Anda di halaman 1dari 60

TRAUMATOLOGI

Definisi :
Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau
perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang
kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang
menimbulkan jejas.
Ada tiga hal yang ciri khas/ hasil dari trauma yaitu :
1. Adanya luka
2. Perdarahan dan atau skar
3. Hambatan dalam fungsi organ
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik ,
atau gigitan hewan atau juga gangguan pada ketahanan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
kekuatan mekanik eksternal, berupa potongan atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan
oleh cedera atau operasi.
Luka di klasifikasikan dapat dibagi berdasarkan :
1. Jenis penetrasi yang terbagi atas luka tusuk, luka insisi, luka bacok, luka memar, luka
robek, luka tembak dan luka gigitan.
2. Tingkat kebersihan dari kontaminasi bakteri terbagi atas luka bersih, luka bersih yang
terkontaminasi, luka terkontaminasi dan luka kotor.
3. Waktu terjadinya terbagi atas luka akut (sebelum 8 jam) dan luka kronis

Deskripsi luka :
1. Lokalisasi (Letak luka terhadap garis ordinat atau aksis pada tubuh. Garis yang melalui
tulang dada dan tulang belakang dipakai sebagai ordinat.)
2. Ukuran, ditentukan :
Ditentukan panjang luka
Jumlah luka
Sifat luka
Ada atau tidaknya benda asing pada luka
Luka terjadi saat masih hidup atau korban sudah mati
Menyebabkan kematian atau tidak
Cara terjadinya luka : bunuh diri, kecelakaan dan pembunuhan
3. Jenis kekerasan yang menjadi penyebab luka
Luka akibat kekerasan mekanis:
Luka akibat kekerasan oleh benda tumpul
Luka akibat kekerasan oleh benda tajam
Luka akibat kekerasan oleh tembakan senjata api
uka akibat kekerasan fisis:

Luka akibat kekerasan oleh suhu tinggi atau rendah

Luka akibat kekerasan auditorik

Luka akibat kekerasan oleh arus listrik dan petir

Luka akibat kekerasan radiasi

Luka akibat kekerasan kimiawi:


Luka akibat kekerasan oleh asam kuat

Luka akibat kekerasan oleh basa kuat

Intoksikasi
Klasifikasi trauma (berdasarkan sifat dan penyebab) :
1. Trauma Mekanik (Kekerasan oleh benda tajam, kekerasan oleh benda tumpul, tembakan
senjata)
2. Trauma Fisik (Suhu, listrik dan petir, akustik, radiasi, tekanan udara)
3. Trauma Kimia (Asam basa atau kuat)
NB : Ada yang memisahkan trauma senjata api tersendiri (balistik) terpisah dari trauma
mekanik
Patofisiologi Trauma
Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh darah dan
organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada semua sistem organ, sehingga
tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila kompensasi tubuh tersebut berlanjut
tanpa dilakukan penanganan akan mengakibatkan kematian seseorang.
Mekanisme kompensasi tersebut adalah :
1. Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan vena,
bronkhodilatasi, takikardia, takipneu, capillary shunting, dan diaforesis.
2. Peningkatan heart rate. Cardiac output sebanding dengan stroke volume dikalikan heart
rate. Jika stroke volume menurun, heart rate meningkat.
3. Peningkatan frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif. Aksi pompa
thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel kanan untuk menjaga cardiac
output.
4. Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan untuk
menjaga cairan vaskular. Penurunan angka filtrasi glomerulus menyebabkan respon ini.
5. Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik) dan
peningkatan vasokonstriksi (diastolik). Tekanan nadi normal adalah 35-40 mmHg.
6. Capillary shunting dan pengisian trans kapiler dapat menyebabkan dingin, kulit pucat dan
mulut kering. Capillary refill mungkin melambat.
7. Perubahan status mental dan kesadaran disebabkan oleh perfusi ke otak yang menurun
atau mungkin secara langsung disebabkan oleh trauma kepala.
Trauma Mekanik
Trauma tumpul :
Benda tumpul : benda yang permukaannya tidak mampu utk mengiris
Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:
- Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam
- Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam
Sifat luka akibat persentuhan dengan permukaan tumpul :
1.
Memar (kontusio, hematom)
2.
Luka Lecet
- Luka Lecet Tekan
- Luka Lecet Geser
3.
Luka Robek
4.
Patah tulang

Gambar Trauma Tumpul :

a. Luka memar diskontinuitas pembuluh darah & jaringan dibawah kulit tanpa rusaknya
jaringan kulit
Teraba menonjol pengumpulan darah di jaringan sekitar pembuluh darah rusak
Bentuk luka Menyerupai benda yang mengenai
b. Luka Lecet tjd pd epidermis gesekan dgn benda yang permukaannya kasar
Luka Lecet Tekan arah kekerasan tegak lurus pd permukaan tubuh, epidermis yang
tertekan melesak kedalam
Luka Lecet Geser arah kekerasan miring/membentuk sudut epidermis terdorong &
terkumpul pd tmpt akhir gerak benda tersebut
Luka Lecet Regang diskontinuitas epidermis akibat peregangan yang letaknya sesuai
dengan garis kulit
c. Luka robek terjadi pada epidermis/jaringan dibawahnya akibat kekerasan yang
mengenainya melebihi elastisitas kulit/jaringan
Syarat : kekuatan peregangan > elastisitas kulit
d. Patah tulang
o Bentuk : bergantung pada sifat benda penyebab
o Perubahan berdasarkan waktu
o Dampak patofisiologi : perdarahan, disfungsi, kerusakan jaringan sekitar, emboli
lemak dan sumsum tulang
Fraktur tulang kepala :
Terjadi akibat trauma langsung terhadap skull. Adanya fraktur tidak selalu disertai dgn
adanya cedera otak namun manunjukkan adanya benturan yg cukup kuat dan sebaikknya
dievaluasi untuk tau ada tidaknya cedera tambahan.
Benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan :
1. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak
2. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam
3. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain dibentur Oleh
benda yang bergerak (kepala tergencet)

Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup yang disebabkan oleh hantaman
pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena dan contre coup terjadi pada sisi yang
berlawanan dengan arah benturan.
Luas dan tipe fraktur ditentukan oleh beberapa hal, yaitu :
- Besarnya energi yang membentur kepala (Energi kinetik objek)
- Arah Benturan
- Bentuk tiga dimensi objek yang membentur
- Lokasi Anatomis tulang tengkorak tempat benturan terjadi
Tipe Fraktur pada cedera kepala, yaitu :
1. Fraktur simple : Pecahnya tulang kepala yg tidak disertai kerusakan kulit
2. Fraktur Linear : Pecahnya tulang kepala yg menyerupai garis tipis tanpa distorsi tulang
3. Fraktur depresi : Pecahnya tulang kepala dengan penekanan sebagian tulang kedalam
otak.
4. Fraktur compound : Pecahnya tulang disertai dengan rusak atau hilangnya kulit
Tergantung kecepatan dan gaya
- depressed jika permukaan yang mengenai kepala tidak luas
- radial
- hole/stellata jika benda yang mengenai kepala permukaannya
berkecepatan/berenergi tinggi, contoh : luka tembak

kecil

dan

Jika kepala bergerak ke permukaan rata & diam : patah linear


Fraktur basis cranii :
Fraktur yg terjadi pada tulang yg membentuk dasar tengkorak.
- gaya langsung ke basis cranii
- gaya ke dagu melalui rami mandibulae
Adanya Rhinorea jika bercampur dgn darah kadang2 sulit dibedakan dengan epistaksis.
Beberapa cara untuk membuktikan adanya rhinorea yaitu :
1. Darah tersebut tidak akan membeku karena bercampur CSS
2. Tanda Double Ring atau Hallo Sign yaitu jika setetes cairan diletakkan diatas kertas
tissue/koran maka darah akan terkumpul ditengah dan sekitarnya masih terbentuk
rembesan cairan (CSS) yg membentuk cincin kedua yg mengelilingi lingkaran pertama.
3. Pemeriksaan Beta-2-transferrin yg merupakan marker spesifik untuk CSS.
- Jika terdapat kecurigaan adanya fraktur, jangan memasang NGT krn dapat melewati
lempeng kribriformis yang sudah fraktur dan masuk ke intracranial.
- Jika fraktur melibatkan kanalis optikus, dapat mencederai N. Optikus sehingga tjd
gangguan visus.
Ring fraktur : gaya dari atas ke bawah
Perdarahan intrakranial :
Dapat berbentuk lesi fokal (Perdarahan epidural, perdarahan subdural, kontusio dan
perdarahan intraserebral) maupun lesi difus.

Epidural hematom : clot terletak diluar duramater, namun di dalam tengkorak


Arteri meningea media

Temporal (50%), oksipital (15%)


Prognosis baik bila dilakukan penanganan segera karena cedera otak disekitarnya
biasanya terbatas.
Subdural/subarachnoid bleeding : >> ditemukan pada penderita dengan cedera kepala
berat.
Terjadi karena robeknya vena bridging, sinus draining, focus laserasi atau
kontusio
Delayed : subdural
Spontan : leukemia, tumor, infeksi
Kerusakan otak biasanya sangat lebih berat dan prognosisnya lebih buruk dari
hematoma epidural
Mortalitas umumnya 60% namun mungkin diperkecil oleh tindakan operasi yg
sangat segera dan pengelolaan medis agresif.
Kontusi dan hematom intraserebral : hampir selalu berkaitan dengan hematoma
subdural
>> di lobus frontal dan temporal
Cedera Difus membentuk kerusakan otak berat progresif yang berkelanjutan, disebabkan oleh
meningkatnya jumlah cedera akselerasi deselerasi otak.
Doktrin MONROE-KELLIE :
Vblood + Vbrain + V LCS = konstan
Konsep utama : volume intrakranial selalu konstan (rongga kranium tidak mungkin mekar).
Tekanan Intrakranial (TIK) yang normal tidak berarti tidak ada lesi massa intakranial, karena
TIK umumnya tetap dalam batas normal sampai penderita mencapai titik dekompensasi dan
memasuki fase ekspansional.
TIK normal : 50-200 mmH2O (4-15 mmHg)
Kapasitas ruang cranial : otak (1400 g), LCS (75 mL), darah (75 mL)
Perubahan kompensatoris dapat melalui :
- pengalihan LCS ke rongga spinal
- peningkatan aliran vena dari otak
- sedikit tekanan pada jaringan otak
peningkatan TIK sampai 33 mmHg (450 mmH2O) akan menurunkan aliran darah otak secara
signifikan
Trauma tajam :
Benda tajam: benda yg permukaannya mampu mengiris shg kontinuitas jaringan hilang
- Luka iris dalam luka < panjang irisan luka
arah trauma sejajar permukaan kulit
- Luka tusuk dalam luka > panjang luka
arah trauma tegak lurus permukaan kulit
- Luka bacok dalam = panjang luka
arah trauma 45 dari permukaan kulit dan tergantung beratnya benda yang
di pakai.
Ciri-ciri luka karena benda tajam :

Tepinya rata

Sudut luka tajam


Tidak ada jembatan jaringan
Sekitar luka bersih tidak ada memar
Bila lokasinya pada kepala maka rambutnya terpotong

Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa :


1. Luka iris atau sayat (panjang > dalam)
2. Luka Tusuk (dalam > panjang > lebar) ada beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk
luka tusuk seperti reaksi korban atau saat pisau keluar sehingga lukanya menjadi tidak
khas adapun pola yang sering ditemukan yaitu :
a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan
kembali melalui saluran yang berbeda
b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut,
sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit
seperti ekor.
c. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga
saluran luka menjadi lebih luas
d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam
sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada
bagian superfisial
e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler
dan besar.
3. Luka Bacok (panjang = dalam) luka ini tergantung dua faktor yaitu :
a. Jenis senjata biasanya senjata yang digunakan sedikit tajam/ tajam dan relatif berat
seperti kapak atau parang.
b. Tenaga yang digunakan biasanya lebih besar dari luka tusuk atau luka iris.
Tabel. Perbedaan luka pada trauma tajam dan trauma tumpul
Pembeda
Tajam
Tumpul
bentuk luka

Teratur

tidak

Tepi

Rata

tidak rata

jembatan jar

tidak ada

ada/tidak

folikel rambut terpotong

ya/tidak

tidak

dasar luka

garis/titik

tidak teratur

sekitar luka

Bersih

Bisa lecet/memar

Tabel. Perbedaan hematom (luka memar) dan lebam mayat


HEMATOM
LEBAM MAYAT
Kejadian intravital
Kejadian post mortem
Terdapat pembengkakan
Pembengkakan (-)
Darah tidak mengalir
Darah akan mengalir keluar dari
pembuluh darah yang tersayat
Penampang sayatan nampak merah
Jika dialiri air penampang sayatan
kehitaman
nampak bersih
Tabel. Ciri-ciri luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh
diri atau kecelakaan
Pembeda
Pembunuhan
Bunuh Diri
Kecelakaan
Lokasi luka
Sembarang
Terpilih
Terpapar
luka
Banyak
Banyak
>1
Pakaian
Terkena
Tidak
Terkena
Luka tangkisan
(+)
(-)
(-)
Luka percobaan
(-)
(+)
(-)

Cedera Sekunder

Mungkin ada

(-)

Mungkin ada

LUKA TEMBAK
A. ARTI KLINIS LUKA TEMBAK
Dalam praktik banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada tubuh manusia.
Seperti kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari
elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru
menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter luka pada
epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada
dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).

B. JENIS SENJATA DAN AMUNISI


I. MACAM-MACAM JENIS SENJATA KECIL
A. Ada lima jenis senjata kecil:
1. Pistol
2. Senapan
3. Senapan tabur
4. Senapan sub-mesin
5. Senapan Mesin
Pada seluruh jenis senjata tersebut, terkecuali senapan tabur, terdapat rifling interior pada
larasnya.
B. Rifling adalah serangkaian alur pilin paralel yang memotong panjang kaliber larasnya.
1. Metal yang ada diantara alur-alurnya disebut lands.
2. Jumlah alur bisa beragam mulai dari 2 sampai 20 dengan arah bidik sesuai arah jam
(kanan) atau sebaliknya (kiri).
a. Hampir semua pistol memiliki 5 atau 6 alur pilin ke kanan
Pada Colt alur pilinnnya adalah ke kiri.
b. Pada senapan centerfire, hampir semua senjata memiliki alur pilin ke arah kanan
dengan jumlah pilin antara 4 sampai 6.
c. Alur pilin senjata .22 rimfire umumnya ke kanan dengan jumlah alur
antara
4.5 atau 6.
3. Rifling mengimpartasikan putaran rotasi peluru ketika meluncur dalam laras.
Kegunaan putaran ini adalah untuk menstabilkan peluncuran
peluru ketika
ditembakkan ke udara, dan menjaga kejatuhannya.
II. SENJATA API
Klasifikasi Senjata Api
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan mesiu,
dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya.
Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan dapat tunggal, dapat pula tunggal berurutan
secara otomatis maupun dalam jumlah tertentu bersama sama. 1 Senjata api dapat
dikelompokan menjadi:
A. Berdasarkan Panjang Laras:
1. Laras pendek.
Revolver, Mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang berputar
(revolver) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada posisi siap
untuk di tembakkan.
Pistol, peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik picunya.

Gambar 1. Senjata api laras pendek

Gambar 2. pistol semi otomatis

Gambar 3. Revolver

2. Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m, mempergunakan
peluru yang lebih panjang. Dibagi menjadi dua yaitu:
Senapan tabur : Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir tabur
ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan peluru
tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan tidak terdapat rifling.
Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu
melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin yang besar
dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan sedang (peluru
dengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard dan peluru pistol).

Gambar 4. Senjata api laras panjang

B. Berdasarkan Alur Laras


1. Laras beralur (Rifled bore)

Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam laras
dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru,
sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa
bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya sentripetal
sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung depannya di depan dalam lintasannya
setelah lepas laras menuju sasaran. Alur laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran
ke kiri (COLT) dan arah putaran ke kanan (Smith and Wesson).

Gambar 5. Senjata api beralur


A. Senjata api dengan alur ke kiri
- dikenal sebagai senjata tipe COLT
- kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
- dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu adanya
goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat dari basis anak peluru.
B. Senjata api dengan alur ke kanan
- dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON ( tipe SW )
- kaiber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22;0.36;0.38;0.45; dan 0.46
- dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu adanya
goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat dari bagian basis anak
peluru.
Dalam memberikan pendapat atau kesimpulan dalam visum et repertum tidak
dibenarkan menggunakan istilah pistol atau revolver, oleh karena perkataan pistol itu
mengandung pengertian bahwa senjatanya termasuk otomatis atau semi otomatis, sedangkan
revolver berarti anak peluru berada dalam silinder yang akan memutar bila tembakan
dilepaskan. Dan oleh karena dokter tidak melihat peristiwa penembakannya, maka yang
hanya disampaikan adalah, misalnya: senjata api kaliber 0,38 dengan alur ke kiri.
2. Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)
Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak pada satu kali
tembakan. Contohnya adalah shot gun.
III. KALIBER
A. Kaliber sebuah senjata ditentukan oleh diameter moncong yang diukur dari land ke land.
Ketentuan ini tidak selalu diikuti bahkan kaliber yang ditetapkan untuk sebuah senjata
sangat perlu diperdebatkan.
1. Dalam sistem metrik yang digunakan di Eropa, kaliber senjata mengenali diameter
peluru dan panjang kelongsongnya dalam milimeter. Jadi sebuah kelongsong ukuran
7.62 x 39 mm menembakkan peluru berukuran 7.62 mm dalam diameter yang
dilepaskan dari sebuah kelongsong peluru dengan panjang 39mm.

B. Istilah Magnum dalam pengertian sebuah pistol atau senapan, merujuk pada kekuatan
ekstra sebuah peluru yang didorong dengan kecepatan yang lebih besar. Pada senapan
tabur, istilah Magnum berarti meningkatnya berat mesiu pellet atau butir-butir peluru
tabur dengan kecepatan yang umumnya tidak meningkat.
C. Kaliber sebuah senapan tabur dikenali liwat ukurannya. Ukuran yan paling umum adalah
12, 16, 20 dan .410. Diameter moncongnya adalah:
1. 0729 inci untuk ukuran 12;
2. 0.615 inci untuk ukuran 20; dan
3. 0.410 inci untuk ukuran .410
C. Apakah senapan tabur itu berukuran 12, 16 atau 20, butir-butir
peluru tabur didorong kira-kira pada kecepatan yang sama.
Perbedaannya, kelongsong ukuran 12 menampung lebih banyak
butir-butir peluru tabur daripada yang berukuran 16 yang punya
daya tampung butir-butir peluru tabur lebih dari yang berukuran 20.
D.

IV. AMUNISI
A. Amunisi senjata dengan putaran rotasi peluru dibagi dalam dua kategori yaitu centerfire
atau rimfire - tergantung lokasi primernya.
1.
Pada peluru rimfire, komposisi primernya terletak pada bibir kelongsong peluru
dengan mesiu yang berhubungan dengan yang primer.
a. Pada saat penembakan, pemantiknya menghancurkan bibir kelongsong peluru,
meledakkan komposisi primernya, menyulut bubuknya.
b. Saat ini amunisi rimfire hanya terbagi dalam tiga kaliber - 22 Short, 22Long Rifle
dan 22 Magnum.
c. Amunisi rimfire bisa digunakan baik pada pistol maupun senapan.
2. Umumnya amunisi adalah pusat ledakannya (centerfire). Pada pusat peledakan
kelongsong, kesulitan pokok terletak pada bagian tengah dasar kelongsong. Ketika
ditembakkan, pemantiknya menghantam tengah-tengah dasar primer yang
memantik komposisi primer yang selanjutnya memantik mesiunya.
B. Kelongsong peluru biasanya terbuat dari kuningan, meskipun ada yang terbuat dari
aluminium dan baja.
1. Ketika diledakkan, kelongsong peluru mengandung gas dari hasil pemantikan mesiu.
2. Kebanyakan peluru pistol bentuknya lurus sedang peluru senapan berbentuk leher
botol (bottle neck)
3. Pada amunisi komersial, kaliber dan nama pabrik pembuatnya dicap pada dasar peluru.
4. Pada amunisi militer, nama pabrik dan tahun pembuatan amunisinya (baik berbentuk
tulisan maupun kode) dicap pada dasar peluru.
C. Mesiu yang digunakan dalam kelongsong peluru adalah mesiu tidak mengandung asap,
campuran dari nitrocellulose, dimana nitroglycerin bisa ditambahkan ataupun tidak
ditambahkan. Ujud mesiu di Amerika Serikat umumnya adalah:
1. disk (flake atau serpihan) atau bola dalam pistol dan senapan tabor
2. silindrikal atau mesiu bola pada senapan laras panjang
D. Pelor merupakan bagian dari peluru yang lepas dari moncongnya ketika senjata
ditembakkan
1. Oleh karena velositasnya yang tinggi, pusat penembak pelor senjata harus terbungkus
metal baik secara penuh ataupun sebagian.
a. Pada umumnya pembungkusnya terbuat dari tembaga atau copper alloy tetapi bisa
juga dari baja

b. Matanya terbuat dari timah tetapi untuk peluru-peluru militer bisa dari leburan baja
atau gabungan keduanya.
2. Amunisi yang sepenuhnya terbungkus metal - pembungkusannya menyelubungi
pucuk dan sisi-sisi pelurunya.
3. Semua amunisi militer, termasuk amunisi pistol, haruslah berbungkus metal secara
penuh.
4. Pada amunisi semi-jacket, ada mata timah dengan bungkus tembaga menutupi sisisisinya dan biasanya dasar pelurunya dengan mata yang menonjol pada ujungnya.
5. Sebagai kebiasaan, peluru timah digunakan pada revolver; peluru berbungkus metal
penuh digunakan pada pistol otomatis.
6. Saat ini amunisi pistol umunya menggunakan peluru semi-jacket, iasanya dengan
rancangan pucuk yang kosong, baik disengaja untuk
dipasang pada revolver
maupun pistol otomatis.
7. Amunisi .22 Short dan Senapan Laras Panjang (long rifle) dipasang dengan pelor
timah; amunisi Magnum .22 beramunisi jacket metal penuh atau semi-jacket.
8. Konfigurasi pelurunyapun bervariasi
a. Amunisi pistol biasanya:
i. moncong bulat
ii. potongan semi-wad
iii. hollow point atau
iv. wad cutter (berbentuk silindris)
b. Amunisi senapan centerfire:
i.
full metal jacket atau
ii. semi-jacket
iii. dengan ujung spitzer atau pucuk bulat
E. Hampir semua badan senapan tabur dibuat dengan sekam plastik dan kepala kuningan
dengan pucuk yang mengatup
1.
Dibalik ujung yang sobek terdapatlah pellet atau butir-butir peluru
tabur (tembakannya), lalu gumpalan dan bubuk.
2. Pabrik yang berlainan menggunakan bahan gumpalan serta desain gumpalan yang
berbeda pula. Ukuran dan pabrik pembuat amunisi dapat dikenali liwat gumpalan
yang diambil
3. Federal dan Remington menggunakan gumpalan plastik sedang Winchester punya
ciri-ciri khas yaitu menggunakan gumpalan dari kertas
maupun cardboard.
Tetapi ada beberapa produk Winchester yang menggunakan gumpalan plastik.
4. Pellet yang digunakan untuk berburu burung atau binatang-binatang kecil disebut
birdshot. Diameter pellet atau butir-butir peluru tabur birdshot bervariasi
5. Pellet yang digunakan polisi untuk bela diri dan pengejaran disebut buckshot.
a. buckshot yang paling umum digunakan adalah #4 dan 00;
b. buckshot #4 berdiameter .24 inci;
c. yang 00 berdiameter .33 inci;
d. Ciri-cirinya, buckshot dipasang dengan bungkusan serbuk putih bahan plastik yang
ketika ditembakkan akan dikeluarkan bersamaan dengan buckshot dan gumpalan.
F. Sementara, umumnya muatan untuk senapan tabur mengandung birdshot atau buckshot,
tetapi ada juga yang bermuatan gotri senapan
1. Peluru gotri senapan tabur sungguh-sungguh adalah misil timah yang besar :
a. berbentuk peluru seperti peluru gotri American Foster
b. Peluru gotri Brenneke dari Eropa mirip dengan peluru gotri Foster hanya saja
diberi gumpalan cardboard yang menempel pada alasnya, atau:
c. jam pasir (hourglass) berbentuk bulat sabot

2. Serangkaian tulang siku dan alur pilin terdapat di sepanjang permukaan peluru gotri
American Foster maupun Brenneke.
3 Berat peluru gotri ini berkisar antara kira-kira 350 sampai 490 grain
(kesatuan berat
di Inggris) tergantung ukuran.
4. Peluru gotri sabot punya konfigurasi jam pasir dan terbungkus dalam dua buah plastik
a. Seluruh himpunan, dua buah plastik yang menyelimuti peluru gotri berikut peluru
gotrinya meluncur keluar melalui larasnya.
b. Sementara keluar, kedua buah plastiknya terlepas dan misil jam pasirnya terus
meluncur menuju sasarannya
V. PERBANDINGAN BALISTIK PELURU
A. Peluru
1. Ketika sebuah peluru ditembakkan melalui larasnya, penembakan meninggalkan dua
jenis tanda pada peluru:
a. karakteristik kelas dan
b. karakteristik individual
2. Karakteristik Kelas adalah pembuatan dan model senapan, contohnya, jumlah lands
dan alur pilin; kepadatan pilin; kedalaman alur pilin serta arahnya.
3. Karakteristik Individual adalah tanda-tanda yang dibuat pada peluru oleh
ketidaksempurnaan dalam laras yang hanya ada pada laras individual itu sendiri.
Tanda-tanda inilah yang dipakai para penyelidik senjata untuk mengenali peluru
yang ditembakkan oleh senjata tertentu.
B. Kelongsong Peluru
1. Kelongsong peluru juga punya tanda-tanda yang berasal dari pemantik, pelontar dan
juga dari magasin.
2. Tanda-tanda ini dapat dipakai untuk mengenali asal kelongsong peluru senjata yang
spesifik.
3. Kadang-kadang, sidik jari dapat ditemui pada kelongsong peluru yang telah
ditembakkan.
C. Sidik jari pada senjata, khususnya pistol umumnya jarang dipakai. Jadi, rekomendasi sidik
jari pada sebuah senjata, umumnya tidak menguntungkan.
C. MEKANISME LUKA TEMBAK
Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma mekanik
seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat adanya transfer energi dari luar
menuju jaringan. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi
kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang
lainya.3,4 Energi kinetik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan
sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi bila terdapat ruptur pembuluh darah atau
struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru.
Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus jaringan
akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak,
hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka. 4
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan
gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini lebih
besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru berhenti,
dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih
tinggi daripada organ berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada
pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi.

Gambar 6. Mekanisme luka tembak

D. KLASIFIKASI LUKA TEMBAK


1.

2.

Luka Tembak Masuk:


luka tembak tempel
luka tembak jarak dekat
luka tembak jarak jauh
Luka Tembak Keluar (luka tembus)

Tabel. Perbedaan luka tembak masuk dan keluar


Luka tembak masuk
Luka tembak keluar
Ukurannya kecil (berupa satu
Ukurannya lebih besar dan lebih tidak
titik/stelata/bintang), karena peluru
teratur dibandingkan luka tembak
menembus kulit seperti bor dengan
masuk, karena kecepatan peluru
kecepatan tinggi
berkurang hingga menyebabkan
robekan jaringan.
Pinggiran luka melekuk kearah dalam
Pinggiran luka melekuk keluar karena
karena peluru menmebus kulit dari
peluru menuju keluar.
luar
Pinggiran luka mengalami abrasi
Pinggiran luka tidak mengalami abrasi.
Bisa tampak kelim lemak.
Tidak terdapat kelim lemak
Pakaian masuk kedalam luka, dibawa
Tidak ada
oleh peluru yang masuk.
Pada luka bisa tampak hitam,
Tidak ada
terbakar, kelim tato atau jelaga.
Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak seperti gambaran mirip kerucut
bagus bentuknya.
Bisa tampak berwarna merah terang
Tidak ada
akibat adanya zat karbon monoksida.
Disekitar luka tampak kelim ekimosis.
Tidak ada
Luka tembak masuk
Luka tembak keluar
Perdarahan hanya sedikit.
Perdarahan lebih banyak
Pemeriksaan radiologi atau analisis
Tidak ada
aktivitas netron mengungkapkan
adanya lingkaran timah / zat besi di
sekitar luka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi cedera akibat senjata api :

Jenis peluru
Kecepatan peluru
Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan
Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk
Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan
1. Jika senjata ditembakkan pada jarak yang sangat dekat atau menempel dengan kulit :

Jaringan subkutan 5 sampai 7,5 cm disekitar luka tembak masuk mengalami


laserasi

Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap. Kelim tato terjadi karena
bubuk mesiu senjata yang tidak terbakar.

Rambut di sekitar luka hangus.

Pakaian yang menutupi luka terbakar karena percikan api dari senjata.

Walaupun jarang bisa ditemukan bercak berwarna abu-abu atau putih di


sekitar luka. Hal ini terjadi jika bubuk mesiu tidak berasap dan tidak terdapat bagian
kehitaman pada kulit.
2. Tembakan jarak dekat
Jaraknya adalah 30-45 cm dari kulit.
Ukuran luka lebih kecil dibandingkan peluru
Warna hitam dan kelim tato lebih luar disekitar luka
Tidak ada luka bakar atau kulit yang hangus.
3. Tembakan jarak jauh

Jaraknya adalah di atas 45 cm.

Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru.

Kehitaman atau kelim tato tidak ada

Bisa tampak kelim lecet. Jika peluru menyebabkan gesekan pada lubang
tempat masuk dan menyebabkan lecet, maka di sebut kelim lecet.
Deskripsi Luka Tembak
1. Lokasi
jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis
pertengahan tubuh
lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
ukuran dan bentuk
lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
luka bakar
lipatan kulit, utuh atau tidak
tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
grains powder
deposit bubuk hitam, termasuk korona
tattoo
metal stippling
4. Perubahan
oleh tenaga medis
oleh bagian pemakaman
5. Track
penetrasi organ

6.

7.

8.
9.

arah
kerusakan sekunder
kerusakan organ individu
Penyembuhan luka tembakan
titik penyembuhan
tipe misil
tanda identifikasi
susunan
Luka keluar
lokasi
karakteristik
Penyembuhan fragmen luka tembak
Pengambilan jaringan untuk menguji residu

Efek Luka Tembak


Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran yaitu tubuh
korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh
berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut. Adapun komponen
atau unsur-unsur yang keluar pada setiap penembakan adalah:
anak peluru
butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
asap atau jelaga
api
partikel logam
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak yang
melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila penembakan dilakukan
dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat pada tubuh korban, maka akan
terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang dipakai termasuk senjata yang tidak beralur
(smooth bore), maka komponen yang keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau
tersebar dalam bentuk pellet, tutup dari peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan
dalam bentuk luka. Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa
penembakan akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:
1) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
Kecepatan
Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
Bentuk dan ukuran peluru
Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka
yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya lebih rendah
(low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian
tubuh yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila terkena
tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastole),
maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam
fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut disebabkan karena adanya
penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.

Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:


a.Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan
c.Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau rifle
bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga terjadi kelim
lecet (abrasion ring)
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke segala
arah, maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan terbentuk
lubang yang lebih besar dari diameter peluru
e.Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang terjadi
akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas dari jaringan
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang terbentuk
akan sama lebarnya pada setiap arah
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui dari
bentuk kelim lecet
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai pewarnaan
kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau kelim lemak (grease
ring/ grease mark)
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk luka yang
terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya mempunyai densitas besar
seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru disertai pula dengan gas yang
terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang
tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter lubang luka
ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah masuknya peluru
l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan dangkal,
disebut bullet slap atau bullet graze

Gambar 13. Bullet graze

m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu dengan
luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound
2) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling
a.Butir butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk ke dalam
kulit
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-bintik hitam
dan bercampur dengan perdarahan
c.Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam tersebut
tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm
e.Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat,
tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan smoke less powder
terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon dan gravid

Gambar 14. Powder tattoing


3) Akibat asap (smoke effect): jelaga
a.Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk asap atau
jelaga
b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen 35%, CO
10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen dan methane
c.Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm
e.Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit, sehingga
bila dihapus akan menghilang.
4) Akibat api (flame effect): luka bakar
a.Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang akan
mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring)
b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar
c.Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm, sedangkan
untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5 cm
5) Akibat partikel logam (metal effect): fouling
a.Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu peluru
bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam sebagai akibat
pergesekan tersebut
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka terbuka
dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c.Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.

6) Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras


a.Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel yang erat
(hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian tubuh, dimana
di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)
c.Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan
mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan moncong
senjata
d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong senjatanya
dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang terjadi
e.Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka, sedangkan pada
soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut akan tampak sebagian
sebagai garis lengkung
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh karena
tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan butir mesiu ada yang
keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga terdapat adanya kelim
jelaga dan kelim tato.
7) Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk
Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya cukup tebal,
maka dapat terjadi:
Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian
Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang luka tembak
F. DESKRIPSI LUKA TEMBAK
Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung pada
besarnya potensi seorang korban meninggal. jika korban masih hidup, deskripsi singkat dan
tidak terlalu detail. dokter mempunyai tanggung jawab yang utama untuk memberikan
penatalaksanaan gawat darurat. membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi,
debridement dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat
pasien bagi dokter. penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua
kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk
mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk
mendeskripskan luka secara detail. deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri
dari : lokasi luka, ukuran dan bentuk defek, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang utuh dan
robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada), tato (jika ada), dan bagian yang
ditembus/dilewati.1,3,4 penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan,
pengguntingan rambut, pembalutan, drainase, dan operasi perluasan luka.
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. meskipun
demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat
dari pihak lain. sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang
mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk
menerimanya. di lain pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk
penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau material lain. penting untuk mengetahui
siapa dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran
luka.
a. Jarak tembakan
efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan
forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. perkiraan tersebut
memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan;

untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri
alami luka akibat kecelakaan. meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan
ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat,
sedang, dan jauh. 1,3,4
b. Arah tembakan
luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan warna pada
kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan luka tembak berbentuk ellips,
panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak. senapan akan memproduksi
lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat. petunjuk ini berguna untuk pembanding
dengan shotgun. luka tembak yang disebabkan shotgun dengan sudut olique akan
membentuk luka seperti anak tangga. jaringan juga berperan serta dalam perubahan
gambaran luka karena adanya kontraksi otot.

G. CARA PENGUKURAN JARAK TEMBAK DALAM VISUM ET REPERTUM


Bila pada korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas laras,
kelim api, kelim jelaga atau kelim tato, maka perkiraan penentuan jarak tembak tidak sulit.
Kesulitan timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet .1 Bila terdapat kelim
jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 cm, kelim tato berarti korban
ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 cm dan seterusnya. Sedangkan kelim api menunjukan
bahwa korban ditembak dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu maksimal 15 cm.
(B)
C
C
A

D
D
(C)

Keterangan Gambar
1. (A) anak peluru yang masuk sesara tegak lurus dapat diketahui dari perkiraan diameter
anak peluru adalah AB-CD.
(B) Anak peluru masuk dengan pembentukan sudut, besarnya sudut tersebut (sinus), adalah
CD/AB. Arah anak peluru diketahui dari kelim lecet yang tersebar.

(C) Bila AB adalah jarak antara tumit/lantai dengan luka tembak masuk diketahui demikian
pula besarnya sudut masuknya, dengan demikian jarak BC dan panjangnya AC dapat di
hitung, sisi miring pada segitiga ABC tidak lain adalah merupakan lintasan anak peluru.
B kaliber
A

b
a
Sin = b/a

Keterangan gambar :
(A) Besarnya sudut masuk anak peluru dan kaliber diameter dari anak peluru seperti yang
dimaksud dalam gambar di atas besarnya sudut masuk (sinus) b/a sedangkan kaliber dari
anak peluru adalah b.
(B) Cara melakukan pengukuran di dalam memeriksa kasus penembakan, diukur dengan
mengambil patokan tumit dan garis tengah tubuh melalui tulang punggung untuk
memperrkirakan arah tembakan dari luar depan atau belakang atau samping dan sudutnya.
H. PEMERIKSAAN KHUSUS PADA LUKA TEMBAK MASUK
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk, sering dipersulit
oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik.
Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai
berikut:
Luka tembak dibersihkan dengan hydrogen-peroxide 3%
Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang terjadi
dan membersihkan darah.
Dengan pemberian hydrogen-peroxide tadi, luka tembak akan bersih dan tampak jelas,
sehingga deskripsi luka dapat dilakukan dengan akurat.
Selain secara makroskopik, dapat juga dengan pemeriksaan khusus: pemeriksaan
mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.
a) Pemeriksaan Mikroskopik
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanik dan termis,
pada luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat perubahan mikroskopis yang terjadi
adalah:
Kompresi epitel, disekitar luka tampak epitel yang normal dan yang mengalami
kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel
Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu
Epitel mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel basal
Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak
mengambil warna biru (basophilic staining)
Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan,
dan adanya butir-butir mesiu)
Sel-sel pada dermis intinya mengerut, vakuolisasi dan piknotik

Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam
kecoklatan
Pada luka tembak tempel hard contact, permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat
butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali; butir-butir mesiu akan tampak banyak pada
lapisan bawahnya, khususnys di sepanjang tepi saluran luka
Pada luka tembak tempel soft contact, butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan
jaringan di bawah kulit
Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan
kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit
b) Pemeriksaan Kimiawi
Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfas, sulfat,
karbonat, tiosianat dan tiosulfat
Pada smokeless gun powder dapat ditemukan nitrit, dan selulosa-nitrat
Pada senjata api yang modern, ditemukan timah, barium, antimony, dan merkuri
Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat
ditemukan timah, antimon, nikel, tembaga, bismuth, perak, dan thalium
Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, di dalam atau
di sekitar luka
Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang
menggenggam senjata
c) Pemeriksaan dengan Sinar-X
Pemeriksaan radiologik ini umumnya untuk memudahkan dalam mengetahui letak peluru
dalam tubuh korban.
Pada tandem bullet injury dapat ditemukan dua peluru walaupun luka tembak
masuknya hanya satu.
Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan bahwa
korban ditembak dengan senjata jenis shotgun, yang tidak beralur, dimana dalam satu
peluru terdiri dari berpuluh pellet.
Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata api
jenis rifled.
Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak, sehingga
pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologik ini akan dengan mudah
menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak peluru pada foto rontgen
d) Pemeriksaan baju pada korban luka tembak
Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan defek baju yang dibuat
oleh peluru.
Pada tempat yang sesuai dengan luka tembak masuk
Serat-serat pakaian akan terdorong ke dalam.
Bila ditembakan dari jarak dekat atau jarak sangat dekat, dapat terlihat pengotoran
bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu yang tidak terbakar dan akibat
jelaga yang menempel pada pakaian.
Bila senjata dirawat dengan baik maka di tepi dan di bagian pakaian yang robek
terdapat pengotoran oleh minyak pelumas yang berwarna kehitaman.
Pada tempat yang sesuai dengan luka tembak keluar 1,9
Serat-serat pakaian akan terdorong keluar.
Di pinggir atau di sekitar robekan mungkin didapatkan pengotoran oleh darah, atau
jaringan tubuh korban yang hancur dan terbawa keluar. Seperti otak atau serpihan
tulang.

Tepi lubang pada pakaian tampak terangkat, hal ini menunjukkan bahwa peluru keluar
melalui lubang tersebut.

TRAUMA FISIK
1. Dry Heat (Burn Heat / Luka Bakar)
Dry heat (burn heat / luka bakar) adalah luka bakar yang diakibatkan oleh persentuhan
tubuh dengan api atau benda panas (bukan cairan).
Ada 2 reaksi dari tubuh korban :
1. Reaksi lokal
2. Reaksi umum
Ada 4 reaksi lokal dari tubuh korban :
Eritem dengan ciri-ciri : epidermis intak, kemerahan, sembuh tanpa meninggalkan
sikatriks.
Vesikel, bulla & bleps dengan albumin atau NaCl tinggi.
Necrosis coagulativa dengan ciri-ciri : warna coklat gelap hitam dan sembuh dengan
meninggalkan sikatriks (litteken).
Karbonisasi (sudah menjadi arang).
Derajat luka bakar :
Luka akibat suhu tinggi (luka bakar)
Luka bakar derajat 1 (superficial burn)
Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn)
Luka bakar derajat 3 (full thickness burn)
Luka bakar derajat 4 (hitam bagai arang, nekrotik)
Ada 3 reaksi umum dari tubuh korban :
1. Heat exhaustion
2. Heat stroke / sun stroke / pingsan panas
3. Heat cramp
Ada 8 gejala heat exhaustion :
1. Badan panas
2. Pusing
3. Pucat
4. Berkeringat
5. Otot lemah
6. Suhu tubuh turun
7. Nadi irreguler
8. Kolaps sirkuler
Ada 3 hal yg dapat ditemukan pd autopsi sebagai tanda adanya reaksi heat exhaustion :
1. Arteriosklerosis arteri coronaria.
2. Darah berwarna gelap di jantung.
3. Organ dalam mengalami kongesti.
Heat stroke / sun stroke / pingsan panas diakibatkan oleh terjadinya paralisis centrum di
medulla. Keadaan ini dapat terjadi pada udara yang panas (1000 Fahrenheit) dan lembab serta
telah berlangsung beberapa hari.

Ada 6 gejala heat stroke / sun stroke / pingsan panas :


1. Badan panas
2. Pusing
3. Sakit kepala
4. Nadi cepat & penuh
5. Kolaps sirkuler
6. Shock sampai beresiko mati dengan tubuh kemerahan
Ada 6 hal pada autopsi tanda adanya reaksi heat stroke :
1. Darah berwarna merah gelap.
2. Organ mengalami kongesti.
3. Perdarahan otak, epicardium, endocardium atau bundle of his.
4. Degenerasi sel-sel ganglion.
5. Kongesti (edem berat).
6. Perdarahan kecil pada ventrikel III & IV.
Heat cramp dapat terjadi pada individu yang bekerja dalam ruangan yang bersuhu tinggi. Kita
dapat melakukan terapi terhadap reaksi heat cramp dengan menggunakan campuran air &
garam atau larutan PZ IV bila korban mengalami konvulsi.

Ada 5 gejala umum dry heat (burn heat / luka bakar), yaitu :
Nyeri yang sangat hebat shock dan kematian.
Pugillistic attitude / coitus attitude berupa ekstremitas fleksi, kulit menjadi arang &
mengelupas. Ekstremitas fleksi akibat koagulasi protein. Ekstremitas fleksi tidak sampai
menimbulkan rigor mortis.
Otot merah gelap, kering, berkontraksi dan jari-jari mencengkeram.
Bukan tanda intravital.
Fraktur tengkorak pseudoepidural hematom (bedakan dengan epidural hematom).
Pseudoepidural Hematom: Warna bekuan darah coklat. Konsistensi rapuh. Bentuk otak
mengkerut seluruhnya. Garis patah tidak menentu.
Epidural Hematom: Warna bekuan darah hitam. Konsistensi kenyal. Bentuk otak cekung
sesuai dengan bekuan darah. Garis patah melewati sulcus arteria meningea.
Penyebab kematian pada kasus dry heat ada 3 kategori, yaitu :
Cepat : shock primer (neurogenis) & asfiksia
Sedang : shock dehidrasi
Lambat : shock dehidrasi, acute renal failure, infeksi & sepsis, ulcus curling,
autointoksikasi, dan pneumonia hipostatik.
Luas dry heat (burn heat / luka bakar) dapat kita tentukan dengan menggunakan RULE OF
NINE, yaitu :
9% : permukaan kepala & leher; dada; punggung; perut; pinggang; ekstremitas atas
kanan; ekstremitas atas kiri.
18% : permukaan ekstremitas bawah kanan; ekstremitas bawah kiri.
1% : permukaan alat kelamin.

Tingkat II yaitu luas dry heat 30% membahayakan jiwa.


Kematian karena gas karbon monoksida (CO) :
Biasanya terjadi pada kebakaran gedung besar.
Biasanya dry heat (burn heat / luka bakar) hanya sedikit.
Ada jelaga pada lubang hidung.
Saluran napas terdapat jelaga atau lendir; mukosa edema & kemerahan.
Lebam mayat yang berwarna merah cherry akibat terbentuknya senyawa HbCO
(hemoglobin tereduksi).
Diagnosis pasti dapat kita tentukan dengan melakukan pemeriksaan saturasi, yaitu lebih
10%. Gas karbon monoksida (CO) 210 kali lebih kuat dari gas oksidan (O2) dalam
mengikat hemoglobin.
2. Trauma Dingin (Cold Trauma)
Insiden trauma dingin (cold trauma / frost bite / immertion foot) jarang terjadi dan
biasanya terdapat di negara yang bermusim dingin. Lokasinya bisa pada tangan, kaki, hidung,
telinga, dan pipi. Ada 2 cara kematian kasus trauma dingin (cold trauma / frost bite /
immertion foot), yaitu :
1. Kecelakaan
2. Pembunuhan (infanticide)
Ada 2 reaksi dari tubuh korban trauma dingin :
1. Reaksi lokal
2. Reaksi umum
Ada 2 reaksi lokal :
Kulit korban pucat akibat vasokonstriksi kemerahan akibat vasodilatasi karena
paralisis vasomotor center.
Kulit korban lalu berubah menjadi merah kehitaman, membengkak (skin blister), gatal
dan nyeri. Kemudian timbul gangren superfisial yang irreversibel.
Ada 8 reaksi umum :
Kulit korban pucat dan menggigil. Kita dapat menemukan cutis anserina.
Kepucatan yang bercampur warna sianosis. Hal ini karena darah "dipaksa" masuk
kembali ke dalam pembuluh darah perifer akibat organ dalam mengalami kongesti.
Lethargy, koma, dan akhirnya mati bila tubuh korban lama terpapar dingin.
Pada pemeriksaan autopsi, jantung korban berisi darah berwarna merah cerah.
Organ dalam mengalami kongesti hebat.
Tengkorak korban dapat retak pada bagian sutura.
Lebam mayat berwarna merah cerah yang bercampur bercak berwarna merah gelap.
Cairan tubuh korban berubah menjadi es jika tubuh korban lama baru kita temukan.
3. Trauma listrik (Electrical Injury)
Ada 2 jenis tenaga yaitu :
Tenaga listrik alam seperti petir dan kilat.
Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti telepon (30-50 volt) dan
tram listrik (600-1000 volt) dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik rumah, pabrik,
dll

Arus listrik bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke potensial rendah.
Arahnya sama dengan arah gerak muatan-muatan positif (berlawanan arah dengan elektronelektron).
Bagian-bagian listrik, antara lain :
1. Arus listrik (I)
a.
Arus listrik searah atau direct current (DC)
mengalir secara terus menerus ke satu arah, dipakai dalam industri elektrolisis,
misalnya pada pemurnian dan pelapisan/penyepuhan logam. Juga digunakan pada
telefon (30-50 volt), dan kereta listrik (600-1500 volt). Sumber misalnya baterai
dan accu.
b.
Arus listrik bolak-balik atau alternating current (AC)
mengalir bolak-balik, digunakan di rumah-rumah dan pabrik-pabrik, biasanya 110
volt atau 220 volt, jauh lebih berbahaya daripada arus DC, tubuh manusia 4-6 kali
lebih sensitif terhadap arus AC.
2. Frekuensi listrik
Satuan : cycle per second atau hertz, yang paling sering digunakan 50 dan 60 hertz,
yang paling tinggi 1 jt hertz dengan voltage 20.000-40.000 volt tidak begitu
berbahaya dapat digunakan sebagai diatermi. Tubuh sangat tidak peka terhadap
frekuensi yang sangat tinggi atau sangat rendah, contohnya kurang dari 40 hertz atau
lebih dari 1.000 hertz.
3. Tegangan (voltage/V)
Satuan : volt. 1 volt = tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan intensitas
listrik sebesar 1 ampere melalui sebuah konduktor (penghantar) yang memiliki
tahanan sebesar 1 ohm.
Voltase rendah (110-460 V) misalnya penerangan, pabrik, tram listrik.
Voltase tinggi (= 1.000 V) misalnya transpor arus listrik.
Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V) misalnya deep X-rays therapy dan
diatermi. Diatermi : frekuensi 1 juta Hz dan tegangan 20 ribu - 40 ribu volt. Kuat
arus yang sering kita gunakan dibawah 6 ampere. LET GO CURRENT = kuat
arus dari aliran listrik dimana korban masih bisa melepaskan diri darinya.
4. Tahanan/hambatan listrik (resistance/R)
Satuan : ohm. Menurut hukum Ohm, besarnya intensitas listrik (I) sama
dengan besarnya tegangan/voltage (V) dibagi dengan tahanan (R) dari medium.
Panas yang terjadi tergantung dari :
V
1. banyaknya arus
I
=
2. lamanya kontak
--3. besarnya hambatan
R
Hal ini sesuai dengan rumus :
Keterangan :
W = panas yang dihasilkan (kalori)
I = kuat arus (ampere)
W = I2 R t
R = hambatan (ohm)
t = waktu (detik)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efek Listrik pada Tubuh
1.
Jenis / macam aliran listrik
Arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Banyak kematian akibat sengatan arus
listrik AC dengan tegangan 220 volt. Suatu arus AC dengan intensitas 70-80 mA
kematian, sedangkan arus DC dengan intensitas 250 mA masih dapat ditolerir tanpa
menimbulkan kerusakan.

2.

Tegangan / voltage
Hanya penting untuk sifat-sifat fisik saja, sedangkan pada implikasi biologis kurang
berarti.Voltage yang paling rendah yang sudah dapat menimbulkan kematian manusia
50 volt. Makin tinggi voltage akan menghasilkan efek yang lebih berat pada manusia
baik efek lokal maupun general.+60% kematian akibat listrik arus listrik dengan
tegangan 115 volt. Kematian akibat aliran listrik tegangan rendah terutama oleh karena
terjadinya vibrilasi ventrikel, sementara itu pada tegangan tinggi disebabkan oleh karena
trauma elektrotermis.
3.
Tahanan / resistance
Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan, ditentukan perbedaan kandungan
air pada jaringan tersebut. Tahanan yang terbesar terdapat pada kulit tubuh, akan
menurun besarnya pada tulang, lemak, urat saraf, otot, darah dan cairan tubuh. Tahanan
kulit rata-rata 500-10.000 ohm.
Di dalam lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal ini bergantung
pada ketebalan kulit dan jumlah relatif dari folikel rambut, kelenjar keringat dan lemak.
Kulit yang berkeringat lebih jelek daripada kulit yang kering. Menurut hitungan Cardieu,
bahwa berkeringat dapat menurunkan tahanan sebesar 3000-2500 ohm. Pada kulit yang
lembab karena air atau saline, maka tahanannya turun lebih rendah lagi antara 1200-1500
ohm. Tahanan tubuh terhadap aliran listrik juga akan menurun pada keadaan demam atau
adanya pengaruh obat-obatan yang mengakibatkan produksi keringat meningkat.
Pertimbangkan tentang transitional resistance, yaitu suatu tahanan yang menyertai
akibat adanya bahan-bahan yang berada di antara konduktor dengan tubuh atau antara
tubuh dengan bumi, misalnya baju, sarung tangan karet, sepatu karet, dan lain-lain.
4.

Kuat arus / intensitas /amperage


Adalah kekuatan arus (intensitas arus) yang dapat mendeposit berat tertentu perak
dari larutan perak nitrat perdetik. Satuannya : ampere. Arus yang di atas 60 mA dan
berlangsung lebih dari 1 detik dapat menimbulkan vibrilasi ventrikel.
Tabel. mengenai efek aliran listrik terhadap tubuh (Lobl. O, 1959)
mA
Efek
1,0
Sensasi, ambang arus
1,5
Rasa yang jelas, persepsi arus
2,0
Tangan mati rasa
3,5
Tangan terasa ringan dan kaku
4,0
Parestesia lengan bawah
5,0
Tangan tremor dan lengan bawah spasme
7,0
Spasme ringan yang luas sampai lengan atas
10,0
Dapat sengaja melepaskan diri dari arus listrik
15,0
Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari aliran
listrik
20,0
Kontraksi otot yang sangat sakit
Dikatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas ketahanan seseorang, pada
40 mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran dan kematian akan terjadi pada kuat
arus 100 mA atau lebih.
KOEPPEN menggolongkan akibat kecelakaan listrik dalam 4 kelompok yaitu :
a. Kelompok I : kuat arus < 25 mA AC (DC antara 25-80 mA) dengan transitional R
yang tinggi efek yang berbahaya (-).

5.

6.

7.

8.

b. Kelompok II : kuat arus 25-80 mA AC (DC 80-300 mA) dg transitional R < dari kel.I
hilangnya kesadaran, aritmia dan spasme pernafasan.
c. Kelompok III : Kuat arus 80-100 mA AC (DC 300 mA - 3A), transitional R < dari kel.
II. Jk t = 0,1-0,3s , efek biologisnya sama dg kel. II. Jk > 0,3s vibrilasi ventrikel
irreversibel.
d. Kelompok IV : kuat arus > 3A cardiac arrest
Adanya hubungan dengan bumi / earthing
Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada tanah yang basah
tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri dengan mengggunakan
alas sepatu yang kering, karena pada keadaan pertama tahanannya rendah.
Lamanya waktu kontak dengan konduktor
Makin lama korban kontak dengan konduktor makin banyak jumlah arus yang
melalui tubuh kerusakan tubuh akan bertambah besar & luas. Dengan tegangan yang
rendah spasme otot-otot korban malah menggenggam konduktor arus listrik
akan mengalir lebih lama korban jatuh dalam keadaan syok yang mematikan
Sedangkan pada tegangan tinggi segera terlempar atau melepaskan konduktor atau
sumber listrik yang tersentuh, karena akibat arus listrik dengan tegangan tinggi tersebut
dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang tersentuh aliran listrik
tersebut.
Aliran arus listrik (path of current)
Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk sampai
meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik (point of entry) & letak titik keluar
bervariasi efek dari arus listrik tersebut bervariasi dari ringan sampai berat. Arus
listrik masuk dari sebelah kiri bagiah tubuh lebih berbahaya daripada jika masuk dari
sebelah kanan. Bahaya terbesar bisa timbul jika jantung atau otak berada dalam posisi
aliran listrik tersebut.Bumi dianggap sebagai kutub negatif. Orang yang tanpa alas kaki
lebih berbahaya kalau terkena aliran listrik, sepatu dapat berfungsi sebagai isolator, t.u
sepatu karet
Faktor-faktor lain
a. adanya penyakit-penyakit tertentu yang sudah ada pada korban sebelumnya, seperti
penyakit jantung, kondisi mental yang menurun,dsb, yang dapat memperberat efek
listrik pada tubuh manusia sampai timbulnya kematian.
b. Antisipasi terhadap syok.
c. Kelengahan atau kekuranghati-hatian.
d. Luas kontak dengan arus listrik.
e. Kesadaran adanya arus listrik.
f. Kebiasaan dan pekerjaan.
g. Konstitusi tubuh yaitu tubuh kurus dan gemuk.

Cara Kematian
Paling sering : kecelakaan, jarang terjadi karena pembunuhan atau bunuh diri. Oleh
karena itu pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP) sangat penting.
Patofisiologi
Elektron mengalir secara abnormal melalui tubuh menghasilkan cedera dengan atau
kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama elektrik pada jantung
dan otak, atau menghasilkan luka bakar elektrik internal maupun eksternal melalui panas dan
pembentukan pori di membran sel. Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun
tinggi mengakibatkan penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus AC
dapat menghasilkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada. Aliran listrik yang lama

membuat kerusakan iskemik otak terutama yang diikuti gangguan nafas. Seluruh aliran dapat
mengakibatkan mionekrosis, mioglobinemia, dan mioglobinuria dan berbagai komplikasi.
Selain itu dapat juga mengakibatkan luka bakar.
Sebab Kematian
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik disertai trauma mekanis.
Ada kasus karena listrik yang menyebabkan korban jatuh dari ketinggian, dalam hal ini sukar
untuk mencari sebab kematian yang segera.
Sebab kematian karena arus listrik yaitu :
1. Fibrilasi ventrikel
Bergantung pada ukuran badan dan jantung.DALZIEL (1961) memperkirakan pada
manusia arus yang mengalir sedikitnya 70 mA dalam waktu 5 detik dari lengan ke tungkai
akan menyebabkan fibrilasi. Yang paling berbahaya adalah jika arus listrik masuk ke
tubuh melalui tangan kiri dan keluar melalui kaki yang berlawanan/kanan. Kalau arus
listrik masuk ke tubuh melalui tangan yang satu dan keluar melalui tangan yang lain maka
60% yang meninggal dunia.
2. Paralisis respiratorik
Akibat spasme dari otot-otot pernafasan, sehingga korban meninggal karena asfiksia,
sehubungan dengan spasme otot-otot karena jantung masih tetap berdenyut sampai timbul
kematian. Terjadi bila arua listrik yang memasuki tubuh korban di atas nilai ambang yang
membahayakan, tetapi masih di batas bawah yang dapat menimbulkan ventrikel fibrilasi.
Menurut KOEPPEN, spasme otot-otot pernafasan terjadi pada arus 25-80 mA,sedangkan
ventrikel fibrilasi terjadi pd arus 80-100 mA.

3. Paralisis pusat nafas


Jika arus listrik masuk melalui pusat di batang otak, disebabkan juga oleh trauma
pada pusat-pusat vital di otak yang terjadi koagulasi dan akibat efek hipertermia. Bila
aliran listrik diputus, paralisis pusat pernafasan tetap ada, jantung pun masih berdenyut,
oleh karena itu dengan bantuan pernafasan buatan korban masih dapat ditolong. Hal
tersebut bisa terjadi jika kepala merupakan jalur arus listrik.
Pemeriksaan Korban
1. Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Korban mungkin ditemukan sedang memegang benda yang membuatnya kena listrik,
kadang-kadang ada busa pada mulut.Yang perlu dilakukan pertama kali adalah mematikan
arus listrik atau menjauhkan kawat listrik dengan kayu kering. Lalu kemudian korban
diperiksa apakah hidup atau sudah meninggal dunia. Bilamana belum ada lebam mayat, maka
mungkin korban dalam keadaan mati suri dan perlu diberi pertolongan segera yaitu
pernafasan buatan dan pijat jantung dan kalau perlu segera dibawa ke Rumah sakit.
Pernafasan buatan ini jika dilakukan dengan baik dan benar masih merupakan pengobatan
utama untuk korban akibat listrik. Usaha pertolongan ini dilakukan sampai korban
menunjukkan tanda-tanda hidup atau tanda-tanda kematian pasti.
2. Pemeriksaan Jenazah
a. Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah kelainan pada
kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari adalah tanda-tanda listrik atau current
mark/electric mark/stroomerk van jellinek/joule burn. Current mark adalah tanda luka

akibat listrik dan merupakan tempat masuknya aliran listrik. Tanda-tanda listrik
tersebut antara lain :
Terkecil sebesar kepala jarum dengan warna kemerahan
Tanda lain berupa bula
Current mark berbentuk oval, kuning atau coklat keputihan atau coklat kehitaman
atau abu-abu kekuningan dikelilingi daerah kemerahan dan edema sehingga
menonjol dari jaringan sekitarnya (daerah halo). Cara mencari t.u pada telapak
tangan atau telapak kaki dan sebelumnya harus dicuci dulu dengan sabun dan bila
perlu disikat. Metalisasi akibat panas yang ditimbulkan sedemikian besar sehingga
ion-ion asam jaringan bereaksi dengan ion-ion logam dari kawat atau kabel
membentuk garam dan menyebar di jaringan. Warna yang terjadi tergantung
bahan logam, misalnya dari besi akan tampak warna hitam kecoklatan, tembaga
warna coklat kemerahan, dan aluminium warna perak. Luka keluar dari luka
listrik (electrical burn) tidak khas dapat berupa luka lecet, luka robek, atau luka
bakar. Sepatu korban dan pakaian dapat terkoyak.
Tanda yang lebih berat yaitu kulit menjadi hangus arang, rambut ikut terbakar,
tulang dapat meleleh dengan pembentukan butir kapur/kalk parels terdiri dari
kalsium fosfat
Endogenous burn/Joule burn terjadi jika kontak dengan tubuh lama sehingga
bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi hitam dan
hangus terbakar
Eksogenous burn dapat terjadi bila tubuh terkena arus listrik tegangan tinggi yang
sudah mengandung panas, sehingga tubuh akan hangus terbakar dengan kerusakan
yang sangat berat dan tidak jarang disertai dengan patahnya tulang-tulang
Panas yang timbul pada suatu waktu demikian besarnya sehingga kawat listrik
menguap dan mengkondensir di jaringan tubuh/electric metalisasi
b. Pemeriksaan Dalam
Pada autopsi biasanya tidak ditemukan kelainan yang khas. Pada otak
didapatkan perdarahan kecil-kecil dan terutama paling banyak adalah pada daerah
ventrikel III dan IV. Organ jantung akan terjadi fibrilasi bila dilalui aliran listrik dan
berhenti pada fase diastole, sehingga terjadi dilatasi jantung kanan. Pada paru
didapatkan edema dan kongesti. Pada korban yang terkena listrik tegangan tinggi,
Custer menemukan pada puncak lobus salah satu paru terbakar, juga ditemukan
pneumothorak, hal ini mungkin sekali disebabkan oleh aliran listrik yang melalui paru
kanan. Organ viscera menunjukkan kongesti yang merata. Petekie atau perdarahan
mukosa gastro intestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal akibat listrik. Pada hati
ditemukan lesi yang tidak khas., sedangkan pada tulang, karena tulang mempunyai
tahanan listrik yang besar, maka jika ada aliran listrik akan terjadi panas sehingga
tulang meleleh dan terbentuklah butiran-butiran kalsium fosfat yang menyerupai
mutiara atau pearl like bodies.1 Otot korban putus akibat perubahan hialin. Perikard,
pleura, dan konjungtiva korban terdapat bintik-bintik pendarahan. Pada ekstremitas,
pembuluh darah korban mengalami nekrosis dan ruptur lalu terjadi pendarahan
kemudian terbentuklah gangren.
. Pemeriksaan Tambahan
Yang dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi pada current mark.
Walaupun pemeriksaan itu tidak spesifik untuk tanda kekerasan oleh listrik tetapi
sangat menolong untuk menegakkan bahwa korban telah mengalami trauma listrik.
Hasil pemeriksaan akan terlihat sebagai berikut :

Ada bagian sel yang memipih, pada pengecatan dengan metoxyl lineosin akan
bewarna lebih gelap dari normal
Sel-sel pada stratum korneum menggelembung dan vakum
Sel dan intinya dari stratum basalis menjadi lonjong dan tersusun secara palisade
Ada sel yang mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak dari
stratum korneum
Folikel rambut dan kelenjar keringat memanjang dan memutar ke arah bagian
yang terkena listrik.

Petir (Lightning)
Lightning / eliksem adalah kecelakaan akibat sambaran petir. Petir termasuk arus searah (DC)
dengan tegangan 20 juta volt dan kuat arus 20 ribu ampere.
Ada 3 keadaan yang berpotensi besar terkena petir :
1. Berada di tanah lapang.
2. Berada dibawah pohon yang tinggi.
3. Kehujanan dan memakai perhiasan yang terbuat dari logam.
Ada 3 kelainan akibat sambaran petir :
1. Efek listrik.
2. Efek panas.
3. Efek ledakan.

Ada 3 efek listrik akibat sambaran petir :

Current mark / electrik mark / electrik burn. Efek ini termasuk salah
satu tanda utama luka listrik (electrical burn).

Aborescent markings. Tanda ini berupa gambaran seperti pohon gundul


tanpa daun akibat terjadinya vasodilatasi vena pada kulit korban sebagai reaksi dari
persentuhan antara kulit dengan petir (lightning / eliksem). Tanda ini akan hilang sendiri
setelah beberapa jam.

Magnetisasi. Logam yang terkena sambaran petir (lightning / eliksem)


akan berubah menjadi magnet. Efek ini termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical
burn).
Ada 2 efek panas akibat sambaran petir :
Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu bahkan seluruh tubuh korban dapat
terbakar atau hangus.
Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh seperti perhiasan dan komponen
arloji. Arloji korban akan berhenti dimana tanda ini dapat kita gunakan untuk menentukan
saat kematian korban. Efek ini juga termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical
burn).
Efek ledakan akibat sambaran petir (lightning / eliksem) terjadi akibat perpindahan volume
udara yang cepat & ekstrim. Setelah kilat menyambar, udara setempat menjadi vakum lalu
terisi oleh udara lagi shg menimbulkan suara menggelegar/guntur / ledakan.
Cara kematian korban akibat sambaran petir : kecelakaan.

TRAUMA KIMIAWI
Asam kuat & basa kuat
Asam kuat mengkoagulasikan protein luka korosif yang kering, kertas spt
kertas perkamen.

Basa kuat memembentuk reaksi penyabunan luka basah, licin kerusakan


sampai terus kedalam

Bahan kimia yg bersifat korosif dpt dibagi dalam 4 golongan :


Asam organik yg bersifat korosif, asam oksalat, asam asetat, asam sitrat dan asam
karbol.
Asamanorganik yg bersifat korosif asam fluoride, asam klorida, asam nitrat dan
asam sulfat.
Kaustik alkali kalium hidroksida, kalsium hidroksida, natrium hidroksida dan
amoniak.
Garam logam berat merkuri klorida, zinc klorida dan stibium klorida.
Ciri luka akibat kimiawi :
Asam karbol luka bakar dimana kulit yang terkena akan berwarna kelabu
keputihan.
Asam oksalat kulit berwarna kelabu kehitaman.
Asam sulfat dan asam klorida kulit mula-mula akan berwarna kelabu kmdn jadi
hitam.
Asam nitrat kulit berwarna merah kecoklatan yang disertai dengan perdarahan.
Zinc klorida kulit berwarna keputih-putihan, sedangkan
Merkuri klorida kulit yg terkena berwarna biru keputihan + perdarahan.
Ciri trauma akibat asam kering, cokelat kemerahan dan pd perabaan teraba padat
dan keras
Ciri trauma akibat basa bengkak, edem, warna cokelat kemerahan dan pada rabaan
teraba lunak dan licin.
HUBUNGAN ANTARA HASIL/CEDERA DENGAN PIDANA
LUKA RINGAN:
Luka ringan adalah :
Luka yang tidak mengakibatkan sakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan
Misalnya memar atau lecet:
Yang berdasarkan lokasi dan luasnya dianggap tidak mengakibatkan gangguan
fungsi
Ps 352 kuhp: maks 3 bulan
Luka sedang :
Luka sedang adalah :
Luka/cedera diantara luka berat dan luka ringan
Misalnya :

Vulnus laceratum
Vulnus scissum
Fracture

yang tidak mengancam nyawa namun membutuhkan perawatan lebih lanjut dan menghalangi
pekerjaan untuk sementara waktu
Pasal 351 (2) KUHP: Maks 2 Tahun 8 Bulan
Pasal 353 (1) KUHP: Maks 4 Tahun
LUKA BERAT:
Menurut Pasal 90 KUHP Luka berat adalah :
Tak dapat diharapkan sembuh
Mengancam nyawa
Halangan bekerja permanen
Kehilangan salah satu indera
Cacat berat
Kelumpuhan
Tak dapat berpikir 4 minggu atau lebih
Gugurnya kandungan
PS 351 (3) KUHP: Maks 5 Tahun
PS 353 (2) KUHP: Maks 7 Tahun
PS 354 (1) KUHP: Maks 8 Tahun
PS 355 (1) KUHP: Maks 12 Tahun

RINGKASAN
LUKA AKIBAT BENDA TAJAM
DEFINISI
Kelainan pada tubuh akibat persentuhan dengan benda tajam sehingga kontinuitas
jaringan hilang
KLASIFIKASI
Luka iris (incised wound)
Luka tusuk (stab wound)
Luka bacok (chop wound)
CIRI LUKA
Tepi luka rata
Sudut luka lancip
Rambut terpotong
Tidak ditemukan jembatan jaringan
Tidak ditemukan memar atau lecet disekitarnya
DESKRIPSI LUKA
Jumlah luka

Lokasi luka
Ukuran luka
Ciri-ciri luka ( tepi luka,sudut luka, adakah jembatan jaringan, memar atau luka lecet,
adakah rambut ikut terpotong, adakah sesuatu yang keluar dari lubang)
Benda asing
Intravitalitas luka
Luka tersebut mematikan atau tidak

LUKA IRIS (INCISED WOUND)


Luka akibat benda bermata tajam dengan tekanan ringan dan goresan pada permukaan
tubuh
Ex.pisau, pecahan kaca, pisau,silet, pedang, potongan seng
Bentuk luka:
- Celah : // arah serat elastis/otot
- Menganga : arah serat elastis/otot
- Asimetris : miring thdap serat elastis/otot
Ciri-ciri:
1. tepi dan permukaan luka rata
2. sudut luka lancip
3. jembatan jaringan
4. rambut terpotong
5. luka memar/lecet (-)
6. tidak mengenai tulang
7. panjang luka > dalam luka
Sebab kematian pada luka iris:
1. Langsung : perdarahan, emboli udara, aspirasi darah
2. Tidak langsung : infeksi atau sepsis
CIRI LUKA IRIS PADA BUNUH DIRI
Lokasi luka pada daerah tubuh mematikan atau dapat dijangkau (leher, pergelangan
tangan, lekuk siku, lekuk lutut, lipat paha)
Luka percobaan
Tidak ditemukan luka tangkisan di bagian tubuh lain
Pakaian disingkirkan pada daerah luka
LUKA IRIS PADA PEMBUNUHAN
Luka di sembarang tempat
Luka tangkisan (+)
Luka percobaan (-)
Pakaian ikut terkoyak akibat benda tajam

LUKA TUSUK
Bentuk luka :
1. pada parenkim dan tulang : sesuai penampang alat
penyebabnya
2. pada kulit/otot :

- alat pisau
// serat elastis otot : spt celah, serat elastis otot :
menganga, miring thd serat elastis otot : asimetris
- alat ganco/lembing
celah bila luka di daerah pertemuan serat elastis/otot
bulat : sesuai penampang alat
- alat penampang segitiga atau segiempat
bintang berkaki tiga atau empat
CIRI-CIRI LUKA TUSUK
Tepi luka rata
Sudut luka tajam, pada sisi tumpul alat, sudut luka < tajam
Pada sisi tajam alat, rambut ikut terpotong
Memar disekitar luka
Dalam luka > panjang luka
Sebab Kematian pada Luka Tusuk:
Langsung : perdarahan, kerusakan alat tubuh yang penting, emboli udara
Tidak langsung : sepsis / infeksi
Cara kematian pada luka tusuk:
Pembunuhan
Bunuh diri
Kecelakaan
LUKA TUSUK PEMBUNUHAN
Lokasi di sembarang tempat
Jumlah luka > 1
Adanya tanda perlawanan
Luka tusuk percobaan (-)
LUKA TUSUK BUNUH DIRI
Lokasi pada alat tubuh yang penting/ dapat dijangkau (dada, perut)
Jumlah luka yang mematikan > 1
Luka tusuk percobaan (+) disekitar luka utama, bergerombol
Luka tangkisan (-)
Pakaian disingkirkan terlebih dahulu
Tangan yang memegang senjata kadang mengalami cadaveric spasm
Lokasi pada alat tubuh yang penting/ dapat dijangkau (dada, perut)
Jumlah luka yang mematikan > 1
Luka tusuk percobaan (+) disekitar luka utama, bergerombol
Luka tangkisan (-)
Pakaian disingkirkan terlebih dahulu
Tangan yang memegang senjata kadang mengalami cadaveric spasm
LUKA TUSUK DI KEPALA
Hampir selalu karena pembunuhan
Kematian karena rusaknya perdarahan, rusaknya organ vital
Bentuk luka membantu identifikasi senjata

LUKA TUSUK DI LEHER


Korban meninggal karena terpotongnya arteri carotis, vena jugularis, pharyng, trakea
Terpotong a. carotis : perdarahan banyak, trombus a.cerebralis
Terpotong v. jugularis : emboli udara menyumbat a. pulmonalis
Terpotong trachea: aspirasi darah ke paru-paru
LUKA TUSUK DADA
Kerusakan jantung, paru, a.v. besar
LUKA TUSUK ABDOMEN
Kerusakan organ dalam, perdarahan banyak
LUKA TUSUK EKSTREMITAS
Sering luka tangkisan, kematian akibat perdarahan
LUKA BACOK (Chop Wound)
Luka akibat benda atau alat berat
Mata tajam atau agak tumpul
Suatu ayunan
Tenaga agak besar
Pedang, celurit, kapak, baling-baling kapal.
Ciri-ciri:
Besar
Tepi tergantung mata senjata
Sudut tergantung mata senjata
Kerusakan tulang, bagian tubuh terputus
Memar/lecet di sekitar luka
Cara kematian
Pembunuhan, kecelakaan
Sebab kematian
Langsung : perdarahan, kerusakan organ vital, emboli udara
Tidak langsung : sepsis/ infeksi
LUKA AKIBAT BENDA TUMPUL
Luka hilang/rusaknya sebagian jaringan tubuh
Kekerasan benda tumpul kasus paling banyak terjadi.
Cara kejadian terutama berupa kecelakaan lalu lintas
Sebab kematian korban kekerasan benda tumpul ---- kerusakan organ vital,
perdarahan, syok, infeksi.
Benda tumpul :
- Benda tidak bermata tajam
- Konsistensi keras atau kenyal
- Permukaan dapat halus atau kasar, kadang dijumpai benda dengan bagian tajam
dan tumpul (misalnya clurit)
Pembagian kekerasan benda tumpul
a. Localized

Mengenai sebagian kecil dari tubuh, akibat kekerasan benda dengan luas tertentu
yang relatif kecil

Dijumpai pada :
Serangan manusia (ditinju, dipukul kayu dsb)
Serangan binatang (disepak kuda)
Tubrukan atau jatuh
b. Generalized
- Mengenai sebagian besar atau seluruh tubuh
- Cara kejadian :
Terlempar (kecelakaan lalu lintas, terjadi dari tempat tinggi
Tergilas/tertindih (tertimpa bangunan runtuh)
Terkoyak kecelakaan lalu lintas
Menurut jaringan atau organ yang terkena dan mengalami kerusakan
Kulit
- Luka lecet (abrasion)
- Luka memar (contusion)
- Luka retak, robek, koyak (laceration)
Kepala
- Mengenai tengkorak
- Jaringan intrakranial
Leher dan tulang belakang
Dada
- Mengenai tulang-tulang
- Mengenai organ dalam
Perut
- Mengenai organ parenkim
- Mengenai organ berongga
Anggota gerak
- Mengenai tulang dan sendi
- Mengenai jaringan lunak

LUKA LECET (ABRASION)


Kerusakan yang mengenai lapisan atas dari epidermis akibat kekerasan dengan benda
yang mempunyai permukaan yang kasar, sehingga epidermis menjadi tipis, sebagian
atau seluruh lapisannya hilang
Ciri luka lecet :
- Sebagian atau seluruh epitel hilang
- Permukaan dapat tertutupi oleh eksudasi yang mengering (krusta)
- Timbul reaksi radang
- Biasanya tidak meninggalkan jaringan parut
Ante mortem
Warna coklat kemerahan karena eksudasi
Mikroskopis : Terdapat sisa epitelium dan tanda-tanda intravena
Post mortem

Tampak mengkilap, warna kekuningan


Mikroskopis : Epidermis terpisah sempurna dari dermis dan tidak ada tanda
intravena
Sering terjadi pada daerah penonjolan tulang

LUKA MEMAR (CONTUSION)


Kerusakan adalah jaringan subkutan sehingga pembuluh darah kapiler rusak dan
pecah darah meresap kejaringan sekitar.
Bagian yang mudah mengalami memar mempunyai jaringan lemak dibawahnya
dan berkulit tipis
LUKA ROBEK (LACERATION)
Seluruh tebal kulit mengalami kerusakan dan jaringan bawah kulit. Epidermis
terkoyak, folikel rambut, kelenjar keringat, dan sebacea mengalami kerusakan.
Bila sembuh dapat menimbulkan jaringan parut
Luka robek mudah terjadi pada kulit dengan adanya tulang di bawahnya.
Tabel. Perbedaan luka robek dan luka iris
Luka Robek
Luka Iris
Memar dan lecet
+
Rambut
Utuh
Terpotong
Jembatan
+
jaringan
Sudut/tepi luka
Tumpul
Tajam
LUKA RETAK
Luka pada kulit daerah tubuh yang ada tulang tepat di bawah kulit tersebut (Misal :
kepala dan tulang kering)
Akibat dari kekerasan benda tumpul yang mempunyai pinggiran (tepi meja, tepi pintu
dll)
Tabel. Perbedaan Luka retak dan luka iris
Pembeda
Luka Retak
Luka Iris
Tepi Luka
Tidak Tajam
Tajam
Sudut Luka
Tidak Tajam
Tajam
Permukaan Luka
Jembatan Jaringan
Rambut
Memar/ lecet sekitar luka

Tidak Rata
+
Tercabut
+

Rata
Terpotong
-

Kekerasan Benda Tumpul Pada Kepala

Kelainan pada tengkorak berupa patah tulang


- Fraktur basis kranii (patah tulang dasar tengkorak)
o umumnya keluar darah dari hidung, mulut, telinga

o bila patahan mengenai atap bola mataBrill hematom


- Fraktur vault kranii (patah tulang atap tengkorak)
Kelainan pada otak, menimbulkan
Contusio serebri (memar otak)
o Perdarahan kecil di permukaan otak tanpa disertai kerusakan arrachnoid di
atasnya
Lacerasio cerebri (robek otak)
o Kerusakan pada white matter dan gray matter, disertai robeknya arrachnoid.
Ada 2 macam :
Coup
Counter coup
Edema serebri
Kelainan pada selaput otak
- Epidural haemorrhage (perdarahan di atas selaput tebal otak)
o Robekan pembulut darah diluar duramater (tersering a. meningea media)
o Darah merembes diantara otak dan tulang membeku
- Subdural haemorrhage (perdarahan di bawah selaput tebal otak)
- Subarachnoid haemorrhage (perdarahan di bawah selaput laba-laba otak)
o Pecahnya vena serebri posterior
COMOSIO SEREBRI (Gegar otak)

Gangguan fungsi otak akibat trauma kepala


Tanpa dapat ditemukan kelainan anatomi di otak
Gejala klinis :
- Pingsan sebentar (hingga sampai 15 menit)
- Muntah
- Pusing
- Amnesia
- Tidak ada kelainan neurologis
CEDERA KEPALA

PENDAHULUAN
Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda paksa
tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral sementara.
Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia
produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan lalulintas.
I.

FISIOLOGI KEPALA
Cairan serebrospinal dihasilkan oleh plexus khoroideus sebanyak 20 ml/jam. CSS
mengalir dari ventrikel lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III, akuaduktus
dari sylvius menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui
granulasio arakhnoidea yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam
CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan
menyebabkan kenaikan takanan intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok populasi
dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.

Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan


serebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam posisi
terlentang sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 410
mmHg. Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau
memperberat iskemia. Prognosis yang buruk terjadi pada penderita dengan TIK lebih dari
20 mmHg, terutama bila menetap.
Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus bertambah
sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran CSS dan darah
intravaskuler mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan meningkat.
Sebuah konsep sederhana dapat menerangkan tentang dinamika TIK. Konsep utamanya
adalah bahwa volume intrakranial harus selalu konstan, konsep ini dikenal dengan
Doktrin Monro-Kellie.
Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16% dari
cardiac output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup. Aliran darah otak
(ADO) normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram jaringan
otak per menit. ADO dapat menurun 50% dalam 6-12 jam pertama sejak cedera pada
keadaan cedera otak berat dan koma. ADO akan meningkat dalam 2-3 hari berikutnya,
tetapi pada penderita yang tetap koma ADO tetap di bawah normal sampai beberapa hari
atau minggu setelah cedera.

II. MEKANISME DAN PATOLOGI


Cedera kepala dapat terjadi akibat benturan langsung atau tanpa benturan langsung
pada kepala. Kelainan dapat berupa cedera otak fokal atau difus dengan atau tanpa fraktur
tulang tengkorak.Cedera fokal dapat menyebabkan memar otak, hematom epidural,

subdural dan intraserebral. Cedera difus dapat mengakibatkan gangguan fungsi saja, yaitu
gegar otak atau cedera struktural yang difus.
Dari tempat benturan, gelombang kejut disebar ke seluruh arah. Gelombang ini
mengubah tekanan jaringan dan bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakan jaringan
otak di tempat benturan yang disebut coup atau ditempat yang berseberangan dengan
benturan (contra coup).

Gambar. Mekanisme cedera kepala


Lesi akselerasi - deselerasi
Gaya tidak langsung bekerja pada kepala tetapi mengenai bagian tubuh yang lain
tetapi kepala tetap ikut terkena gaya. Oleh karena adanya perbedaan densitas antara tulang
kepala dengan densitas yang tinggi dan jaringan otak dengan densitas yang lebih rendah,
maka jika terjadi gaya tidak langsung maka tulang kepala akan bergerak lebih dahulu
sedangkan jaringan otak dan isinya tetap berhenti, sehingga pada saat tulang kepala
berhenti bergerak maka jaringan otak mulai bergerak dan oleh karena pada dasar
tengkorak terdapat tonjolan-tonjolan maka akan terjadi gesekan antara jaringan otak dan
tonjolan tulang kepala tersebut akibatnya terjadi lesi intrakranial berupa: 1 Hematom
subdural, hematom intraserebral, hematom intraventrikel, Contra coup kontusio. Selain itu
gaya akselerasi dan deselerasi akan menyebabkan gaya tarikan ataupun robekan yang
menyebabkan lesi diffuse berupa: Komosio serebri, diffuse axonal injury.
Perbedaan anatomis otak anak membuatnya lebih rentan daripada otak orang dewasa
untuk jenis cedera tertentu yang menyertai cedera kepala. Proporsi kepala anak lebih besar
dibanding dengan luas permukaan tubuh, dan stabilitasnya tergantung pada ligamen
daripada struktur tulang. Otak anak-anak memiliki kadar air yang lebih tinggi, 88%
dibanding 77% pada orang dewasa, yang membuat otak lebih lembut dan lebih rentan
terhadap trauma akselerasi-deselerasi. Bayi dan anak-anak mudah menoleransi
peningkatan tekanan intrakranial (TIK) lebih baik karena memiliki sutura yang terbuka.
Perdarahan intrakranial mungkin terjadi sebagai hasil dari terpotongnya atau robekan
struktur vaskular.2,11

Gambar .Pergeseran otak akibat akselerasi dan deselerasi


III.

PATOFISIOLOGI
Gangguan metabolisme jaringan otak akan mengakibatkan oedem yang dapat
menyebabkan heniasi jaringan otak melalui foramen magnum, sehingga jaringan otak
tersebut dapat mengalami iskhemi, nekrosis, atau perdarahan dan kemudian korban dapat
meninggal.Fungsi otak sangat bergantung pada tersedianya oksigen dan glukosa. Cedera
kepala dapat menyebabkan gangguan suplai oksigen dan glukosa, yang terjadi karena
berkurangnya oksigenisasi darah akibat kegagalan fungsi paru atau karena aliran darah ke
otak yang menurun, misalnya akibat syok.
IV.

GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis ditentukan berdasarkan derajat cedera dan lokasinya. Derajat cedera
dapat dinilai menurut tingkat kesadarannya melalui sistem GCS, yakni metode EMV
(Eyes, Verbal, Movement).
1. Kemampuan membuka kelopak mata (E)
Secara spontan
4
Atas perintah
3
Rangsangan nyeri
2
Tidak bereaksi
1
2. Kemampuan komunikasi (V)
Orientasi baik
5
Jawaban kacau
4
Kata-kata tidak berarti
3
Mengerang
2
Tidak bersuara
1
3. Kemampuan motorik (M)
Kemampuan menurut perintah
6
Reaksi setempat
5
Menghindar
4

Fleksi abnormal
Ekstensi
Tidak bereaksi

3
2
1

V.
PEMBAGIAN CEDERA KEPALA
Adapun pembagian trauma kapitis adalah:
Simple head injury
Commotio cerebri
Contusion cerebri
Laceratio cerebri
Basis cranii fracture
Simple head injury dan Commotio cerebri sekarang digolongkan sebagai cedera
kepala ringan.Sedangkan Contusio cerebri dan Laceratio cerebri digolongkan sebagai
cedera kepala berat.Tingkat keparahan cedera kepala harus segera ditentukan pada saat
pasien tiba di Rumah Sakit.
1. Simple Head Injury
Diagnosa simple head injury dapat ditegakkan berdasarkan:
Ada riwayat trauma kapitis
Tidak pingsan
Gejala sakit kepala dan pusing
2. Commotio Cerebri
Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan yang berlangsung
tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan
otak.Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah dan tampak
pucat.
Vertigo dan muntah mungkin disebabkan lesi pada labirin atau terangsangnya
pusat-pusat dalam batang otak.Pada commotio cerebri mungkin pula terdapat
amnesia retrograde, yaitu hilangnya ingatan sepanjang masa yang terbatas sebelum
terjadinya kecelakaan.Amnesia ini timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di
lobus temporalis. Pemeriksaan tambahan yang selalu dibuat adalah foto tengkorak,
EEG, pemeriksaan memori.
3. Contusio Cerebri
Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di dalam
jaringan otak tanpa adanya robekan jaringanyang kasat mata, meskipun neuronneuron mengalami kerusakan atau terputus. Hal penting untuk terjadinya lesi contusi
ialah adanya akselerasi kepala yang seketika itu juga menimbulkan pergeseran otak
serta pengembangan gaya kompresi yang destruktif.Akselerasi yang kuat berarti pula
hiperekstensi kepala.Oleh karena itu, otak membentang batang otak terlalu kuat,
sehingga menimbulkan blockade reversible terhadap lintasan asendens retikularis
difus. Akibat blokade itu, otak tidak mendapat input aferen dan karena itu, kesadaran
hilang selama blockade reversible berlangsung.
Timbulnya lesi contusio di daerah coup, contrecoup, dan intermediate
coup menimbulkan gejala defisit neurologik yang bisa berupa refleks babinsky yang
positif dan kelumpuhan UMN. Setelah kesadaran pulih, penderita biasanya
menunjukkan organic brain syndrome.2,5
Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang beroperasi
pada trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh darah cerebral terganggu,

sehingga terjadi vasoparalitis. Tekanan darah menjadi rendah dan nadi menjadi
lambat, atau menjadi cepat dan lemah. Juga karena pusat vegetatif terlibat, maka rasa
mual, muntah dan gangguan pernafasan bisa timbul.2
Pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan berguna untuk melihat letak lesi dan
adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek.
4. Laceratio Cerebri
Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai dengan robekan
piamater.Laceratio biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan subaraknoid
traumatika, subdural akut dan intercerebral. Laceratio dapat dibedakan atas laceratio
langsung dan tidak langsung.
Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang disebabkan oleh
benda asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka.
Sedangkan laceratio tidak langsung disebabkan oleh deformitas jaringan yang hebat
akibat kekuatan mekanis.
5. Fracture Basis Cranii
Fractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa media dan fossa
posterior. Gejala yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana yang terkena.
Fraktur pada fossa anterior menimbulkan gejala:
Hematom kacamata (brill) tanpa disertai subconjungtival bleeding
Epistaksis
Rhinorrhoe
Fraktur pada fossa media menimbulkan gejala:
Hematom retroaurikuler, Ottorhoe
Perdarahan dari telinga
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan foto roentgen basis kranii.
Komplikasi :
Gangguan pendengaran
Parese N.VII perifer
Meningitis purulenta akibat robeknya duramater.
Adanya cairan LCS yang bercampur darah. Kebocoran LCS dapat diperiksa
dengan double ring atau halo sign, yaitu jika setetes cairan darah yang
dicurigai mengandung LCS diletakkan diatas tissue/koran, maka darah akan
terkumpul ditengah dan sekitarnya terbentuk perembesan yang membentuk
cincin kedua.
Adapun pembagian cedera kepala lainnya:
Cedera Kepala Ringan (CKR) termasuk didalamnya Laseratio dan
Commotio Cerebri
o Skor GCS 13-15
o Tidak ada kehilangan kesadaran, atau jika ada tidak lebih dari 10 menit
o Pasien mengeluh pusing, sakit kepala
o Ada muntah, ada amnesia retrogad dan tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan neurologist.
Cedera Kepala Sedang (CKS)
o Skor GCS 9-12
o Ada pingsan lebih dari 10 menit
o Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad
o Pemeriksaan neurologis terdapat lelumpuhan saraf dan anggota gerak.

VI.
1.
2.
3.
4.

Cedera Kepala Berat (CKB)


o Skor GCS <8
o Gejalnya serupa dengan CKS, hanya dalam tingkat yang lebih berat
o Terjadinya penurunan kesadaran secara progesif
o Adanya fraktur tulang tengkorak dan jaringan otak yang terlepas.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hal yang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma kapitis adalah:
CT-Scan
Untuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek.
Lumbal Pungsi
Untuk menentukan ada tidaknya darah pada LCS harus dilakukan sebelum 6 jam dari
saat terjadinya trauma
EEG
Dapat digunakan untuk mencari lesi
Roentgen foto kepala
Untuk melihat ada tidaknya fraktur pada tulang tengkorak

VII. DIAGNOSA
Berdasarkan :Ada tidaknya riwayat trauma kapitis
Gejala-gejala klinis : Interval lucid, peningkatan TIK, gejala laterlisasi
Pemeriksaan penunjang.
VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi jangka pendek :
1.
Hematom Epidural
o
Letak : antara tulang tengkorak dan duramater
o
Etiologi : pecahnya A. Meningea media atau cabang-cabangnya
o
Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyeri kepala
sebentar kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa jam kemudian
timbul gejala-gejala yang memperberat progresif seperti nyeri kepala, pusing,
kesadaran menurun, nadi melambat, tekanan darah meninggi, pupil pada sisi
perdarahan mula-mula sempit, lalu menjadi lebar, dan akhirnya tidak bereaksi
terhadap refleks cahaya. Ini adalah tanda-tanda sudah terjadi herniasi tentorial.
o
Akut (minimal 24jam sampai dengan 3x24 jam)
Interval lucid
Peningkatan TIK
Gejala lateralisasi hemiparese
o
Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapati hematoma
subgaleal.
o
Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar. Pada sisi
kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-tanda kerusakan traktus
piramidalis, misal: hemiparesis, refleks tendon meninggi dan refleks patologik
positif.
o
CT-Scan : ada bagian hiperdens yang bikonveks
o
LCS : jernih
2.
Hematom subdural
o
Letak : di bawah duramater

Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins dan laserasi
piamater serta arachnoid dari kortex cerebri
o
Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertama
Kronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma
o
CT-Scan : setelah hari ke 3 diulang 2 minggu kemudian
Ada bagian hipodens yang berbentuk cresent.
Hiperdens yang berbentuk cresent di antara tabula interna dan parenkim otak (bagian
dalam mengikuti kontur otak dan bagian luar sesuai lengkung tulang tengkorak)
Isodens terlihat dari midline yang bergeser
3.
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan dalam cortex cerebri yang berasal dari arteri kortikal, terbanyak pada
lobus temporalis. Perdarahan intraserebral akibat trauma kapitis yang berupa hematom
hanya berupa perdarahan kecil-kecil saja. Jika penderita dengan perdarahan intraserebral
luput dari kematian, perdarahannya akan direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan
kavitasi. Keadaan ini bisa menimbulkan manifestasi neurologik sesuai dengan fungsi
bagian otak yang terkena.
4. Oedema serebri
Pada keadaan ini otak membengkak.Penderita lebih lama pingsannya, mungkin
hingga berjam-jam. Gejala-gejalanya berupa commotio cerebri, hanya lebih berat.
Tekanan darah dapat naik, nadi mungkin melambat. Gejala-gejala kerusakan jaringan
otak juga tidak ada. Cairan otak pun normal, hanya tekanannya dapat meninggi.
TIK meningkat
Cephalgia memberat
Kesadaran menurun
o

Komplikassi jangka Panjang :


1. Gangguan neurologis
Dapat berupa : gangguan visus, strabismus, parese N.VII dan gangguan N. VIII,
disartria, disfagia, kadang ada hemiparese
2. Sindrom pasca trauma
Dapat berupa : palpitasi, hidrosis, konsentrasi berkurang, libido menurun, mudah
tersinggung, sakit kepala, kesulitan belajar, mudah lupa, gangguan tingkah laku,
misalnya: menjadi kekanak-kanakan, penurunan intelegensia, menarik diri, dan
depresi.

Gambar. Petunjuk Cedera Kepala

Kekerasan Benda Tumpul Pada Leher Dan Tulang Belakang

Pada leher : perdarahan otot/ # tlg leher


:spasme laring, refleks vagal
emfisema => asfiksia
Pd tlg.belakang :
Kekerasan langsung :# / luksasi
Tdk langsung : # / dislokasi
Pd Dada:
1.Mengenai tulang :
o a.tulang iga (transverse/obliq #)
: syok hematothoraks, pneumothoraks
o b.sternum: (costae 2-4)=> robekan pericardium/jantung
o c.skapula (jarang)
o d.klavikula :tdk menyebabkan kematian
2.Mengenai
organ
dalam
dada
:
dpt
trjadi
lepas
dr
fiksasi,
crushed/contused,robek,pecah, laserasi krn #costae
o a.pericardium:robekan krn #costae/ sternum
o b.jantung & paru: lepas dr fiksasi, contusi,robek,pecah, laserasi
o c.Diafragma: kiri sring robek, krn kanan trlindung hepar
Pd Perut
Umumnya trjadi: contusi, laserasi ,ruptur, lepas dr fiksasi
1.Organ parenkim
o a.hepar :kontusi, laserasi
o komplikasi ruptur : syok segera,internal bleeding, infeksi
o b.lien: ruptur bntuk Y,H / L
o keluhan: nyeri perut kiri atas,pucat,haus,nadi cpt,dyspne
o komplikasi: internal bleeding
o c.ginjal: retroperitoneal bleeding, luka rongga dlm:hematuri
o d.pankreas: tjd ruptur vertikal, krn syok & perdarahan
o e.adrenal: kanan mdh trluka, umumnya luka brsama organ lain
2.Organ berongga
o a.lambung: trauma lokal hipokondria kiri=>kontusi,ruptur dinding lambung.
o b.usus/duodenum: sering luka stinggi L2, bs ruptur jika penuh cairan
o c.kandung seni: jika penuh mudah ruptur
Pelvis
Trauma=> Becken #
Misal: - jatuh dr ketinggian
- tergilas roda=> luksasi sakroiliaka,simpisiolisis, # Rr.os pubis/sacrum
bisa disertai robekan perineum, scrotum,uretra,vagina & anus
Kekerasan Benda Tumpul Pada Anggota Gerak

1.Tulang & Sendi


a.kekerasan lsg: dislokasi, #, rusak hebat jaringan skitar

b.tdk langsung: bukan pd tempat kontak (ct.caput femur keluar dr acetabulum saat trgilas
mngenai tgh femur)
c.muscular action (jarang)
2.Mengenai Bagian Lunak
a.timbul luka lecet,memar,robek dlm brbagai derajat
b.gilasan roda mobil: avulsi, kekerasan yg hebat =>ekstremitas teramputasi dan hancur
Komplikasi fatal: syok, perdarahan,infeksi(osteomyelitis), trombose & embolisme
TRAUMA THERMIK
Trauma thermik
1. Hyperthermis
2. Hypothermis
Kematian karena luka bakar :
- Biasanya karena kecelakaan
- Sering pada orang tua dan anak-anak
- Dapat terjadi pada kasus pembunuhan dan bunuh diri
Klasifikasi luka bakar :
1. Luka bakar thermis : Adalah kelainan akibat kontak permukaan luar dan dalam dari
tubuh dengan panas fisik
Penyebabnya :
- Luka bakar oleh panas kering (burns/dry heat), misal : sinar matahari, panas api,
benda padat yang panas
- Luka bakar oleh panas basah (scalds/moist heat)
2. Luka bakar kimia
3. Luka bakar listrik
Hyperthermis
Korban dengan luka bakar akan mengalami beberapa kemungkinan :
1. Sembuh tanpa bekas : bila luka bakarnya hanya berupa erythema /vesikel yang tanpa
disertai kerusakan jaringan bawah kulit
2. Sembuh dengan bekas (jaringan parut) : bila luka bakar disertai kerusakan seluruh
tebal kulit disertai kerusakan jaringan bawah kulit
3. Berakhir dengan kematian
Perubahan yang terjadi pada korban luka bakar :
Panas permeabilitas kapiler darah cairan intraseluler keluar ke interstitial.
- 1% luka bakar cairan tubuh yang keluar ke interstitial 0,5-1%
blood volume
- Bila blood volume hilang 20% terjadi cardiac failure shock
- Pengeluaran cairan tubuh terbanyak pada 6-8 jam pertama
- Insensible water loss
- komposisi cairan bulla hampir sama cairan plasma
Eritrosit rapuh dan pecah karena panas
Akut renal failure karena : shock, timbunan Hb, dan pecahnya eritrosit
Cortison release meningkat
Dapat terjadi curling ulcers pada lambung, akut dilatasi/paralise usus
Neurogenic shock karena nyeri hebat

Asfiksia akibat edem laring akibat terhirup udara sangat panas

Keracunan akut gas CO atau gas toksik lain anoksia mati lemas

Gradasi luka bakar


Ditentukan oleh :
1. Luas daerah yang terbakar
2. Tinggi rendahnya temperatur /panas yang membakar tersebut
3. Lamanya kontak dengan kulit
No. 2 dan 3 menentukan dalamnya luka bakar
Rule of Nine untuk menentukan luasnya luka bakar :
Permukaan kepala dan leher
9%
Permukaan dada
9%
Permukaan punggung
9%
Permukaan perut
9%
Permukaan pinggang
9%
Permukaan ekstremitas atas kanan 9%
Permukaan ekstremitas atas kiri
9%
Permukaan ekstremitas bawah kanan 9%
Permukaan ekstremitas bawah kiri 9%
Permukaan alat kelamin
1%
Tingkatan dalamnya luka bakar menurut Boyler (1814) :
Tingkat I
: hanya mengenai epidermis
Tingkat IIA : superfisial, mengenai epidermis dan lapisan atas corium
Tingkat IIB : dalam, mengenai epidermis dan lapisan dalam corium
Tingkat III
: mengenai seluruh tebal kulit, subcutan, otot dan tulang
Tabel. Derajat dalamnya luka bakar
Tingkat luka
Klinis
bakar
I
Hiperemia
IIA
Basah, Bulla (+)
IIB
Basah, Bulla , keputihan
III
Kering, putih, hitam

Tusukan
jarum
Hiperestesi
Hiperestesi
Hiperestesi
Anestesi

Gradasi luka bakar menurut American College of Surgeon :


Kritis
a. Anak-anak :
- luka bakar Tk II > 15%
- luka bakar Tk III > 10%
b. Dewasa :
- luka bakar Tk II > 30%
- luka bakar Tk III > 10%
c. Luka bakar Tk III pada tangan, kaki, wajah, atau yang memberi komplikasi pada
tractus respiratorius atau ada fraktur tulang
Sedang
a. Anak-anak : - luka bakar Tk II (10-15%)
- luka bakar Tk III (2-10%)
b. Dewasa :
- luka bakar Tk II (15-30%)
- luka bakar Tk III (2-10%)
Ringan

a. Anak-anak : - luka bakar Tk II < 10%


- luka bakar Tk III <2%
b. Dewasa :
- luka bakar Tk II < 15%
- luka bakar Tk III <2%
Pemeriksaan Kematian Pada Korban Luka Bakar
Pemeriksaan TKP
Tujuan :
a. Menentukan korban masih hidup/sudah meninggal
b. Menentukan perkiraan saat kematian
c. Menentukan sebab/akibat dari luka bakar
d. Membantu mengumpulkan barang bukti
e. Menentukan cara kematian
Menentukan apakah korban masih hidup/sudah meninggal alat yang digunakan
stetoskop dan senter

Menentukan perkiraan saat kematian, data yang diperlukan :


1. penurunan suhu tubuh
2. lebam mayat
3. kaku mayat
4. tanda-tanda pembusukan
5. umur larva pada jenazah yang sudah membusuk
Pada luka bakar yang dalam dan total, terdapat kesukaran memperoleh data pada :
Sikap puguilistik pada luka bakar total
Lebam mayat sulit ditentukan pada korban yang hangus terbakar
Perlu diketahui jam ditemukan korban meninggal dan jam terakhir korban terlihat
hidup

Menentukan sebab/akibat dari luka bakar :


1. Luka bakar oleh cairan (scalds)
- Derajat I : berupa kemerahan (hiperemia)
- Derajat II : berupa gelembung berair (vesikula)
disebabkan : siraman air panas, cipratan minyak panas
2. Luka bakar panas (dry heat)
Dapat disebabkan : tersentuh botol panas, terjilat nyala api, pakaian korban
yang terbakar, kejadian kebakaran besar

Membantu mengumpulkan barang bukti :


o Barang bukti di sekitar lokasi korban diperlukan untuk mengungkapkan lokasi,
sumber, penyebab luka bakar. Dapat juga dinilai dari posisi korban pada waktu
ditemukan dan bagian yang terkena luka bakar.
o Barang bukti dapat berupa : puntung rokok, kompor yang meledak, tangki bensin
yang mudah terbakar, termos, sumber uap panas.
Cara kematian pada luka bakar
Perlu diperhatikan beberapa hal :
1. Penyakit-penyakit yang mungkin menyebabkan kecelakaan, misal : epilepsi,
hipertensi
2. Keadaan barang-barang di sekitar korban, misal : pada kasus bunuih diri barangbarang di sekitar korban tidak berantakan

3. Adanya tanda-tanda kekerasan lain selain luka bakar, misal : luka-luka akibat benda
tajam/tumpul yang mungkin terjadi sebelum terbakar.
SEBAB KEMATIAN PADA LUKA BAKAR
1. Syok (hipovolemik maupun neurogenik
2. Infeksi
3. Akut Renal Failure
4. Edema laring
5. Keracunan akut gas CO atau gas-gas toksik yang lain
IDENTIFIKASI KORBAN
- Dilaksanakan pada pemeriksaan TKP maupun pada waktu pemeriksaan jenazah
- Data korban : tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, umur, warna kulit, warna mata
dan rambut
- Tanda pengenal khusus pada tubuh : jaringan parut, tatto
- Simpan potongan kain yang tidak terbakar
- Catat dan simpan barang pribadi milik korban
- Kumpulkan sampel rambut yang tidak terbakar
- Buat pemeriksaan gigi dan bila mungkin buat sidik jarinya
- Buat pemeriksaan radiologik
- Tentukan golongan darah
OTOPSI PADA KORBAN YANG MENINGGAL KARENA LUKA BAKAR THERMIK
Pemeriksaan Luar
a. Kulit : keadaan luka, luas luka, dalam luka
Tanda-tanda reaksi vital: daerah yang berwarna merah pada perbatasan antara daerah
yang terbakar
b. Heat Stiffening
Ditemukan kekakuan pada otot-ototnya koagulasi protein-protein otot yang terkena
panas
Tidak terjadi rigor mortis
Fleksi pada sensi siku, lutut, paha Pugillistic attitute
c. Lebam Mayat : sukar dilihat
OTOPSI PADA KORBAN YANG MENINGGAL KARENA LUKA BAKAR THERMIK
Pemeriksaan Dalam
Tidak ditemukan kelainan yang spesifik
Sistem Pernafasan :
- Makroskopis : paru menjadi lebih berat dan mengalami konsolidasi
- Kelainan yang sering : edema laringopharing, tracheobronchiolitis, pneumonia,
kongesti paru, edema paru interstitial, ptechiae pada pleura, adanya pigmen
karbon yang melekat pada mukosa saluran nafas
Jantung : edema interstitial dan fragmentasi miokardium tidak khas
Hati : perlemakan hati, bendungan, nekrosis, hepatomegali tidak khas
Limpa dan kelenjar getah bening : edema dan nekrosis dari limfoid germinal centre
dan infiltrasi makrofag
Ginjal : tidak terpengaruh langsung, perubahan yang terjadi akibat dari komplikasinya
Luka bakar fatal pembesaran ginjal
Saluran Pencernaan : Curlings ulcer yang kadang mengalami perforasi

Kelenjar endokrin
Thyroid : Berat & aktifitas kelenjar thyroid meningkat
Thymus : involusi akibat hiperaktifitas kelenjar adrenal
Adrenal : kenaikan kadar steroid dalam darah dan urin, penimbunan lemak,
bendungan sinusoid pada korteks dan medulla
Susunan Saraf Pusat
Edema, kongesti, kenaikan tekanan intrakranial, herniasi dari tonsilla serebellum
melewati foramen magnum serta adanya perdarahan intrakranial
Sistem muskuloskeletal
o Otot, tendo, tulang jarang terpengaruh
Fraktur patologis
HYPOTHERMIS
Sistemik Hypotermi
Lokal Hypothermi
Pada hypothermy terjadi:
Penurunan denyut nadi
Respiratory rate & tidal volume menurun
Paralisis usus
Erosi dan hemoragik pada lambung
Pankreatitis
Diuresis
Hemokonsentrasi

RESUME
Patologis forensik juga disebut penentu cara kematian. Cara kematian diartikan
sebagai gaya dalam terjadinya sebab kematian. 4 cara kematian yaitu alamiah, kecelakaan,
bunuh diri/suicide dan homicide.
Sebab kematian adalah penyakit atau cedera atau luka yang dimulai serangkaian
kejadian yang bertanggung jawab dalam menyebabkan kematian
Mekanisme kematian adalah gangguan atau kelainan fisiologik dan atau biokimia
yang bertanggung jawab terhadap timbulnya kematian.
Trauma penyebab kematian dikelompokkan jadi trauma mekanik, kimiawi, suhu/fisik,
listrik.. Trauma mekanik dibagi kategori tajam dan tumpul. Trauma tumpul dibagi senjata api
dan bukan senjata api. Trauma senjata api dapat dibagi kecepatan rendah dan kecepatan
tinggi. Trauma bedah dibagi trauma penetrasi atau bukan penetrasi. Trauma penetrasi
mencakup luka tembak dan luka tusuk. Trauma bukan penetrasi primer kecelakaan motor
atau terjatuh.
Trauma mekanik
Cedera kekerasan tajam
Trauma mekanik terjadi saat kekerasan fisik melebihi kekuatan regangan
jaringan/kulit saat kekerasan terjadi. Kekerasan tajam menunjukkan cedera dari benda tajam
seperti pisau, pedang, kapak. Factor penting yang benar adalah objek tumpul menghasilkan
laserasi dan objek tajam menghasilkan luka insisi. Sebagai catatan lagi luka tajam
pinggir/tepi luka yang membedakan dengan cedera yang dihasilkan objek tumpul. Kematian
dari trauma tumpul dan tajam melalui berbagai mekanisme, tapi trauma tajam umumnya
menyebabkan kematian dengan perdarahan luar. Artinya pembuluh darah utama arteri pada

jantung harus mengalami kerusakan yang hebat sehingga dapat menyebabkan kematian
akibat trauma tajam.
Trauma tumpul
Trauma tumpul dapat menyebabkan kematian umumnya apabila pada jaringan otak
terdapat kerusakan yang jelas. Namun, trauma tumpul dapat merobek jantung dan pembuluh
aorta, yang menyebabkan perdarahan hebat, atau menghasilkan komplikasi lainnya.
Luka tembak
Senjata api akan menghasilkan jenis luka tumpul yang khusus. Luka akibat senjata api
adalah luka umum yang terdapat pada kasus pembunuhan dan bunuh diri pada negara
Amerika Serikat. Luka tembak bisa digolongkan berdasarkan bahan yang digunakan untuk
melontarkan peluru. Bahan yang umum digunakan adalah bubuk mesiu dan bubuk tanpa asap
(nitroselulosa). Namun, penggunaan bubuk mesiu sangat jarang terlihat, karena itu bahan
tanpa asap yang sering digunakan.
Perbedaan lainnya yang dapat dilihat adalah senjata laras panjang dan laras pendek.
Kebanyakan kasus kematian didapatkan pada senjata laras panjang rifle atau handgun--.
Senjata antik atau shotgun digolongkan pada jenis senjata laras pendek.
Luka bisa dibedakan atas dasar lingkar tengah dari proyektil atau peluru. Umumnya
kombinasi dari ukuran metrik dan Inggris digunakan untuk membedakan jenis senjata yang
digunakan.
Lebih penting lagi, berdasarkan luka yang dihasilkan, adalah kecepatan dari proyektil
peluru. Kerusakan luka tembak akan bertambah sebagaimana kecepatan peluru bertambah.
Karena itu, terdapat perbedaan kuantitatif antara proyektil berkecepatan tinggi dengan
proyektil berkecepatan rendah. Titik potong antara kecepatan tinggi dan rendah berkisar 300
meter per detik.
Jenis penggolongan yang lain dari luka senjata api ialah dari kemampuan peluru untuk
memberi luka tembus atau luka tidak tembus. Suatu luka yang tidak tembus akan mempunyai
satu luka masuk dan tidak memiliki luka keluar. Sesuai dengan hal ini adalah peluru harus
ditemukan dari setiap luka tak tembus. Suatu luka tembus akan memiliki luka masuk peluru
dan luka keluar. Sejalan dengan hal ini maka tidak akan ditemukan peluru di dalam tubuh.
Ketika suatu senjata ditembakkan, tenaga yang melontarkan peluru adalah gas yang
dihasilkan dari pembakaran cepat dari bubuk mesiu atau bubuk tanpa asap. Dalam hal ini
disinggung hanya bubuk tanpa asap, karena bubuk mesiu jarang digunakan. Untuk
menyalakan bubuk tanpa asap, adalah penting untuk mempunyai media pencetus awal yang
menyalakan api. Pada semua selongsong peluru kecuali pada senjata dengan kaliber 22 (juga
disebut senjata api rim karena media pencetusnya terdapat pada sekeliling selongsong),
pemantik awal adalah sebuah mangkuk kecil yang terdapat pada bagian dalam belakang
selongsong. Menghantam (atau memanaskan) media ini akan menyalakan api, dan kemudian
akan membakar bubuk tanpa asap. Proses pembakaran yang cepat akan menghasilkan
sejumlah besar karbon monooksida, nitrogen dioksida, karbon dioksida dan gas lainnya.
Seberapa jauh masing-masing komponen akan terlontar adalah dasar untuk
menentukan jarak dari laras senjata dengan korban saat senjata api ditembakkan. Produk gas,
termasuk logam berat, dan sejumlah asap dari gas karbon yang tidak terbakar, akan terlempar
hanya beberapa inchi. Efek dari gas akan menghasilkan apa yang disebut dengan luka kontak
langsung dan tidak kontak. Yang terlihat dari penghitaman kulit. Sebagai tambahan, kulit
akan menunjukkan variasi luka robekan karena gas yang mengenai kulit akan merusak
jaringan kulit. Terakhir, karbon monooksida akan bereaksi dengan hemoglobin dan
myoglobin pada luka yang menghasilkan karboksihemoglobin dan karboksimyoglobin.
Senyawa ini akan berwarna merah terang, dibandingkan dengan warna merah gelap dari
hemoglobin dan myoglobin yang normal.

Sebagaimana jarak antara laras dengan kulit bertambah jauh, efek dari gas akan
berkurang dan hanya bubuk yang tidak terbakar dan peluru yang mampu menembus kulit.
Bubuk yang tidak terbakar yang menembus kulit akan menghasilkan semacam tatto atau klem
pada sekitar luka peluru. Luka jenis ini disebut luka tembak dengan jarak intermediat.
Kebanyakan pistol akan menghasilkan klem ini ketika jarak kulit pada laras sekitar setengah
sentimeter sampai satu meter. Pola luka akan membesar saat jarak bertambah jauh. Pada jarak
satu meter, kecepatan bubuk akan melambat sehingga tidak mampu untuk menembus kulit.
Kecepatan 100 meter per detik merupakan kecepatan umum yang dibutuhkan untuk
menghasilkan penetrasi.
Luka dengan jarak tembak yang jauh sedikit mendapat efek dari gas dan bubuk.
Karena luka tembak dengan jarak yang jauh sangat sedikit menimbulkan efek selain dari efek
akibat peluru, jarak tembak susah ditentukan karena pakaian dan benda lain dan menghalangi
efek dari gas dan bubuk. Luka tembak jauh akan sedikit terdapat asap, jelaga dan klem. Suatu
luka tembak jarak jauh yang umum akan memiliki defek kulit yang melingkar dan tanda
mengelupas di sekitar sisinya. Lingkar tengah dari defek kulit akan menunjukkan lingkar
tengah dari peluru yang digunakan, tapi hal ini tidak selalu nyata karena terdapat perbedaan
kecil antara diameter peluru yang umum digunakan oleh masyarakat sipil. Peluru memiliki
berbagai jenis ukuran dari 0,22 inchi sampai 0,45 inchi. Perbedaan 0,2 inchi tidak mudah
untuk dilihat oleh pengamat.
Faktor utama yang menentukan ukuran luka tembak masuk jarak jauh adalah
elastisitas dari kulit. Kulit orang yang lebih muda lebih elastis dari pada kulit orang yang
lebih tua. Kulit yang elastis kerusakannya akan lebih kecil. Luka oleh caliber 0,38 inchi pada
orang berusia 20 tahun mungkin akan terlihat sama pada luka oleh caliber 0,22 atau 0,25
inchi pada orang berusia 50 tahun. Secara jelas, untuk memastikan kaliber senjata dari luka
kontak tidak mungkin, karena jenis luka sedikit hubungannya dengan jenis kaliber dalam
merobek kulit.
Luka tembak keluar tipe lukanya berupa luka laserasi. Meskipun dalam ilmu
konvensional menyatakan bahwa luka tembak keluar lebih besar dari luka tembak masuk,
namun ini tidak selalu terjadi, sebagaimana dapat terlihat, luka kontak lebih besar dari pada
luka keluar.
Perkiraan kecepatan sebuah peluru keluar bisa dilihat dari tampilan pada luka tembak
keluar. Luka tembak keluar yang tampak kecil dan berbentuk celah dan memiliki sedikit
laserasi kecil pada daerah sekitar memiliki kecepatan yang lambat dan peluru biasanya akan
ditemukan di dekat badan mayat (atau bahkan di pakaian). Sebaliknya, luka tembak keluar
dengan banyak laserasi pada daerah sekitar memiliki kecepatan yang tinggi ; senjata dengan
kecepatan tinggi biasanya ditemukan pada militer dan pemburu dengan senjata panjang.
Luka tembak keluar akan terlindungi atau terhalau jika korban tembak mengenakan
pakaian ketat konstriktif seperti jaket kulit tebal atau pakaian yang terbuat dari kain tenunan
ketat, atau terdapat bahan seperti dinding kering yang dapat ditembus peluru keluar yang
akan melindungi kulit. Dihalaunyaluka tembak keluarakan terlihat seperti luka tembak
masuk. Lihat Gambar 4.10 yang cukup mewakili fenomena ini. Sering, tepi abrasi lebih luas
dari pada yang biasanya terlihat pada luka tembak masuk; hal ini dapat membantu dalam
membedakan dua jenis lukatembak. Penting untuk catatan bahwa luka tembak masuk
memilki gambaran unik jika luka tembak masuk dihalangi atau dihalau. Luka tembak masuk
akandihalau oleh jaringan lunak dan tulang; itulah sebabnya tepi abrasi muncul di sekitar
luka tembak masuk. Kulit ditekan untuk beberapa waktu sebelum peluru menembus bahan
menopang, kemudian hidung peluru menggarut kulit. Jika kulit tidak terlindungi, maka peluru
akan merobek kulit dan abrasi tidak terjadi.Hal tersebut Ini khas pada kasus luka tembak
keluar.

Perlindungan luka tembak keluar dan masuk dengan target pertengahan biasanya tidak
yang hanya dapat dilihat. Penting bentukan segi empat panjang dari luka tembak masuk.
Luka tembak masuk secara umum berbentuk lingkaran ketika peluru ditembakkan dari
senapan, karena peluru memutar dengan cepat pada aksis 90 derajat dari tujuannya, bergerak
melalui udara menuju titik pusat arah dari gerakannya.
Perputaran menyebabkan luka tembak masuk pada peluru menjadi bentuk lingkaran
atau mungkin lonjong jika peluru mengenai kulit pada sudut selain 90 derajat. Jika peluru
memasuki bagian tubuh, seperti yang ditunjukkan pada peluru dapat goyang. Peluru tidak
goyang ketika ditembakkan dari senjata yang dibuat dari barel. Peluru akan goyang jika
melewati medium yang lebih pekat daripada udara. Meskipun demikian, peluru yang
memantul atau melewati orang lain sebelum mengenai orang kedua akan goyang. Jika pada
saat masuknya peluru seperti penembakan langsung, itu akan menghasilkan bentuk peluru
tembak masuk. Peluru tembak keluar memiliki pengertian bahwa hal itu disebabkan oleh
peluru yang melewati seseorang.
Luka pada peluru disebabkan karena pembentukan lubang yang sementara saat peluru
melewati tubuh seseorang, kolapsnya lubang, dan gelombang shock pada pembentukan
kolaps. Ketika sebuah peluru mengenai seseorang, ia akan bergerak lebih cepat daripada
kecepatan saat berada di jaringan, sehingga hal itu akan mendorongnya keluar. Jaringan yang
cedera akan memecahkan poin, namun tidak pecah. Ini hanya pecah pada kecepatan yang
lebih lambat daripada perjalanan peluru. Pada kasus kecepatan tinggi pada senjata api yang
panjang dimana keceptannya 1000 meter per detik, peluru akan melewati tubuh seluruhnya
sebelum terjadi proses kerusakan.
Peningkatan kecepatan proyektil dapat menghasilkan jelaga pada luka masuk dan efek
karbon monooksida pada luka keluarnya. Untungnya, untuk menentukan arah, perubahan ini
terdapat pada bagian dalam dari luka keluar. Ketika jaringan akhirnya terkoyak, jaringan ini
akan tertarik menuju kembali menuju tempat luka di mana peluru masuk dan dibelakangnya
dikarenakan adanya elastisitas jaringan dalam menerima peluru berkecapatan tinggi. Retraksi
ini akan menciptakan cavitas sementara yang besarnya akan setingkat dengan energi kinetik
dari peluru. Cavitas kemudian akan secara bertahap kolaps setelah meregang beberapa kali.
Adanya saluran dari gelombang dan kolaps cavitas sementara akan merusak jaringan di
tempat di mana peluru masuk dan di jaringan sekelilingnya. Besarnya kerusakan yang ada
tergantung dari organ yang ada, tapi bahkan untuk peluru pistol yang relatif lambat,
diperkirakan, umumnya, tiga kali dari diameter peluru. Untuk peluru dari senjata
berkecepatan tinggi, besarnya kerusakan mungkin dapat sepuluh kali lebih besar dari
diameter peluru.
Kerusakan jantung akan menyebabkan penurunan drastis tekanan darah yang terjadi
seketika, dan menurunkan perfusi ke otak. Namun, otak masih akan berfungsi selama 10
sampai 15 detik setelah kehilangan perfusi. Karena itu, seseorang masih masih dapat
menusukan ujung pisau bayonetnya kepada lawannya di dalam 10 sampai 15 detik setelah
ditembak di dadanya. Sebuah luka tembak pada organ yang kurang vital akan lebih
memberikan banyak waktu. Karena itu, konsep dari stopping power tidak selalu tepat.
Setiap janis senjata api mempunyai stoppong power jika digunakan untuk menembak
seseorang di kepala. Sebaliknya semua jenis senjata api tidak akan memiliki stopping
power jika ditembakkan pada bagian selain kepala.
Trauma tumpul lainnya
Contoh trauma tumpul lainnya yang paling sering terdapat pada masyarakat adalah
tabrakan dengan media transportasi, umumnya dengan kendaraan bermotor. Kematian yang
terjadi dari kejadian tersebut umumnya digolongkan dalam kecelakaan. Jarang kasus tabrakan
masuk dalam jenis pembunuhan ataupun bunuh diri.

Umumnya, dengan mengecualikan luka tembak, trauma tumpul pada pembunuhan


pada orang dewasa memerlukan luka yang bersifat mematikan pada kepala. Luka pada daerah
lain jarang menghasilkan kematian. Pada anak-anak, jejas mematikan umumnya karena
trauma kepala, tapi trauma dada dan abdomen dengan adanya robekan dari organ dalam,
seperti limfa, hati dan jantung juga sering ditemui.
Dua istilah lainnya perlu dipelajari. Pertama adalah kontusio. Suatu kontusio adalah
pengumpulan darah pada jaringan di luar jaringan vaskular darah. Umumnya dikarenakan
trauma tumpul yang merusak jaringan cukup hebat untuk menyebabkan kebocoran darah dari
pembuluh darah yang kecil. Suatu konsep penting bahwa pola dari benda yang digunakan
untuk menghantam bisa didapat pada orang yang dihantam. Pola luka semacam itu penting
untuk menentukan tipe benda yang digunakan sebagai senjata.
Istilah penting kedua lainnya ialah hematom. Hematom adalah tumor darah. Hema
berasal dari kata heme, bahasa Latin untuk darah, dan toma adalah bahasa Latin untuk tumor.
Hemtom adalah kontusio dengan lebih banyak darah. Secara khusus, trauma tumpul pada
kepala sering menimbulkan hematom, dikenal dengan istilah telur angsa.
Trauma kimia
Kematian dari trauma ini meliputi kematian yang dihasilkan dari penggunaan obat
dan racun. Obat yang umum ditemukan dalam praktisi forensik jarang membunuh secara
langsung, namun berperan dalam sebagai 5% faktor kontribusi dalam trauma kematian. Obat
itu adalah etil alkohol, yang juga disebut ethanol. Ethanol merupakan bahan aktif dalam bir,
anggur, dan minuman yang diawetkan. Ethanol mungkin obat dengan sejarah
penyalahgunaan obat terlama, dan merupakan jenis obat yang sering disalahgunakan pada
zaman sekarang. Alkohol merupakan bahan yang diharamkan oleh agama Islam dan beberapa
kepercayaan Kristiani, tapi pelarangan tidak cukup kuat untuk menghilangkan alkohol
sebagai agen penyebab pada kebanyakan luka trauma.
Alkohol juga dapat membunuh secara langsung. Obat ini merupakan salah satu
pendepresi sistem saraf pusat; bekerja dengan memperlambat reaksi dan komunikasi dari otak
menuju neuron batang otak. Pada kadar rendah intoksikasi, kurang dari 0,03 gram persen dari
kadar alkohol darah, seimbang dengan 330 mililiter bir dengan kandungan ethanol 5 %,
kebanyakan orang akan menyadari akan adanya peningkatan dari waktu reaksi, mungkin
dikarenakan perlambatan dari neuron inhibisi. Pada kadar konsentrasi alkohol darah lebih
dari 0,03 gram persen, menunjukkan adanya penurunan fungsi otak dan perlambatan waktu
reaksi. Pada kadar 0,25 gram persen, seseorang yang belum pernah terekspos dengan ethanol
sebelumnya akan menuju status koma jika tidak dirangsang. Rangsangan akan memicu
kembalinya sejumlah kesadaran. Pada kadar alkohol darah sekitar 0,30 gram persen, orang
tersebut akan masuk dalam koma yang dalam. Dia tidak akan bisa diintervensi dan akan
bernafas cukup pendek untuk kemudian akan meninggal. Kematian akibat kurangnya oksigen
bisa dihasilkan oleh overdosis alkohol. Kematian semacam ini jarang terjadi, dikarenakan
sesorang yang tidak pernah terekspos alkohol akan mulai muntah saat kadar alkhohol
darahnya sekitar 0,10 gram persen dan absorpsi lebih lanjut akan terhenti. Kematian karena
overdosis alkohol umumnya didapat pada suatu kontes di mana peserta harus meminum
minuman keras sebanyak banyak nya. Dengan jumlah besar alkohol, reflek muntah dapat
ditekan sebelum terinisiasi, memicu pada kematian.
Jumlah yang disebutkan di atas untuk penyalahgunaan dari alkohol. Orang yang
mengkonsumsi alkohol dan kebanyakan obat terlarang lainnya membentuk semacam
toleransi yang menyebabkan efek alkohol dalam obat menghilang dalam kadar tertentu.
Sebagai contoh, seseorang dengan konsentrasi alkohol darah lebih dari 0,30 gram persen
sering terlihat pada pengemudi kendaraan.

Penyalahgunaan obat lain selain alkohol menghasilkan kematian umumnya melewati


mekanisme yang sama. Obat semacam ini contohnya barbiturat, diazepam, dan opiat. Obat ini
menghasilkan peningkatan derajat koma diikuti dengan penghentian nafas dan kematian yang
bertahap. Mariyuana adalah sebuah pengecualian untuk penyalahgunaan obat. Mariyuana
tidak menghasilkan kematian lewat suatu proses overdosis. Kokain merupakan pengecualian
lainnya. Kokain merupakan stimulan sistem saraf pusat. Kematian karena kokain lebih jarang
dibandingkan dengan kematian oleh obat depresan. Pada dosis tinggi, kokain menghasilkan
kejang, peningkatan suhu tubuh yang tajam, dan detak jantung yang tidak terkontrol adalah
kumpulan mekanisme keracunan kokain yang telah dilaporkan dapat memicu kematian.
Walau bukan jenis penyalahgunaan obat, karbon monooksida merupakan senyawa
kimia umum yang menghasilkan kematian. Merupakan suatu senyawa tidak berbau,
berwarna, gas hasil proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang
mengandung karbon. Kematian karena CO mungkin karena kecelakaan, bunuh diri dan
pembunuhan.
Sianida merupakan senyawa yang serupa dengan CO melalui intervensinya dengan
oksigenasi otak, bekerja langsung pada enzim mitokondria pada otak. Sianida terdiri dari
karbon dan nitrogen. Seperti CO, sianida juga dapat dihasilkan oleh proses pembakaran, tapi
efeknya dalam menghasilkan kematian tidak begitu berperan. Sianida umumnya terdapat
pada bentuk garam natrium dan potasium yang digunakan secara luas pada industri
pengelatan dan pemurnian logam. Sianida mempunyai bau yang khas. Baunya seperti kacang
almond dan adapat dideteksi dalam jumlah yang sedikit seperti satu bagian per sejuta atau
0,00001 persen oleh orang yang telah ahli dalam melacak sianida. Sayangnya, tidak sebanyak
50 persen dari populasi yang mampu mencium sianida. Patologis forensik mampu mencium
sianida atau memperkerjakan seseorang yang mampu menciumnya. Seorang patologis yang
membuka rongga perut dari korban yang melakukan bunuh diri dengan menelan potasium
sianida dapat terbunuh oleh adanya gas yang dilepaskan.
Trauma suhu
Kontak dengan panas yang berlebihan ataupun dingin dapat menghasilkan kematian.
Hipotermia merupakan suhu\dingin yang berlebihan;hipertermia adalah panas yang
berlebihan. Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian melalui kerusakan pada
mekanisme normal yang menjaga suhu tubuh sekitar 37 derajat celcius. Dalam kedua jenis
kematian, beberapa tanda-tanda nyata dapat ditemukan pada autopsi untuk memberikan
diagnosis pasti yang menyebabkan kematian. Ketidaadaan permintaan diagnosis pada
penyebab lain kematian pasangan dengan riwayat terpapar pada lingkungan baik hipertemia
maupun pada hipotermia diharapkan.
Kematian akibat hipotermia umumnya terjadi pada individu yang mabuk alkohol dan
terkena suhu dingin. Suhu udara hanya 5 derajat celcius (41 derajat Fahrenheit) telah
dilaporkan menyebabkan kematian akibat hipotermia. Keracunan alkohol mengurangi respon
terhadap dingin dengan meningkatkan hilangnya panas tubuh karena dilatasi pembuluh darah
di permukaan tubuh.
Kematian akibat hipertermia umumnya terjadi pada orang tua di kota-kota utara dan
pada bayi tertinggal di parkir mobil akibat gelombang panas. Kemampuan untuk
mempertahankan homeostasis menurun pada usia lanjut. Pemanasan dilakukan pada
hipotermia dan kematian sering tidak terlihat di populasi orang usia lanjut, meskipun
kelompok ini adalah rentan. Namun, di negara-negara utara, unit dweling tua sering
kekurangan AC, dan gelombang panas sering dikaitkan dengan sejumlah besar kematian
orang tua. Anak kecil yang yang berada di mobil yang tertutup sangat rentan terhadap
hipertermia. Suhu di dalam sebuah mobil di bawah sinar matahari dapat melebihi 60 derajat
celcius (140 derajat Fahrenheit) dan dapat berakibat fatal pada 10 menit.

Luka bakar termal disebabkan oleh hipertermia lokal. Secara umum, suhu di atas 65
derajat celcius (150 derajat Fahrenheit) akan menghasilkan luka bakar termal pada kontak
langsung dengan obyek selama beberapa menit. Kematian akibat panas terjadi dalam
berbagai situasi, dari paparan cairan panas untuk luka bakar maupun dari hidrokarbon.
Kematian akibat luka bakar biasanya tidak langsung terjadi dan timbul dari komplikasi
setelah perawatan medis. Mekanisme kematian umumnya kegagalan organ multipel.
TRAUMA ELEKTRIK
Aliran listrik melalui seseorang dapat menghasilkan kematian oleh sejumlah
mekanisme yang berbeda. Jika rangkaian arus bolak balik (AC) pada tegangan rendah (di
bawah 1000 volt) melintasi jantung, maka akan mengalami fibrilasi ventrikel, bergetar secara
nonpropulsive kemudian tidak dapat diresusitasi dalam beberapa menit. Fibrilasi jantung
karena AC bertindak sebagai alat pacu jantung. AC di Amerika alternatif dari positif ke
negatif 3.600 kali per menit (2500 kali per menit di Eropa). Fibrilasi ventrikel menghasilkan
sekitar 300 quivers per menit,. tegangan rendah mungkin atau tidak menghasilkan
listrikTerbakar, tergantung lamanya paparan dengan sirkuit. Paparan dalam waktu yang lama
diperlukan untuk menghasilkan suatu luka bakar.
ASFIKSIA
Klasifikasi trauma mekanik terbatas pada kematian karena asfiksia tumpang tindih
dengan sebab lain, kematian karena asfiksia disebabkan gangguan oksigenasi di otak.
Asfiksia ini dapat terjadi dari sebab mekanik (strangulasi), sebab kimiawi (racun sianida),
sebab listrik (listrik tegangan rendah)
Tenggelam adalah kematian akibat sesak napas dari perendaman di dalam air atau
cairan lain. Beberapa kematian akibat terendam terjadi bukan akibat asfiksia namun karena
hipotermi. Paparan pada seseorang dengan suhu air di bawah 20 derajat celcius (68 derajat
Fahrenheit) akan mengakibatkan kematian akibat hipotermia setelah paparan berjam-jam.
Paparan terhadap suhu air mendekati 0 derajat Celcius (32 derajat Fahrenheit) akan
menghasilkan kematian dalam hitungan beberapa menit. Korban tenggelam meninggal
sebagai akibat dari asfiksia, suatu gangguan oksigenasi pada otak. Seseorang biasanya
berusaha untuk menjaga kepalanya di atas air sehingga ia dapat terus menghirup udara.
Ketika hal ini menjadi sulit, ia akan berjuang untuk mempertahankan jalan napas, dan hal ini
meningkatkan kebutuhan oksigen. Menghirup air akan meningkatkan kepanikan. Air yang
masuk ke bagian belakang tenggorokan secara refleks akan tertelan. Hai ini akan
mentransmisikan suatu tekanan negatif yang berkaitan dengan terhirupnya air ke telinga
bagian tengah melalui tabung Eustachius yang terbuka saat menelan. Air yang tertelan akan
masuk kedalam perut. Upaya lebih lanjut untuk bernapas menyebabkan air masuk ke saluran
napas atas, memicu batuk dan inhalasi refleks tambahan. Ketika air memasuki saluran udara
kecil, dinding-dinding otot napas akan kejang, sehingga melindungi alveoli atau kantungkantung udara kecil dari apapun yang masuk kecuali udara. kejang yang terjadi setara dengan
serangan akut asma yang parah dengan terperangkapnya udara di paru-paru. Kehilangan
kesadaran umumnya terjadi dalam 1 sampai 2 menit awal perjuangan untuk bernapas,
meskipun mungkin kesadaran dapat terjadi lebih lama jika udara segar dapat diperoleh.
Kehilangan kesadaran dapat diikuti oleh upaya paksa inhalasi dan muntah. Henti jantung
terjadi beberapa menit kemudian. Ketika jantung kembali berdetak, tekanan yang dihasilkan
jantung pada sirkulasi paru akan meningkat pesat dan bagian kanan dari jantung akan
terdilatasi dari peningkatan tekanan jantung dan myungkin akibat dari peningkatan volume
darah akibat terabsorpsinya air dari paru.
Yang dapat ditemukan pada otopsi korban tenggelam sangat tergantung dari apakah
tenggelam tersebut mengikuti kejadian-kejadian yang telah disebutkan diatas. Jika saat masuk

ke air seseorang telah mengalami penurunan kesadaran, banyak tanda dari kepanikan yang
menjadi tidak terlihat karena seseorang yang telah mengalami penurunan kesadaran tidak
bisa menjadi panik.
Kepanikan terjadi akibat pengiriman tekanan negatif dari saluran napas bagian atas ke
telinga tengah. Tekanan negatif bersama-sama dengan perubahan asfiksia lain dalam hasil
faktor pembekuan darah di perdarahan ke dalam sinus mastoideus. Selain itu, air dan bahan
dalam air akan ditemukan di sinus frontal, ethmoidal dan di perut.
Paru-paru akan menjadi hiperinflasi sebagai akibat dari spasme otot yang melindungi
alveoli. Paru-paru pada umumnya akan lebih berat dari biasanya, karena penambahan air
yang teraspirasi dan cairan yang terakumulasi di paru pada seluruh asfiksia.
Organisme uniseluler kecil yang disebut diatom ditemukan di hampir seluruh air
segar dan air garam di dunia. Organisme ini memiliki silika pada dinding selnya sehingga
dengan demikian dapat melawan degradasi oleh asam. Pada tahap akhir dari tenggelam, air
yang teraspirasi dan mengandung diatom adalah disirkulasikan oleh jantung yang masih
berdetak ke semua organ. Diatome tidak selalu ditemukan di sumsum tulang. Jadi,
mengeluarkan sumsum tulang, mencampurnya dengan asam kuat, dan memeriksanya di
bawah mikroskop untuk mencari diatom dapat memastikan kasus tenggelam. Sejak di air
terdapat berbagai jenis diatom pada daerah yang berbeda dan waktu yang berbeda, maka
dapat dimungkinkan untuk menentukan waktu dan tepat pada kasus tenggelam dengan
mengidentifikasi diatom. Teknik ini terutama berguna jika tubuh telah terdekomposisi dan
kaku.
Asfiksia dapat diakibatkan berbagai sebab termasuk strangulasi manual (dengan
tangan) dan strangulasi akibat ikatan. Strangulasi manual menyempitkan saluran nafas
dengan menekan leher. Banyak tulisan mengenai penemuan adanya fraktur dari tulang hyoid
pada strangulasi manual. Sebenarnya, hal ini relatif jarang dan terlihat terutama pada wanita
tua yang menderita osteoporosis yang mengakibatkan fraktur pada tulang hyoid menjadi lebih
mudah. Gambar 4.17 menunjukkan fraktur tulang hyoid. Perhatikan perdarahan sekitar
tempat fraktur. Hal ini sangat penting untuk diketahui, karena patahnya tulang hyoid sangat
mudah terjadi ketika mengeluarkan saat pemeriksaan berlangsung. Jika fraktur terjadi dan
tidak ada perdarahan, berarti faktur terjadi setelah kematian.
Hal lain yang lazim ditemukan pada strangulasi manual adalah fraktur dari kornu pada
kartilago tiroid. Kornu tersebut terletak di laring atau pita suara dan di depan dari tulang
belakang bagian leher. Jika kerongkongan ditekan untuk mencegah mengalirnya air, kornu
akan dipaksa tertekan kearah belakang mengenai tulang belakang. Hal lain yang lazim
ditemui ialah perdarahan pada otot di leher. Otot otot tersebut bersama sama disebut otot
yang terikat (strap) dan dapat mengalami memar akibat strangulasi manual.
Strangulasi akibat ikatan baik yang disebabkan oleh penggantungan ataupun
penjeratan, tidak melibatkan fraktur hyoid, fraktur kornu kartilago tiroid ataupun perdarahan
otot otot pada leher. Secara umum, hal yang sering ditemukan ialah asfiksia dan adanya
bekas jeratan di leher.
Saat seseorang meninggal ada sejumlah perubahan yang terjadi yang dapat digunakan
untuk memperkirakan saat kematian : rigor mortis, livor mortis, dan algor mortis.
Rigor mortis adalah kekakuan otot yang terjadi setelah kematian seseorang. Hal ini
terjadi reaksi kimiawi saat glikogen normal ditemukan dalam otot digunakan berlebihan
sesaat kematian dan tidak dibentuk kembali. Rigor mortis umumnya dipertahankan sampai
periode 24 jam hingga 36 jam setelah kematian.
Livor mortis adalah perubahan warna tubuh yang terjadi akibat pengendapan sel darah
merah setelah sirkulasi darah berhenti. Ini dapat dilihat beberapa menit setelah kematian,
dimana sel darah merah meningkat mengendap karena infeksi atau penyakit lain. Umumnya
warna kulit seseorang livor mortis adalah livid/kebiruan. Dapat dilihat satu jam atau sesaat

setelah kematian. Pada beberapa individu kulit hitam, mungkin tidak terlihat kebiruan. Jika
seseorang meninggal dan kehilangan darah dalam volume banyak, kebiruan mungkin juga
tidak terlihat. Kebiruan jadi lengkap , maksudnya dengan penekanan tidak hilang yaitu 12
jam setelah kematian. Kebiruan lambat laun hilang dengan pemisahan setelah 36 jam.
Algor mortis adalah dingin setelah kematian. Dengan menekan dengan ibu jari dekat
tubuh yang telanjang suhu sekitar 18 oC, ke 20oC. 1,5 oC suhu tubuh akan turun tiap jam
untuk 8 jam pertama. Suhu tubuh normal 37oC, jadi jika tubuh meninggal 4 jam suhu tubuh
akan jadi 31oC.
STUDI KASUS
Kasus 1
Seorang polisi dipanggil oleh seorang pria yang mengatakan bahwa ia menembak
tetangganya. Dia menceritakan pada polisi bahwa tetangganya menyerang dia dengan sebilah
pisau saat ia sedang menggendong anak bayinya. Dia mengatakan bahwa dia merasa diri dan
anaknya terancam, sehingga ia mengambil senjata apinya, dan menembak tetangganya hingga
meninggal. Pegawai toko di seberang jalan tempat kejadian yang mendengar percekcokan
keduanya juga menyatakan hal yang sama dengan cerita si penembak. Kakak laki-laki si
penembak yang datang ke tempat kejadian sesaat setelah percekcokan terjadi juga
menyatakan hal yang sama.
Keluarga korban meminta saya untuk menilik kembali kasus tersebut untuk
menentukan apa yang terjadi. Keluarga korban tidak senang dengan jaksa yang tidak
menuntut si penembak. Saya meninjau foto-foto tempat kejadian, foto autopsy, dan laporan
autopsy, dan setelah itu pergi ke tempat kejadian. Disana, ditemukan lobang peluru, namun
tidak terdapat darah. Gambar 4.19 dan 4.20 menunjukkan lubang peluru di lorong beberapa
bulan setelah penembakan. Gambar 4.21 menunjukkan tubuh korban yang terbaring ketika
polisi datang.
Penembakan dikatakan terjadi di tempat rendah, namun lubang peluru terdapat di
tangga atas. Seperti yang akan didiskusikan di bab berikutnya, bahwa penentuan jarak antara
senjata dan orang yang ditembak dapat dipastikan. Pada korban terdapat dua tembakan
senjata api yang satu jarak jauh dan yang lain jarak dekat. Dengan demikian, jarak
penggunaan senjata ialah lebih dari 3 kaki untuk tembakan yang pertama dan kemudian
ditembakkan lagi beberapa inci lebih jauh dari tembakan pertama.
Hal lain yang dapat ditentukan ialah arah peluru yang mengenai tubuh dan organ
dalam. Satu tembakan mengenai sisi samping abdomen. Hal tersebut tidak mengenai arteri
utama dan keluar dari tubuh pada sisi yang lain. Peluru mengenai dinding dan merupakan
tembakan jarak jauh. Tembakan jarak dekat mengenai belakang kepala. Pelurunya
menyebabkan pergeseran otak dari depan ke belakang dan sedikit ke atas.
Hal lain yang penting diketahui dari luka tembak ialah lama waktu antara luka dan
pingsannya korban. Luka tembak abdomen yang tidak mengenai pembuluh utama dapat
memberikan efek dalam hitungan jam, hari atau bahkan lebih. Luka tembak di belakang
kepala yang menyebabkan pergeseran otak akan mengakibatkan koma dalam waktu singkat.
Pada kasus ini, bukti fisik menyangkal pengakuan dari si penembak. Tembakan di
abdomen merupakan tembakan pertama. Si penembak dalam posisi berdiri ketika
menembakkan senjatanya yang mengakibatkan lubang di dinding. Tembakan pertama
ditembakkan dari jarak lebih dari 3 kaki, yangmana dalam hal ini bukan merupakan jarak
yang tergolong cukup dekat untuk dapat menyebabkan ancaman dengan menggunakan pisau
bagi si penembak. Tembakan kedua merupakan efek yang terjadi akibat korban berusaha
untuk melarikan diri melalui tangga sehingga terkena di belakang kepala.

Catatan dr.Mursad, Sp.F :

Jenis trauma bisa menimbulkan gangguan fisik tetapi tidak ada discontinuetas dari
jaringan tubuh dan gangguan psikis.
Kekerasan meliputi kekerasan mekanik, fisik dan kimia.
Kekerasan mekanik berupa :
o Persentuhan tajam : Luka memar, lecet dan laserasi.
o Persentuhan tumpul : Luka tusuk, iris dan bacok.
o Senjata api : Luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Luka tembak sendiri
berdasarkan jarak terdiri dari : jarak jauh, sangat dekat, dekat dan tempel.
Kekerasan kimia berupa : asam kuat dan basa kuat.

Anda mungkin juga menyukai