Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS II

PERCOBAAN II
PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT SECARA
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

OLEH :
NAMA

: WA ODE RAHMA SRI YANINGSIH

NIM

: F1F1 13 061

KELAS

:B

ASISTEN

: SARIPUDDIN, S.Si

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menetapkan kadar asam salisilat
secara spektrofotometri UV.
B. Landasan Teori
Spektrofotometri adalah cabang analisis instrumental yang mencakup
seluruh metoda pengukuran berdasarkan interaksi antara suatu spektrum sinar
(Radiasi Elektro Magnetik/REM) dengan larutan molekul

atau atom.

Spektrofotometri uv-vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada


molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri uv-vis lebih banyak dipakai
untuk analisis, sehinga spektrofotometri uv-vis lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif dibanding kualitatif. (Suharman, 1995).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri dari spektrometer
yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi (Day dan Underwood, 1999).
Spektrofotometri UV-Visibel merupakan metode spektrofotometri yang
didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah ultra violet (UV) dan sinar
tampak (Visibel) dari suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis dengan metode ini
jika memiliki kemampuan menyerap pada daerah UV atau daerah tampak.
Senyawa yang dapat menyerap intensitas pada daerah UV disebut dengan
kromofor, sedangkan untuk melakukan analisis senyawa dalam daerah sinar
tampak, senyawa harus memiliki warna (Fatimah, 2003).

Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi


yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik
yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (atau
panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang
dibolehkan (allowed transition) untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang
berbeda adalah tidak sama, sehingga spektra dapat digunakan sebagai bahan
informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang
diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya
molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan
untuk analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).
Menurut hukum Lambert-Beer, serapan berbanding lurus terhadap
ketebalan sel yang disinari. Menurut hukum Beer, yang hanya berlaku untuk
cahaya monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus
dengan konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua hukum ini dapat dinyatakan satu
dalam hukum Lambert-Beer, sehingga dapat diperoleh serapan berbanding lurus
terhadap ketebalan sel dan konsentrasi. Jadi dengan hukum Lambert-Beer
konsentrasi dapat dihitung dari ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas
merupakan suatu tetapan dan spesifik untuk setiap molekul pada panjang
gelombang dan pelarut tertentu (Sirait, 2009).
Asam salisilat merupakan bahan keratolitik tertua. Selain memiliki efek
keratolitik, bahan ini juga memiliki efek keratoplastik, anti-pruritus, antiinflamasi, analgetik, bakteriostatik, fungistatik, dan tabir surya. Asam salisilat
telah teruji dalam terapi berbagai penyakit kulit dengan manifestasi hiperkeratosis.
Selain itu, asam salisilat merupakan terapi tambahan pada dermatomikosis

superfisialis, moluskum kontagiosum, akne, dan kerusakan kulit akibat sinar


matahari. Meskipun secara umum penggunaan asam salisilat topikal aman, bahan
ini dapat diabsorbsi melalui kulit dan menimbulkan toksisitas. Hal tersebut jarang
terjadi, namun berpotensi menimbulkan komplikasi serius (Sulistyaningrum,
2012).

C. Alat Dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Batang pengaduk
b. Filler
c. Gelas kimia
d. Kuvet
e. Labu takar 100 ml, dan 100 ml
f. Lumpang dan alu
g. Mikropipet 25 L
h. Pipet tetes
i. Pipet ukur

j. Sendok tanduk
k. Spektrofotometer UV-Vis
l. Tabung reaksi
m. Timbangan analitik
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a) Asam salisilat
b) Aquades
c) Kloroform
d) Sampel obat yang mengandung asam salisilat
e) Tissue
3. Uraian bahan
1. Akuades (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama Resmi
: Aqua Destillata
Nama Lain
: Air Suling
RM/BM
: H2O/18,00
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Sebagai pelarut
2. Kloroform (Ditjen POM, 1979 : 151)
Nama Resmi
: Chloroformum
Nama Lain
: Kloroform
RM/BM
: CHCl3/119,38
Pemerian
: Cairan mudah menguap; tidak berwarna, bau khas;
Kelarutan

rasa manis dan membakar.


: Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah
larut dalam etanol mutlak, dalam eter, dalam
kloroform, dalam sebagian besar pelarut organik,
dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca,

Kegunaan

terlindung dari cahaya.


: Sebagai pereaksi

3. Asam salisilat (Ditjen POM, 1979 : 56)


Nama Resmi
: Acidium salicylicum
Nama Lain
: Asam salisilat
RM/BM
: C7H6O3/138,12
Rumus struktur
:

Pemerian
Kelarutan

Penyimpanan
Kegunaan

: Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk


berwarna putih hampir tidak berbau; rasa agak
manis dan tajam.
: Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian
etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P
dan dalam eter P; larut dalam amonium asetat P;
dinatrium hidrogenfosfat.
: Dalam wadah tertutup baik.
: Sebagai antifungi, keratolikum.

D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan Induk
Asam Salisilat

Ditimbang sebanyak 0,1 gram

Dimasukkan kedalam gelas kimia

Dilarutkan sedikit dengan kloroform

Dimasukkan dan diencerkan dengan


kloroform ke dalam labu takar 100 mL
sampai tanda tera.

Digojog

Larutan induk asam salisilat


2. Pembuatan larutan standar
Larutan induk asam salisilat

Diambil 100 l

Dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml

Ditambahkan aquades hingga tanda tera

Larutan standar

3. Penentuan Kadar Asam salisilat


Sampel obat

Ditimbang sebanyak 100 mg

Dimasukkan ke dalam gelas kimia

Ditambah dengan sedikit akuades

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml

Diencerkan dengan akuades hingga tanda


tera

Diukur abosrbansinya pada 214

Ditentukan kadarnya

Kadar asam salisilat

E. Hasil Pengamatan
1. Grafik Panjang Gelombang

Smooth: 0

ABS

Deri.: 0

0.19
0.18
0.17
0.16
0.15
0.14
0.13
0.12
0.11
0.10
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0.00
190

200

210

220

230

240

250

260

270

280

290

300

310

320

330

340

nm
350

2. Grafik Hasil Pengamatan pada Sampel


A B S

3 .0

2 .5

2 .0

1 .5

1 .0

0 .5

0 .0
ppm
0 .0

0 .1

0 .2

0 .3

0 .4

0 .5

0 .6

0 .7

0 .8

0 .9

1 .0

1 .1

S td . C a l. P a ra m e te rs
K 1:

6 .1 3 1 9

K 0:

0 .5 7 4 2

R :

0 .4 7 3 3

R 2:

0 .2 2 4 0

3. Tabel Larutan Standar


Konsentrasi
(ppm)
0
0.6
0.7

Absorbansi
0.002
0.0145
-0.0048

0.8
0.9
1

-0.016
0.0387
0.0561

4. Kurva Baku

Hubungan Antara Konsentrasi dan Absorbansi


0.06
0.04
Absorbansi 0.02 f(x) = 0.04x - 0.01
R = 0.22
0
0
0.2 0.4 0.6
-0.02

0.8

1.2

Konsentrasi (ppm)

5. Tabel Larutan Sampel


Sampel
Sediaan 1
Sediaan 2
Sediaan 3

Konsentrasi
(ppm)
6.3854
7.1843
7.8313

Absorbansi
0.9477
1.078
1.1835

6. Kadar Asam Salisilat Pada Sampel


Dengan persamaan y = 0,0365x 0,0093 dengan absorbansi 0,9477,
1,0780, dan 1,1835 didapatkan :
Untuk absorbansi 0,9477
y
= 0,0365x 0,0093
0,9477 = 0,0365x 0,0093
x
= 25,7
Untuk absorbansi1,0780
y
= 0,0365x 0,0093
1,0780 = 0,0365x 0,0093
x
= 29,28
Untuk absorbansi1,1835
y
= 0,0365x 0,0093
1,1835 = 0,0365x 0,0093

x
=32,17
Jadi, dapat diketahui kadar asam salisilat pada sediaan yang masing-masing
mengandung asam salisilat secara berturut-turut adalah 25,7 mg/ml, 29,28 mg/ml,
dan 32,17 mg/ml.

F. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan metode yang dilakukan dengan menggunakan
alat spektrofotometri yang didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah ultra
violet (UV) dan sinar tampak (Visibel) dari suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis
dengan metode ini jika memiliki kemampuan menyerap pada daerah UV atau daerah
tampak. Senyawa yang dapat menyerap intensitas pada daerah UV disebut dengan
kromofor, sedangkan untuk melakukan analisis senyawa dalam daerah sinar tampak,
senyawa harus memiliki warna.
Pada percobaan ini sampel yang akan ditentukan konsentrasinya adalah
asetosal dengan menggunakan alat spektronik 20 D dengan panjang gelombang yang
berbeda yaitu 214 nm. Prinsip dari alat ini yaitu didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor fototube.
Langkah awal yaitu sebanyak 0,1 gram tiap sampel dilarutkan dengan
menggunakan kloroform. Tujuan digunakannya kloroform yaitu karena sampel yang

digunakan merupakan senyawa semipolar sehingga kelarutannya akan lebih baik jika
dilarutkan dengan pelarut semipolar juga, sesuai prinsip like dissolve like. Kloroform
merupakan salah satu pelarut semipolar yang sering digunakan selain alkohol. Setelah
dilarutkan, larutan baku yang telah selesai dikerjakan kemudian diencerkan lagi
dengan kloroform dalam labu takar hingga 100 mL. Tujuan pengenceran ini adalah
agar konsentrasi sampel tidak terlalu pekat, sehingga absorbansi sampel dapat terbaca
pada alat spektronik. Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang,
yaitu 214 nm.
Dengan menggunakan metode spektrofotometri, dapat ditentukan nilai
konsentrasi suatu sampel. Hal ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer dimana sampel
yang encer dan disinari cahaya monokromatik, absorbansi berbanding lurus dengan
konsentrasi dan ketebalan sel. Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer
hendaknya berkisar antara 0,2-0,6. Anjuran ini beranggapan bahwa pada kisaran nilai
absorbansi tersebut, kesalahan fotometrik yang terjadi adalah yang paling minimal.
Pada panjang gelombang 214 nm, nilai absorbansi larutan sampel asam
salisilat adalah 0,9477, 1,078, dan 1,1835. Dengan data yang diperoleh ini dan
menggunakan persamaan Lambert-Beer, maka nilai absorptivitas molar () kedua
sampel pada dua panjang gelombang dapat ditentukan.
Penentuan kadar asam salisilat dalam campuran asetosal dan asam salisilat
kemudian dapat ditentukan. Hasil yang diperoleh untuk konsentarasi asam salisilat
sebesar 6,3854, 7,1843, dan 7,8313. Kecilnya nilai konsentrasi yang diperoleh karena
cuplikan yang diambil dari kedua larutan sampel yang digunakan telah diencerkan
terlebih dahulu, sehingga konsentrasinya menjadi kecil.

Penentuan kadar asam salisilat dalam sampel obat kemudian dapat ditentukan.
Hasil yang diperoleh untuk kadar asam salisilat pada absorbansi 0,9477 adalah 25,7
mg/mL, pada nilai absorbansi1,0780 kadar yang diperoleh adalah 29,28 mg/ml dan
pada nilai absorbansi1,1835 kadar yang diperoleh adalah 32,17. Kecilnya nilai
konsentrasi yang diperoleh karena cuplikan yang diambil dari kedua larutan sampel
yang digunakan telah diencerkan terlebih dahulu, sehingga konsentrasinya menjadi
kecil.

G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
kadar asam salisilat dalam obat yang dianalisis yaitu untuk kadar asam salisilat pada
absorbansi 0,9477 adalah 25,7 mg/mL, pada nilai absorbansi1,0780 kadar yang

diperoleh adalah 29,28 mg/ml dan pada nilai absorbansi1,1835 kadar yang diperoleh
adalah 32,17.

DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Fatima, I. 2003. Analisis Fenol Dalam Sampel Air Menggunakan Spektrofotometri
Derivatif. Universitas Islam Indonesia. Logika. Vol. 9, No. 10. Jakarta.

Gunawan, S.G., Rianto S.N., 2009, Farmakologi dan Terapi, Uviversitas Indonesia,
Jakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Henry, A., Suryadi, MT., Arry Y. 2002. Analisis Spekrofotometri Uv-vis pada Obat
Influenza dengan Menggunakan aplikasi Sistem Persamaan Liear. Universitas
Gunadarma. Jakarta.
Khopkar,S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan: Saptorahardjo,
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Rohman, A., Rohman. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Cetakan Pertama Penerbit
Pustaka pelajar. Yogyakarta.
Sirait, R.S., 2009, Penerapan Metode Spektrofotometri Ultraviolet Pada Penetapan
Kadar Nifedipin Dalam Sediaan Tablet, Skripsi, Universitas Sumatera
Utara : Medan.
Sulistyaningrum, S.K., Hanny Nilasari, dan Evita Halim Effendi. 2012. Penggunaan
Asam Salisilat dalam Dermatologi. Artikel Pengembangan Pendidikan
Keprofesian Berkelanjutan (P2KB). Vol. 62, No. 7. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai