Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perserikatan Perusahaan Hindia Timur (Perusahaan Hindia Timur Belanda) atau VOC
yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki
monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula VWC
yang merupakan perserikatan dagang Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai
perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagian saham.
Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang
ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa.
Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain.
Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara.
Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia pada pertama kalinya adalah hanya sematamata untuk mencari rempah - rempah sebanyak-banyaknya. Hal ini dikarenakan pada pusat
perdagangan Portugis, yaitu Lissabon dikuasai oleh Spanyol, setelah Raja Felippe II
memerintahkan pasukannya menyerang pusat perdagangan tersebut. Karena berbedanya
keyakinan agama, yaitu antara Belanda ( Protestan ) dan Portugis ( Katolik ) sehingga para
pedagang dari Belanda dilarang untuk membeli rempah rempah di Lissabon. Hal inilah
yang semula melatar belakangi Belanda sehingga tergerak hatinya untuk mencari pusat-pusat
penghasil rempah rempah di dunia timur ( Nusantara ).
Di Indonesia VOC memiliki sebutan populer Kompeni atau Kumpeni. Istilah ini
diambil dari kata compagnie dalam nama lengkap perusahaan tersebut dalam bahasa Belanda.
Tetapi rakyat Nusantara lebih mengenal Kompeni adalah tentara Belanda karena
penindasannya dan pemerasan kepada rakyat Nusantara yang sama seperti tentara Belanda.
Sistem monopoli, penyerahan wajib, pajak, ekstirpasi, dan pelayaran hongi, adalah
beberapa kebijakan yang dilakukan VOC di Indonesia. Kebijakan ini juga mempengaruhi
perekonomian Indonesia pada masa itu, hal inilah yang melatarbelakangi kami mengangkat
judul Perekonomian Indonesia Pada Masa VOC.
B.
1.
2.
3.
4.
5.

Rumusan Masalah
Apa tujuan didirikannya VOC?
Bagaimana monopoli VOC di Indonesia?
Bagaimana strategi VOC dalam menjalankan monopoli?
Apa saja Dampak Kebijakan VOC Terhadap Perekonomian Indonesia?
Apa penyebab runtuhnya VOC?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tujuan didirikannya VOC
2. Untuk mengetahui seperti apa monopoli VOC di Indonesia

3. Untuk mengetahui apa saja strategi VOC dalam menjalankan monopoli?


4. Untuk mengetahui dampak kebijkan VOC terhadap perekonomian Indonesia
5. Untuk mengetahui penyebab bubarnya VOC
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan makalah ini difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan
bagaimana perekonomian Indonesia pada masa VOC.
E.

Metode Pengumpulan Data


Data penyusunan makalah ini diperoleh dengan studi kepustakaan, yaitu suatu metode
dengan membaca secara telaah tentang perekonomian pada masa VOC.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan dirikannya VOC


(Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda) atau
VOC yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki
monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula VWC
yang merupakan perserikatan dagang Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai
perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagian saham.
Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang
ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa.
Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain.
Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara.
VOC terdiri 6 Bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland),
Enkhuizen, Delft, Hoorn dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berkumpul sebagai Heeren
XVII (XVII Tuan-Tuan). Kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas sesuai
dengan proporsi modal yang mereka bayarkan, delegasi Amsterdam berjumlah delapan.
Di Indonesia VOC memiliki sebutan populer Kompeni atau Kumpeni. Istilah ini
diambil dari kata compagnie dalam nama lengkap perusahaan tersebut dalam bahasa Belanda.
Tetapi rakyat Nusantara lebih mengenal Kompeni adalah tentara Belanda karena
penindasannya dan pemerasan kepada rakyat Nusantara yang sama seperti tentara Belanda.
Pada 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische
Compagnie - VOC (Perkumpulan Dagang India Timur). Di masa itu, terjadi persaingan sengit
di antara negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris, Perancis dan
Belanda, untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur. Untuk menghadapai
masalah ini, oleh Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara yang
harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah
Belanda -yang waktu itu masih berbentuk Republik- untuk membuat perjanjian kenegaraan
dan menyatakan perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa
suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat bertindak seperti layaknya satu negara.

Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan


rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan
terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orangorang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya,
ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan
Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian
mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang
bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam
beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
B.

a.
b.

1.
2.
3.
4.

Monopoli VOC di Indonesia


Hasil pelayaran bangsa Belanda pada mulanya hanya mendatangkan kerugian, karena
diantara para pedagang mereka sendiri senantiasa satu sama lain saling bersaing dan hanya
bertujuan untuk mencari untung masing-masing. Pemerintah Belanda segera turun tangan dan
membasmi segala pertentangan atau perebutan yang terjadi dengan jalan membentuk suatu
persatuan atau penggabungan diantara kongsi dagang yang ada. Demikian pada tahun 1602
berdirilah di negeri Belanda persatuan kongsi dagang yang diberi nama V.O.C singkatan dari
Verenigde Oost Indische Compagnie. Persatuan kongsi tersebut dari pemerintah Belanda
memperoleh berbagai hak seperti boleh bertindak atas nama pemerintah Belanda dengan
segala kekuasaan seolah-olah bagaikan suatu pemerintahan yang berdaulat penuh atas
daerah-daerah yang dapat dikuasai antara Tanjung Harapan dan Selat Magelhaen. Dalam
hubungan ini V.O.C selaku kongsi dagang besar sudah tentu akan menjalankan hak
perniagaan tunggalnya (monopoli) di Indonesia yang tiada lain dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya persaingan. Adapun langkah-langkah untuk mencoba mempertahankan hak dagang
tunggal itu antara lain :
Harus dapat mengusir orang-orang Portugis dari perairan Indonesia
Harus dapat menguasai raja-raja di Indonesia.
Untuk dapat melaksanakan kedua maksud itu VOC mendirikan loji-loji seperti di
Banten, Jakarta dan Hitu (Ambon). Ketiga tempat itu letaknya sangat strategis sehingga dapat
dijadikan basis untuk menyusun kekuatan dalam melaksanakan siasatnya. karena itu pulalah
maka pengaruh VOC atas penduduk pribumi tampak sangat besar di kedua bagian dari
kepulauan Indonesia yakni di Jawa dan Maluku.
Aturan monopoli VOC :
Rakyat Maluku hanya boleh menanam rempah-rempah atas izin VOC
Luas wilayah perkebunan dibatasi oleh VOC
Harga jual ditentukan VOC
Tempat menanam rempah-rempah ditentukan VOC
Aturan monopoli VOC yang paling terkenal pada masa itu adalah Verplichte
Leverantie, yaitu penyerahan wajib hasil panen cengkeh dan rempah-rempah lainnya kepada
VOC dengan harga yang telah ditentukan.

C.

Strategi VOC Dalam Menjalankan Monopoli


Dalam menjalankan monopoli perdagangannya di Indonesia, ada beberapa strategi yang
dijalankan oleh VOC, diantaranya :
1. Ekstirpasi
Ekstirpasi adalah hak VOC untuk menebang pohon yang menghasilkan komoditas yang laku
di pasaran Eropa agar tidak terjadi over produksi.
Ekstirpasi dilakukan oleh VOC sebagai langkah pencegahan agar hasil panen tidak
melimpah, sehingga harganya di pasaran Eropa menjadi murah. VOC juga takut jika panen
melimpah, maka rakyat Indonesia yang memiliki kelebihan hasil panen akan menjualnya
kepada pedagang lain bukan kepada VOC. Jika hal ini terjadi, maka yang menjual rempahrempah asal Indonesia di Eropa bukan hanya VOC, sehingga akan terjadi persaingan harga
antara VOC dengan pedagang dari Negara lain. Hak ekstirpasi sangat merugikan petani
Indonesia, karena pohon-pohon yang sudah mereka tanam dan sudah mengeluarkan biaya
dalam penanaman serta perawatannya, ketika ditebang oleh VOC tidak diberikan ganti rugi.
2. Pelayaran Hongi
Pelayaran Hongi adalah misi pelayaran VOC yang ditugasi mengawasi, menangkap, dan
mengambil tindakan terhadap para pedagang dan penduduk pribumi yang dianggapnya
melanggar ketentuan perdagangan Belanda.
Pelayaran Hongi dilakukan oleh VOC untuk mengawasi penanaman cengkeh di Ambon, hal
ini juga dilakukan agar cengkeh tidak ditanam di daerah lain. Pada masa itu, satu keluarga di
Ambon hanya boleh menanam 10 batang pohon cengkeh. Aturan ini ditetapkan oleh VOC,
karena harga cengkeh yang sangat tinggi pada saat itu yang disebabkan karena langkanya
cengkeh di pasaran Eropa. Jadi VOC ingin tetap mempertahankan kelanggkaan cengkeh, agar
harganya tetap tinggi. Pelayaran Hongi juga dilakukan oleh VOC untuk menghabisi para
pesaingnya, demi menghindari adanya perdagangan gelap antara petani Indonesia dengan
pedagang Eropa lainnya. Para pe dagang Inggris dan Portugis, menjadi sasaran utama VOC,
selain juga para warga pribumi yang menentang kebijakan ini turut menjadi korban.

D. Dampak Kebijakan VOC Terhadap Perekonomian Indonesia


Kehadiran VOC membawa dampak bagi perekonomian dan perdagangan di Indonesia,
diantaranya :
1. Tumbuhnya kota-kota dagang seperti Banten, Batavia, dan Padang.
2. Eksploitasi kekayaan alam yang berlebihan
3. Hancurnya pusat-pusat dan jalur-jalur perdagangan kerajaan Islam di Nusantara
4. Tumbuhnya perkebunan-perkebunan di Indonesia

Selain itu, kebijakan-kebijakan VOC juga berpengaruh bagi rakyat Indonesia. Dimana
pada saat itu, rakyat Indonesia benar-benar mengalami penderitaan. Tidak ada yang kaya,
mereka yang punya tanah banyak pun miskin, dikarenakan adanya pembatasan dalam
penanaman pohon serta rendahnya harga yang ditetapkan VOC. Tidak hanya rakyat, bahkan
para raja pun juga tidak bernasib lebih baik. Hal ini dikarenakan mereka digaji dan
dikendalikan oleh VOC, sehingga wibawa raja tidak ada sama sekali. Selain monopoli, VOC
juga menerapkan contingenten. Contingenten atau penyerahan wajib hasil bumi kepada VOC,
juga sangat memberatkan rakyat. Karena hasil bumi yang wajib diserahkan adalah beras yang
merupakan makanan utama orang Indonesia, serta kayu yang merupakan bahan utama dalam
pembuatan rumah. Beras yang didapat dari rakyat Indonesia, digunakan untuk memberi
makan kepada para tentaranya yang sebagian direkrut dari orang pribumi. Sedangkan kayu,
digunakan untuk membangun rumah dan juga benteng.
VOC benar-benar mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia, hal ini dikarenakan
sumber utama pendapatan mereka adalah dengan menjual rempah-rempah serta komoditi
lainnya yang berasal dari Indonesia. VOC benar-benar menggantungkan keadaan
perusahaannya kepada para petani dan hasil panen rempah-rempah di Indonesia. Hal ini
dikarenakan komoditi utama yang diperdagangkan oleh VOC yaitu kain, tidak laku di
Indonesia. Kain yang dijual VOC, tidak mampu dibei oleh rakyat Indonesia, karena
kemiskinan yang dialami oleh rakyat Indonesia, sehingga daya beli mereka rendah.
E. Runtuhnya VOC
Menjelang abad ke-18, VOC mengalami kebangkrutan yang ditandai dengan
memburuknya kondisi keuangan VOC dan menumpuknya utang-utang VOC. Korupsi
merupakan sebab utama kebangkrutan itu. Hal itu diperparah oleh hutang peperangan VOC
dengan rakyat Indonesia dan Inggris dalam memperebutkan kekuasaan di bidang
perdagangan yang semakin menumpuk. Sebab lainnya adalah kemerosotan moral di antara
penguasa akibat sistem monopoli perdagangan. Keserakahan VOC membuat penguasa
setempat tidak sungguh-sungguh membantu VOC dalam memonopoli perdagangan.
Akibatnya, hasil panen rempah-rempah yang masuk ke VOC jauh dari jumlah yang
diharapkan.
Hal utama lainnya adalah ketidakcakapan para pegawai VOC dalam mengendalikan
monopoli. Akibatnya verplichte leveranties (penyerahan wajib) dan Preanger Stelsel (Aturan
Priangan) tidak berjalan semestinya. Kedua aturan itu tadinya dimaksudkan untuk mengisi
kas VOC yang kosong. Verplichte leveranties mewajibkan tiap daerah mneyerahkan hasil
bumi berupa lada, kayu, beras, kapas, nila, dan gula dengan harga yang ditentukan VOC.
Sedangkan Preanger-stelsel mewajibkan rakyat Priangan menanam kopi dan menyerahkan
hasil panennya kepada VOC, juga dengan tarif yang ditentukan VOC. Sementara itu, perang
antara Belanda dan Ingrris terjadi juga di Asia. Armada kapal EIC berturut-turut merebut
kedudukan VOC di Persia, Hindustan, Sri Lanka, sampai Malaka.

Menyadari ancaman itu, Republik Bataaf mulai bertindak keras kepada VOC. Selain
VOC tidak dapat diandalkan lagi dalam menghadang serangan Inggris, persoalan internal
yang berarut-larut dalam tubuh VOC dan anggaran VOC yang menyedot uang negara
membuat pemerintah Republik Bataaf mencabut Hak Octrooi izin usaha VOC dan pada 31
Desember 1799 VOC pun dibubarkan.
Sejak itu, Indonesia berada di bawah kekuasaan Republik Bataaf. Tidak lama
kemudian, pada 1804, Napoleon Bonaparte berkuasa sebagai kaisar Prancis. Ia mengubah
Republik Bataaf kembali menjadi Kerajaan Belanda dan menunjuk adiknya, Louis Napoleon
menjadi Raja Belanda. Dengan perubahan itu, Indonesia berada di bawah kekuasaan kerajaan
Belanda tetapi di bawah kekuasaan Prancis.Untuk menangani Indonesia, Louis Napoleon
menunjuk Daendels untuk menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem perekonomian pada masa VOC didominasi dengan monopoli yang dilakukan
oleh VOC terhadap perdagangan di Indonesia, dalam kegiatan monopolinya VOC melakukan
berbagai macam cara, diantaranya penyerahan wajib, contingenten, hak ekstirpasi, dan
pelayaran hongi. Para petani hanya boleh menanan tanaman yang laku di pasaran Eropa, dan
jumlahnya pun dibatasi.
Hasil panen para petani wajib diserahkan kepada VOC, dengan harga yang telah
ditentukan. Dimana harga yang ditentukan sangatlah rendah, sehingga rakyat Indonesia pada
masa itu benar-benar hidup dalam kemiskinan. Selain hasil panen yang dibeli dengan harga

murah, rakyat juga harus membayar pajak berupa hasil bumi seperti beras kayu. Keadaan
Indoesia pada masa itu benar-benar memprihatinkan, rakyat Indonesia yang seharusnya hidup
berkecukupan karena tingginya harga rempah-rempah, justru hidup dalam kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai