Anda di halaman 1dari 23

PENGADILAN NIAGA

DALAM PENYELESAIAN
PERKARA KEPAILITAN & PKPU
dan
H A K I

Oleh:
Dr.SUDHARMAWATININGSIH,sh.mh

PENGADILAN NIAGA
Memeriksa dan memutus :
Dasar : Perpu 1/1998 Undang-Undang
No. 4/1998 Undang-Undang No.
37/2004 tentang Kepailitan dan PKPU.
- Permohonan pernyataan pailit
- Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU)
Perkara lain di bidang Perniagaan yang
penetapannya dilakukan dengan UU a.l.
: HaK.I.

Pengadilan Niaga di Indonesia

1. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat


2. Pengadilan Negeri Semarang
3. Pengadilan Negeri Surabaya
4. Pengadilan Negeri Medan
5. Pengadilan Negeri Makassar

Permohonan Pernyataan Pailit


1. Ps 2 Ay. 1 UU No. 37/2004 :
Debitur yang mempunyai 2 atau lebih kreditur dan
tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya
sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih
krediturnya.
2. Pengadilan tetap berwenang memeriksa dan
menyelesaikan permohonan pernyataan pailit dari pihak
yang terikat perjanjian yang memuat klausula arbitrase,
sepanjang utang yang menjadi dasar permohonan
pernyataan pailit telah memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat
1 UU No. 37/2004.

Syarat-syarat kepailitan menurut UU No. 37 Tahun 2004:


1.
2.
3.

Debitor mempunyai dua atau lebih Kreditor


Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
Utang telah jatuh waktu dan dapat ditagih

Dapat dimohonkan untuk dinyatakan pailit


Permohonan pernyataan pailit diajukan oleh Pemohon ke
Pengadilan Niaga (sekarang ini ada di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, Semarang, Surabaya, Medan dan Makassar)
5

Permohonan pernyataan pailit harus diajukan oleh advokat demi kepentingan


Pemohon pailit yang terdiri dari:
1. Debitor
Bila Debitor terikat dalam pernikahan yang sah, maka permohonan hanya dapat diajukan
atas persetujuan suami atau isteri
2. Kreditor
3. Kejaksaan
untuk kepentingan umum
4. Bank Indonesia
bila Debitor adalah Bank
5. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
6. Menteri Keuangan
apabila Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun,
atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik
6

PIHAK YANG DAPAT MENGAJUKAN


PERNYATAAN PAILIT
a. Kreditur (1 atau lebih)
b. Debitur
c. Kejaksaan
Ad. b. (Debitur) :
1. Bank BI
2. Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring
dan Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM)
3. Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi,
Dana Pensiun, BUMN di bidang kepentingan
publik Menteri Keuangan.

Kejaksaan sebagai Pemohon pernyataan pailit dengan alasan untuk kepentingan


umum
Kepentingan umum, menurut Penjelasan Pasal 2 ayat (2) UU No. 37 Tahun 2004,
adalah kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas,
misalnya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Debitor melarikan diri,


Debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan,
Debitor mempunyai utang kepada BUMN atau badan usaha lain yang menghimpun dana
dari masyarakat,
Debitor mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari masyarakat luas,
Debitor tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah
utang/piutang yang telah jatuh waktu, atau
Dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum

Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit tanpa menggunakan jasa


advokat
BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik adalah BUMN yang seluruh
modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham (Penjelasan Pasal 2 ayat
(5) UU No. 37 Tahun 2004).
8

PENGERTIAN
1. Kreditur
adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau
undang-undang yang dapat ditagih di muka Pengadilan.
Kreditur Konkuren
Kreditur Sparatis
Kreditur Referen
Kreditur Sparatis + Referen Didahulukan
2. Debitur
adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau
undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka
Pengadian.
3. Utang
adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata
uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di
kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau
undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitur dan bila
tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditur untuk mendapat
pemenuhannya dari harta kekayaan Debitur.

PUTUSAN
60 hari setelah tanggal pendaftaran
Penyampaian putusan oleh Juru Sita dengan Surat Kilat
tercatat kepada :
a. Debitur
b. Pihak yang mengajukan permohonan pailit
c. Kurator dan
d. Hakim Pengawas
Pengajuan kasasi max. 8 hari setelah tgl putusan
diucapkan.
Minim 5 hari setelah putusan kurator mengumumkan
dalam berita negara dan paling sedikit 2 surat kabar
harian.
Putusan Kasasi atau PK yang membatalkan putusan pailit
wajib diumumkan oleh kurator dalam berita negara dan
palng sedikit 2 surat kabar harian.

Kasus PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang dimohonkan pailit oleh para pekerja
yang di-PHK.
Mahkamah Agung dalam putusannya No.075K/Pdt.Sus/2007 tanggal 22 Oktober
2007 telah membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat dan menolak permohonan pailit atas PT DI dengan pertimbangan sebagai
berikut:
a.

b.

bahwa PT DI (Persero) adalah BUMN yang keseluruhan modalnya dimiliki


Negara, yang pemegang sahamnya adalah Menteri Negara BUMN qq Negara RI
dan Menteri Keuangan qq Negara RI
bahwa Perusahaan Perseroan/Persero adalah BUMN berbentuk Perseroan Terbatas
yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya dimiliki oleh Negara RI
ataupun yang modalnya terbagi dalam saham yang paling sedikit 51% sahamnya
dimiliki oleh Negara (Pasal 1 angka 2 UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara)
12

c.

d.
e.

f.

bahwa terbaginya modal PT DI (Persero) atas saham yang pemegangnya adalah


Menteri Negara BUMN dan Menteri Keuangan adalah untuk memenuhi ketentuan Pasal
7 ayat (1) dan ayat (3) UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang
mewajibkan pemegang saham suatu PT sekurang-kurangnya dua orang karena itu
terbaginya modal atas saham yang seluruhnya dimiliki oleh Negara tidak membuktikan
bahwa PT DI adalah BUMN yang tidak bergerak di bidang kepentingan publik
bahwa dalam Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 03/M-IND/PER/4/2005
PT DI adalah objek vital industri
bahwa objek vital adalah kawasan lokasi, bangunan/instalasi dan atau usaha industri
yang menyangkut hajat hidup orang banyak, kepentingan Negara dan/atau sumber
pendapatan Negara yang bersifat strategis (Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri
Perindustrian RI No. 03/M-IND/PER/4/2005 tanggal 19 April 2005)
bahwa lagi pula Pasal 50 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
melarang pihak manapun untuk melakukan penyitaan terhadap antara lain uang atau
surat berharga, barang bergerak dan barang tidak bergerak milik Negara.
13

Kompetensi relatif Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri daerah


hukumnya meliputi tempat kedudukan Debitor
Bila Debitor telah meninggalkan wilayah Negara RI Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum terakhir Debitor
Dalam hal Debitor adalah pesero suatu Firma Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum Firma juga berwenang
Bila Debitor tidak berkedudukan di wilayah Negara RI tetapi menjalankan
usahanya di wilayah Negara RI Pengadilan yang berwenang memutuskan
adalah Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi kedudukan atau kantor pusat
Debitor menjalankan usahanya di Indonesia
Apabila Debitor merupakan badan hukum tempat kedudukan hukumnya
dalam Anggaran Dasar
14

AKIBAT KEPAILITAN
Kepailitan meliputi seluruh kekayaan Debitur pada
saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta
segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan.
Debitur demi hukum kehilangan haknya untuk
menguasai dan mengurus kekayaannya yang
termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal
putusan pernyataan pailit diucapkan.
Tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang
menyangkut harta pailit harus diajukan oleh
atau terhadap Kuator

PKPU

Ha.K.I

- RAHASIA DAGANG

U.U. 30/Thn 2000

- DISAIN INDUSTRI

U.U. 31/Thn 2000

- DISAIN TATA LETAK


SIRKUIT TERPADU

U.U. 32/Thn 2000

- PATEN

U.U. 14/Thn 2001

- MEREK

U.U. 15/Thn 2001

- CIPTA

U.U. 19/Thn 2002

Undang-Undang Republik Indonesia


Di bidang HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

PENYELESAIAN SENGKETA Ha.K.I


KE BADAN PENGADILAN
- RAHASIA DAGANG

ke Pengadilan Negeri

(Pasal 11, dst)

- DISAIN INDUSTRI

ke Pengadilan Niaga

(Pasal 46, dst)

- DISAIN TATA LETAK


SIRKUIT TERPADU

ke Pengadilan Niaga

(Pasal 38, dst)

- PATEN

ke Pengadilan Niaga

(Pasal 117, dst)

- MEREK

ke Pengadilan Niaga

(Pasal 76, dst)

- CIPTA

ke Pengadilan Niaga

(Pasal 55, dst)

KE BADAN ARBITRASE atau


ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

HUKUM ACARA KHUSUS


Kekhususan prosedur (Hukum Acara) bagi penyelesaian
sengketa-sengketa di bidang HKI di PENGADILAN NIAGA :
Tenggang waktu yang ketat :
1. Penyampaian gugatan kepada Ketua P.N.
2. Mempelajari berkas gugatan dan menetapkan hari
sidang.
3. Pemanggilan para pihak untuk bersidang.
4. Pemeriksaan di persidangan.
5. Putusan harus diucapkan paling lama dalam 90
hari setelah pendaftaran gugatan.
6. Penyampaian putusan kepada para pihak.
Upaya hukum yang terbuka hanya KASASI
Bagaimana dalam praktek ? Diskusi
Penetapan sementara Pengadilan
(sengketa HKI tertentu)

Kekhususan untuk tingkat KASASI


di Mahkamah Agung
1. Tenggang waktu pengajuan kasasi : paling lambat
14 hari.

2. Tenggang waktu penyampaian Memori Kasasi :

paling lambat 7 hari sejak tanggal permohonan.

3. Pengiriman Memori Kasasi kepada pihak Termohon


Kasasi : paling lambat 2 hari setelah diterima
Memori Kasasi.

4. Pengajuan Kontra Memori Kasasi paling lambat 7


hari setelah penerimaan Memori Kasasi.
Pengiriman Kontra Memori Kasasi kepada pihak
lawan (Pemohon Kasasi) paling lambat 2 hari.

5. Pengiriman berkas perkara kasasi ke Mahkamah

Agung paling lambat 14 hari setelah pengiriman


Kontra Memori Kasasi tersebut di atas.

6. Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas perkara


kasasi dan menetapkan hari sidang paling lambat 7
hari setelah permohonan kasasi diterima oleh
Mahkamah Agung.

7. Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi mulai

dilakukan paling lambat 60 hari setelah permohonan


kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.

8. Putusan kasasi harus diucapkan paling lambat 90


hari setelah permohonan kasasi diterima oleh
Mahkamah Agung.

9. Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan

kepada Panitera Pengadilan Niaga paling lambat 7


hari setelah putusan kasasi diucapkan.

10.Juru sita Pengadilan Niaga menyampaikan salinan


putusan kasasi kepada Pemohon Kasasi dan
Termohon Kasasi paling lambat 7 hari setelah
putusan kasasi diterima oleh Panitera Pengadilan
Niaga.

PENETAPAN SEMENTARA PENGADILAN


Sebelum suatu perkara HaKI masuk ke Pengadilan dan
didaftarkan, maka atas permintaan pihak yang merasa
dirugikan, Pengadilan Niaga dapat menerbitkan surat
penetapan dan efektif untuk :
a. Lihat Pasal 49 Undang-Undang tentang Disain Industri
b. Lihat Pasal 125 Undang-Undang tentang Paten
c. Lihat Pasal 85 Undang-Undang tentang Merek
d. Lihat Pasal 67 Undang-Undang tentang Hak Cipta
Tentang prosedur masing-masing Penetapan Sementara
Pengadilan tersebut di atas, lihatlah pada masing-masing
Undang-Undangnya yang mengatur secara mutatismutandis.

TUJUAN PENETAPAN SEMENTARA


PENGADILAN
Upaya perlindungan terhadap Pemilik Ha.K.I. untuk mencegah
kerugian yang lebih besar dalam hal ada pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh pihak lain terhadap Ha.K.I. miliknya.
Bandingkan hal ini dengan proses yang dikenal dengan sebutan
Injunctions atau Court Order dalam sistem hukum Anglo-Saxon
yang merupakan tindakan-tindakan pendahuluan (Provisional
Measures)

E
S

I
K

N
A

E
T

&
A
M
I
R

A
K

H
I
S

23

Anda mungkin juga menyukai