Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Ke-2

MK.Dietetika Penyakit Infeksi


dan Defisiensi Gizi

Tanggal Mulai : Rabu, 21 Oktober 2015


Tempat: RK.OFAC 4 B12

TATALAKSANA DIET LAMBUNG III PADA PASIEN


GASTRITIS AKUT DAN DISPEPSIA

Oleh:
Kelompok 11
Annisa Dwi Wahyuni
Bernadette Victoria

I14130037
I14130120

Asisten Praktikum:
Wiwi Febriani, S.Gz
Dini Kurnianingsih
Penanggung Jawab Praktikum:
Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PENDAHULUAN
Gastritis adalah sebuah kondisi dimana lapisan lambung atau yang sering
disebut sebagai mukosa mengalami inflamasi. Lapisan lambung terdapat sel
khusus yang memproduksi asam dan enzim, yang berfungsi membantu proses
pemecahan makanan agar dapat dicerna lebih lanjut, dan juga terdapat mucus
yang melindungi dinding atau lapisan lambung dari asam. Kondisi lambung yang
mengalami inflamasi akan memproduksi asam, enzim, dan mucus yang lebih
sedikit dari kondisi normal (Lee et al. 2008). Gastritis dapat terjadi ketika terdapat
gangguan terhadap integritas lambung seperti adanya infeksius dan abnormalitas
kimia atau neural. Penyebab gastritis yang paling umum adalah infeksi bakteri
Helicobacter pylori. Infeksi H.pylori berperan pada hampir semua kasus inflamasi
mukosa lambung, peptic ulcer, dan kanker lambung (Mahan dan Stump 2008).
Gastritis dapat tergolong akut atau kronik. Gastritis akut terjadi karena
iritasi lokal pada mukosa lambung yang dapat disebabkan infeksi bakteri H.pylori,
keracunan makanan, konsumsi alkohol, atau efek penggunaan obat-obatan tertentu
seperti NSAID. Gastritis yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan NSAID
umumnya hanya bertahan dalam jangka waktu yang pendek dan tidak
menyebabkan efek atau masalah yang berkepanjangan. Gejala yang timbul akibat
gastritis adalah sendawa, anoreksia, sakit pada bagian perut atau abdomen,
muntah, dan pada beberapa kasus dapat terjadi pendarahan dan hematemesis
(Nelms et al. 2010).
Infeksi pada lapisan lambung tidak dapat diselesaikan secara spontan, dan
risiko komplikasi meningkat sejalan dengan waktu terinfeksinya. Faktor-faktor
risiko lain yang dapat mempengaruhi antara lain, usia pasien saat infeksi awal,
strain tertentu yang spesifik, konsentrasi organisme, faktor genetik yang
berhubungan dengan tubuh penderita, gaya hidupnya, dan kondisi kesehatannya.
Tipe infeksinya terbatas hanya pada lapisan atau mukosa lambung. H.pylori
adalah bakteri gram negatif dengan flagella yang mendukung pergerakan atau
mobilitasnya. Ukuran dan bentuk dari bakteri beragam tergantung dari suasana
atau kondisi media pada setiap lambung (Mahan dan Stump 2008).
Dispepsia adalah kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari rasa tidak
nyaman atau nyeri di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang , perut
terasa penuh, sendawa, dan rasa panas yang menjalar di dada (Dwigint 2015).
Dispepsia juga dapat diartikan sebagai gangguan lambung berupa
ketidaknyamanan pada perut bagian atas yang dapat terjadi akibat kelainan
organik maupun fungsional. Gangguan organik yang umum terjadi pada lambung
antara lain gastritis dan tukak peptic (maag), esophageal reflux disease, penyakit
kandung empedu, gangguan hati, dan patologi lainnya. Dispepsia fungsional
didefinisikan sebagai sindrom yang mencakup satu atau lebih gejala yang
berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula gejala
sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis. Dispepsia fungsional dibagi ke
dalam dua subkategori yaitu epigastric pain syndrome dan postpandrial distress
syndrome (Abdullah dan Gunawan 2012).
Pola makan yang tidak teratur, stres, merokok, konsumsi alkohol atau
kopi, dan perubahan gaya hidup karena berbagai faktor lingkungan pada
mahasiswa diduga dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti gastritis dan

akan sangat rentan mengalami dispepsia (Susanti et al. 2011). Hipoalbuminemia


adalah kondisi kadar albumin darah di bawah normal yang dapat terjadi pada
pasien malnutrisi, penyakit sistemik, atau hipermetabolisme akibat infeksi,
tindakan medik atau pembedahan (Supriyanta 2012). Rendahnya albumin serum
dapat menjadi petunjuk mengenai kondisi yang cukup berat yang dialami pasien
(Rivai 2009). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar albumin serum
dapat dijadikan sebagai prediktor prognosis pada pasien dewasa (Praptiwi et al.
2012). Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar albumin yang rendah
terhadap peningkatan risiko komplikasi infeksi, lama rawat inap, dan tingkat
kematian pada pasien, maka dari itu pasien dengan hipoalbuminemia perlu
diberikan terapi diet tinggi kalori tinggi protein (Supriyanta 2012).

Pola makan
yang salah

Albumin
rendah
(3.2 g/dL)

v
Demam,
mual,
muntah

Nyeri abdomen
atas
Tidak enak pada
ulu hati

Pecandu kopi
dan perokok
berat

Jantung
berdebar

RR rendah
(20x/menit)

Hipoalbuminemia

Gastritis akut

Dispepsia

Gambar 1 Patofisiologi penyakit gastritis akut, dispepsia, dan hipoalbuminemia

TATALAKSANA DIET LAMBUNG III PADA PASIEN


GASTRITIS AKUT DAN DISPEPSIA
NRM
Nama
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Tanggal Kasus
Diagnosis Medis

: 3947473
: Tn.S
: Laki-laki
: N/A
: 03 Agustus 2014
: Gastritis akut, dyspepsia intake sulit, dan hipoalbuminea
Asesmen Gizi

Antropometri
BB : 59
kg (BBI : 63 kg)
Lingkar Lengan Atas : N/A cm
TB : 170 cm
Tinggi Lutut
: N/A cm
IMT: 20,41 kg/cm 2 (Status gizi normal (WHO 2004))
Biokimia
Tabel 1 Hasil pemeriksaan biokimia Os
Parameter
Hemoglobin (Hb)
Leukosit
Albumin

Hasil
12 g/dL
6100/ ml
3,2 g/dL

Nilai Rujukan
13-16 g/dL
5000-10000/ ml
4-5,2 g/dL

Interpretasi
Rendah
Normal
Rendah

Klinis / fisik
Tabel 2 Hasil pemeriksaan klinis/fisik Os
Parameter
Pemeriksaan Klinis
Suhu
Tekanan darah
Respiratory rate
Pemeriksaan Fisik
Mual

Hasil Lab

Nilai Rujukan

Interpretasi

370C
110/78 mmHg
20x /menit

36-370C
120/80 mmHg
16-18 /menit

Normal
Rendah
Tinggi

(+)

Riwayat Gizi
Os memiliki riwayat makan yang kurang baik dengan kebiasaan hanya
makan 1 kali porsi besar dalam satu hari dengan komposisi makanan pokok, lauk
hewani, beberapa macam sayuran yang disukai dan kopi 2 gelas, dan pada malam
hari sering lebih sering mengonsumsi mie instan dan suka menambahkan
potongan cabai rawit pada makanan. Os tidak menyukai sayur bayam dan wortel.
Tabel asupan sebelum masuk rumah sakit (SMRS) Os disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Asupan SMRS Os


Zat Gizi
Energi (kkal)
Protein (gram)
Lemak (gram)
Karbohidrat (gram)

Kebutuhan
2626
131,3
46,68
393,9

SMRS
675
17
18
88

%SMRS
25,7
17,2
24,7
22,3

Tabel 3 menunjukan bahwa asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat


Os sangat rendah yaitu kurang dari 70% dari persen SMRS. Menurut WNPG
(2004), persentase asupan zat gizi makro dapat dikatakan baik yaitu jika berkisar
antara 80-110%, sehingga dapat disimpulkan bahwa asupan energi, protein, lemak
dan karbohidrat Os tergolong defisit.
Riwayat Personal
Riwayat Penyakit
Aktivitas
Terapi Medis

: Os sudah berada di RS selama 3 hari dan kondisi Os


mulai
membaik, namun masih merasa mual.
: Os merupakan perokok berat dan pecandu kopi.
: Ondansetron 30 mg dan Omeprazole.

Perkiraan Kebutuhan Gizi


AMB

= (9,99 x BB) + (6,25 x TB) (4,92 x U) + 5


= (9,99 x 59) + (6,25 x 170) (4,92 x 21) + 5
= 1553,59

Kebutuhan Energi
Toleransi 10%
Kebutuhan Karbohidrat
Toleransi 10%
Kebutuhan Protein
Toleransi 10%
Kebutuhan Lemak
Toleransi 10%

= AMB x FA x FS
= 1553,59 x 1.3 x 1.3
= 2626 kkal
= (2363-2889) kkal
= (60% AKE) / 4
= (60% x 2626 kkal) / 4
= 393.9 g
= (354,5 433,3) g
= (15% AKE) / 4
= (15% x 2626 kkal) / 4
= 131,3 g
= (118,2 144,4) g
= (25% AKE) / 9
= (25% x 2626 kkal) / 9
= 46,68 g
= (42- 51,3) g

Diagnosa Gizi
Domain Intake :
NI 1.4
Domain Clinis :
NC 1.4

Asupan energi inadekuat berkaitan dengan dispepsia intake


sulit ditandai oleh energi dan zat gizi lainnya <70%.
Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan
penurunan fungsi lambung ditandai oleh hasil laboratorium
yang tidak normal.

Domain Behaviour :
NB 1.7
Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurang
terpapar informasi yang akurat terkait gizi ditandai oleh
konsumsi menu yang tidak seimbang dan kebiasaan
merokok serta minum kopi secara berlebihan.
Intervensi Gizi
Tujuan
Tujuan pemberian diet demam dan disfagia pada kasus, yaitu untuk:
1 Meningkatkan asupan energi dan zat gizi lain secara bertahap dimulai
dengan 81,6% dari kebutuhan harian sesuai daya terima Os.
2 Mencegah gastritis dan dispepsia lebih lanjut.
3 Pemberian edukasi mengenai pedoman gizi seimbang dan pemilihan
makanan yang sehat
Implementasi
1

Diberikan diet lambung III 2626 kkal yang diberikan secara bertahap
mulai dari 81,6% dari kebutuhan harian Os dengan sumbangan energi
sebesar 2114 kkal, protein 95,4 g, 52 g, dan karbohidrat 309 g. Diet
diberikan dalam bentuk makanan lunak dengan frekuensi 3 kali makan
utama dan 2 kali selingan.
Tabel 4 Menu diet Os menurut satuan penukar

Golongan
Makanan pokok
Lauk hewani
Lauk nabati
Buah
Sayur
Susu
Minyak
Gula

SP
2,87
5,5
2,5
4
1,35
4,5
2,5
6,5

Pagi
0,5
1,5
0,5
0,7
1
1
1

Selingan 1
2
1
2

Siang
0,5
1,5
1
1
0,45
1
1
0,5

Selingan 2
0,67
1
1,5
2

Malam
1,2
1,5
1
1
0,2
0,5
1

Susunan menu dalam sehari :


Tabel 5 Menu sehari berdasarkan DBMP
Waktu
Makan

Menu
Makanan
Nasi tim

Beras

Ukuran
Kandungan Zat Gizi
Berat
E
L
KH
URT
P (g)
(g)
(kkal)
(g)
(g)
gls
40
78
2.0
0.0
20
1
60
75 10.5
3.0
0.0
ptg
1 sdt
5
50
0.0
5.0
0.0

3
0
0.0
0.0
0.0
sdm
1 ptg
55
38
2.5
1.5
3.5
1/5
20
5
0.2
0.0
1.0
gls
gls
50
13
0.5
0.0
2.5

13
50
0.0
0.0
12
sdm
1 gls
200
125
7
6
10
434 22.7 15.5
49
2 bh
100
100
0.0
0.0
24
1 gls
200
75
7
0.0
10
2 sdm
26
100
0.0
0.0
24
275
7
0.0
58
gls
50
78
2.0
0.0
20

Ikan tuna

3 sdm

60

75

10.5

3.0

0.0

Tempe
Minyak

2 ptg
1 sdt

sdm
9/20
gls
1 ptg

sdm
1 gls

50
5

75
50

5.0
0.0

3.0
5.0

7.0
0.0

0.0

0.0

0.0

45

11

0.5

0.0

2.3

115

50

0.0

0.0

12.0

25

0.0

0.0

6.0

200

2 ptg
1 btr
gs
2 sdm
1 ptg

47
55
100
26
35

2 bh

210

125
489
118
75
38
100
125
456
175

7.0
25
2.7
7.0
3.5
0.0
7.0
20.2
4.0

6.0
17
0.0
5.0
0.0
0.0
6.0
11
0.0

10.0
57.3
26.7
0.0
5.0
24.0
10.0
65.7
40.0

Bahan
Pangan
beras
ayam

Ayam
kecap

minyak
kecap

Pagi

Pepes tahu
Sayur
bening
Susu

tahu
kacang
panjang
labu siam
gula
susu sapi

SUBTOTAL
Sel I

Banana
smoothies

SUBTOTAL
Nasi tim
Ikan
bumbu
kuning

Siang

Tempe
bacem
Tumis
kangkung
Pepaya

Pisang
Susu skim
Gula

kecap
Kangkung

Gula
Susu
SUBTOTAL
Sel II

Puding
roti

SUBTOTAL
Malam Pure
kentang

Roti putih
Telur
Susu skim
Gula
Keju
kentang

Waktu
Makan

Menu
Makanan

Bahan
Pangan
ayam

Steak
ayam

Jus
semangka
SUBTOTAL
TOTAL

tepung
terigu
kacang
polong
minyak
buncis
semangka
gula

Ukuran
Kandungan Zat Gizi
Berat
E
L
KH
URT
P (g)
(g)
(kkal)
(g)
(g)
1
60
75 10.5
3.0
0.0
ptg
1 sdm

35

0.8

0.0

8.0

2 sdm

25

75

5.0

3.0

7.0

sdt
1 ptg
1 ptg
1 sdm

2
18
200
13

25
5
50
50
490
2144

0.0
0.2
0.0
0.0
20.5
95.4

2.5
0.0
0.0
0.0
8.5
52

0.0
1.0
12.0
12.0
80
310

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring Antropometri
Keluhan mual pada Os dapat membatasi kemampuan Os dalam
mengonsumsi makanan. Monitoring antopometri bertujuan untuk memantau berat
badan Os. Monitoring antropometri bertujuan untuk dapat mempertahankan berat
badan normal atau mencegah penurunan berat badan pada Os. Status gizi Os juga
harus dimonitoring berdasarkan indikator IMT.
Monitoring Biokimia
Pemeriksaan biokimia pada Os menunjukkan kadar hemoglobin dan
albumin yang rendah terkait dengan penyakit gastritis akut dan dispepsia pada Os.
Monitoring biokimia diperlukan untuk memantau kadar hemoglobin dan albumin
dalam darah Os agar menjadi normal.
Klinis dan Fisik
Hasil pengukuran klinis dan fisik menunjukkan bahwa Os memiliki tekanan
darah yang rendah dan laju pernapasan yang tinggi, serta adanya keluhan mual
yang dialami Os, Monitoring diperlukan untuk mengontrol tekanan darah dan laju
pernapasan agar dapat kembali normal.
Asupan
Kebutuhan zat gizi Os yaitu energi sebesar 2626 kkal, protein 131,3 g, 46,68
g, 393,3 g. Berdasarkan kondisi pasien, diet yang diberikan kepada Os adalah diet
lambung III dengan energi sebesar 2114 kkal yang diberikan secara bertahap dan
dapat memenuhi 81,6% dari kebutuhan harian Os. Makanan diberikan dalam
bentuk makanan lunak dengan frekuensi 3 kali makan utama dan 2 kali selingan.
Berikut adalah tabel susunan menu sehari untuk Os.

Tabel 6 Menu sehari berdasarkan DKBM


Waktu
Makan

Menu
Makanan
Nasi tim

Beras

Ukuran
Kandungan Zat Gizi
Berat
E
L
KH
URT
P (g)
(g)
(kkal)
(g)
(g)
gls
40
156
3.1
0.5
33.8
1
46
70
4.2
5.8
0.0
ptg
1 sdt
4
36
0.0
4.0
0.0

3
0
0.0
0.0
0.0
sdm
1 ptg
54
37
4.2
2.5
0.9
1/5
18
64
3.1
0.3
12.6
gls
gls
44
9
0.2
0.0
2.4

6
22
0.0
0.0
5.6
sdm
1 gls
200
380 14.0 15.0
50.0
774 28.9 28.1 105.4
2 bh
119
88
1.1
0.2
23.0
1 gls
200
122
6.4
7.0
8.6
1 sdm
13
47
0.0
0.0
12.2
258
7.5
7.2
43.8
gls
50
168
3.4
0.6
36.4

Ikan teri

3 sdm

35

27

5.6

0.4

0.0

Tempe
Minyak

2 ptg
1 sdt

sdm
9/20
gls
1 ptg

sdm
1 gls

47
8

70
72

8.6
0.0

1.9
8.0

6.0
0.0

0.0

0.0

0.0

45

0.9

0.1

1.7

115

40

0.4

0.0

10.5

22

0.0

0.0

5.6

200

2 ptg
1 btr
gs
2 sdm
1 ptg

44
43
75
13
35

122
530
109
63
46
47
114
379

6.4
25.3
3.5
5.0
2.4
0.0
8.0
18.9

7.0
17.9
0.5
4.5
2.6
0.0
7.1
14.7

8.6
68.8
22.0
0.3
3.2
12.2
4.6
42.3

kentang

2 bh

210

148

3.6

0.2

34.1

ayam

60

105

6.3

8.7

0.0

Bahan
Pangan
beras
ayam

Ayam
kecap

minyak
kecap

Pagi

Pepes tahu
Sayur
bening
Susu

tahu
kacang
panjang
labu siam
gula
susu sapi

SUBTOTAL
Sel I

Banana
smoothies

SUBTOTAL
Nasi tim
Ikan
bumbu
kuning

Siang

Tempe
bacem
Tumis
kangkung
Pepaya

Pisang
Susu skim
Gula

kecap
Kangkung

Gula
Susu
SUBTOTAL
Sel II

Puding
roti

SUBTOTAL
Malam Pure
kentang
Steak

Roti putih
Telur
Susu skim
Gula
Keju

Waktu
Makan

Menu
Makanan

ayam

Jus
semangka
SUBTOTAL
TOTAL

Bahan
Pangan
tepung
terigu
kacang
polong
minyak
buncis
semangka
gula

Ukuran
Berat
URT
(g)
ptg

Kandungan Zat Gizi


E
L
KH
P (g)
(kkal)
(g)
(g)

1 sdm

15

0.4

0.1

3.1

2 sdm

25

80

5.5

0.4

14.1

sdt
1 ptg
1 ptg
1 sdm

2
18
200
13

18
6
26
47
444
2385

0.0
0.4
0.5
0.0
16.6
97

2.0
0.0
0.2
0.0
11.6
79

0.0
1.2
6.3
12.2
71.1
331

140

160

Tingkat ketersediaan
Karbohidrat
Lemak
Protein
Energi
0

20

40

60

80

100

120

180

Berdasarkan tabel 6, tingkat ketersediaan zat gizi dapat dihitung dengan cara
membandingkan kandungan zat gizi yang tersedia pada diet yang disajikan
dengan kebutuhan zat gizi Os. Berikut merupakan grafik tingkat ketersediaan
energi, lemak, protein, dan karbohidrat pada Os.
Gambar 2 Grafik tingkat ketersediaan zat gizi
Berdasarkan grafik di atas, diketahui persentase zat gizi energi, protein,
lemak, dan karbohidrat berturut-turut sebesar 91%, 74%, 169%, dan 84%.
Menurut WNPG (2004), persentase asupan zat gizi makro dapat dikatakan baik
yaitu jika berkisar antara 80-110%, sedangkan yang telah sesuai dengan rentang
persentase asupan gizi yang baik tersebut adalah energi dan karbohidrat walaupun
tidak mencapai 100%, tingkat ketersediaan energi dan karbohidrat pada Os sudah
mencukupi karena diet yang diberikan kepada Os merupakan diet secara bertahap.
Persentase ketersediaan protein masih di bawah rentang tetapi dalam batas
minimal yang aman (>70%), sedangkan lemak melebihi rentang persentase zat
gizi yang baik.

Evaluasi untuk sarapan adalah peletakan makanan harus langsung di plato,


pepes tahunya akan lebih baik jika ditambah telur atau merica, porsi sayur
dikurangi dan diganti dengan buah, rasanya terlalu asin untuk tahu, sayur, dan
ayamnya. Evaluasi untuk selingan 1 adalah secara keseluruhan banana smoothies
dan puding roti rasanya enak, tetapi porsi puding rotinya terlalu banyak. Evaluasi
untuk makan siang adalah nasi tim yang tidak jadi karena lebih sesuai dengan
bentuk nasi, porsi telah sesuai, teri bumbu kuning dan sayur kangkung terlalu
asin, dan pemilihan bahan pangan teri dan kangkung yang jarang dilakukan di
rumah sakit. Evaluasi makan malam adalah penyajian yang kurang tepat karena
tidak boleh digabung di dalam satu piring semua jenis makanannya, rasa bumbu
steak ayam terlalu asin, dan tekstur ayamnya keras.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Os didiagnosis mengalami gastritis akut dan dispepsia, tetapi dengan
kondisi yang telah membaik setelah 3 hari di rumah sakit. Kebutuhan energi,
protein, lemak, dan karbohidrat Os berturut-turut adalah 2626 kkal, 131.3 g, 58.4
g, 393.9 g. Jenis diet yang diberikan pada Os adalah diet lambung III makanan
lunak dengan tujuan agar makanan yang disajikan mudah ditelan dan dicerna serta
membantu memperbaiki keadaan Os. Kandungan zat gizi pada diet Os yaitu
energi sebanyak 2385 kkal, protein 97 g, lemak 79 g, dan karbohidrat 331 g.
Tingkat ketersediaan zat gizi energi, protein, dan karbohidrat dalam diet yang
disajikan sudah mencukupi kebutuhan Os, sedangkan lemak tersedia berlebih.
Makanan diberikan secara bertahap dan dibagi menjadi 3 kali makan utama dan 2
kali selingan.
Saran
Sebaiknya lebih berhati-hati dalam pemilihan bahan makanan untuk diet
pasien karena tidak semua bahan pangan sesuai dengan standar rumah sakit dan
rasa lebih diperbaiki untuk praktikum masak selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
[WHO] World Health Organization. 2004. Classification of nutritional status.
www.who.int/nutrition/nlis_interpretation_guide.pdf who nutritional status.
[29 November 2015].
Abdullah M, Gunawan J. 2012. Dispepsia. CDK. 39(9): 647-651.
Dwigint S. 2015. The relation of diet pattern to dyspepsia syndrome in college
student. J. Majority. 4(1): 74-80.

Lee Y, Liou J, Wu M, Wu C, Lin J. 2008. Review: eradication of Helicobacter


pylori to prevent gastroduodenal disease. Therapeutic Advances in
Gastroenterology. 1(2):111-120.
Mahan LK, Stump SE. 2008. Krauses Food & Nutrition Therapy. Missouri
(CA): Elsevier.
Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. 2010. Nutrition Therapy &
Pathophysiology. Belmont (US): Cengage Learning.
Praptiwi A, Mulyo GD, Iskandar HI, Suryatin Y. 2012. Kadar albumin pasien
rawat picu rsab harapan kita tahun 2010: dampak terhadap mortalitas dan
morbiditas. Sari Pediatri. 14(4): 256-259.
Rivai AT. 2009. Status Albumin Serum Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang
menjalani hemodialisis di RS Cipto Mangunkusumo pada bulan Februari
2009 dan hubungannya dengan lama menjalani dialisis. Depok (ID):
Universitas Indonesia.
Supriyanta. 2012. Pengaruh suplementasi modisco putih telur terhadap perubahan
kadar albumin pada pasien bedah dengan hypoalbuminemia di rsup dr.
kariadi semarang. Medica Hospitalia. 1(2): 130-133
Susanti A, Briawan D, Uripi V. 2011. Faktor risiko dispepsia pada mahasiswa
institute pertanian bogor (ipb). Jurnal Kedokteran Indonesia. 2(1): 80-91.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai