Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

PENDAPATAN

DISUSUN OLEH :

Kesuma Satria ( 1201103010017 )


Muarif ( 1201103010117 )
Said Ikhsan Ridha ( 1201103010090 )
Teuku Muhammad Syawal ( 1201103010018 )

Dosen Pembimbing :
Dr. Mulia Saputra, SE, M.Si, Ak

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM
2015
LATAR BELAKANG

Akuntasi memang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan karena dengan


Akuntansi kita bisa memantau kinerja perusahaan dan kondisi perusahaan yang kita
jalani, apakah memperoleh laba atau menderita kerugian.dengan akuntansi kitapun dapat
memperoleh informasi yang nantinya berguna untuk pemakainya,baik itu pihak ekstern
maupun intern. Dengan adanya informasi ini kita juga bisa membayar pajak kepada
pemerintah demi kesejahteraan sosial.Semua informasi dia tas terkait halnya dengan
sebareba banyak pendapatan yang kita peroleh dari kegiatan perusahaan kita, kerana
pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap perusahaan. Tanpa ada
pendapatan mustahil akan didapat penghasilan atau earnings . Pendapatan adalah
penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau disebut
penjualan, penghasilan jasa(fees ), bunga, dividen, royalti dan sewa.
Menurut PSAK nomor 23 paragraf 6 adalah sebagai berikut: Pendapatan adalah
arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan
selama suatu periode bila arus masuk it u mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanaman modal.
Namun demikian, Konsep mengenai pendapatan belum dapat dirumuskan dengan jelas
dalam literatur akuntansi, karenapendapatan ini sangat erat kaitannya dengan pengukuran,
penetapan waktu dalam konteks sistem pembukuan berpasangan. Sehubungan dengan hal
diatas, pengertian pendapatan dapat berbeda-beda tergantung dari sudutmana pendapatan ini
dipandang. Pada dasarnya ada dua pendekatan terhadap konsep pendapatan yang
dapatditemukan dalam literatur akuntansi yaitu :
a. Pendekatan pendapatan yang memusatkan perhatian pada arus masuk aktiva yang
ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan.
b. Pendekatan pendapatan yang memusatkan perhatian pada penciptaan barang dan jasa.
Ikatan Akuntan Indonesia ( 2004 : 23.2 ) menyatakan bahwa ”Pendapatan adalah arus masuk
bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normalperusahaan selama satu periode
bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikanekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
kenaikan modal”.
Untuk pendekatan yang menekankan pada arus masuk, dapat kita lihat dari pengertian yang
terdapat dalam FASB yang dikutip oleh Smith Skousen ( 2001 : 27 ) pendapatan diakui
sebagai ”arus masuk atau peningkatan aktiva lain sebuah entitas atau penetapan utangnya (
atau kombinasi dari keduanya ) dari pengantaran barang atau produksi barang yang
menyumbangkan pelayanan atau melakukan aktivitas lain yang membentuk operasi pokok
atau operasi sentral yang sedang berlangsung dari suatu aktivitas”.

Menurut Rosjidi ( 1999 : 128 ) ”Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan
jumlah kewajiban perusahaan, yang timbul dari transaksi penyerahan barang dan jasaatau
aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode yang dapat diakui dan diukur berdasarkan Prinsip
Akuntansi Berlaku Umum”. Dalam pengertian ini pendapatan yang diperoleh dari transaksi
penyerahan barang atau jasa atau aktivitas usaha lainnya itu adalah yang berhubungan secara
langsung dengan kegiatan untuk memperoleh laba
usaha yang dapat mempengaruhi terhadap jumlah ekuitas pemilik. Dengan demikian, tidak
termasuk dalam pengertian pendapatan, adalah peningkatan aktiva perusahaan yang timbul
dari pengadaan aktiva, investasi oleh pemilik, pinjaman ataupun koreksi labarugi pada
periode sebelumnya. Menurut Belkaoui ( 2000 : 178 ) Pendapatan diinterprestasikan
sebagai :

1. Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa.
2. Aliran keluar barang atau jasa dariperusahaan kepada pelanggan, dan
3. Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan
selama periode waktu tertentu.

Menurut Henry ( 2000 : 358 ) ”Pendapatan ( revenue )adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode
bilamana arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi pemodal”.
PEMBAHASAN

Urutan yang logis setelah pembahasan aset dan kewajiban adalah ekuitas karena
ketiganya merupakan elemen neraca.Pendapatan dan biaya dibahas terlebih dahulu sebelum
ekuitas karena merupakan penyebab penting perubahan ekuitas yang berasal dari kegiatan
operasi perusahaan dan pembentuk statemen laba rugi yang menentukan laba
perusahaan.Konsep dasar upaya dan hasil menyatakan bahwa hasil dan capaian harus
diperoleh dengan upaya atau bukan sebaliknya capaian dulu baru capaian menanggung
biaya.jadi, tidak ada capaian tanpa upaya.Konsep dan hasil mempunyai implikasi bahwa
pendapatan dihasilkan oleh biaya.Artinya, hanya dengan biaya pendapatan dapat tercipta dan
bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya.
Walaupun demikian, secara teknis akuntansi, pendapatan biasanya diukur lebih
dahulu dan baru kemudian biaya yang diperkirakan menghasilkan pendapatan tersebut diukur
sehingga laba dapat ditentukan dengan tepat.Seperti aset dan kewajiban, pembahasan
pendapatan meliputi pengertian, pengukuran, pengakuan dan penilaian.Masalah teoritis
pendapatan dapat dilukiskan dalam gambar berikut.

2.1 DEFINISI PENDAPATAN


Berbagai sumber mamaknai pendapatan kurang kebih sama walaupun dengan variasi
yang berbeda. Dalam SFAC No. 6 FASB mendefinisikan pendapatan dan untung sebagai
berikut :
Revenues are inflows or other enhancements of asset of an entity or setlements of its
liabilities (or combination of both) from delivering or producing goods, rendering service, or
other activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations (prg 78).
Pendapatan adalah arus masuk atau perangkat tambahan lain aset dari suatu entitas
atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi
barang, jasa render, atau kegiatan lainnya yang merupakan operasi yang sedang berlangsung
oleh entitas besar atau pusat (prg. 78)
Gains are increasea in equity (net assets) from peripheral or incedental transaction of
an entity and from all other transaction and other events and circumstances affecting the entity
except those that result from revenues or invesment by owners (prg 82).
Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi perifer atau
insidental dari suatu entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa lain dan keadaan yang
mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik
(prg 82).
Paton dan Littleton (1970) mengkarakterisasi pendapatan sebagai berikut :
Revenues is the product of enterprise, masured by amount of new assets received from
customer; ... Steted in terms of asset the revenue of the enterprise in presented, finally, by the
flow of fund from the customer or patrons in exchange for the product of the business, either
commodities or service (hlm. 47-47).
Pendapatan adalah produk dari perusahaan, diukur dengan jumlah aset baru yang
diterima dari pelanggan, ... dinyatakan dalam hal aset pendapatan dari perusahaan diwakili,
akhirnya, oleh aliran dana dari pelanggan atau pelanggan dalam pertukaran untuk produk
bisnis, baik komoditas atau jasa (hlm, 47-47)
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), IAI mengadopsi definisi pendapatan dari
IASC yang menempatkan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income) sebagai
berikut :
Income is increase in economic benefits during the accounting period in the form
inflows or enhancement of assets or decreases of liabilities that result in increase in equity,
other than those relating to equity participants (hlm. 17).
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam
bentuk arus masuk atau perangkat tambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan peserta ekuitas (hlm. 17)
Definisi penghasilan ecompasses baik pendapatan dan keuntungan. Pendapatan timbul
dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan disebut dengan berbagai nama yang berbeda
termasuk penjualan, biaya, bunga, dividen, royalti, dan sewa (hlm.18)
Keuntungan merupakan item lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan
mungkin, atau tidak mungkin, timbul dalam perjalanan dari aktivitas normal
perusahaan.Keuntungan merupakan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian tidak
berbeda di alam dari pendapatan. Oleh karena itu, mereka tidak dianggap sebagai merupakan
elemen yang terpisah dalam kerangka kerja ini (hlm. 18)
Definisi-definisi di atas memisahkan antara pengertian dan pengakuan sehingga tidak
ada yang menjukkan kriteria pengakuan. Sementara itu, APB (1970) mendefinisikan
pendapatan dengan memasukkan kriteria pengakuan sebagai berikut (APB Statement No 4
prg 134) :
Pendapatan - kenaikan bruto dalam aset atau penurunan bruto dalam kewajiban yang
diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang dihasilkan dari
jenis-jenis laba-kegiatan diarahkan kegiatan perusahaan yang dapat mengubah ekuitas
pemilik.

2.2 KARAKTERISTIK PENDAPATAN


Dari beberapa definisi di atas dapat didaftar karakteristik karakteristik atau kata kata
kunci yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk pengertian
pendapatan dan untung adalah :
1. Aliran masuk atau kenaikan aset
2. Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang menerus.
3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
4. Suatu entitas
5. Produk perusahaan
6. Pertukaran produk
7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk.
8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Beberapa karakteristik di atas dikatakan merupakan turunan/konsekuensi dsari atau
dikandung secara implisit oleh kata kunci yang lain. Karakteristik (3) sampai (8) sebenarnya
merupakan penjabaran atau konsekuensi dari ketiga karakteristik sebelumnya.Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa karakteristik (1) dan (2) merupakan karakteristik konsekuensi,
pendukung, atau penjelas.

1. Kenaikan Aset
Paton dan Litleton (1970:47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena
berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:
a. Transsaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.
b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat
berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.
c. Hadiah, donasi atau temuan
d. Revaluasi aset yang telah ada.
e. Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa)
Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran aset masuk adalah jumlah rupiah
kotor.FASB mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah
jumlah rupiah yang datang dari p-enyerahan produk atau pelaksanaan jasa.(IASC) menunjuk
jumlah kotor dengan menyebutkan bahwa jumlah rupiah pendapatan dapat berupa penjualan,
imbalan jasa, bunga, dividen, royalitas, dan sewa.
Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan
konsep aliran masuk. Konsep ini mempunyai kelemahan karena pendapatan dianggap baru
ada setelah transaksi penjualan terjadi.dengan kata lain pendapatan timbul karena peristiwa
atau transaksi pada saat tertentu dan bukan karena proses selama suatu periode. Kelemahan
lain adalah definisi ini mengacaukan pengukuran dan penentuan saat pengakuan dengan
proses penciptaan pendapatan. IAI harus membatasi bahwa kenaikan aset tersebut adalah
yang menaikkan ekuitas kecuali yang berasal dari transaksi dengan pemilik.konsep
ka\enaikan aset mengalami masalah dalam hal aliran masuk yang berupa pembayaran di muka
yang berasal dari pelanggan.Walaupun pembayaran semacam ini merupakan bagian dari
operasi utama perusahaan, pada kenyataannya aliran masuk tersebut tidak atau belum
dianggap pendapatan.Demikian juga, walaupun penjualan kredit menimbulkan piutang usaha,
piutang sering dianggap buakan suatu aliranmasuk aset.

2. Operasi Utama Berlanjut


Tidak semua kenaikan aset di atas membentuk pendapatan.Kegiatan utama atau
sentral yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang membatasi kenaikan yang
dapat disebut pendapatan.Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan
kegiatan investasi dan pendanaan.Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk
memproduksi dan mengirimkan berbagai barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau
melaksanakan berbagai jasa.
Pengertian operasi utama menunjukkan kegiatan sebagaimana pengertian operasi
dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statemen aliran kas yaitu, operasi, investasi, dan
pendanaan.Akan tetapi, pendapatan atau untung yang tidak berasal dari operasi utama dengan
sendirinya lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi.
a. Operasi dan Non-operasi
Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidential sering dianggap sebagai pos
pendapatan “non-operasi” dan dipisahkan penyajiannya. Pembedaan memang perlu tetapi
mengklasifikasinya sebagai non-operasi dapat menyesatkan dalam pengukuran kinerja atau
daya melaba perusahaan.
Paton dan Litleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai pos
operasi dan non-operasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi sebagai pos operasi
tesebut benar benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara
sangat kebetulan saja.Jadi, istilah “non-operasi” kurang deskriptif untuk mengklasifikasikan
beberapa pendapatan atau untung yang sebenarnya masuk dalam pengertian operasi dalam
arti luas.Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai
pendapatan lain-lain dan untung (other revenue and gains).

3. Penurunan Kewajiban
Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya misalnya
menerima pembayarn di muka dari pelanggan penerimaan ini bukan merupakan pendapatan
karena perusahaan belum melakukan prestasi yang menimbulkan hak penuh atas aset yang
diterima.Oleh karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai
pendapatan tekterhak atau pendapatan tangguhan yang statusnya adalah kewajiban sampaiada
prestasi dari perusahaan berupa pengirimkan barang atau pelaksanaan jasa. Pengiriman
barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan.
Kejadian itu mengubah kewajiban menjadi pendapatan.

4. Suatu Entitas
Dimasukkan kata entitas atau perusahaan dalam definisi mengisyaratkan bahwa
konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian.Pendapatan didefinisikan sebagai
kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih.Jadi, aset yang masuk itulah yang disebut
pendapatan.Aset tersebut dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi, karena hubungan perusahaan
dengan pemilik merupakan hubungan utang-piutang, pada saat aset naik sebagai pendapatan
utang perusahaan kepada pemilik juga naik dengan jumlah yang sama. Hal ini mengisyaratkan
bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Karena pendapatan didefinisikan
sebagai kenaikan aset bukan kenaikan ekuitas.

5. Produk Perusahaan
Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan.Di sini
pendapatan didefinisikan secara fisis bukan moneter.Definisi ini juga netral terhadap saat
pengakuan.Aliran aset dari pelanggan berfungsi hanya sebagai pengukur tetapi bukan
pendapatan itu sendiri; produk fisis yang dihasilkan oleh kegiatan usaha itulah
pendapatan.Pengertian semacam ini sesuai dengan konsep upaya dan capaian (efford and
accomplishment) yaitu pendapatan merupakan capaian upaya produktif perusahaan.Produk
merupakan capaian dari tiap kegiatan produktif.Dengan pengertian ini, pendapatan terbentuk
atau terhimpun bersamaan dengan atau selama kegiatan produktif tanpa harus menunggu
kejadian atau saat penyerahan produk kepada pelanggan.
Ada dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu aliran fisis dan
moneter.Pendapatan merupakan aliran masuk aset (unit moneter dan hal tersebut berkaitan
dengan aliran fisis berupa penyerahan produk (output) perusahaan.Dalam hal ini, Kam (1990,
hlm. 237) mempertanyakan apakah pendapatan itu objek atau kejadian. Untuk menjawab hali
tersebut, Kam merinci lebih lanjut kedua aliran tersebut yaitu:
a. Aliran fisis berupa :
• Kejadian memproduksi dan menjual produk
• Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.
b. Aliran moneter berupa :
• Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena produksi atau penjualan produk
ke konsumer.
• Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang dihasilkan atau dijual.

6. Pertukaran
Ini dikarenakan pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk
dicatat dalam sistem pembukuan.Satuan moneter yang paling objektif adalah kalau jumlah
rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen.

7. Berbagai bentuk dan Nama


Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos dengan
berbagai bentuk dan nama apapun. Pendapatan untuk perusahaan perdagangan misalnya
disebut dengan penjualan.

FASB membedakan antara untung dan pendapatan karena adanya karakteristik


sumber yang dapat dibedakan dengan operasi utama. Karakteristik sumber dari untung itu
sendiri adalah :
a. Periferal dan insidental: misalnya penjualan investasi dalam surat-surat berharga,
penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo.
b. Transfer nontimbal-balik (nonreciprocal transfer) dengan pihak lain : misalnya
hadiah dan donasi (bagi organisasi nonprofit) dan penerimaan ganti rugi pemenangan tuntutan
perkara hukum.
c. Penahanan aset (holding asset) : misalnya kenaikan harga sekuritas investasi,
kenaikan nilai tukar valuta asing, dan kenaikan karena penahanan sediaan (holding gains)
d. Faktor lingkungan : misalnya ganti rugi asuransii musibah alam yang melebihi
kos aset yang rusak.
FASB sendiri mengakui bahwa pembedaan tersebut sebenarnya lebih dimaksudkan
untuk kepentingan penyajian pendapatan atas dasar sumbernya daripada untuk membedakan
secara tegas karakteristik antara pendapatan dan untung.
(Sumber Suwardjono, 2005 : 351-362).

2.3 PEMBENTUKAN dan REALISASI PENDAPATAN


Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi
sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statemen keuangan.Pengertian atau definisi
pendapatan harus dipisahkan dengan pengakuan pendapatan bahkan pengertian pendapatan
sebenarnya juga harus dipisahkan dengan pengukuran pendapatan.Dengan demikian, suatu
jumlah yang memenuhi definisi pendapatan tidak dengan sendirinya jumlah tersebut diakui
(dicatat secara resmi) sebagai pendapatan.
Pendapatan sebagai produk perusahaan tidak mengisyaratkan berapa jumlahnya dan
berapa harus dicatat tetapi lebih mengisyaratkan berapa jumlahnya dan kapan harus dicatat
tetapi lebih mengisyaratkan bahwa pendapatan memang ada atau terwujud, definisi tersebut
lebih difokuskan pada eksistensi pendapatan.
Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual.Oleh
karena itu, secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas
keterukuran (measurability), dan keterandalan (reliability).Kualitas tersebut harus
diopersionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan.Sebagai produk perusahaan,
kriteria keterukuran berkaitan dengan masalah berapa jumlah rupiah produk tersebut dan
kriteria keterandalan berkaitan dengan masalah apakah jumlah tersebut objektif serta dapat
diuji kebenarannya.Kedua kriteria harus dipenuhi untuk pengakuan pendaptan. Pendapatan
yang diukur dengan jumlah penghargaan sepakatan produk yang terjual baru akan menjadi
pendapatan yang sepenuhnya setelah produk selesai diproduksi dan penjualan benar-benar.
Untuk menjabarkan kriteria kualitas informasi menjadi kriteria pengakuan pendapatan, perlu
dipahami dua konsep penting yaitu pembentukan pendapatan dan realisasi pendapatan.
a. Pembentukan Pendapatan (Earning Process)
Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang berkaitan dengan masalah kapan
dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul dan menjadi ada. Dengan kata lain,
apakah pendapatan itu timbul dari keadaan produktif atau karena kejadian tertentu. Konsep
ini menyatakan bahwa pendapatan terbentuk , terhimpun atau terhal bersamaan dan dengan
melekat pada seluruh atau totalitas proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan
sebagai hasil transaksi tertentu. Konsep dasar ini sering disebut pendekatan proses
pembentukan pendapatan atau pendekatan kegiatan.
Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil capaian serta kontiuitas
usaha.Biaya merepresentasikan upaya dan pendapatan merepresentasikan capaian.Karena
tujuan perusahaan adalah menciptakan laba, manajemen atau pengusaha mengharapkan
diharapkan bahwa pendapatan selalu lebih besar dari biaya.
Pendekatan ini juga dilandasi oleh konsep homogenesitas kos yaitu bahwa semua
tahap kegiatan atau unsur di dalamnya (direpresentasikan) mempunyai kedudukan atau arti
penting yang sama dalam menghasilkan pendapatan (Paton dan Littleton 1970 : 67 dalam
Suwardjono, 2005 : 364).
Implikasi dari konsep ini adalah semua tahap kegiatan memberi sumbangan dalam
penciptaan pendapatan yang secara proporsional sama dengan besarnta kos. Jadi, begitu kos
suatu objek biaya terjadi, pendapatan dapat dianggap terbentuk sehingga laba juga terbentuk.

b. Realisasi Pendapatan
Kosep realisasi pendapatan:
Menurut konsep ini, pendapatan baru dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi
kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen untuk membayar produk baik produk
telah selesai dan diserahkan atau belum dibuat sama sekali. Dengan kata lain, pendapatan
terbentuk pada saat produk selesai dikerjakan dan terjual langsusng atau pada saat terjual atas
dasar kontrak penjualan (barang mungkin belum jadi atau belum diserahkan). Berdasarkan
konsep, pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan atau
kontrak sehingga sebelum transaksi atau kontrak tersebut terjadi pendapatan belum terjadi
atau terbentuk.
Konsep realisasi lebih berkaitan dengan masalah pengukuran pemdapatan secara
objektif dan lebih bersifat kriteria pengakuan daripada bersifat makna pendapatan. Konsep
realisasi atau pendekatan transaksi lebih menekankan kejadian yang dapat menandai
pengakuan pendapatan yaitu :
1. Kejadian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualan
yang sah atau semacamnya.
2. Penguatan atau validassi transaksi penjualana tersebut dengan diperolehnya aset
lancar.
Dari kedua kejadian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses realisasi
merupakan koonfirmasi proses penghimpunan dana.

2.4 PENGAKUAN PENDAPATAN


Kriteria Pengakuan Pendapatan
Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesei diproduksi dan penjualan
benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Dengan kata lain,
pendapatan belum dapat dikatakan ada dan diakui sebelum ada penjualan yang nyata. Hal ini
didasarkan pada gagasan bahwa pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi harus
didasarkan pada konsep dasar keterukuran dan reliabilitas; jumlah rupiah harus cukup pasti
dan ditentukan secara objektif oleh pihak independen.
Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk mengakui pendapatan
sebelum barang atau jasa sudah cukup selesai dikerjakan walaupun jumlah rupiah pendapatan
telah terealisasi karena belum ada upaya yang membentuk pendapatan.Atas dasar konsep
kesatuan usaha, tidak ada pendapatan tanpa upaya.Tanpa upaya yang cukup pendapatan
belum dapat diakui. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang
keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83):
a. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi
Pendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah terjual atau ditukarkan dengan
kas atau klai atas kas.Dan dikatakan cukup pasti terealisasi bilamana aset berkaitan yang
diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang cukup pasti
jumlahnya.
b. Terbentuk atau terhak
Pendapatan dikatakan dapat terbentuk bila mana perusahaan telah melakukan secara
substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang
melekat pada pendapatan.
Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu kegiatan
tertentu dapat berbeda artinya dalam keadaan tertentu perhimpun menjadi lebih kritis daripada
realisasi dan sebaliknya.Terbentuknya pendapatan, tidak selalu harus mendahului realisasi
pendapatan, dapat terjadi pendapatan sebelum realisasi terbentuk.Kam (1990)
mengemukakan kriteria pengakuan secara teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau
dipenuhi syarat-syarat berikut :
1. Keterukuran nilai asset (measurability of asset value)
2. Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)
3. Proses perhimpunan secara substansial telah selesai
Syarat (1) dan (2) telah dicakupi dalam kriteria dari FASB.Agar dapat dikatakan
terealisasi pendapatan memang harus diukur secara objektif dan hal tersebut pada umunya
dapat dicapai setelah adanya transaksi penjualan atau kontrak.Syarat (1) berkaitan dengan
masalah apakah aliran masuk asset harus bersifat likuid dan bila pendapatan dalam bentuk
piutang apakah ketertagihan (collectability) cukup pasti sehingga jumlah rupiah pendapatn
yang dicatat benar merefleksi jumalh rupiah yang akhirnya diterima.Dengan demikian
pengukkuran pendapatan sangat andal.Syarat (3) tidak berbeda dengan kriteria b dari FASB.
(Sumber Suwardjono, 2005 : 362-369)

2.4.1 Saat Pengakuan Pendapatan


Masalah kapan suatu pendapatan dapat diakui berkaitan dengan saat (timing)
pengakuan pendapatan itu sendiri. Ada beberapa gagasan mengenai hal ini :
a. Pada Saat Kontrak Penjualan
Dapat terjadi ketika perusahaan telah menandatangani kontrak perusahaan dan bahkan
sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai memproduksi
barang.Pendapatan sudah terealisasi tetapi belum terbentuk karena hanya satu kriteria yang
terpenuhi dan tidak dapat diakui sebagai pendapatan.Sementara itu, pembayaran dimuka
harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, biasanya
dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.Pada umumnya, perlakuan semacam ini berlaku
untuk perusahaan yang memproduksi barang konsumsi dan jarak antara penandatangan
kontrak dan penyerahan barang cukup pendek (kurang dari satu tahun).
b. Selama proses produksi secara bertahap
Dalam industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup
lama.Misalnya dalam industri konstruksi bangunan.Biasanya produk semacam itu
diperlakukan sebagai projek dan dilaksankan atas dasar kontrak sehingga pendapatan
terealisasi untuk seluruh periode kontrak tetapi mungkin belum cukup terbentuk pada akhir
tiap periode akuntansi. Dalam hal ini, pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap
(per periode akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat
projek selesai dilakukan. Yang pertama disebut metode persentase penyelesaian, sedangkan
yang terakhir disebut metode kontrak selesai.
Permasalahan teoritis yang kemudian dapat terjadi jika seluruh pendapatan diakui
dengan memakai metode kontrak selesai, akan terjadi kemungkinan terjadi
ketidakseimbangan volume pendapatan dan kegiatan produksi antar tahun. Masalah juga
timbul kalau perusahaan tidak memperlakukan tiap kontrak sebagai projek dan mengakui
pendapatan pada saat produk diserahkan tanpa mengakumulasi kos yang berkaitan dengan
produk sehingga penandingan yang tepat tidak tercapai.
Suatu alternatif untuk memecahkan masalah di atas adalah penggunaan projek atau
angkatan produksi sebagai wadah atau takaran penentuan dan pelaporan laba bukannya
periode waktu. Sebagai alternatif lain, perusahaan dapat mengakui pendapatan secara
bertahap dan tetap menggunakan periode sebagai takaran penghitung laba.
Masalah yang yang timbul dari pengakuan selama proses produksi ini adalah :
1. Akresi. Yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau prose alamiah
lainnya.Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas telah
bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara objektif.Tapi yang
terjadi sekarang adalah pendapatan sudah terbentuk tapi belum terealisasi.Untuk
merealisasikan pertambahan tersebut nilai tersebut, proses produksi masih diperlukan dan
masih diikuti dengan perubahan aset menjadi aset lancar baru.Oleh karena itu, tidak
selayaknya karesi dianggap sebagai pendapatan.
2. Apresiasi. Yaitu, selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai
buku aset terdepresiasi). Dibandingkan akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi definisi
pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan tetapi lebih berkaitan
dengan kondisi pasar.
3. Penghematan Kos. Penghematan kos sering dikenal dengan potongan pembelian.
Hal ini bukanlah suatu pendapatan, kalau pembelian dilakukan dengan cara bijaksana, yang
terjadi yang terjadi hanyalah bahwa kos akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan
pembelian biasa. Memang benar bahwa efisiensi dan keberuntungan dalam pembelian akan
mempunnyai pengaruh terhadap labayang akhirnya diperoleh. Akan tetapi, diperolehnya laba
tersebut masih menunggu realisasi penjualan.

c. Pada saat produk selesai


Pengakuan semacam ini setara dengan pengakuan pendapatan metode kontrak
selesai.Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat dianggap layak
untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian.Bahan dasar hasil produksi
biasanya memiliki harga yang sudah pasti.Kondisi ini memungkinkan untuk menaksir dengan
cukup tepat nilai jual yang dapat direalisasi suatu sediaan barang jadi ada pada tanggal
tertentu, sehingga kedua kriteria pengakuan dianggap dapat terpenuhi.

d. Pada saat penjualan


Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan kriteria
penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi. Kriteria terealisasi telah terpenuhi karena telah
ada kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah rupiah pendapatan secara objektif.
Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan.
Transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aset baru ke dalam perusahaan (kas atau
piutang) untuk:
• Menutup kos (potensi jasa) yang terserap untuk melaksanakan kegiatan produksi
yang berkulminasi dengan penyerahan produk.
• Menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada pemerintah,
bunga kepada kreditor, dan dividen kepada pemegang saham.
Kendati saat penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat
beberapa hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dasar tersebut. Hal pertama
yaitu berkaitan dengan kepastian pengukuran pendapatan akibat kos purna jual dan masalah
kedua adalah adanya kemungkinan retur barang. Akhirnya kemungkinan akan ada piutang tak
tertagih, sehingga piutang tidak dapat dijadikan bukti terealisasinya pendapatan.
Masalah pengakuan saat penjualan :
1. Kembalian dan potongan tunai
Adanya hak pengembalian tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat
penjualan. FASB menyatakan bahwa suatu perusahaan menjual produknya dengan hak
mengembalikan maka pendapatan dapat diakui pada saat penjualana kalau syarat-syarat
berikut terpenuhi (SFAS No. 48 prg.6) :
- Harga jual cukup pasti
- Pembeli sudah membayar kepada penjual
- Kewajiban membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi penculikan
atau kerusakan fisis produk.
- Pembeli benar-benar ada secara substantif
- Penjual tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan tindakan di
masa datang yang secara langsung menjadikan pembeli mampu menjual produk bersangkutan
- Jumlah rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak.
Adanya potongan tunai tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat
penjualan.Masalah yang timbul tidak berkaitan dengan pengakuan pendapatan tetapi berapa
jumlah rupiah pendapatan harus dicatat.

2. Kos purna-jual
Masalah yang paling pelik dan sulit adalah masalah yang bersangkutan dengan
penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui pengaruh kegiatan yang mungkin akan terjadi
setelah penjualan dan harus dibebankan terhadap penjualan tersebut. Prosedur yang umum
dilakukan untuk mengantisipasi kos semacam itu adalah mendebit jumlah rupiah yang sama
ke dalam satu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun.

3. Kerugian piutang
Keberatan lain terhadap dasar penjualan adalah pendapat yang menyatakan bahwa
piutang bukanlah merupakan bukti yang efektif terhadap realisasi pendapatan. Alasannya,
piutang bukan merupakan sarana yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran sehingga
kurang tepat digunakan sebagai pengukur pendapatan. Masalah kerugian piutang dapat diatasi
dengan perlakuan yang sama seperti kos purna jual, yaitu dengan membentuk cadangan
kerugian piutang. Dengan demikian pendapatan disajikan dalam statemen sejumlah piutang
yang benar-benar dapat direalisasi.

4. Transaksi penjualan
Secara umum, penjualan adalah transaksi pertukaran barang atau jasa hasil produksi
perusahaan dengan kas atau klaim atas kas.Secara teknis, transaksi penjualan adalah transaksi
pertukaran aset secara aktual bukan transaksi kontrak itu sendiri.Penjualan dikatakan telah
terjadi secara teknis bila produk (dan risiko yang melekat) telah ditransfer ke pembeli dan
sebagai penghargaan penjual mendapat kas atau klaim atas kas.
e. Pada saat kas terkumpul
Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan
pendapatan berdasarkan asas kas.Penerapan pengakuan berdasarkan kas paling banyak
dijumpai pada perusahaan jasa dan perusahaan yang melakukan penjualan secara angsuran.
Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah
diserahkan/dilaksanakn tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang
cukup panjang.
Alasan digunakannya dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang kolektabilitas
atau ketertagihan piutang

2.4.2 Saat Pengakuan Penjualan Jasa


Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang
melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang.Masalah teoritis yang dihadapi
lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan.Yang sering
sulit ditentukan adalah mengenali kejadian atau kegiatan yang menandai bahwa penyerahan
jasa telah terjadi dan selesai.
AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut:
• Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan,
pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan.
• Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkain pekerjaan atau tindakan
secara bertahap, pendapatan harus diakui selama periode pelaksanaan pekerjaan secara
proporsional.
• Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan
secara bertahap, pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan telah selesai
dilaksanakan bila kondisi berikut terpenuhi:
i. Proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya
sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir dilaksanakan.
ii. Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditetukan di muka
selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk menentukan tingkat
penyelesaian pekerjaan.
• Terdapat tingkat ketidak pastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan atau
kolektabilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul.
Dalam PSAK No. 23, IAI menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atas dasar
kemajuan pelaksanaan merupkan ketentuan utama sedangkan kaidah lain merupakan
pengecualian dari kaidah ini

2.4.3 Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan


FASB meringkas pedomam umum dalam SFAC No. 5 paragraf 84 sebagai berikut:
• Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk diserahkan
kepada konsumen.
• Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi atau
pengiriman barang, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman.
• Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara
bertahap dengan metode persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk asalkan dapat
diukur secara andal.
• Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara terus-
menerus selama suatu periode dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan dapat diakui
bersamaan dengan berjalannya waktu.
• Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan
harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan berarti, pendapatan dan untung rugi dapat diakui
pada saat selesainya produksi atau pada saat harga aset tersebut berubah.
• Kalau produk, jasa atau aset lain ditukarkan dengan aset non moneter yang tidak
segera dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung rugi dapat diakui pada saat telah
terhak atau transaksi telah selesai asalkan nilai wajar aset non moneter yang dapat ditentukan
dengan layak.
• Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain meragukan,
pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.

Prosedur Pengakuan
Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal apa
yang dapat digunkan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi.
Kegiatan Internal Sebagai Pemicu dan Bukti Pengakuan Pendapatan:
Kaidah Pengakuan Kegiatan Internal yang Terlibat Kegiatan Pemicu dan Bukti
Pengakuan
1. Pada saat kontrak penjualan. Penandatanganan kontrak, penerimaan uang
muka.Pendapatan belum diakui.Surat kontrak dan penerimaan bukti setor bank sebagai dasar
pencatatan uang muka.
2. Selama proses produksi secara bertahap. Penggunaan BB, BTKL, dan
BOP.Pembayaran biaya Adm. Penagihan.Penyesuaian akhir tahun. Penyiapan dan
pengiriman surat penagihan. Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan akumulasi kos.
3. Pada saat proses produksi selesai. Pemindahan barang jadi dari pabrik ke
gudang.Penyesuaian akhir tahun.
- Belum ada kontrak :
(1) penyerahan barang ke gudang disertai nota penerimaan, atau
(2) penyesuaian akhir tahun.
- Sudah ada kontrak :
Penyerahan barang ke bagian gudang disertai nota penerimaan dan surat kontrak
atau order pembelian.
4. Pada saat penjualan. Penerimaan order pembelian. Penerimaan uang
muka.Pengiriman barang.Pengiriman faktur penjualan.Penerimaan nota terima barang dari
pembeli.
- Pengiriman barang disertai pengiriman faktus sesuai syarat.
- Penerimaan nota terima barang didukung faktur dan order pembelian/penjualan.
5. Pada saat kas terkumpul Pengiriman surat tagihan angsuran. Penerimaan kas
atau alat pembayaran lain. Penyesuaian akhir tahun.Penerimaan kas didukung nota
pembayaran atau bukti transfer.Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan kas yang
terkumpul sampai akhir periode.

Penyajian
Masalah penyajian berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah memisahkan antara
pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa
dan cara menuangkannya dalam statemen laba rugi.
(Sumber Suwardjono, 2005 : 369-392)

1. Pendapatan (IAS18/PSAK23)
No. Keterangan IAS 18 PSAK 23
Pengertian
Pendaptan (revenue) itu sendiri didefinisikan sebagi pendapatan yang timbul dari
aktivitas normal suatu entitas—baik perseorang atau badan usaha yang melakukan aktivitas
usaha—dalam berbagai varian, mungkin disebut:
1. Penjualan;
2. Fee;
3. Bunga;
4. Dividend;
5. Royalti - Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun
keuntungan (gain).
- Pendapatan adalah penghasilan yang timbul selama dalam aktivitas normal entitas
dan dikenal dengan bermacam-macam sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan
jasa (fees), bunga, dividen dan royalti.
Ruang lingkup
(a) penjualan barang;
(b) penjualan jasa; dan
(c) penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan
dividen.
(a) penjualan barang;
(b) penjualan jasa; dan
(c) penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan
dividen.
Istilah penting/ definisi
Nilai wajar adalah jumlah darimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas
yang diselesaikan antara pihak-pihak yang berpengetahuan, berkeinginan dalam transaksi
yang wajar.
Pendapatan (revenue) adalah arus masuk kotor dari imbalan ekonomis selama periode
yang ditimbulkan dalam rangkaian aktivitas biasa dari suatu entitas apabila arus masuk
menimbulkan kenaikan dalam ekuitas selain dari kenaikan yang terkait dari iuran peserta
ekuitas. - Nilai wajar adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu
liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar (arm’s length transaction).
Pendapatan(income) adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan
kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Pengukuran pendapatan
Pendapatan diukur atas dasar jumlah nilai wajar yang diterima atau ditagihkan dengan
memperhitungkan jumlah potongan perdagangan dan volume rabat yang diperbolehkan suatu
entitas. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Pengidentifikasian transaksi
Dalam kondisi yang umum, kriteria standar pengakuan diterapkan terhadap setiap
transaksi. Akan tetapi, dalam transaksi yang lebih kompleks, kriteria perlu diterapkan kepada
kompomem suatu transaksi.Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
dapat diterima.
Pendapatan atas penjualan barang
Pendapatan (revenue) dari penjualan barang harus diakui hanya bilamana seluruh
kondisi ini terpenuhi :
a. Risiko dan imbalan yang signifikan dari kepemilikan atas barang tersebut yang
telah ditransfer oleh entitas kepada pembeli.
b. Entitas tidak memiliki kendali yang efektif atas banrang sudah dijual atau tidak
memiliki keterlibatan menajerial yang berkelanjutan hingga suatu tingkatan yang biasanya
berhubungan denga kepemilikan.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
d. kemungkinan besar imbalan secara ekonomi yang terkait dengan transaksi yang
akan mengalir kepada entitas tersebut; dan
e. biaya yang terjadi atau akan terjadi dalam kaitan dengan transaksi dapat diukur
dengan andal
Pendapatan dari penyerahan jasa
Pendapatan (revenue) dari penyerahan jasa harus diakui melalui rujukan kepada tahap
penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan bilamana:
a. Jumlah pendapatan (revenue) dapat diukur dengan andal.
b. Kemungkinan bahwa imbalan ekonomis yang terkait dengan trasaksi akan
mengalir ke dalam entitas.
c. Tahapan penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur
dengan andal.
d. Biaya yang terjadi atas transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transakasi dapat
diukur dengan andal (Penjualan jasa);
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil transaksi dapat diestimasi dengan andal
jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
a. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat
diperoleh entitas;
c. tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal; dan
d. biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut
dapat diukur dengan andal.
8 Bunga, royalti, dan dividen Pendapatan (revenue) yang timbul dari penggunaan
aset entitas oleh pihak ketiga dan menghasilkan bunga, royalti dan deviden baru diakui
bilamana :
a. Dimungkinkan bahwa imbalan ekonomis yang terkait dengan transaksi akan
mengalir kepada entitas.
b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal

Pendapatan (revenue) harus diakui atas dasar sebagai berikut:


a. Bunga harus diakui dengan menggunakan metode bunga efektif (IAS 39)
b. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan
c. Dividen harus diakui bilamana pemegang saham berhak menerima pembayaran.
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar yang dijelaskan dalam paragraf 30, jika :
a. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh entitas; dan
b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:
a. Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di
PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran paragraf 8 dan PA
17-20;
b. Royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan;
dan
c. Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
Pengungkapan
Pengungkapan berikut harus dilakukan :
a. Kebijakan akuntansi yang diadopsi untuk pengakuan pendapatan (revenue)
termasuk metode yang diadopsi untuk menentukan tahapan penyelesaian dan transaksi yang
terkait dengan penyerahan jasa.
b. Jumlah dari setiap kategori dari pendapatan yang signifikan yang diakui selama
periode berjalan , termasuk pendapatan(revenue) yang berasal dari:
o penjualan barang;
o penjualan jasa;
o bunga; royalti dan dividen.
c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa termasuk di dalam
setiap kategori pendapatan yang signifikan Entitas mengungkapkan:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk
metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan
pemberian jasa;
b. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode
tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:
o penjualan barang;
o penjualan jasa;
o bunga;
o royalti;
o dividen;
c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup
dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan. (Sumber Ankarat, 2012 : 117-124) dan
(PSAK 23 Edisi Revisi 2009)

DAFTAR PUSAKA
C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess, (1992), Prinsip-prinsip Akuntansi
(terjemahan), Alih Bahasa : Alfonsus Sirait, Jilid I, Edisi 16, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal. 56-57.

Dyckman, Dukes dan Davis (1999), Akuntansi Keuangan Menengah I (terjemahan), Jilid I, Edisi 3,
Alih Bahasa : Munir Ali, Jakarta: Erlangga.

Eldon S. Hendriksen,(1997), Teori Akuntansi, (terjemahan), Alih Bahasa : Wimliyono, Edisi 4.


Jakarta,Erlangga.

Harahap, Sofyan Syafri, (2001), Teori Akuntansi, Peneribit Raja Grafindo Persada. Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia, (2002), Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

M. Munandar (1981), Pokok-pokok Intermediate Accounting, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Suwardjono, (1989), Teori Akuntansi, Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Soemarsono. SR, (2000) Akuntansi Suatu Pengantar, Jilid 2, Edisi 4, Jakarta PT. Rineka Cipta.

Tuanakotta, Theodorus M., (2000), Teori Akuntansi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.

Zaki Baridwan, (1997) Intermediate Accounting, BPFE. Yogyakarta, Yogyakarta.

------------- and Michael F. Van Breda, (2000), Teori Akunting, (terjemahan) Buku I, Edisi Kelima,
Penerbit Interaksara, Jakarta, hal. 374.

Anda mungkin juga menyukai