Anda di halaman 1dari 7

PEMETAAN GEOLOGI

DALAM RANGKA TINJAUAN GEOLOGI TEKNIK


UNTUK PERENCANAAN JALUR KERETA API KHUSUS BATUBARA
Studi Kasus : DAERAH MERBAU DAN SEKITARNYA, KEC. BERINGIN,
KAB. MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.
Oleh :

Asep Tri Herdianto dan Bambang Sunarwan

Abstrak

Secara administrasi daerah pemetaan mencakup Merbau dan sekitarnya Kecamatan Beringin, Kabupaten
Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, dengan luas area 10 km x 7 km.
Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi, yakni : perbukitan antiklin,
perbukitan vulkanik dan dataran alluvial sungai. Pola aliran sungai berkembang adalah Paralel, stadia
sungainya berada pada tahapan dewasa.
Satuan batuan dari tua ke muda di daerah penelitian terdiri atas : Satuan Batupasir selang seling
Batulempung sisipan Batubara(Formasi Muara Enim) umur Miosen Akhir diendapkan pada lingkungan
darat. Memiliki sebaran di bagian barat dan selatan. Pada kala pliosen terjadi aktivitas tektonik
(Orogenesa Pliosen)
Struktur geologi yang berkembang adalah lipatan. Lipatan berupa antiklin merbau Perencanaan jalur
Kereta Api Khusus Batubara dari Tanjung enim Lampung lintas Merbau.

Kata-kata Kunci : fasies, proximal, Volcaniklastic, Medial, Orogenesa, sinklin , antiklin.


1.

UMUM

Daerah Merbau Kecamatan Beringin,


Kabupaten Muara Enim dan sekitarnya sebagai
daerah kajian berada + 220 km menuju ke arah
Muara Enim dari Palembang, dapat di tempuh
sekitar (6 8) jam perjalanan dari Palembang,
melalui lintas (Palembang Muara Enim)
merupakan kawasan sedang berkembang, yang
memerlukan informasi Geologi khususnya untuk
perencanaan jalur kereta api khusus batubara
yang melintasi daerah penelitian.
Pemanfaatan
informasi
terapan
geologi
diharapkan dapat dihasilkan dari identifikasi awal
keadaan geologi serta perencanaan kereta api di
suatu kawasan sebagai contoh daerah Merbau.

Program Studi Teknik Geologi FT-Unpak

Penelitian dimaksudkan untuk


mengetahui
kondisi geologi daerah Merbau dan sekitarnya
serta melakukan identifikasi untuk perencanaan
jalur kereta api khusus batubara lintas Merbau
dari Palembang menuju Lampung.
2.

KONDISI GEOLOGI

2.1. Geomorfologi
Secara umum daerah penelitian berupa perbukitan
baratdaya - timurlaut dan dataran dengan kisaran
ketinggian antara 50 m (hilir sungai Lubai besar)
s/d 110 m di atas muka air laut yaitu di daerah
hulu sungai Lubai besar.

Berdasarkan struktur, litologi dan pengamatan


bentang alam di lapangan, geomorfologi daerah
penelitian
di bagi menjadi tiga satuan
geomorfologi yakni:
1)

Satuan
Geomorfologi
Perbukitan
Lipatan , dicirikan oleh bentuk bukit dan
lembah memanjang dari baratlaut tenggara dan batas bukit dan lembah tidak
jelas. Menempati 60 % luas daerah
penelitian dan pada peta geomorfologi
Satuan ini memiliki kisaran kelerengan 5 0
1250, di kisaran elevasi 25 m.d.p.l s/d 125
m.d.p.l.

2)

Satuan
Geomorfologi
Perbukitan
Vulkanik, menempati 38 % luas daerah
penelitian, Satuan geomorfologi perbukitan
kaki gunungapi memiliki kelerengan >55 0
dan berada pada kisaran ketinggian 50
m.d.p.l s/d 150 m.d.p.l, stadia geomorfik
pada satuan termasuk dalam stadia muda.

3)

Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial


Sungai, menempati 2% luas daerah
penelitian, daerah kanan-kiri aliran sungai
Senuling, sungai Lubai Kecil dan sungai
Lubai Besar, pada kisaran kelerengan 00 30, dan kisaran ketinggian (50 100)
m.d.p.l, di susun oleh material - material
berukuran lempung sampai pasir.

memperlihatkan
bidang
perlapisan,
menunjukkan sebaran mengikuti topografi
sebelumnya
berbentuk
perbukitan
memanjang dari barat ke timur. Ketebalan
satuan ini di tentukan dari kontur (terendah
= 5m) dan (tertinggi = 115m) atau berkisar
200m sebaran batuan diketahui
mencakup daerah kampung SP 1 dan
kampung SP 2.
3)

Satuan Endapan Aluvial., Memiliki


sebaran di sekitar sungai besar di daerah
penelitian. Satuan ini menempati sekitar
2 % dari luas daerah penelitian dan di
wakili oleh warna abu abu pada peta
geologi. Penyebarannya di sekitar sungai
Senuling, sungai Lubai Kecil, sungai Lubai
Besar. Ketebalan satuan ini berdasarkan
pengamatan di lapangan, memiliki
ketebalan + 50 cm 1,5 m.

2.2. Stratigrafi
Stratigrafi Daerah Penelitian terdiri atas 3(Tiga)
satuan batuan, dan diketahui urutan dari tua ke
muda sebagai berikut :
1)

2)

Satuan
Batupasir
selang
seling
Batulempung sisipan Batubara, Formasi
Muara Enim, memiliki kondisi singkapan
segar di beberapa tempat dan secara
megaskopis batulempung berwarna abu abu muda, bersifat karbonatan, kompak
Satuan Endapan Tufa dan Breksi
Vulkanik, Formasi Kasai, tersingkap di
bagian selatan dan timur daerah penelitian
atau menempati kurang lebih 38 % luas
daerah penelitian, membentuk perbukitan
dari barat ke timur, meliputi daerah
kampung SP I dan SP II. Tidak

Program Studi Teknik Geologi FT-Unpak

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di


daerah penelitian di jumpai struktur geologi
yang berupa perlipatan berupa antiklin.
1.

Struktur Lipatan
Struktur lipatan yang ada di daerah
penelitian adalah berupa antiklin. Lipatan
yang kemiringan bidang sayapnya
menuju kearah berlawanan di sebut
antiklin, antiklin yang terdapat pada
daerah penelitian adalah antiklin Merbau.
Antiklin ini terletak di bagian tengah
daerah penelitian yang melewati sungai
Lubai Kecil, sungai Senuling dan
2

melewati daerah Merbau sehingga


dinamakan Antiklin Merbau. Arah umum
sumbu antiklin ini berarah baratlaut
tenggara, berada pada satuan Batupasir
selang seling Batulempung sisipan
Batubara dengan jurus rata rata 90 - 1200
dengan kemiringan rata-rata sayap
bagian timurlaut 17 - 250 dan jurus ratarata sayap bagian baratdaya 280 - 3300
kemiringan adalah 20 - 270. Struktur
tersebut merupakan lipatan dengan jenis
antiklin asimetris karena memiliki
kemiringan yang berbeda antara sayap
kiri dan kanannya yang berada di sungai
Senuling dan Lubai Kecil.
3.

menjadi tiga antiklinorium utama dan dari selatan


ke utara (Gambar 2.1), yaitu: antiklinorium
Muara
Enim,
antiklinorium
(Pendopo
Benakat),dan
antiklinorium
Palembang
(Pulunggono,1976). Ke tiga antiklinorium
(Gambar 2.1) berhimpitan dengan relief batuan
dasar pra Tersier sekaligus merupakan jalur
paleogeografi. Tinggian hanya terdapat pada
puncak antiklinorium, sedangkan pada daerah
tektonik rendah perlipatan sangat lemah.
Kondisi tersebut juga teramati di daerah kajian Merbau, dimana berdasar pengamatan lapangan,
diketahui bahwa, geomorfologi Kawasan
Rencana Jalur kereta api BATR Lintas Merbau
merupakan perbukitan bergelombang rendah
yang berada pada kisaran ketinggian (100 s/d
300) meter di atas muka laut.

GEOLOGI
DAERAH PERENCANAAN
JALUR KERETA API KHUSUS
BATUBARA - LINTAS MERBAU

3.1 Regional
Daerah perencanaan Jalur Kereta Api BATR Lintas Merbau secara geologi termasuk ke
dalam
Cekungan Sumatra Selatan yang
berbatasan dengan bagian dari Cekungan Sumatra
Timur (De Coster, 1974). Cekungan Sumatra
Selatan dalam sistem sedimentasi dipisahkan oleh
Cekungan Sumatra Tengah oleh tinggian Asahan
(Pegunungan Tigapuluh) di barat laut,
membentang ke Selatan dengan dibatasi oleh
Pegunungan Barisan di Dataran Pra Tersier di
sebelah Timur Laut.
Kehadiran struktur geologi di Cekungan Sumatra
selatan hampir semua dapat diamati, karena
muncul sebagai singkapan yang diakibatkan
adanya tekanan kuat akibat fase tektonik yang
terjadi kemudian/lebih muda, berasosiasi dengan
volkanik kuat yang sekarang berbatasan dengan
jalur pegunungan Bukit Barisan. Puncak kegiatan
diduga terjadi pada Pliosen Awal dan Pleistosen
serta berlangsung sampai sekarang.
Struktur geologi berupa perlipatan di daerah
Cekungan Sumatra selatan terbentuk akibat
orogenesa Plio Plistosen dan dikelompokkan
Program Studi Teknik Geologi FT-Unpak

Lebih jauh dijelaskan bahwasanya siklus


pengendapan Cekungan Sumatra
Selatan
diketahui terbagi dalam 2 fase, yaitu trangresi dan
regresi. Fase trangresi menghasilkan satuan
batuan yang dikenal sebagai Kelompok Telisa
dan terdiri atas : Formasi Lahat, Formasi Talang
Akar, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai.
Kelompok Telisa fase ke dua ditandai oleh
pengendapan secara tidak selaras di atas batuan
dasar berumur Pra Tersier atau Fase kedua
yaitu berupa fase regresi,laut menghasilkan
kelompok Palembang yang terdiri atas Formasi
Air Benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi
Kasai.

Merujuk peta geologi skala 1:250.000, lembar


Lahat, Sumatera Selatan (Gafoer, S., Amin, T.C.,
dan Purnomo, J., 2007) terbitan PPPG, Bandung,
dapat diuraikan adanya beberapa satuan batuan
yang menempati kawasan perencanaan jalur
kereta api PT BATR seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.2.
Satuan batuan pembentuk Daerah Perencanaan
Jalur Kereta Api BATR
Lintas Merbau dan Sekitarnya secara stratigrafi
diketahui berurut dari tua ke muda diuraikan
sebagai berikut:
-

Satuan Batugamping (Pl), yang terdiri atas


batugamping kristalin banyak foramiinifera
dan ganggang, Diduga berumur Perm.
Satuan Batuan Diorit kuarsa (Kdl), terdiri
atas batuan diorit, kristalin halus, sampai
sedang, agak terubah.Diperkirakan berumur
Kapur.
Satuan Batuan Formasi Talangakar
(Tomt), terbentuk oleh batupasir, serpih,
batulanau dan batulrmpung gampingan serta
serpih, menunjukkan umur Awal Miosen.
Satuan Batuan Formasi Gumai (Tmg),
terbentuk
atas batulempung, serpih di
beberapa tempat gampingan dengan sisipan
batugamping, berumur Miosen Tengah.
Satuan Batugamping Air Benakat (Tma),
terdiri atas perselingan batulempung dengan
batulanau dan serpih dan pada umumnya
gampingan dan karbonan. Formasi ini
diendapkan secara selaras di atas formasi
Gumai pada lingkungan neritik dan
berangsur angsur menjadi lingkungan laut
dangkal dan pradelta. Memiliki umur Miosen
Tengah sampai Awal Pliosen.
Satuan Batuan Formasi Muaraenim
(Tmpm), memiliki susunan yang terdiri atas
batupasir,
batulempung, batulanau dan
sisipan batubara. Memiliki umur Pliosen
terendapkan dalam lingkungan delta laguna. Berada selaras di atas Formasi Air
Benakat.Memiliki umur Miosen Akhir
Pliosen.
Satuan batuan Formasi Kasai (Qtk),
terdiri atas tuf, tufa pasiran dan batupasir
tufan dengan sisipan batubara. Memiliki
umur Pliosen Akhir sampai Pleistosen Awal.

Program Studi Teknik Geologi FT-Unpak

Satuan Batuan Formasi Ranau (Qrv),


tersusun oleh tuf bersifat dasit sampai riolit.
Berumur Plistosen Awal
Satuan Batuan Gunung Api Muda (Qbv),
terdiri atas breksi gunung api, lava dan tuf
yang bersifat andesitik menunjukkan umur
Kuarter .
Endapan Rawa (Qs), terbentuk oleh lumpur
lanau dan pasir . berumur Holosen.
Endapan Aluvium (Qs), terdiri atas pasir,
lanau dan lempung. Berumur Holosen.

Struktur Geologi, yang dapat dijumpai di


kawasan perencanaan BATR dan sekitarnya
adalah perlapisan batuan, perlipatan, kekar dan
patahan.
-

Perlapisan batuan, diketahui pada beberapa


jenis batuan sedimen baik lempung,
batupasir ataupun serpih, memperlihatkan
sebaran (baratdaya timur laut) atau
(baratlaut tenggara) dengan kemiringan 30
s/d 70, atau dengan arah jurus rata-rata N450
E/400 dan N1450 E/450
Perlipatan, berupa antiklin dan sinklin,
simetri dan tidak simetri.Diketahui kisaran
arah sumbu adalah (Baratdaya Timurlaut)
Patahan/sesar yang hadir lebih ditandai
oleh kelurusan-kelurusn berarah (utara
selatan) dan sebagian kecil berarah
(baratdaya timurlaut), yang diperkirakan
merupakan jalur patahan normal.

Lokas Penyelidikan

Sumber : Peta Geologi Regional Lembar Lahat,


Sumatera Selatan,, skala 1:250.000,
Oleh (Gafoer, S., Amin, T.C., dan
Purnomo, J., P3G. Bandung. Tahun
2007)

LEGENDA :

Gambar 2.4 : Geologi Daerah Perencanaan Jalur KA. BATR


- Lintas Merbau dan Sekitarnya ( Geologi
sebagian Lembar Lahat )

3.2

Geologi Daerah Perencanaan Jalur


Kereta api BATR - Lintas Merbau.

Berdasar pemetaan geologi permukaan, kawasan


sepanjang rencana jalur kereta api BATR lintasan
Merbau (Gambar.2.3 dan Gambar 2.4), diketahui
bahwa :
1)

Memiliki bentang alam yang


secara
morfologi memiliki bentuk perbukitan
bergelombang rendah dan hampir datar
atau dengan perbedaan kelrengan antara
lembah dan bukit kurang dari 15 0.
Perbedaan tinggi antara lembah dan bukit
berkisar antara 0.5 m s/d 3 meter.

2)

Pengamatan litologi yang diperoleh dari


pengamatan
beberapa torehan bukit
dengan bentuk paritan memanjang,
pengamatan litologi pada dinding sumur
penduduk (+ mencapai kedalaman 12 m di
bawah muka tanah setempat), dilengkapi
dengan
penafsiran
terhadap
hasil
pengukuran geolistrik serta data fisik dan
keteknikan litologi atasi 5 (lima) lobang
pemboran inti masing-masing dengan
kedalaman 50.00 meter. (BH.01, BH.02,
BH.03, BH.04 dan BH.05 di jalur rencana
Kerereta api BATR).
Litologi untuk daerah perencanaan Jalur
Kereta api BATR lintas Merbau sebagai
berikut :

Program Studi Teknik Geologi FT-Unpak

Soil, berwarna coklat kemerahan, dalam


keadaan basah plastis, pasiran, lanauan,
tufan, berukuran pasir halus sampai
sedang dengan diameter
< 0.1
mm., merupakan lapisan yang menutupi
hampir seluruh permukaan dengan
ketebalan mencapai 3 m. Diperkirakan
merupakan hasil lapukan dari batuan
tufa Formasi Kasai.
Data Pengujian Standarad Penetration
Test (SPT) menunjukkan kisaran N= 29
(BH.03) dan Nilai Permeabilitas K=
1.0005 E-4.0, kisaran Core Recovery=
80% dan Rock Quality Designation
(RQD)= 30 %. Kisaran kedalaman
muka airtanah: - 12 meter di bawah
permukaan tanah.
Sub soil, warna coklat -kekuningan,
pasiran, tufan, berukuran butir lanau s/d
pasir sedang dengan diameter butir <
0.2 mm. Dalam kondisi kering mudah
urai. Dan kondisi basah plastis.
Data Pengujian Standarad Penetration
Test (SPT) menunjukkan kisaran N = 29
(BH.03) dan Nilai Permeabilitas K =
1.0005 E-4.0 . kisaran Core Recovery=
80% dan Rock Quality Designation
(RQD)= 45 %. Kisaran Kedalaman
Muka airtanah: - 12 meter di bawah
permukaan tanah.
Batupasir, selang seling lempung,
lanau dan sisipan batubara, dari
Formasi Muara Enim.
Batupasir. Berwarna umum abu-abu
kecoklatan, padat, kuat, keras,
porositas sedang, ukuran butir pasir
halus s/d pasir sedang
dengan
diameter butir = 0.002 mm s/d
2.0 mm. Merupakan litologi
dominan selang-seling batulanau dan
lempung, singkapannya berwarna
abu kecoklatan beberapa tempat ada
sisipan batubara.

Lanau, abu-abu, memiliki ketebalan


2 m s/d 6 meter, abu abu kehitaman,
di beberapa tempat lignitan, dari dari
inti pemboran BH.03 kedalaman 30
s/d 31 meter diketahui ada indikasi
adanya kemiringan lapisan sebesar
300 ukuran butir pasir halus sampai
pasir sedang dengan diameter butir
0.002 mm s/d 1 mm.

3)

4)

5)

Batulempung,
hitam,
lignitan,
padat,
kuat,
memperlihatkan
perlapisan dengan kemiringan 200
s/d 300, ukuran butir < 0.001 mm.

6)

7)

Pembuatan dan pemasangan ataupun


peletakan batu tanggul dan turap batu,
disarankan
memperhatikan
keteknikan
bangunan
khususnya
perbandingan
kelerengan.
Untuk
mengantisipasi
bagian
yang
diperkirakan mudah longsor/ambles yang
berupa tanah penutup dan terdiri atas
pelapukan lanjut batuan pasir tufa selang
seling lempung sisipan batubara di sepanjang
rencana jalur kereta api maka dapat
dilakukan beberapa tahap kegiatan seperti:
1)

Batubara, hitam, padat, ketebalan


10 cm s/d 5 m, merupakan sisipan
dengan kedudukan lapisan N200/200,
singkapan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.5.

Pengujian Standarad Penetration Test (SPT)


pada Satuan Batuan Formasi Muaraenim
pada pemboran inti (BH.01, BH.02, BH.03,
BH.04 dan BH.05 di jalur rencana
Kerereta api BATR). menunjukkan nilai N
> 60 setelah kemajuan pemboran melewati
kedalaman 10 meter di bawah permukaan
tanah.
Untuk Nilai Permeabilitas K= 1.0005 E4.0,, Core Recovery= 85 % dan rata-rata
Rock Quality Designation (RQD)= 60%.
Kisaran kedalaman muka airtanah : - 12
meter s/d -14 m di bawah permukaan tanah,
dan dijumpai dari kisaran kedalaman 0.00
meter sampai -14.00 meter di bawah
permukaan tanah.
Potensi bencana alam kelongsoran tebing,
khususnya ke arah lembah hanya di beberapa
lokasi pada saat musim penghujan dimana
masa tanah yang lapuk di tepian tebing yang
dibentuk oleh Satuan Batuan Tufa pasir dan
lapukannya dengan porositas sedang (kisaran
K = 9.952 E 10- 3 cm/det s/d K= 1.311E-4
cm/det) bila jenuh air sewaktu-waktu akan
mampu menyebabkan terjadinya jatuhan
atau gerakan tanah khususnya tipe soil
sliding.

Program Studi Teknik Geologi FT-Unpak

2)

3)

4)

Menutup bagian belakang turap rencana


bangunan konstruksi yang akan dibuat
berupa: dinding penahan, tanggul
sepanjang jalur kereta api, dengan
membuat konstruksi tambahan yang
terbuat dari beton selebar minimal 1,5
kali diameter lubang/aliran erosi yang
terjadi di lembah perbukitan yang
diperkirakan terjadi (di daerah kajian
sering ada jalur aliran akumulasi hujan
menuju sungai membentuk paritan pada
lereng lereng tebing perbukitan).
Menutup alur aliran hasil erosi tebing
perbukitan dengan tanah yang di
stabilisasi, baik dengan semen atau
kapur/batugamping atau semen.
Memadatkan tanah pada sisi depan
tanggul/turap, dinding penahan tanggul
rencana jalur kereta api.
Melakuukan
penggalian
terhadap
lensa/sisipan batubara yang dijumpai di
sepanjang jalur Rencana Kereta Api
Khusus Batubara.

Gambar 6.14. Pembuatan turap/dinding penahan yang


dimungkinkan terabrasi

8)

Konservasi Lingkungan
Pemanfaatan areal lahan bergelombang
rendah berupa perkebunan karet hendaknya
tetap mempertahankan kaidah konservasi
airtanah
yang
berlaku
berdasarkan
perundang-undangan dan ketentuan setempat
terkait dengan konservasi lingkungan.

3)

4)

4. KESIMPULAN DAN DISKUSI

4.1 Daerah merbau


Dari semua yang telah di lakukan penelitian
berupa pemetaan geologi permukaan daerah
Merbau dan sekitarnya kecamatan Beringin
Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan, yang
berkaitan dengan Geomorfologi, stratigrafi,
struktur geologi maupun sejarah geologi maka di
dapatkan kesimpulan yaitu :
1)

2)

Satuan geomorfologi daerah penelitian di


bagi menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi
yaitu : Satuan geomorfologi perbukitan
lipatan Antiklin, satuan geomorfologi
perbukitan
vulkanik
dan
satuan
geomorfologi dataran aluvial sungai. Pola
aliran sungai yang terdapat pada daerah
penelitian adalah pola aliran sungai paralel.
Berdasarkan litostratigrafi yang terdapat di
daerah penelitian di bagi menjadi 3 (tiga)
satuan stratigrafi dari tua ke muda yaitu :
Satuan
batupasir
selang
seling
batulempung sisipan batubara (formasi
Muara enim) yang berumur Miosen akhir
Pliosen dan lingkungan delta plain tidak
ditemukan di daerah penelitian, oleh
karena
itu,
di
tambah
dengan
keterdapatan batubara, maka lingkungan
pengendapan satuan ini di perkirakan
adalah upper delta plain.
Tidak selaras di atas satuan batupasir
selang seling batulempung sisipan
batubara diendapkan satuan tufa dan
breksi vulkanik yang berumur plistosen
pada lingkungan Fasies Proximal
Volcaniclastic
Selanjutnya Satuan Aluvial Sungai
menutupi satuan di bawahnya yang di
batasi oleh bidang erosi.

Program Studi Teknik Geologi FT-Unpak

Struktur geologi yang berkembang di daerah


penelitian adalah lipatan berupa antiklin
yaitu antiklin Merbau yang meiliki arah
sumbu antiklin baratlaut tenggara.
Pemberdayaan daerah penelitian untuk
perencanaan jalur kereta api khusus batubara
lintas merbau ditinjau secara geologi teknik
sangat mendukung untuk dilaksanan
pembangunan tetapi harus di lakukan
penelitian lebih jauh mengingat terdapat pipa
gas milik pertamina di sebagian wilayah
yang akan di lalui jalur kereta api lintas
merbau ini maka di sarankan untuk
melakuka penelitian yang lebih mendetail
misalnya uji resonansi getaran.

PUSTAKA

[1]

[2]

[3]

[4]

[5]

[6]

Asikin, Sukendar., 1986, Geologi Struktur


Indonesia, Departemen Teknik Geologi,
Institut Teknologi Bandung.
Noor. Djauhari ., 2006, Geomorfologi dan
Geologi Foto Edisi I, Program Studi
Teknik Geologi Universitas Pakuan,
Bogor.
Darman, H. dan Sidi, F. H., 2000. An
Outline of The Geology of Indonesia.
Ikatan Ahli Geologi Indonesia.
de Coster, G. L., 1974. The Geology of The
Central & South Sumatra Basins.
Proceedings of the 3rd Annual convention
of IPA. Jakarta.
Gamet R. N., 2004. Geologi dan Batubara
Daerah Bukit Kendi dan sekitarnya, Kec.
Tanjung Agung, Kab. Muara Enim,
Sumatera Selatan. Draft Tugas Akhir, tidak
dipublikasikan.
van Bemmelen, R. W., 1949. The Geologi
of Indonesia, vol. 1A, Martinus Nijhooff,
The Hague 732 p.

Penulis :
1. Asep Tri Herdianto, ST. Alumni (2013)
Program Studi Teknik Geologi FT-Unpak
2. Ir. Bambang Sunarwan, MT. Staf Dosen
Program Studi Teknik Geologi FT-Unpak

Anda mungkin juga menyukai