KATA PENGATAR
Penulis
DAFTAR ISI
HAMALAM JUDUL .................................................................................................
KATA PENGANTAR
12
LAMPIRAN
13
(BISA DISESUAIKAN)
BAB I
FILSAFAT
Secara etimologis kata filsafat dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa
Arab: falsafah. Kata falsafah itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, philosophia.
Sebenarnya kata philosophia merupakan gabungan dari dua kata, yaitu philos
yang berarti suka, senang, dan cinta, dan sophia yang berarti arif, bijaksana,
dan hikmah (kebenaran yang mendalam). Dengan demikian, arti philosophia,
antara lain, adalah suka kearifan, senang kebijaksanaan, atau cinta kebenaran.
(Lamuddin Finoza, 2001)
berfilsafat adalah kegiatan berpikir secara radikal, sistematik, dan universal. Perlu
dicamkan bahwa dalam operasionalisasi filsafat (berfilsafat), berpikir secara
radikal, sistematik, dan universal itu harus muncul bersama, kemudian
berkolaborasi, lalu menghasilkan suatu kebenaran (walaupun kebenaran itu masih
dapat berubah jika ditemukan kebenaran yang baru).
Pengetahuan filsafat lahir di Yunani pada era geosentrisme sekitar 600
500 SM. Geosentrisme tumbuh karena keterbatasan peralatan pada masa itu.
Seiring dengan pertumbuhan filsafat, ilmu pengetahuan lain juga makin
berkembang. Penemuan baru yang penting untuk kehidupan manusia banyak
bermunculan setelah ada filsafat. Filsuf yang sangat terkenal dari era
geosentrisme selain Thales adalah Phytagoras, Plato, Aristoteles, dan Ptolomeus.
Kemudian, dari masa awal heliosentrisme filsuf yang sangat terkenal adalah
Copernicus, Galileo, dan Socrates.
Filsafat dengan cepat berkembang ke seluruh Eropa, ke Afrika Utara (Mesir), dan
ke negeri Arab yang terletak di benua Asia. Ke arah timur filsafat merambat ke
Pakistan, India, Cina, dan sampailah ke Indonesia. Pengetahuan filsafat dibawa
oleh imigran dan kaum pedagang, terutama etnik Arab dan Cina. Pada abad IX
XI oleh orang Arab memang semua ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani
diterjemahkan dan dikembangkan dalam bahasa Arab (Jasin, 1994: 9). Pada masa
itulah bermunculan filsuf berdarah Arab, antara lain Al Batani (abad IX); Al
Farabi dan Omar Kayam (abad X); Al Gazali dan Avicenna atau Ibnu Sina (abad
XI). Pemikiran para filsuf bangsa Arab yang umumnya terkenal sebagai filsuf
Islam itu kemudian tersebar ke Indonesia, dibawa oleh para pendatang (imigran)
etnik Arab. Dari antara pendatang itu banyak yang kemudian tinggal menetap di
Indonesia.
Kembali ke masalah kebenaran, termasuk yang telah dan yang masih akan
diupayakan oleh filsafat, sesungguhnya kebenaran yang ditemukan manusia
semuanya bersifat sementara (tentatif), tidak pernah merupakan kebenaran
mutlak atau abadi.1 Setiap kebenaran masih dapat berubah jika ditemukan
kebenaran baru yang diakui dunia. Sebelum ada kebenaran yang baru, kebenaran
yang dipegang adalah kebenaran yang berlaku sebelumnya dan disepakati di
seluruh dunia.
Perhatikanlah kasus perubahan dari paham geosentrisme ke paham
heliosentrisme tersebut di atas. Perubahan lain yang tergolong mutakhir adalah
yang menyangkut status Pluto yang selama 70 tahun dianggap sebagai planet.
Pluto yang ditemukan tahun 1930 dan ditetapkan sebagai planet kesembilan
dalam galaksi bima sakti (milky way), tempat bumi kita berada, pada tahun 2006
harus turun pangkat menjadi planetioda, yaitu julukan untuk benda langit
yang mirip planet. Perubahan status itu terjadi tentulah setelah para ahli
astronomi melakukan penyelidikan secara saksama dan menemukan kenyataan
bahwa Pluto tidak memenuhi syarat untuk digolongkan sebagai planet.
Definisi filsafat yang dilansir di atas tadi bertolak dari kata kerja
berfilsafat. Berfilsafat adalah kegiatan mencari kebenaran, dari kebenaran untuk
kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan dengan berpikir secara
radikal, sistematik, dan universal. Apabila seseorang berpikir seperti itu dalam
menghadapi masalah yang berhubungan dengan kebenaran, maka orang itu sudah
memasuki filsafat. Dalam bentuk nomina, filsafat dapat diartikan sebagai suatu
sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil berpikir
secara radikal, sistematik, dan universal (Gazalba, 1979:41)