Anda di halaman 1dari 12

ILUSTRASI KASUS

No. Registrasi RSCM : 011/IV/PKT/1/2015


Waktu Pemeriksaan

: Jumat, 9 Januari 2015, pukul 20.50 WIB

Identitas Korban
Nama

: An. R

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 5 tahun

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Jalan Johari No.21 RT 003/010 Keb.Lama selatan jaksel

Keterangan

: Korban datang ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan


membawa Surat Permintaan Visum (SPV) utuk meminta pembuatan
Visum et Repertum (VER) pada tanggal 9 Januari 2015.

Riwayat Medis
Anamnesis
Menurut ibu korban, pada akhir bulan Desember tahun dua ribu empat belas sebelum Natal,
kemaluan korban dmasuki oleh kemaluan pelaku (anak laki-laki, usia sekitar tujuh tahun), korban
juga pernah dipaksa untuk membuka mulut dan jongkok, lalu pelaku berusaha memasukkan
penisnya kedalam kemaluan korban. Hal tersebut diketahui oleh ibu korban setelah diberitahu oleh
teman korban yang merupakan saksi mata kejadian tersebut. Kejadian serupa juga sering dialami
oleh beberapa anak perempuan di sekitar rumah pelaku. Bulan Desember tahun duaribu empat
belas, korban pernah mengeluh nyeri saat buang air kecil, perilaku jinjit saat berjalan karena
kesakitan dan demam selama dua hari, tetapi ketika ditanya oleh ibunya apa penyebabnya, korban
tidak mau bercerita. Korban juga mengaku pernah dipukul oleh pelaku pada dada karena menolak
keinginan pelaku. Riwayat keluarga, orangtua korban sudah bercerai sejak tahun dua ribu sebelas,
korban adalah anak keempat dari empat bersaudara ( tiga saudaranya di Palembang), korban hanya
tinggal berdua dengan ibunya.

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


RUMAH SAKIT DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Jalan Diponegoro no 71 Jakarta Pusat 10430
Kotak Pos 1086Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991
Nomor
Perihal
Lampiran

: 011/IV/PKT/1/2015
:Visum Et-Repertum
: 1 eksemplar

PRO JUSTITIA
Jakarta, 9 Januari 2015
VISUM ET REPERTUM
011/IV/PKT/1/2015
Yang bertanda tangan di bawah ini dr. Andreas Elbert , dokter pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, atas permintaan tertulis dari
Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Pusat, dengan nomor surat 12/VER/I/2015/res Jaksel, tanggal
sembilan Januari dua ribu lima belas, dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal sembilan Januari dua ribu
lima belas, pukul dua puluh lebih lima puluh menit Waktu Indonesia Barat bertempat di Rumah Sakit Umum
Pusat Nasional dr. Ciptomangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan atas pasien nomor registrasi:
4001397
yang
menurut
surat
tersebut
adalah:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Nama
: An. R-------------------------------------------------------------------------------------------Umur
: 5 tahun---------------------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin
: Perempuan -----------------------------------------------------------------------------------Agama
: Islam ----------------------------------------------------------------------------------------Kebangsaan
: Indonesia -------------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan
: --------------------------------------------------------------------------------------------------Alamat
: Jalan Johari No.21 RT 003/010 Keb.Lama selatan jaksel--------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN-------------------------1. Menurut ibu korban, pada akhir bulan Desember tahun dua ribu empat belas sebelum Natal,
kemaluan korban dmasuki oleh kemaluan pelaku (anak laki-laki, usia sekitar tujuh tahun), korban
juga pernah dipaksa untuk membuka mulut dan jongkok, lalu pelaku berusaha memasukkan
penisnya kedalam kemaluan korban. Hal tersebut diketahui oleh ibu korban setelah diberitahu oleh
teman korban yang merupakan saksi mata kejadian tersebut. Kejadian serupa juga sering dialami
oleh beberapa anak perempuan di sekitar rumah pelaku. Bulan Desember tahun duaribu empat belas,
korban pernah mengeluh nyeri saat buang air kecil, perilaku jinjit saat berjalan karena kesakitan dan
demam selama dua hari, tetapi ketika ditanya oleh ibunya apa penyebabnya, korban tidak mau
bercerita. Korban juga mengaku pernah dipukul oleh pelaku pada dada karena menolak keinginan
pelaku. Riwayat keluarga, orangtua korban sudah bercerai sejak tahun dua ribu sebelas, korban
adalah anak keempat dari empat bersaudara ( tiga saudaranya di Palembang), korban hanya tinggal
berdua dengan ibunya.-------2. Korban datang dalam keadaan sadar penuh dengan keadaan umum baik. Korban agak tertutup, tetapi
masih bisa bercerita meski jawabannya sepotong-sepotong.-----------------------------------3. Penampilan umum/ sikap rapi/ kooperatif. ---------------------------------------------------------------4. Frekuensi nadi seratus lima belas kali per menit, frekuensi nafas lima belas kali per menit, berat
badan dua puluh satu kilogram, tinggi badan seratus empat belas sentimeter. ----------------------5. Tidak ditemukan luka pada bagian tubuh lainnya.-------------------------------------------------------6.Pada pemeriksaan kelamin:................................
Halaman 1 dari 2 halaman.....................................
Lanjutan hasil visum nomor: 011/IV/PKT/1/2015

Halaman 2 dari 2 halaman................................................


6. Pada pemeriksaan kelamin:---------------------------------------------------------------------------------a. Bagian luar
: pada bibir besar dan kecil tidak ditemukan luka-luka
b. Selaput dara
: utuh, diameter lubang kemaluan nol koma delapan sentimeter, tidak
ditemukan luka-luka
c. Bagian dalam
:t idak dilakukan pemeriksaan------------------------------------------------Kesimpulan ------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan terhadap korban anak perempuan berusia sekitar lima tahun ini, ditemukan selaput dara
utuh dan tidak ditemukan luka-luka pada bagian tubuh lainnya.kemungkinan terjadinya persetubuhan
(memasukkan penis pelaku kedalam kelamin korban) maupun perbuatan cabul (berupa memasukkan kelamin
pelaku kedalam mulut korban), seperti yang diakui korban, tidak dapat disingkirkan karena pelaku masih
kecil, kejadiannya sudah lama berlalu dan perbuatan seperti itu (antara dua anak-anak) pada umumnya tidak
cukup untuk menyebabkan timbulnya luka maupun tanda pada mulut maupun kemaluan korban, yang dapat
dideteksi oleh dokter--------------------------------------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).---------------------------------------------------------------------------------------------------------------Dokter tersebut diatas,

Dr. Andreas Elbert


NIP.112013253

PEMBAHASAN UMUM
Aspek Hukum
Kejahatan terhadap kesusilaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan sesorang yang
menimbulkan kepuasan seksual dan di sisi lain perbuatan tersebut mengganggu kehormatan orang
lain. Kejahatan seksual ialah kejahatan yang timbul diperoleh melalui persetubuhan.
Pesetubuhan adalah masuknya penis ke dalam vagina, sebagian atau seluruhnya, dengan
atau tanpa ejakulasi, setidaknya melewati verstibulum. Percabulan adalah setiap penyerangan
seksual tanpa terjadi persetubuhan. (1)
Aspek hukum mengenai kejahatan terhadap kesusilaan dan kejahatan seksual ialah :
1. KUHP
a) Pasal 284 KUHP
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun :
1a. Seorang pria telah kawin yang melakukan zinah, pada hal diketahui, bahwa pasal 27
BW berlaku baginya
1b. Seorang wanita telah kawin yang melakuakn zinah, pada hal diketahui, bahwa pasal
27 berlaku baginya
b) Pasal 285 KUHP
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
c) Pasal 286 KUHP
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, pada hal diketahui
bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun
d) Pasal 287 KUHP
1. Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, pada hal diketahui
atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau
umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, diancam dengan pidanan penjara
paling lama sembilan tahun

e) Pasal 288 KUHP


1. Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di dalam perkawinan, yang diketahui
atau sepatutnya harus diduga bahwa belum mampu dikawin, diancam, apabila perbuatan
mengakibatkan luka-luka dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
f) Pasal 289 KUHP
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang anak untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan
perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama 9
tahun.
g) Pasal 290 KUHP
Diancam dengan pidana palinh lama tujuh tahun :
1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul, dengan seorang pada ha diketahui, bahwa
orang itu pingsan atau tidak berdaya;
2) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang pada hal diketahui atau
sepatutunya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalu
umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu kawin;
3) Barang siapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutunya harus diduga,
bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kala umurnya tidak ternyata, bahwa
belum mampu kawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,
atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.
h) Pasal 292 KUHP
Orang yang cukup umur, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sama kelamin,
yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa belum cukup umur, diancam pidana
penjara paling lama lima belas tahun
2. UU NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
a. Pasal 81
Dengan kekerasan atau ancaman memaksa anak (belum18 tahun) bersetubuh dengannya
atau dengan orang lain dikenai pidana penjara paling lama lima belas tahun atau pidana
denda sebesar paling banyak tiga ratus juta rupiah
5

b. Pasal 82
Dengan kekerasan atau ancaman, tipuan, kebohongan, bujukan terhadap anak (belum 18
tahun) berbuat cabul dengannya atau dengan orang lain dikenai pidana penjara paling lama
lima belas tahun atau pidana sebesar paling banyak tiga ratus juta rupiah

Prosedur Medikolegal
Adapun prosedur medikolegal yang harus diperhatikan pada kasus kejahatan seksual :
1. Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis dari penyidik
yang berwenang (pasal 133 KUHAP)
2. Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti. Kalau korban
datang sendiri dengan membawa surat permintaan dari polisi, jangan diperiksa, suruh
korban kembali kepada polisi.
3. Setiap visum et repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh
korban pada waktu permintaan visum et repertum diterima oleh dokter.
4. Ijin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika korban adalah
seorang anak, dari orang tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu tindakan-tindakan apa
yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan disampaikan pada pengadilan.
Hal ini perlu diketahui walaupun pemeriksaan dilakukan atas permintaan polisi, belum tentu
korban akan menyetujui pemeriksaan itu dan tidak menolaknya. Selain itu bagian yang akan
diperiksa merupakan the most private part dari tubuh seorang wanita.
5. Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu memeriksa badan.
6. Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama. Hindarkan korban
menunggu dengan perasaan was-was dan cemas di kamar periksa. Apalagi bila korban
adalah seorang anak. Semua yang ditemukan harus dicatat, jangan tergantung pada ingatan
semata.
7. Visum et repertum diselesaikan secepat mungkin. Dengan adanya visum et repertum perkara
cepat dapat diselesaikan. Seorang terdakwa dapat cepat dibebaskan dari tahanan, bila
ternyata ia tidak bersalah.
8. Terkadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh seorang ibu/ayah untuk
memeriksa anak perempuannya, karena ia merasa sangsi apakah anaknya masih perawan,
6

atau karena ia merasa curiga kalau-kalau atas diri anaknya baru terjadi persetubuhan.
Dalam hal ini sebaiknya ditanyakan dulu maksud pemeriksaan, apakah sekedar ingin
mengetahui saja, atau ada maksud untuk melakukan penuntutan.
Bila dimaksudkan akan melakukan penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa
anak itu. Katakan bahwa pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan permintaan polisi dan
biasanya dilakukan di rumah sakit. Mungkin ada baiknya dokter memberikan penerangan
pada ibu/ayah itu, bahwa jika umur anaknya sudah 15 tahun, dan jika persetubuhan terjadi
tidak dengan paksaan makan menurut undang-undang, laki-laki yang bersangkutan tidak
dapat dituntut. Pengaduan mungkin hanya akan merugikan anaknya saja. Lebih baik lagi
jika orang tua itu dianjurkan untuk meminta nasehat dari pengacara. (2)
Jika orang tua hanya sekedar ingin mengetahui saja maka dokter dapat melakukan
pemeriksaan. Perlu deielaskan lebih dahulu bahwa hasil pemeriksaan tidak akan dibuat
dalam bentuk surat keterangan karena tidak mengetahui untuk apa surat keterangan itu.
Mungkin saja untuk melakukan penuntutan atau untuk menuduh seseorang yang tidak
bersalah. Sebaiknya dokter meminta izin tertulis untuk memeriksa dan memberitahukan
hasil pemeriksaan kepada orang tuanya. (2)
Pemeriksaan Medis
Pemeriksaan medis yang dilakukan ialah :
1. Anamnesis
Pada umumnya anamnesis yang diberi orang sakit dapat dipercaya, sebaliknya
anamnesis pada korban kejahatan seksual tidak selalu benar. Terdorong oleh berbagai
maksud atau perassan, misalnya untuk memras, rasa dendam, menyesal atau karena
takut pada ayah/ibu, korban mungkin mengemukakan hal-hal yang tidak benar.
Anamnesis merupakan suatu yang tidak dapat dilihat atau ditemukan oleh dokter
sehingga bukan merupakan pemeriksaan objektif sehingga seharusnya tidak dimasukkan
dalam visum et repertum. Anamnesis dibuat terpisah dan dilampirkan pada visum et
repertum. Anamnesis terdiri dari bagian yang bersifat umum dan khusus. (1)
a. Anamnesis Umum
Umur dan tempat tanggal lahir ?
Status perkawinan ?
Siklus haid ?
Penyakit kelamin dan penyakit kandungan serta penyakit penyerta ?
7

Cari tahu apakah pernah bersetubuh ?


Persetubuhan terakhir kapan ?
Penggunaan kondom atau tidak ?

b. Anamnesis Khusus
Waktu kejadian : tanggal dan jam ?
Lokasi kejadian : sebagai petunjuk pencarian trace evidance ?
Apakah ada perlawanan dari korban ?
Apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi ?
Apakah korban sempat pingsan ?
Apakah setelah kejadian korban mencuci, mandi, dan mengganti pakaian?
2. Pemeriksaan pakaian
Pakaian diteliti helai demi helai, apakah terdapat robekan lama atau baru sepanjang
jahitan atau melintang pakaian, kancing terputus akibat tarikan, bercak darah, air mani,
lumpur, dsb yang berasal dari tempat kejadian.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi :
a. Pemeriksaan umum
Kesadaran, nadi, tekanan darah, BB, TB, status gizi
Adakah tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran akibat diberikan obat
tidur/bius, adakah tanda needle marks
Adakah tanda-tanda kekerasan, memar, luka lecet pada daerah mulut, leher,
pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam, pinggang.
Dicatat juga tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, refleks
cahaya, pupil pinpoint
Adakah trace evidence yang melekat pada tubuh korban
b. Pemeriksaan khusus
Ada tidaknya rambut kemaluan saling melekat menjadi satu karena air mani
yang mengering dan cari bercak mani sekitar alat kelamin
Pada vulva, teliti adanya tanda-tanda bekas kekerasan, seperti edema,
hiperemi, memar dan luka lecet (goresan kuku)
8

Introitus vagina apakah hiperemi dan edema


Periksa jenis selaput dara, adakah ruptur atau tidak, catat lokasi ruptur bila
ada
Tentukan besar orificium dengan menggunakan ujung jari kelingking, jati
telunjuk, atau 2 jari. Ukuran pada perawan 2,5 cm. Lingkaran yang
memungkinkan persetubuhan dapat terjadi menurut Voight adalah minimal 9
cm
Periksa juga frenulum labiorum pudendi dan commisura laborium posterior
utuh atau tidak
Periksa vagina dan serviks dengan spekulum
Pemeriksaan Laboratorium
Untuk pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina, lakukan dengan
mengambil lendir vagina dengan menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan swab. Bahan
diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan spekulum. Pada anak-anak atau bila selaput
dara utuh, pemgambilan bahan sebaiknya dibatasi dari vestibulum saja. Pemeriksaan kehamilan dan
pemeriksaan toksikologi terhadap urin dan darah juga dilakukan bila ada indikasi. (1)
Interpretasi temuan
Pada pemeriksaan medis ditemukan :
1.

Anamnesis
a. Anamnesis Umum
Korban berusia 5 tahun
Tidak ditemukan penyakit kelamin, penyakit kandungan dan penyakit
penyerta lainnya
Korban tidak pernah bersetubuh sebelumnya
b. Anamnesis Khusus
Waktu kejadian : Kejadian pada akhir bulan Desember sebelum natal, ibu
korban dan korban tidak tahu pasti waktu kejadiannya.
Lokasi kejadian : Dekat rumah korban
Tidak ada perlawanan dari korban atau usaha untuk kabur
Korban tidak langsung mencuci, mandi dan mengganti pakaian setelah
kejadian tersebut

2.

Pemeriksaan pakaian
9

Pada saat pemeriksaan, korban datang dengan pakaian yang rapi dan bersih, serta tidak
adanya robekan dimanapun. Hal ini kemungkinan korban sudah mengganti pakaian setelah
kejadian tersebut.

3.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi :
a. Pemeriksaan umum
Kesadaran : compos mentis
HR: 115x/menit, RR: 15x/menit, BB: 21 kg, TB: 114 cm, status gizi sedang
Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan, memar, luka lecet pada daerah
mulut, leher, pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam
b. Pemeriksaan kelamin

Bagian luar : pada bibir besar dan kecil tidak ditemukan luka-luka
Selaput dara : utuh, diameter lubang kemaluan nol koma delapan

sentimeter, tidak ditemukan luka-luka


Bagian dalam : tidak dilakukan pemeriksaan

Kesimpulan pemeriksaan
Pada pemeriksaan terhadap korban anak perempuan berusia sekitar lima tahun ini,
ditemukan selaput dara utuh dan tidak ditemukan luka-luka pada bagian tubuh lainnya.
kemungkinan terjadinya persetubuhan (memasukkan penis pelaku kedalam kelamin korban)
maupun perbuatan cabul (berupa memasukkan kelamin pelaku kedalam mulut korban), seperti yang
diakui korban, tidak dapat disingkirkan karena pelaku masih kecil, kejadiannya sudah lama berlalu
dan perbuatan seperti itu (antara dua anak-anak) pada umumnya tidak cukup untuk menyebabkan
timbulnya luka maupun tanda pada mulut maupun kemaluan korban, yang dapat dideteksi oleh
dokter

Kesimpulan
Forensik Klinik adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mencakup pemeriksaan
forensik terhadap korban hidup dan investigasinya, kemudia aspek medikolegal, juga
psikopatologinya, dengan kata lain forensik klinik merupakan are praktek medis yang

10

mengintegrasikan antara peranan medis dan hukum terutama dalam kasus-kasus berkaitan kejahatan
susila.

Namun untuk menyelesaikan permasalahan kasus kejahatan seksual, tidak hanya


membutuhkan intervensi medis semata-mata tapi, menuntut diambilnya langkah penangan yang
holistik dan komprehensif termasuk dukungan psikososial yang secara otomatis membutuhkan
dukungan optimal dari keluarga dan masyarakat.
Tugas dokter tidak hanya menjalankan fungsi maksimal dalam bidang kesehatan, namun
dokter tersebut dituntut untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan kedokteran seoptimal mungkin dan
mematuhi tuntutan undang-undang terhadapnya terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan
proses hukum. (3)

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian


Kedokteran Forensik FKUI; 1997. p.147-158.
2. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-undangan Bidang
Kedokteran. Hukum Acara Pidana, Prosedur Medikolegal, dan Kejahatan terhadap Tubuh
dan Jiwa Manusia. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1994. p.33-37.
3.

Ira Dwiati. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Perkosaan Dalam
Peradilan Pidana.http://eprints.undip.ac.id/17750/1/Ira_Dwiati_Tesis.pdf . Acesses on 9
Oktober 2012

12

Anda mungkin juga menyukai