Laporan Ke-3 Revisi
Laporan Ke-3 Revisi
Tanggal
: 25 November 2015
Tempat: Lab.Kulinari dan
Dietetik 1
Oleh:
Kelompok 11C
Annisa Dwi Wahyuni
Bernadette Victoria
I14130037
I14130120
Asisten Praktikum:
Wiwi Febriani, S.Gz
Dini Kurnianingsih
Koordinator Mata Kuliah:
Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS
PENDAHULUAN
Diare merupakan kondisi terjadinya frekuensi defekasi yang berlebih
(lebih dari 3 kali sehari) serta adanya perubahan jumlah dan konsistensi feses
yang cair (Baughman dan Hackley 2000). Diare dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, keracunan makanan, infeksi kuman atau mikroorganisme lain, maupun
bakteri atau amuba (parasit). Hal lain yang dapat menyebabkan diare antara lain
mengonsumsi makanan atau minuman tertentu yang tidak cocok bagi usus, alergi
terhadap makanan atau minuman tertentu, efek samping obat-obatan, adanya
penyakit usus, atau pun malabsorpsi (Wirawan 2013).
Diare dapat dibedakan menjadi dua macam, diare akut dan diare kronis.
Diare akut disebabkan oleh infeksi atau keracunan makanan atau pun kelainan
usus. Pemeriksaan fisis pada diare akut menunjukkan adanya kekurangan cairan
(dehidrasi) disertai takikardia dan hipotensi postural sehingga membutuhkan
cairan intravena. Diare kronis merupakan diare yang sebagian besar disebabkan
oleh infeksi, biasanya dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Pemeriksaan fisis pada
diare kronis antara lain adanya penurunan berat badan, perubahan kuku
(koilonikia, leukonikia), lidah dan mulut didapatkan glossitis, keilitis, ulkus, dan
memar (Davey 2005).
Salah satu penyebab diare pada anak adalah rotavirus, yang sering
menyebabkan muntah dan keluarnya diare cair yang cukup banyak sehingga
menyebabkan anak berpotensi terkena dehidrasi (Wirawan 2013). Dehidrasi
terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak cairan dari pada yang diperoleh.
Keadaan tersebut dapat timbul pada penyakit diare yang berat atau pun penyakit
berat lainnya. Dehidrasi berat dapat menyebabkan denyut nadi cepat dan lemah.
Tanda-tanda dehidrasi berat antara lain mata cekung dan tidak ada air mata, urin
sedikit dan berwarna kuning gelap, mulut kering, serta kelenturan kulit
menghilang (Werner et al. 2010).
Jenis dehidrasi menggambarkan kehilangan cairan dan elektrolit
berdasarkan pada kadar natrium serum atau osmolalitas plasma. Dehidrasi
hipotonik atau hiponatremik terjadi bila kadar natrium serum kurang dari 130
mEq/L, dehidrasi isotonik atau isonatremik terjadi bila kadar natrium serum 130150 mEq/L, dan dehidrasi hipertonik atau hipernatremik bila kadar natrium serum
lebih dari 150 mEq/L. Dehidrasi hiponatremik menyebabkan hasil akhir
penurunan volume ekstraseluler berat yang secara klinis tampak sebagai dehidrasi
berat yang mengakibatkan kegagalan sirkulasi. Pemeriksaan laboratorium dapat
bermanfaat untuk mengevaluasi sifat dan beratnya dehidrasi. Peningkatan kadar
hemoglobin, hematokrit dan protein plasma dapat menjadi perkiraan beratnya
dehidrasi dan monitor respon rehidrasi (Behrman et al. 2000). Patofisiologi
penyakit Os tersaji pada Gambar 1.
Diare
Hipoglikemia
Dehidrasi
Hiponatremia
Hematokrit tinggi
NRM
Nama
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Tanggal Kasus
Diagnosis Medis
: 003001
: An. F
: Perempuan
: N/A
: 18 November 2015
: Diare dengan dehidrasi berat e.c.cholera
Asesmen Gizi
Antropometri
BB
: 23 kg (BBI : 23 kg)
TB
: 121 cm
Biokimia
Parameter
Hemoglobin (Hb)
Hematokrit (Hct)
Glukosa
Natrium
Kalium
Parameter
Bibir dan mulut
Abdominal
Mual dan muntah
Hasil
Kering
Mulas
(-)
Nilai Rujukan
Interpretasi
Riwayat Gizi
Os tidak suka mengonsumsi sayur dan buah serta sering mengonsumsi
jajanan di pinggir jalan. Tabel asupan sebelum masuk rumah sakit (SMRS) Os
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Asupan SMRS Os
Zat Gizi
Kebutuhan
SMRS
% SMRS
Energi (kkal)
2153
777
36.1
Protein (g)
80.7
25.1
31.1
Lemak (g)
59.8
19.0
31.8
Karbohidrat (g)
322.9
81.1
25.1
Tabel 3 menunjukkan bahwa asupan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat Os sangat rendah yaitu di bawah 70% dari persen SMRS. Menurut
WNPG (2004), persentase asupan zat gizi makro dapat dikatakan baik jika
berkisar antara 80-110%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa asupan energi,
protein, lemak, dan karbohidrat Os tergolong defisit.
Riwayat Personal
Riwayat Penyakit
: N/A
Diagnosa Gizi
Domain Intake :
NI 2.1 Makanan melalui oral tidak adekuat berkaitan dengan diare dan
dehidrasi berat ditandai oleh tinja seperti air cucian beras, berbau anyir, perut
mulas, tidak mual dan muntah, sangat lemah, mata cekung, turgor, tonus lemah,
tidak buang air kecil sejak diare, bibir, mulut kering serta menangis tetapi tidak
keluar air mata.
Domain Clinis :
NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (natrium dan glukosa)
berkaitan dengan dehidrasi dan diare ditandai oleh nilai natrium yang rendah (110
mmol/L) dan glukosa yang rendah (70 g/dL).
Domain Behaviour :
NB 1.7 Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurang
terpaparnya informasi mengenai gizi ditandai oleh konsumsi makanan yang tidak
seimbang dan kebiasaan makan makanan di pinggir jalan.
Perkiraan Kebutuhan Gizi
AMB
= 23 x 60 = 1380
Kebutuhan Energi
= AMB x FA x FS
= 1380 x 1.2 x 1.3 = 2153 kkal
= (1938 - 2368) kkal
Toleransi 10%
Kebutuhan Protein
= (15% AKE) / 4
= (15% x 2153 kkal) / 4
= 80.7 g
= (72.6 - 88.8) g
Toleransi 10%
Kebutuhan Lemak
= (25% AKE) / 9
= (25% x 2153 kkal) / 9
= 59.8 g
= (53.8 - 65.8) g
Toleransi 10%
Kebutuhan Karbohidrat
Toleransi 10%
= (60% AKE) / 4
= (60% x 2153 kkal) / 4
= 322.9 g
= (290.6 355.2) g
Intervensi Gizi
Tujuan
Tujuan pemberian diet rendah sisa I pada kasus, yaitu untuk:
1. Meningkatkan asupan cairan dengan cara pemberian makanan
berkonsistensi lunak dan rendah serat yang diberikan secara bertahap
dimulai dari 70% dari kebutuhan energi.
2. Mencegah hiponatremia dan hipoglikemia.
3. Memberikan edukasi mengenai pedoman gizi seimbang dan konsumsi
makanan yang memiliki sanitasi baik.
Implementasi
Diberikan diet rendah sisa I sebesar 2153 kkal yang diberikan secara
bertahap mulai dari 70% kebutuhan energi harian Os yaitu 1500 kkal energi, 56.2
g protein, 42.7 g lemak, dan 225 g karbohidrat. Diet diberikan dalam bentuk
makanan saring dan lunak dengan frekuensi tiga kali makanan utama dan dua kali
makanan selingan melalui jalur peroral.
Golongan
Makanan pokok
Pangan hewani
Pangan nabati
Sayur
Buah
SP
1.4
4.2
1.8
2.3
3.0
Selingan 2
0.1
0.2
1.0
0.0
0.0
Malam
0.25
1.0
0.5
0.1
2.0
Golongan
Gula
Minyak
SP
7.0
2.6
Pagi
3.0
0.0
Selingan 1
1.0
1.0
Siang
1.0
1.0
Selingan 2
0.0
0.5
Malam
2.0
0.1
Nama
menu
Oatmea
l
Makan
pagi
(27.17%
)
Telur
rebus
Sari
wortel
Bahan
makanan
Bera
t (g)
URT
Havermou
t
24.5
3 sdm
88
2.0
0.0
20.0
Gula pasir
13
1 sdm
50
0.0
0.0
12.0
25
bh
25
0.0
0.0
6.0
55
1 btr
75
7.0
5.0
0.0
Wortel
200
1 bj
50
0.0
0.0
10.0
Gula pasir
26
2 sdm
100
0.0
0.0
24.0
388
9.0
5.0
72.0
Pisang
ambon
Telur
ayam
SUBTOTAL
Selingan
1
(11.06%
)
Roti
bakar
Makan
siang
(24.09%
)
Bening
bayam
Sari
jeruk
SUBTOTAL
KH
(g)
Roti
23
1 ptg
58
1.3
0.0
13.3
Margarin
1 sdt
50
0.0
0.0
5.0
Meses
13
1 sdm
50
0.0
0.0
12.0
158
1.3
5.0
25.3
SUBTOTAL
Bubur
ayam
Kandungan Gizi
E
P
L
(kkal
(g) (g)
)
Beras
100
gls
44
1.0
0.0
10.0
Ayam
40
1 ptg
50
7.0
2.0
0.0
Tahu
30
ptg
20
1.4
0.8
1.9
Telur
puyuh
55
4 bh
75
7.0
5.0
0.0
Minyak
1 sdt
50
0.0
5.0
0.0
Bayam
20
1/5 gls
0.2
0.0
1.0
Jeruk
110
2 bh
50
0.0
0.0
12.0
Gula pasir
13
1sdm
50
0.0
0.0
12.0
344
16.
6
12.
8
36.9
Serat
(g)
0.85
9
0.00
0
0.22
5
0.00
0
0.00
0
0.00
0
1.08
4
0.23
3
0.00
0
0.00
0
0.23
3
0.06
3
0.00
0
0.15
1
0.00
0
0.00
0
0.65
3
0.00
0
0.00
0
0.86
7
Ukuran
Waktu
makan
Selingan
2
(8.96%)
Nama
menu
Bahan
makanan
Bera
t (g)
URT
Tahu
110
1
bj
75
bsr
5.0
3.0
7.0
KH
(g)
Ayam
1/5 ptg
10
1.4
0.4
0.0
Minyak
2.5
sdt
25
0.0
2.5
0.0
Terigu
1/10
sdm
18
0.4
0.0
4.0
128
6.8
5.9
11.0
Tahu isi
SUBTOTAL
Apel
170
2 bh
100
0.0
0.0
24.0
Gula pasir
25
2 sdm
100
0.0
0.0
24.0
Bubur
Beras
25
gls
44
1.0
0.0
10.0
Telur
rebus
Pepes
tahu
Telur
ayam
55
1 btr
75
7.0
5.0
0.0
Tahu
55
bj
38
2.5
1.5
3.5
Tauge
10
1/10
gls
0.1
0.0
0.5
Minyak
1 sdm
50
0.0
Sari
apel
Makan
malam
(28.72%
)
Kandungan Gizi
E
P
L
(kkal
(g) (g)
)
Tumis
tauge
SUBTOTAL
410
TOTAL
1428
10.
6
44.
3
10.
0
16.
5
45.
2
0.0
62.0
207.
2
Serat
(g)
0.55
5
0.00
0
0.00
0
0.07
5
0.63
0
0.00
0
0.00
0
0.06
3
0.00
0
0.27
7
0.60
5
0.00
0
0.94
5
3.75
9
Menu
Makana
n
Oatmeal
Pagi
Sari
wortel
Telur
rebus
Bahan
Pangan
Ukuran
Bera
URT
t (g)
Havermou
t
24
3 sdm
Gula pasir
39
3 sdm
Pisang
ambon
30
bh
Wortel
200
2 gls
Telur
Ayam
48
1 btr
SUBTOTAL
Selinga
n1
Roti
bakar
Roti
23
Margarin
1 ptg
sdg
1 sdt
E
(kkal)
Waktu
makan
Menu
Makana
n
Bahan
Pangan
Meses
Ukuran
Bera
URT
t (g)
13
1 sdm
Beras
25
gls
Ayam
40
1 ptg
Tahu
30
ptg
Telur
Puyuh
55
4 bh
Minyak
1 sdt
Bayam
20
1/5
gls
Jeruk
55
2 bh
Gula
13
1 sdm
SUBTOTAL
Bubur
ayam
Siang
Bening
bayam
Sari
jeruk
SUBTOTAL
Selinga
n2
1 bj
bsr
1/5
ptg
Tahu
117
Ayam
14
Minyak
2.5
sdt
Terigu
1/10
sdm
Apel
136
2 bh
Gula pasir
26
2 sdm
Bubur
Beras
25
gls
Telur
rebus
Pepes
tahu
Telur
ayam
55
1 btr
Tahu
55
Tauge
25
Minyak
Tahu Isi
SUBTOTAL
Sari apel
Malam
Tumis
Tauge
SUBTOTAL
bj
bsr
1/10
gls
1 sdt
Waktu
makan
Menu
Makana
n
Bahan
Pangan
Ukuran
Bera
URT
t (g)
TOTAL
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kandungan Gizi
Gambar
2 Grafik persentase tingkat ketersedian zat gizi
Grafik persentase ketersediaan antara penyajian dengan kebutuhan Os
pada Gambar 2 menunjukkan bahwa persentase ketersediaan zat gizi energi,
protein, lemak, dan karbohidrat berturut-turut sebesar 64.0%, 97.7%, 87.5%, dan
74.4%. Menurut WNPG (2004), persentase asupan zat gizi makro dapat dikatakan
baik jika berkisar antara 80-110%. Zat gizi yang sudah sesuai dengan rentang
persentase adalah protein dan lemak. Sedangkan, persentase ketersediaan energi
dan karbohidrat masih berada di bawah rentang ketersediaan baik. Intervensi yang
diberikan memang belum dapat memenuhi 100% kebutuhan pasien, karena pada
kasus diare dengan dehidrasi berat tidak memungkinkan pasien untuk
mengonsumsi makanan saring dalam jumlah yang banyak sesuai dengan tingkat
kebutuhannya. Makanan diberikan secara bertahap sampai memenuhi kebutuhan
100% dari makanan saring sampai makanan biasa. Perbandingan persentase zat
gizi antara perencanaan (DBMP) dan penyajian (DKBM) disajikan pada Gambar
3 berikut.
100
90
80
70
60
Persentase 50
40
30
20
10
0
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat
Kandungan Gizi
DBMP
DKBM
Saran
Praktikum berikutnya sebaiknya lebih diperhatikan lagi mengenai
pemilihan bahan makanan, rasa dan tampilan menu, serta variasi menu sehari
yang akan disajikan.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman DC, Hackley JC. 2000. Keperawatan Medical-Bedah: Buku Saku
Untuk Brunner dan Suddarth. Asih Y, penerjemah. Jakarta(ID): EGC.
Terjemahan dari: Handbook for Brunner and Suddarths Textbook of
Medical-Surgical Nursing.
Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Vol.1. Wahab AS,penerjemah. Jakarta(ID): EGC. Terjemahan dari: Nelson
Textbook of Pediatrics.
Davey P. 2005. At a Glance Medicine. Rahmalia A dan Novianty C, penerjemah.
Jakarta(ID): Erlangga. Terjemahan dari: Medicine at A Glance.
Werner D, Thuman C, Maxwell J. 2010. Apa yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada
Dokter. Yogyakarta(ID): ANDI Yogyakarta.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). 2004. Jakarta(ID): Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Wirawan IMC. 2013. Kata Dokter. Jakarta(ID): PandaMedia.
LAMPIRAN