Farmasi/B/078114075
Universitas Sanata Dharma
toksin dan zat pengiritasi permukaan sel, serta menyebabkan limfositosis dan
batuk.
GAMBARAN KLINIK
Infeksi berlangsung selama 6 minggu, dan berkembang melalui 3 tahapan:
1. Tahap kataral ( mulai terjadi secara bertahap dalam waktu 7-10
hari setelah terinfeksi)
Gejalanya menyerupai flu ringan :
- bersin-bersin
- mata berair
- nafsu makan berkurang
- lesu
- batuk (pada awalnya hanya timbul di malam hari kemudian
terjadi sepanjang hari)
2. Tahap paroksismal (mulai timbul dalam waktu 10-14 hari setelah
timbulnya gejala awal)
5-15 kali batuk diikuti dengan menghirup nafas dalam dengan nada
tinggi. Batuk bisa disertai pengeluaran sejumlah besar lendir yang
biasanya ditelan oleh bayi/ anak-anak atau tampak sebagai
gelembung udara di hidungnya. Batuk atau lendir yang kental sering
merangsang terjadinya muntah. Serangan batuk bisa diakhiri oleh
penurunan kesadaran yang bersifat sementara.
3. Tahap Konvalesen (mulai terjadi dalam waktu 4-6 minggu setelah
gejala awal)
Batuk semakin berkurang, muntah juga berkurang, anak tampak
merasa lenih baik. Kadang batuk terjadi selama berbulan-bulan,
biasanya akibat iritasi saluran pernafasan.
IMUNITAS
PENGOBATAN
Pemberian Eritromisin pada stadium kataral akan membantu
pencegahan dan pembasmian mikroorganisme. Sedangkan pengobatan pada
stadium paroksismal jarang mengubah gejala klinik. B pertussis peka
terhadap obat antimikroba in vitro. Jika penyakitnya berat, penderita
biasanya dirawat di Rumah Sakit dan ditempatkan di kamar yang tenang dan
tidak terlalu terang. Keributan juga bisa merangsang serangan batuk.
Dapat pula dilakukan pengisapan lendir dari tenggorokan. Pada kasus
yang berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang yang
dimasukkan ke trakea. Diberikan cairan melalui infuse untuk menggantikan
cairan yang hilang karena muntah pada bayi dan karena biasanya tidak dapat
makan akibat batuk.
Gizi yang baik sangat penting, dan sebaiknya makanan diberikan dalam
porsi kecil tapi sering.
PENCEGAHAN
Pemberian 3 suntikan vaksin pertussis ( biakan tidak murni) dalam
konsentrasi tepat pada bayi sangat perlu. Biasanya diberikan dengan
kombinasi dengan toksoid difteria dan tetanus (DPT). Eritromisin profilaktik
dapat diberikan pada bayi yang belum divaksin atau orang dewasa yang kontak
dengan penyakit ini.
EPIDEMIOLOGI
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15Resp
onterhadapAntigenProtektifVaksinPertusis1
26.pdf/15ResponterhadapAntigenProtektifVa
ksinPertusis126.html
http://fkuii.org/tiki index.php?
page=Pertussis7
Adelberg, Jawetz, Melnick, 1996, Mikrobiologi Kedokteran edisi
20, 268-270, EGC, Jakarta