F0113023
2. Cynthia Kusuma
F0113026
3. Dadang Arwinda
F0113027
4. Dessy Anis S.
F0113028
F0113029
F0113034
F0113036
8. Fathimah Kurniawati
F0113039
9. Hanif Fikriyah
F0113043
F0113045
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makro
ekonomi yang berperan penting dalam suatu perekonomian. Konsumsi
merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang dan
jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang
melakukan pembelanjaan tersebut atau dapat jugadisebut sebagai pendapatan
yang dibelanjakan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran
konsumsi yaitu tingkat pendapatan, tingkat harga, tingkat pendidikan, jumlah
keluarga, jenis kelamin, selera, dan perkiraan mengenai masa depan.
Salah satu faktor yang cukup krusial dalam pengeluaran konsumsi adalah
tingkat pendapatan. Pengeluaran konsumsi personal (personal consumption
expeniture) adalah pengeluaran rumah tangga untuk membeli barang baik
barang-barang tahan lama maupun barang-barang tidak tahan lama, dan jasa.
Adapun pendapatan disposable merupakan pendapatan yang siap untuk
dibelanjakan.
Adapun hubungan variabel pendapatan terhadap variabel konsumsi adalah
positif. Artinya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka tingkat
konsumsinya akan semakin tinggi pula. Untuk mengetahui lebih detail
bagaimana pengaruh variabel pendapatan terhadap variabel konsumsi maka
dapat kita lihat melalui model regresi linier. Selanjutnya untuk mengetahui
kesesuaian model terhadap hubungan dua variabel tersebut, dapat kita gunakan
uji asumsi klasik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana model regresi linier dapat menerangkan hubungan variabel
pendapatan perkapita terhadap konsumi?
2. Bagaimana kesesuaian model jika di analisis dengan uji asumsi klasik?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengaruh hubungan variabel pendapatan terhadap
konsumsi dengan menggunakan model regresi linier.
2. Untuk mengetahui model tersebut telah sesuai dengan menggunakan uji
asumsi klasik.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENDAPATAN
1. Pengertian Pendapatan menurut Para Ahli
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh suatu
perusahaan dari suatu aktivitas yang dilakukannya, dan kebanyakan
aktivitas tersebut adalah aktivitas penjualan produk dan atau penjualan
jasa kepada konsumen. Kata pendapatan dalam dunia bisnis bukanlah
hal yang asing. Bagi investor, pendapatan tidak terlalu penting jika
dibandingkan dengan keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang
akan diterima setelah dikurangi dengan pengeluaran.
Kieso, Warfield dan Weygantd (2011;955)
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode, jika arus
masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanaman modal.
Skousen, Stice dan Stice (2010;161)
Pendapatan adalah arus masuk atau penyelesaian (atau kombinasi
keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa
atau melakukan aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama atau
aktivitas centra yang sedang berlangsung.
John J. Wild (2003;311)
1. Pendapatan menurut ilmu ekonomi
Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat
dikonsumsi
oleh
seseorang
dalam
suatu
periode
dengan
Pendapatan
yang
memusatkan
perhatian
kepada
4. Penilaian,
Pengukuran,
Pengakuan,
dan
Pemgungkapan
Pendapatan.
a. Penilaian Pendapatan
Standar Akuntansi memberikan pedoman dasar penilaian yang
dapat
digunakan
untuk
menentukan
berapa
rupiah
yan
sekarang
dari
pos
yang
diharapkan
dapat
10
a) Cash Equivalent
Jumlah rupiah kas penghargaan produk yang terjual baru akan
menjadi pendapatan yang sepenuhnya setelah produk yang
tejual baru akan diproduksi dan penjualan benar-benar terjadi.
b) Nilai setara kas
Jumlah rupiah kas yang diperkirakan atau diterima atau
dibayarkan pada masa mendatang dari hasil, penjualan aktiva
dalam kegiatan normal perusahaan.
c) Harga dibawah harga pasar
Harga pasar yang berlaku sekarang tetap, nilainya dibawah
harga semula.
d) Harga pasar
Harga jual bersih yang diperkirakan dikurangi biaya
simpanan, biaya penjualan, dan biaya penyerahan produk.
e) Harga kesepakatan
Harga dimana yang nerupakan kesepakatan dengan
pelanggan dari setiap jumlah rupiah penjualan yang
disepakati dengan pelanggan.
c. Pengakuan Pendapatan
11
penjualan,
biasanya
merupakan
tanggal
13
masukan
adalah
upaya
yang
14
diperkirakan
yang
dibutuhkan
untuk
penyelesaian
membandingkan
ditentukan
biaya
dengan
yang
telah
Metode
usaha
yang
diupyakan
(effort
expended method)
Metode ini didasarkan oleh ukuran dari
pelaksanaan pekerjaan yang meliputi jam
kerja, upah, jam mesin, atau kuantitas bahan.
Bahan penyelesaian dengan menggunakan
metode ini diperoleh dengan cara yang sama
seperti metode biaya ke biaya.
2) Pengeluaran keluaran (output measure)
Pengukuran keluraran adalah hasil pada tanggal
tertentu dibandingkan dengan total hasil kerja
proyek yang diselesaikan. Pengukuran pendapatan
dengan menggunakan ukuran keluaran didasarkan
pada hasil yang dicapai dengan nilai tambah.
b. Metode kontrak selesai (completed contract method)
Menurut metode ini, pendapatan diakui jika pekerjaan
sudah selesai 100%. Semua biaya selama pelaksanaan
15
pendapatan,
tetapi
diakumulasikan
yang
stabil,
16
perusahaan
merupakan
hal
dagang.
yang
Kegiatan
paling
penjualan
menentukan
dan
masuknya
aktiva
bau
kedalam
17
akuntansi
yang
dianut
untuk
pengakuan
18
Penjualan barang
Penjualan Jasa
Bunga
Dividen, dan
Royalty
pendapatan
yang
diajukan
oleh
Financial
Nilai
ekonomis
harus
sudah
ditambahkan
19
Biaya-biaya
yang
berkaitan
harus
dapat
pencatatan
pendapatan,
dimana
tanpa
memperhatikan
pendapatan
20
contoh:
seorang
dokter
gigi
ini
digunakan
untuk
mengakui
metode
kontrak
selesai,
yang
21
reliabilitas
tidak
dipenuhi.
Upaya
dan
HAsil
(effort
and
accomplishment concept)
Konsep ini menyatakan bahwa kas merupakan
pengukur upaya dan pendapatan merupakan
pengukur hasil.
2. Konsep Bukti Berdaya Uji dan Objektif
Laporan keuangan akan mempunyai tingkat
manfaat dan tingkat keandalan 6yang cukup
tinggi apabila data keuangan didalamnya di
dukung oleh bukti-bukti yang objektif dan
dapat diuju kebenarannya,
3. Konsep Akuntansi mengakui adanya asumsi
yang relevan (assumption consept)
22
Konsep akuntansi menagkui adanya asumsiasumsi seperti bidang pengetahuan lain, dalam
banyak hal konsep dasar akuntansi dengan
sendirinya merupakan asunsi atau paling tidak
didasarkan atas asumsi yangtidak dapat diuji
validitasnya dengan pembuktian yang tuntas
tetapi dianggap mempunyai relevansi dengan
tujuan pelaporan keuangan.
4. Konsep Biaya Historical
Konsep biaya histories merupakan pengukur
potensi jasa yang paling objektif untuk jasa
yang baru diperoleh. Baiaya histories ini
menunjukkan
harga
pertukaran
padasaat
23
24
yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa
yang digunakan dalam proses produksi tidak termasuk konsumsi, karena barang
dan jasa itu tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Barang
dan jasa dalam proses produksi ini digunakan untuk memproduksi barang lain.
Tindakan konsumsi dilakukan setiap hari oleh siapapun, tujuannya adalah
untuk
memperoleh
kepuasan
setinggi-tingginya
dan
mencapai
tingkat
mengkonsumsi
marginal
dan
kecenderungan
26
27
mengkonsumsi
marjinal
(Marginal
Propensity
to
Seperti pada uraian pada tabel 2.1, jumlah tambahan konsumsi tidak akan
lebih besar daripada tambahan pendapatan disposabel, sehingga angka MPC tidak
akan lebih besar dari satu. Angka MPC juga tidak mungkin negatif, dimana jika
pendapatan disposabel terus meningkat, konsumsi terus menurun sampai nol
(tidak ada konsumsi). Sebab manusia tidak mungkin hidup di bawah batas
konsumsi minimal. Karena itu 0 < MPC < 1.
Keynes
menduga
bahwa
kecenderungan
mengkonsumsi
marginal
28
29
rasio
antara
tingkat
tabungan
dengan
pendapatan
disposabel
disebut
maka:
30
E. Model
Konsumsi
Siklus
Hidup
(Life
Cycle
Hypothesis
of
Consumption).
Model konsumsi siklus hidup (Life Cycle Hypothesis of
ConsumptionI, disingkat LCH) dikembangkan oleh Franco Modigliani,
Albert Ando, dan Richard Brumberg. Model ini berpendapat bahwa
kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Sama halnya dengan
model Keynes, model ini mengakui bahwa faktor yang dominan
pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi adalah pendapatan disposabel.
Hanya saja, model siklus hidup ini mencoba menggali lebih dalam untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi besarnya pendapatan
disposabel. Ternyata, tingkat pendapatan disposabel berkaitan erat dengan
usia seseorang selama siklus hidupnya. Model siklus hidup ini membagi
perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode:
1) Periode Belum Produktif Periode ini berlangsung dari sejak
manusia lahir, bersekolah, hingga pertama kali bekerja, biasanya berkisar
antara usia nol hingga dua puluh tahun. Pada periode ini umumnya
manusia belum menghasilkan pendapatan. Untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi, mereka harus dibantu oleh anggota keluarga lain yang telah
berpenghasilan.
2) Periode Produktif Periode ini umumnya berlangsung dari usia
sekitar dua puluh tahun. Selama periode ini, tingkat penghasilan
meningkat. Awalnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada usia
sekitar lima puluhan tahun. Setelah itu tingkat pendapatan disposabel
menurun, sampai akhirnya tidak mempunyai penghasilan lagi.
3) Periode Tidak Produktif Lagi Periode ini berlangsung setelah
usia manusia melebihi enam puluh tahun. Ketuaan yang datang tidak
memungkinkan mereka bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Pola
konsumsi manusia berkaitan dengan periode hidupnya. Dengan kata lain,
manusia harus merencanakan alokasi pendapatan 43 disposabelnya. Ada
saatnya mereka harus berutang/mendapat tunjangan, ada saat harus
menabung sebanyak-banyaknya dan akhirnya ada pula saat dia harus hidup
dengan menggunakan uang tabungannya.
Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori ini adalah :
31
C = aWR + Cyl
Dimana:
WR = kekayaan riil
a = kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan
YL = pendapatan tenaga kerja
c = kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari pendapatan tenaga kerja
Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan
(assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan
meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya
inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan
harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang
beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan
sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja.
Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan
meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus
kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien
pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang
tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun
pengeluaran-pengeluaran lain.
F. Faktor faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
a. Faktor faktor Ekonomi
1) Pendapatan rumah tangga (Household Income)
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat
konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, makin tinggi
pula tingkat konsumsi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat,
kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi
menjadi semakin besar. Atau mungkin juga pola hidup menjadi
semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang
lebih baik.
32
konsumsi
tahan
lama
(Consumers
Durables).
dibanding
MPC
pada
kelompok
masyarakat
yang
pendapatan
nasional
yang
sama,
besarnya
konsumsi
1) Jumlah penduduk
Jumlah
penduduk
yang
banyak
akan
memperbesar
besarnya
konsumsi
adalah
faktor
sosial-budaya
apa,
sehingga
menyebabkan
terjadinya
36
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
sekunder merupakan
mempengaruhi
konsumsi
data
dengan
yang
meliputi
faktor-faktor
yang
menganalisis
pendapatan
yang
mempengaruhi konsumsi.
B. Analisis Data
1.
Model Statistik
Untuk menguji hipotesis akan dilakukan analisis dengan model
regresi linier. Persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut :
Model A :
PPCEt
= 1 + 2PDPIt + 3PDPIt1 + ut
Model B :
Keterangan :
2.
PPCE
PDPI
Uji T
Merupakan pengujian variable independen secara individu yang
dilakukan untuk melihat signifikansi dari variabel independen
sementara variabel yang lain konstan. Uji signifikansi adalah prosedur
yang digunakan dalam pengujian kebenaran atau kesalahan dari hasil
hipotesis nol dari sampel.
38
3.
4.
Ho diterima.
Ho ditolak.
Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam
analisa regresi dimana hal ini ditunjukkan oleh besarnya koefisien
determinasi antara nol dan satu. R merupakan koefisien determinasi
yang digunakan untuk mengetahui seberapa persen variasi perubahan
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi perubahan variabel
independen.
5.
Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi
variabel independen di antara satu dengan yang lainnya.
Multikolinieritas berfungsi untuk mengetahui hubungan
antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan
model regresi.
b.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah kondisi di mana sebaran
atau varian faktor pengganggu tidak konstan sepanjang
observasi.
Heteroskedastisitas
terjadi
jika
muncul
39
c.
Uji Autokorelasi
40
BAB IV
PEMBAHASAN & ANALISIS
Terdapat 2 model akhir akan dipilih menjadi model yang terbaik. 2 model tersebut
menggunakan :
A. Distributed Lag model
Ini merupakan hasil dari pengujian regresi linier dengan metode
distributed lag mode, yaitu :
Estimation Equation:
=====================
PPCE = C(1) + C(2)*PDPI + C(3)*PDPI(-1)
Substituted Coefficients:
=====================
PPCE = -1.299053631 + 0.920411051*PDPI + 0.09314095354*PDPI(-1)
Dependent Variable: PPCE
Method: Least Squares
Date: 12/16/15 Time: 11:54
Sample(adjusted): 1971 1991
Included observations: 21 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C
-1.299054
0.321722
-4.037819
PDPI
0.920411
0.152947
6.017858
PDPI(-1)
0.093141
0.147643
0.630854
R-squared
0.988766 Mean dependent var
Adjusted R-squared
0.987517 S.D. dependent var
S.E. of regression
0.144705 Akaike info criterion
Sum squared resid
0.376912 Schwarz criterion
Log likelihood
12.41507 F-statistic
Durbin-Watson stat
0.809223 Prob(F-statistic)
Prob.
0.0008
0.0000
0.5361
11.11862
1.295180
-0.896674
-0.747456
792.1102
0.000000
41
Hasil
2
R
Schwarz criterion
Akaike info criterion
Nilai
0.988766
-0.747456
-0.896674
B. Autoregressive Model
Dependent Variable: PPCE
Method: Least Squares
Date: 12/15/15 Time: 22:37
Sample(adjusted): 1971 1991
Included observations: 21 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient Std, Error t-Statistic
C
-81,11157 336,3956 -0,241120
PDPI
0,903278 0,036314
24,87429
PPCE(-1)
-0,000169 0,037680 -0,004481
R-squared
0,982985 Mean dependent var
Adjusted R-squared
0,981095 S,D, dependent var
S,E, of regression
105,3645 Akaike info criterion
Sum squared resid
199830,2 Schwarz criterion
Log likelihood
-125,9851 F-statistic
Durbin-Watson stat
1,510095 Prob(F-statistic)
Hasil
2
R
Schwarz criterion
Akaike info criterion
Prob,
0,8122
0,0000
0,9965
10059,38
766,3055
12,28429
12,43351
519,9508
0,000000
Nilai
0,982985
12,43351
12,28429
42
A. Uji Normalitas
Dalam uji model ini, menunjukkan bahwa hasii JB statistik data tersebut adalah
1.2298 yang artinya lebiih besar dari nilai 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa
JB statistik pada model menunjukkan hasil yang tidak signifikan sehingga tidak
menolak Ho. Hal ini berarti bahwa residual berdistribusi normal.
B. Uji Linearitas
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
Test Equation:
Dependent Variable: PPCE
Method: Least Squares
Date: 12/16/15 Time: 12:47
Sample: 1971 1991
Included observations: 21
Variable
C
PDPI
PDPI(-1)
FITTED^2
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
8.742642
8.713645
Coefficient
7.360038
-0.215479
-0.066956
0.057595
0.992581
0.991272
0.121002
0.248906
16.77190
1.254849
Probability
Probability
0.008831
0.003158
Std. Error
t-Statistic
2.940869
2.502674
0.404892
-0.532188
0.134810
-0.496672
0.019479
2.956796
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
Prob.
0.0228
0.6015
0.6258
0.0088
11.11862
1.295180
-1.216371
-1.017414
758.1367
0.000000
43
Dari hasil uji linearitas, didapatkan bahwa nilai F statistik pada Ramsey reset test
menunjukkan hasil sebesar 8.742. Maka itu artinya nilai F tidak signifikan karena
lebih dari 0.05. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan tidak terjadi
kesalahan spesifikasi pada model.
C. Uji Homoskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.428012
2.029864
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 12/16/15 Time: 12:57
Sample: 1971 1991
Included observations: 21
Variable
Coefficient
C
-0.239113
PDPI
-0.116331
PDPI^2
0.005233
PDPI(-1)
0.160600
PDPI(-1)^2
-0.007126
R-squared
0.096660
Adjusted R-squared
-0.129175
S.E. of regression
0.019386
Sum squared resid
0.006013
Log likelihood
55.86496
Durbin-Watson stat
2.022002
Probability
Probability
0.786298
0.730266
Std. Error
t-Statistic
0.505710
-0.472825
0.242872
-0.478979
0.009937
0.526658
0.208205
0.771354
0.008610
-0.827564
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
Prob.
0.6427
0.6384
0.6057
0.4517
0.4201
0.017948
0.018243
-4.844281
-4.595586
0.428012
0.786298
Untuk mencari homoskedastisitas maka harus dibandingkan dengan nilai x2. Nilai
X2 sebesar 28.86 maka itu artinya nilai 28.86 > 2.02 jadi tidak terdapat
heteroskedastisitas dalam model.
D. Uji Multikoleniaritas
Regresi awal
Dependent Variable: PPCE
Method: Least Squares
44
Prob.
0.0008
0.0000
0.5361
11.11862
1.295180
-0.896674
-0.747456
792.1102
0.000000
Prob.
0.1011
0.0000
12.26919
1.268010
-0.126951
-0.027473
663.5601
0.000000
Prob.
0.3652
0.0000
12.07819
1.313563
-0.056362
45
0.960605
2.591797
1.972877
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.043117
663.5601
0.000000
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengujian model tersebut, didapat model regresi linear yang baik
adalah dengan menggunakan metode distributed lag. Setelah mendapatkan model
yang terbaik, maka dilakukan uji asumsi klasik terhadap model. Dari uji asumsi
klasik, mulai dari uji normalitas, linearitas, autokorelasi, homoskedastisitas, dan
multikoleniaritas maka didapatkan hasil bahwa tidak ada kesalahan dari
spesifikasi model.
46