NIM : 04011281320033
Kelas : PSPD A 2013
ANALISIS MASALAH
Penyabab mudah lelah dan mekanisme pada kasus?
Jawab :
Ny. A mempunyai riwayat konsumsi obat NSAID selama 4 tahun karena keluhan di
lututnya dengan riwayat defekasi dan hasil pemeriksaan darah samar pada fesesnya
positif. Obat-obat NSAID ini bekerja denga menghambat sistesis prostaglandin yang
salah satu efek positif dari prostaglandin adalah melapisi permukaan epithelium di
mukosa gastroduodenal, menjaga epithelium lambung dan duodenum dari efek korosif
yang ditimbulkan atas sekresi asam lambung oleh sel parietal di lambung. Penurunan
sintesis prostaglandin menyebabkan mekanisme lining tersebut hilang dan asam lambung
yang notabene merupakan asam kuat dengan pH sekitar 2 dapat melakukan kontak
langsung dengan mukosa lambung dan dudenum dan lama kelamaan akan berkembang
menjadi ulkus yang disertai perforasi pembuluh darah sekitar sehingga menimbulkan
blood loss via traktus gastrointestinal.
Selain itu mekanisme lain seperti efek iritan topikal dari NSAID, penurunan aliran darah
ke lambung dan traktus gastrointestinal juga berperan dalam patogenesis terjadi GI tract
bleeding dalam penggunaan NSAID jangka panjang. Kehilangan darah kronis akan
menyebabkan penurunan jumlah sel darah di dalam tubuh termasuk sel darah merah serta
akan menyebabkan pengeluaran zat besi yang berlebihan. Kehilangan zat besi yang
berlebihan akan menyebabkan ketidakseimbangan zat besi di dalam tubuh sehingga
terjadi defisiensi besi di dalam tubuh. Defisiensi zat besi akan menyebabkan
berkurangnya jumlah hemoglobin di dalam tubuh. Hal ini (berkurangnya hemoglobin)
bersamaan dengan berkurangnya jumlah sel darah merah akan menyebabkan rendahnya
oksigenasi selular. Keadaan tersebut akan menyebabkan penurunan jumlah energi yang
dihasilkan karena dalam proses pembentukan energi yang cukup, dibutuhkan oksigen
yang memadai. Rendahnya energi ini akan menyebabkan keluhan subjektif berupa lemas
atau lemah pada pasein.
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb). Kekurangan Fe
mengakibatkan kekurangan Hb.Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit
mengandung Hb lebih sedikit daripada biasa sehingga timbul anemia hipokromik
mikrositik. Akibat nya jaringan kekurangan pasokan oksigen yang menyebabkan sel tidak
dapat bermetabolisme secara aerob dan menimbulkan kelelahan.
Kekurangan energy ini akan menyebabkan tubuh lemas karena energi untuk kontraksi
otot berkurang. Selain kekurangan oksigen keadaan kekurangan besi juga dapat
menyebabkan disritmia dan gangguan kontraksi otot karena penurunan fungsi mioglobin,
enzim sitokrom, dan gliserofosfat oksidase yang akan menyebabkan glikolisis terganggu
sehingga adanya penumpukan asam laktat, menyebabkan lemas.
Kehilangan darah via traktus gastrointestinal akibat riwayat penggunaan NSAID selama 4
tahun menyebakan penurunan jumlah sel darah, terutama sel darah merah yang
mengandung hemoglobin. Kita tahu bahwa hemoglobin tersusun atas heme dan globin.
Dalam heme terdapat unsur Fe. Dapat disimpulkan blood loss berarti Fe loss. Selain itu
gastroduodenal ulceration yang diinduksi pemakaian NSAID jangka panjang dapat
menyebabkan proses absorpsi besi terutama fase mukosal terganggu akibat rusaknya
epithelium (mukosa) di daerah tersebut. Penyerapan besi ternyata terutama terjadi melalui
mukosa duodenum dan jejenum proksimal. Defisiensi zat besi yang dialami Ny. A
menyebabkan anemia karena kurangnya bahan baku untuk mensintesis hemoglobin yang
merupakan struktur penting berperan sebagai pengangkut atau pengikat oksigen di
eritrosit. Karena anemia defisiensi besi ini Ny. A memiliki eritrosit dengan kadar Hb yang
rendah berakibat kurangnya jumlah Oksigen yang dapat diangkut eritrosit ke jaringan
salah satunya otak. Hipoksia yang terjadi di jaringan otak meyebabkan timbulkan
sefalgia.
Hasil
Interpretasi
Hemoglobin
14-18 g/dl
6 g/dl
Rendah; Anemia
Hematokrit
37 43 %
20 vol%
Rendah; Anemia
RBC
2.500.000/mm3
Rendah; Anemia
WBC
400010.000/mm3
7.000/mm3
Normal
150.000-500.000
sel/mm3
460.000/mm3
Normal
RDW
10-15%
20%
Tinggi
MCV
80-95 fl
62 fl
Anemia mikrositik
MCH
27-34
23 pg
Anisocytosis
Normochromic
normocyter
Hypochrome
microcyter
Trombosit
Blood smear
Poikylocytosis
Fecal occult
blood
Serum iron
50-150 g/dl
812 g/dl
Iron-binding
capacity
250-370 g/dl
480 g/dl
20-45 %
1,7 %
15-400 g/L
9 ng/L
Saturation
Ferritin
Mekanisme Abnormal
Hb 6 g/dL : Perdarahan menahun dapat menyebabkan kehilangan besi atau
kebutuhan besi yang meningkat akan dikompensasi tubuh sehingga cadangan besi
makin menurun, jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut keseimbangan zat
besi yang negatif, yaitu tahap deplesi besi (iron depleted state). Keadaan ini ditandai
oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta
pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila kekurangan besi berlanjut
terus maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali, penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi
anemia secara klinis belum terjadi. Keadaan ini disebut sebagai iron deficient
erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai adalah peningkatan
kadar free protophorphyrin atau zinc protophorphyrin dalam eritrosit. Saturasi
transferin menurun dan kapasitas ikat besi total (total iron binding capacity = TIBC)
meningkat, serta peningkatan reseptor transferin dalam serum. Apabila penurunan
jumlah besi terus terjadi maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar
hemoglobin mulai menurun Hemoglobin adalah parameter status besi yang
memberikan suatu ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah
anemia berkembang.
Ht 20 vol% : Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah
sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persen (%). Kadar
hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit, sehingga apabila terjadi
peningkatan dan penurunan hemoglobin akan berpengaruh pula dengan kadar
hematokrit .
RBC 2.500.000/mm3 : Akibat kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe)
untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer,
kadar besi serum (Serum iron = SI) dan jenuh transferin menurun, Kapasitas ikat besi total (Total Iron
Binding Capacity = TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang
lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Selain itu juga kehilangan darah yang banyak akibat
perdarahan dapat menurunkan jumlah RBC di dalam darah.
RDW 20% : RDW merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi
tingkat anisositosis yang tidak terdeteksi. Kenaikan nilai RDW merupakan
manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan zat besi, serta lebih peka dari
besi serum, jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan
naiknya RDW adalah pertanda dari kekurangan zat besi, dan apabila disertai dengan
eritrosit protoporphirin dianggap menjadi diagnostik.
Blood smear:
Anisocytosis : Terdapat banyak variasi ukuran eritrosit. Defisiensi Fe yang terjadi
pada kasus Ny. A menyebabkan gangguan pada proses eritropoiesis normal sehingga
mneghasilkan sel darah merah dalam berbagai bentuk dan ukuran yang tidak normal.
Hypochromemicrocyter : Mikrositik berarti sel kecil dan hipokromik berarti
pewarnaan yang berkurang. Karena warna berasal dari hemoglobin, sel-sel ini
mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal (akibat
penurunan MCV, penurunan MCHC). Keadaan ini umumnya mencerminkan
insufisiensi sintesis heme atau kekurangan zat besi.
Poikilocytosis : Banyak kelainan bentuk eritrosit. Defisiensi Fe yang terjadi pada
kasus Ny. A menyebabkan gangguan pada proses eritropoiesis normal sehingga
mneghasilkan sel darah merah dalam berbagai bentuk dan ukuran yang tidak normal.
Faeces: blood occult (+) : mengindikasi adanya perdarahan di traktus
gastrointestinal. Tes ini menunjukkan adanya perdarahan pada saluran cerna dalam
jumlah yang minimum sehingga tidak dapat tampak secara kasat mata. Obat-obat
NSAID ini bekerja denga menghambat sistesis prostaglandin yang salah satu efek
positif dari prostaglandin adalah melapisi permukaan epithelium di mukosa
gastroduodenal, menjaga epithelium lambung dan duodenum dari efek korosif yang
ditimbulkan atas sekresi asam lambung oleh sel parietal di lambung. Penurunan
sintesis prostaglandin menyebabkan mekanisme lining tersebut hilang dan asam
lambung yang notabene merupakan asam kuat dengan pH sekitar 2 dapat melakukan
kontak langsung dengan mukosa lambung dan dudenum dan lama kelamaan akan
berkembang menjadi ulkus yang disertai perforasi pembuluh darah sekitar sehingga
menimbulkan blood loss via traktus gastrointestinal. Selain itu mekanisme lain
seperti efek iritan topikal dari NSAID, penurunan aliran darah ke lambung dan
traktus gastrointestinal juga berperan dalam patogenesis terjadi GI tract bleeding
dalam penggunaan NSAID jangka panjang.
MCV 62 fl : MCV adalah volume rata-rata eritrosit. MCV mengindikasikan ukuran
eritrosit. Pada anemia defisiensi besi, besi yang dibutuhkan tidak tersedia sehingga
heme yang terbentuk hanya sedikit dan pada akhirnya jumlah hemoglobin yang
dibentuk juga berkurang. Dengan berkurangnya Hb yang terbentuk, eritrosit pun
mengalami hipokromia (pucat) dan mikrositer (kecil).
MCH 19,2 pg : MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa
memperhatikan ukurannya. Jadi ketika Hemoglobin dalam tubuh berkurang maka
nilai MCH pun akan menurun.
Definisi Anemia Defisiensi Besi?
Jawab:
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat menurunnya cadangan besi
tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang
pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang.
Gambar Anisositosis