
wilayah ini memiliki sumber air yang cukup. Daerah dataran rendah cocok
dijadikan wilayah pertanian, perkebunan, peternakan, kegiatan, industri,
dan sentra-sentra bisnis (Sukendar 1998).
E. Pustaka Tentang Topografi Karst
Topografi karst adalah bentukan rupa bumi yang unik dengan
kenampakan atau fenomena khas akibat proses pelarutan dan pengendapan
kembali CaCO3 diatas dan dibawah permukaan bumi. Bentang alam seperti
karst juga dapat terjadi dari proses pelapukan, hasil kerja hidrolik misalnya
pengikisan, pergerakan tektonik, pencairan es dan evakuasi dari batuan
beku (lava). Hal ini dikarenakan proses utama pembentukanya bukan
pelarutan, maka bentang alam demikian disebut pseudokarst, sementara itu
karst yang terbentuk oleh pelarutan disebut truekarst (Hadi Purnomo dan
Sugeng 2005).
Karst tidak hanya terjadi di daerah berbatuan karbonat. Karst juga
terjadi juga di batuan lain yang mudah larut dan mempunyai porositas
sekunder (kekar dan sesar intensif), seperti batuan gipsum dan batu garam.
Hal ini dikarenakan batuan karbonat mempunyai sebaran yang paling luas,

karst yang banyak dijumpai adalah karst yang berkembang di batuan


karbonat (Eko 2000).
Manfaat dari kawasan karst adalah dari sektor ekoturisme, yaitu
wisata yang dilaksanakan di hutan atau di mana saja dengan
memanfaatkan lingkungan alam sebagai objeknya. Panorama ekosistem
karst bisa dimanfaatkan untuk wisata khusus dan pendidikan bagi
masyarakat, sebelum ekoturisme karst dibuka, tentu harus dikaji dari
berbagai

aspek

terlebih

dahulu.

Keselamatan

pengunjung,

keberlangsungan flora dan fauna, kondisi bentang alam permukaan


maupun bawah permukaan yang tetap terjaga, merupakan beberapa aspek
yang sangat dipertimbangkan sebelum suatu kawasan karst dibuka untuk
wisata (Billy 2012).
F. Pustaka Tentang Batuan
Batuan adalah salah satu jenis benda padat yang memiliki komposisi
unsur-unsur kimia yang tetap dan tersusun atas bermacam-macam mineral
sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Proses terbentuknya
batuan yang pertama adalah magma sebagai induk dari segala batuan
pembentuk litosfer. Hal ini dikarenakan proses pendinginan di lapisan
dalam, permukaan bumi, atau pun di dalam korok, terjadi proses
pembekuan magma menjadi batuan beku dalam, luar, dan korok. Melalui
proses penghancuran tanpa perubahan susunan kimia dari batu asal,
terbentuklah batuan sedimen klasik, untuk pengendapan melalui proses
kimia, hasilnya ialah sedimen kimiawi dan yang dilakukan oleh organisme,
hasilnya disebut sedimen organik. Perubahan karena penambahan suhu
menghasilkan batuan metamorf kontak, karena adanya tekanan terjadilah
batuan metamorf dinamo, dan karena penambahan zat lain terbentuklah
batuan metamorf kontak pneumatolik. Akhirnya batuan apapun yang telah
bersinggungan dengan magma akan mengalami perubahan bentuk terlebih
dahulu, jika keadaan memungkinkan, akan masuk kembali kedalam
magma (Maryam 2013).

Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan


berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda
dan membentuk jenis batuan yang berbeda pula. Pembekuan magma akan
membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan sedimen bisa terbentuk
karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau
disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta
proses

penguapan/evaporasi.

Letusan

gunung

api

sendiri

dapat

menghasilkan batuan piroklastik. Batuan metamorf terbentuk dari berbagai


jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu kemudian mengalami
peningkatan temperature atau tekanan yang cukup tinggi, namun
peningkatan temperature itu sendiri maksimal di bawah temperature
magma (Christine 2005).
Batuan beku merupakan batuan yang dihasikan oleh proses
kristalisasi magma yang melebur. Tipe batuan beku yang dihasilkan
bermacam macam mulai dari batuan beku granitis, riolitis, andesit sampai
balaltis tergantung dari komposisi kimia magma, temperature solidifikasi,
dan rata-rata pendinginan yang mempengaruhi pada saat proses
kristalisasinya. Batuan beku merupakan salah satu jenis batuan yang
berasal dari magma yang berada di pusat bumi, batuan ini terbentuk
dengan proses

pembekuan baik di permukaan maupun di bawah

permukaan. Hal ini dikarenakan adanya pergerakan bumi (tektonik),


sebagian batuan yang berada di bawah permukaan dapat terangkat dan
berpindah ke permukaan bumi (Irvan et al 2011).
G. Pustaka Tentang Pelapukan
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material
tanah pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena
adanya proses fisik, kimia bahkan proses biologi. Hasil dari pelapukan ini
merupakan asal (source) dari batuan sedimen dan tanah (soil), kiranya
penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan akan menghacurkan
batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian
menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen

10

klastik. Tidak semua mineral akan larut secara menyeluruh dan


membentuk mineral yang baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau
batuan klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan
batuan asalnya. Komposisi tanah tidak akan tergantung pada batuan induk
asalnya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration)
pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah itu sendiri, di alam pada
umumnya ke tiga jenis pelapukan (fisik, kimiawi dan biologis) itu bekerja
secara bersamaan, namun salah satu di antaranya mungkin lebih dominan
dibandingkan dengan lainnya. Proses kimia memegang peranan yang
terpenting dalam pelapukan, bukan berarti pelapukan biologis dan fisik
tidak penting. Berdasarkan pada proses inilah maka pelapukan batuan
dapat dibagi menjadi pelapukan kimia, pelapukan fisik dan pelapukan
biologis (Ajied 2013).
Pelapukan mekanis/fisis adalah pelapukan yang terjadi karena
pengaruh cuaca seperti suhu, curah hujan, kelembaban, dll. Proses
pelapukan fisis ini menyebabkan batuan mengalami perubahan bentuk
secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi. Pelapukan kimiawi
adalah pelapukan yang terjadi akibat adanya peristiwa kimia dan bahanbahan yang mengandung unsur kimia. Umumnya pelapukan kimiawi ini
terjadi karena air hujan, seperti kita ketahui air hujan selain mengandung
H2O juga mengandung CO2 dari udara (Siklus air/Daur Hidrologi). Hasil
reaksi antara air dan karbon dioksida tersebut akan menghasilkan asam
yang akan menyebabkan pelarutan batuan terutama batuan kapur atau
karst. Hasil pelapukan kimia pada daerah batuan kapur akan menghasilkan
fenomena alam yang disebut dengan gejala karst. Pelapukan biologis
adalah pelapukan yang terjadi karena adanya aktivitas oranganisme atau
makhluk hidup. Baik karena aktivitas manusia, binatang, ataupun
tumbuhan. Aktivitas manusia seperti penambangan batu kapur, pemecahan
batu akan mempercepat proses pelapukan, begitu juga aktivitas hewan
yang membuat sarang di batu karang atau batu padas, serta akar tumbuhan
yang menembus bebatuan. Semua merupakan aktivitas makhluk hidup

11

yang menyebabkan pelapukan, karena itu pelapukan biologis di sebut juga


pelapukan organis (Rima 2004).
Proses pelapukan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan
batuan yang terjadi akibat pengaruh langsung atmosfer dan hidrosfer.
Proses perubahan dicapai melalui dua proses utama, yaitu pelapukan fisik
dan pelapukan kimia, yang berada dalam sebuah keseimbangan fisikakimia baru. Berlangsungnya kedua proses tersebut dapat dikatakan relatif
lambat, tetapi keberadaannya dalam batuan menjadi hal yang cukup
penting dari sudut pandang keteknikan. Adanya pelapukan pada massa dan
material batuan sering mengakibatkan rencana desain suatu struktur
bangunan menjadi khas, karena pelapukan umumnya mengakibatkan pula
perubahan sifat keteknikannya. Mempelajari pengaruh pelapukan batuan
terhadap kondisi batuan dan karakteristik sifat keteknikannya merupakan
bagian yang sangat penting dalam investigasi geologi teknik. Maka, dalam
upaya mengetahui secara rinci karakteristik sifat keteknikan batuan, studi
pengaruh pelapukan batuan terhadap beberapa sifat keteknikannya dapat
menjadi parameter masukan yang penting guna menunjang kegiatan
perencanaan pembuatan desain perkuatan lereng (Imam 2008).
H. Pustaka Tentang Mineralogi dan Mineral
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk
kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia,
cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya. Minerologi terdiri dari
kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai
pengertian berlainan dan bahkan dikacaukan dikalangan awam. Mineral
sering diartikan sebagai bahan bukan organik (anorganik). Maka
pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa ahli geologi perlu
diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian
umum untuk definisinya (Nurhakim 2002).
Mineral

adalah suatu padatan homogen yang terdapat di alam,

terbentuk secara alamiah oleh proses anorganik. Mempunyai komposisi

12

kimia dan pada batas-batas tertentu serta mempunyai susunan atom-atom


yang teratur (umumnya mempunyai struktur kristal tertentu, yaitu bentukbentuk geometris beraturan. Pengerian mineral mempunyai komposisi
kimia tertentu menunjukkan bahwa mineral dapat dinyatakan dengan suatu
rumus kimia yang spesifik (Septi 2009).
Dapat dikatakan tertentu atau spesifik sebagai pengganti kata tetap,
karena komposisi kimia mineral biasanya tidak tetap. Sebagai contoh
mineral dolomit (CaMg(CO3)2 tidak selalu murni Ca-Mg, umumnya
mengandung juga unsur lain, seperti Fe dan Mn bersama Mg. Karena
jumlah unsur asing tersebut bervariasi, maka dolomit merupakan kisaran
dengan batas tertentu, karena itu dikatakan tidak tetap komposisinya (Jefri
2010).
I. Hubungan Geologi dan Mineralogi dalam Ilmu Pertanian
Geologi dan mineralogi tanah merupakan ilmu dasar yang penting
untuk mendukung segala aktivitas pertanian.

Dengan mempelajari

geologi, diharapkan mahasiswa mendapatkan bekal ilmu dasar tentang


kebumian dalam kaitannya dengan tanah dan pertanian dan adanya.
Mengetahui fenomena bencana geologi seperti terjadinya letusan gunung
berapi, gempa bumi dan tsunami serta longsor akan dibahas karena
bencana geologi ini memberikan dampak yang luar biasa kepada manusia
dan alam sekitar. Ilmu mineralogi akan membekali mahasiswa dengan
komponen penting yang membangun tubuh tanah. Batuan yang tersusun
atas mineral primer, proses dan hasil pelapukannya menjadi mineral
sekunder akan dapat membantu mahasiswa tentang asal usul tersedia atau
tidaknya sebagian besar unsur hara makro dan mikro untuk pertumbuhan
dan produksi tanaman (Hasyim 2002).
Bidang pertanian aplikasi ilmu geologi yaitu arogeologi.
Agrogeologi meneliti bagaimana struktur tanah, PH tanah, dan bahan
batu kaya mineral. Batuan seperti kalium, Gipsum, batu kapur dan
dolomit kaya akan nitrisi yang dapat digunakan sebagai pupuk yang
langsung ditambahkan kedalam tanah. Salah satu tantangan yang terbesar
adalah pengganti dan meningkakan fosfat dalam tanah (Peter Van 2013).

13

Geologi dalam penggunaannya mencangkup beberapa aspek yaitu


pelapukan batuan, mineral, dan pertanian. Dibidang pertanian geologi
lebih tertuju pada mineral yang ada dibatuan tersebut seperti usur N, P, K,
S, Ca, Mg dan Mineral bantalan 8 mikronitrien. Mineral-mineral tersebut
dapat digunakan secara langsung dalam penggunaannya contohnya
pupuk batu utuh. Mineral dan batuan sebagai komponen pisikal dalam
media pertumbuhan hortikultura dan pemeliharaan bunga, seperti mineral
fermikulit,

perlit,

batu

apung

dan

ziolit

(Van Straaten 2010).


Mineral dapat ditemukan baik di udara maupun di dalam air.
Dalam poses fotosintesis, tanaman menggunakan energi matahari untuk
merubah karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) menjadi .starches. dan
gula. Keduanya merupakan makanan tanaman.Nutrisi mineral terdiri atas
13 mineral, yang berasal dari tanah dalam bentuk larutan. Biasanya
ketersediaan nutrisi ini pada tanah tidak selalu lengkap. Petani biasanya
menambahkannya dengan memberikan pupuk buatan. Berdasarkan
tingkat kebutuhan tanaman, nutrisi ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
nutrisi makro (macronutrients) dan nutrisi mikro (micronutrients)
(Dimas 2011).

14

III.
METODOLOGI PENGAMATAN
A. Waktu dan Tempat Fieldtrip
Fieldtrip Geologi dan Mineralogi dilaksanakan pada hari Senin, 9
Desember 2013. Fieldtrip ini dilaksanakan di daerah Wonogiri,
Pracimantoro dan Gunung Kidul. Fieltrip ini dilaksanakan didaerah
tersebut dikarenakan daerah tersebut banyak jenis bebatuan dan
merupakan kawasan karst.
B. Alat dan Bahan Fieldtrip
Alat dan bahan yang dibawa pada fieldtrip, antara lain :
1. Papan berjalan
2. Bolpoin/Pensil
3. Camera
4. HCl
5. Palu Geologi
C. Metode Pengamatan
1. Secara Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan. Metode wawancara mendengarkan secara
langsung

informasi

atau

keterangan-keterangan

yang

yang

dibutuhkan. Tujuan wawancara ialah untuk mengumpulkan informasi


yang akurat tanpa mengubah atau memengaruhi pendapat responden.
Pada pengamatan jenis-jenis batuan ini melakukan beberapa
metode. Salah satunya adalah melakukan wawancara. Metode ini
dilakukan dengan cara mewawancarai beberapa orang yang ahli atau
orang yang lebih mengerti tentang batuan-batuan tersebut. Mereka
diantaranya adalah Dosen mata kuliah Geologi dan Mineralogi,
pemandu museum karst, beserta masyarakat yang berada disektor
2.

penambangan batuan yang berada di Wonogiri, Jawa Tengah.


Penjelasan
Penjelasan mengenai objek didapat dari 2 orang dosen yang
mengikuti fieldtrip dan beberapa orang co ass yang memberikan
penjelasan mengenai fenomena geologi di setiap lokasi pengamatan.
Beberapa informasi yang diperoleh yaitu berupa bentang alam disetiap
lokasi dan objek-objek geologi yang berada disana. Selain dari dosen
dan juga ada penjelasan oleh beberapa pemandu wisata yang bertugas
di lokasi pengamatan.

15

Metode lain selain metode wawancara adalah pemberian


penjelasan oleh beberapa orang yang mengetahui dan mengerti
mengenai batuan dan proses terjadinya. Mereka adalah Dosen Geologi
dan Mineralogi, Mahasiswa yang mengerti masalah tersebut
(Co-Assisten Dosen), pemandu museum karst, dan masyarakat sekitar
yang bekerja dibidang pertambangan. Dengan pemberian penjelasan
3.

oleh Beliau sehingga kita mengerti dengan jelas.


Analisis Laboratorium
Analisis Laboratorium dilakukan secara langsung di setiap
lokasi pengamatan. Analisis dilakukan dengan menggunakan alat-alat
dan bahan kimia yang telah dibawa untuk menguji objek-objek
tersebut. Informasi yang didapat berupa jenis-jenis batuan menurut
hasil analisis.
Metode selanjutnya adalah analisis dilaboratorium. Metode ini
memiliki beberapa kelemahan yakni kita tidak dapat mengetahui
batuan yang ada disekitar. Kita hanya mengetahui beberapa batuan
yang telah disediakan. Pada praktikum ini sebaiknya dilakukan
dilapangan karena jauh lebih baik dibanding di laboratorium tersebut.

IV. LOKASI PENGAMATAN


A. Lokasi 1 (Jalan Solo Wonogiri)
Nama Desa / Kampung
: Keblokan
Nama Kelurahan
: Sendang ijo
Nama Kecamatan
: Selogiri
Nama Kabupaten
: Wonogiri
Provinsi
: Jawa Tengah
Secara fisografi/morfologis, lokasi tersebut termasuk dalam zone
kapur selatan Gunung Kidul.
Keadaan Topografi
: Terdapat bukit dan pegunungan kapur di
sekitar lokasi, permukaan datar-hampir
datar, bergelombang-berbukit

16

Macam batuan
Nama batuan
Tanda-tanda

: Batuan beku
: Batu kapur, obsidian, silika, batu pasir
: Banyak macam batuan di lokasi
dikarenakan erosi dari atas bukit
Tingkat pelapukan batuan
: Sudah lanjut
Tingkat pengeringan sungai : Rendah
Jenis tanah
: Insiptisol
Keadaan vegetasi
: Tumbuh subur (akasia, flamboyan, mahoni,
padi, dan angsana)
Data lain
: Dekat jalan raya Solo-Wonogiri (Selogiri)
Lintang Selatan
: 70472,7
Bujur Timur
: 11005337,9
Ketinggian
: 149 mdpl
Foto

:
Gambar 1. Lokasi Pengamatan Jalan Solo Wonogiri

B. Lokasi 2 (Lapangan Kelurahan Kancil)


Nama Desa / Kampung
: Kancil
Nama Kelurahan
: Kancil
Nama Kecamatan
: Wuryorejo
Nama Kabupaten
: Wonogiri
Provinsi
: Jawa Tengah
Secara fisografi/morfologis, lokasi tersebut termasuk dalam zone
pegunungan kapur selatan.
Kondisi Topografi

: Berombak-bergelombang, bergelombang

berbukit
: Batuan vulkanik dan napal
: Batu sedimen, batuan vulkanik
: Batuan yang terdiri dari klei dan tidak
mengandung kapur
Tingkat pelapukan batuan
: Sudah lanjut
Tingkat pengeringan sungai : Baik
Jenis tanah
: Mengandung klei dan tidak mengandung
kapur
Keadaan vegetasi
: Tumbuh subur (pisang, rumput, flamboyan,
angsana, akasia, jati)
Data lain
:
CaCO3 + HCl CaCl + H2CO3 [ H2O + CO2(g) ]
Lintang selatan : 70504,9
Bujur timur
: 11005955,8
Ketinggian
: 75 mdpl
Macam batuan
Nama batuan
Tanda-tanda

17

Foto

Gambar 2. Lokasi pengamatan di lapangan desa Kancil


C. Lokasi 3 (Penggalian Batu Padas)
Nama Desa / Kampung
: Jalan Wonogiri-Pacitan
Nama Kelurahan
: Sendang Asri
Nama Kecamatan
: Pracimantoro
Nama Kabupaten
: Wonogiri
Provinsi
: Jawa Tengah
Secara fisografi/morfologis, lokasi tersebut termasuk dalam zona
galian C.
Kondisi topografi
Macam batuan
Nama batuan
Tanda-tanda
Tingkat pelapukan batuan
Tingkat pengeringan sungai
Jenis tanah
Keadaan vegetasi
Data lain

Foto

: Berombak-bergelombang
: Batuan sedimen
: Batu plutonik dan vulkanik
: Berwarna abu-abu cokelat kekuningan
: Sudah lanjut
: Rendah saat kemarau
: Entisol
: Kecil-sedang
: Solum sangat tipis
Lintang Selatan
: 705118,4
Bujur Timur
: 11005424,5
Ketinggian
: 189 mdpl
:

Gambar 3. Lokasi pengamatan di daerah Penggalian Batu Padas

D. Lokasi 4 (Museum Karst)


Nama Desa / Kampung
Nama Kelurahan
Nama Kecamatan
Nama Kabupaten
Provinsi
Foto

: Gebangharjo
:: Pracimantoro
: Wonogiri
: Jawa Tengah
:

Gambar 4. Lokasi pengamatan Museum Karst

18

E. Lokasi 5 (Goa Tabuhan)


Nama Desa / Kampung
: Wereng
Nama Kelurahan
: Tabuhan
Nama Kecamatan
: Punung
Nama Kabupaten
: Pacitan
Provinsi
: Jatim
Secara fisografi/morfologis, lokasi tersebut termasuk dalam Goa
Tabuhan.
Keadaan topografi
Macam batuan
Nama batuan
Tanda-tanda

: Bergelombang-berbukit
: Batuan beku
: Batuan kapur
: Ketika batu ditetesi HCl 10% berbuih

Tingkat pelapukan batuan


Tingkat pengeringan sungai
Jenis tanah
Keadaan vegetasi

karena mengandung Ca
: Sudah lanjut
: Baik
: Entisol-avisol
: Baik (jati, beringin, banyak lumut dan

Data lain
Foto

tumbuhan paku)
:
CaCO3 + HCl CaCl + H2CO3 [ H2O + CO2(g) ]
:
Gambar 5. Lokasi pengamatan Goa Tabuhan

19

V.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktikum lapangan ini dapat diambil kesimpulan bahawa :
1. Fieldtrip ini dilakukan di 5lokasi, yaitu : Jalan Solo-Wonogiri,

2.

Lapangan Kelurahan Kancil, Daerah

penggalian Batuan Padas,

Museum Karst dan Goa Tabuhan.


Untuk mengetahui batuan tersebut

merupakan

batuan

yang

mengandung kapur ditetesi dengan HCl, apabila bereaksi maka akan


3.

mengeluarkan buih.
Pengamatan secara langsung lebih dapat dipahami daripada hanya

4.

teori dan melihat gambar saja.


Fieldtrip ini mengamati jenis batuan, keadaan sekitar terbentuknya

batuan dan kondisi masyarakat sekitar.


B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari praktikum ini untuk koordinasi
Co-ass dan praktikan lebih diperhatikan lagi. Supaya kelangsungan
praktikum lapangan berjalan lancar. Untuk kedepannya ditingkatkan lagi
koordinasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

20

Ajied 2013. http://ilmutentangbumi.com. Diakses pada tanggal 16 Desember


pukul 16.00 WIB.
Andreastuti, Supriati Dwi. 2006. Menelusuri kebenaran letusan Gunung Merapi
1006. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 4 Desember 2006: 201207.
Aris supriyadi 2009. Peningkatan Hasil Belajar Geografi Materi Atmosfer. Jurnal
Geografi. Vol 8(2) : 132-134.
Asikin, Sukendar 1998. Dasar-dasar Geologi Struktur.Bandung: Departemen
Teknik Geologi ITB.
Billy 2012. http://kompasiana.com. Diakses pada tanggal 16 Desember 2013
pukul 16.20 WIB
Cahaya Fajeri 2009. Geologi Fisik. http://www.cahayafajeri.com. Diakses pada
17 Desember 2013.
Christine 2005. http://chekaharmen.com. Diakses pada tanggal 16 Desember 2013
pada pukul 15.35 WIB.
Dimas 2011. Mineral-mineral Pertanian. http://www.semangatgeos.com. Diakses
pada tanggal18 Desember 2013.
Eko 2000. Geomorfologi dan Hidrologi Karst Vol.5 No.3. Jurnal Fakultas
Geografi. Yogyakarta : Jurusan Geografi Lingkungan Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Endarto, Danang 2007. Geomorfologi Umum. Surakarta: UNS Press.
Firdaus 2011. Modul Praktikum Geology Dasar. Kediri : Unhalu.
Hadi Purnomo, Sugeng 2005. Klasifikasi Kawasan Karst Menggunakan Landsat
7 Daerah Wonosari Yogyakarta Vol. 3 No.1. Jurnal Teknik Geologi.
Yogyakarta : Jurusan Teknik Geologi Universitas UPN Veteran
Yogyakarta.
Hasyim 2002.MineralogiTanah. http://balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses 17
Desember 2013.
Imam 2008. http://muthuangappan.com/. Diakses pada tanggal 16 Desember 2013
pukul 17.05 WIB
Irvan, Aton, Febriawan 2011. Kualitas Batuan Beku Andesitis Berdasarkan
Pendekatan Kuat Tekan dan Petrologi Vol. 9 No. 3. Bulletin of
Scientist Contributin.
Jefri 2010. http://radarjefu.com. Diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pukul
18.30 WIB.
Maryam 2013. http://www.maryamjamila.com. Diakses pada tanggal 16 Desember
2013 pukul 16.10 WIB

21

Mulyaningsih, Sri. 2006. Perkembangan Geologi pada Kuarter Awal sampai Masa
Sejarah di Dataran Yogyakarta. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 2
Juni 2006: 103-113.
Noor, Jauhari 2009. Pengantar Geologi. Pakuan : CV. Graha Ilmu.
Nurhakim 2002. http://nurhakim.zoomshare.com.
Desember 2013 pukul 17.15 WIB.

Diakses pada tanggal 16

Peter Van 2013. Agrogeology. http://www.gfgd.org. Diakses pada tanggal 18


Desember 2013.
Rima 2004. http://rimaurer.com. Diakses pada tanggal 16 Desember pukul 15.45
WIB
Septi 2009. http://zeprikazone.com. Diakses pada tanggal 16 Desember 2013
pukul 16.45 WIB.
Van Straaten 2010. Agrogeology. http://www.volumesdirecht.com. Diakses pada
tanggal 18 Desember 2013.
Yani Ahmad dan Mamat Ruhimat 2007. Geografi: Menyingkap Fenomena
Geosfer untuk Kelas X SMA. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Yudi Pramono 2013. Pengertian Geosfer. http://www.scribd.com. Diakses pada 17
Desember 2013
Yunus, H.S. 2010. Metode Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai