Disusun oleh
Alfira Fresdi
4151141445
Preseptor:
Pujo Waskito, dr., SpJP
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2015
Ruangan :
Umur
III
: 50 tahun
No.Cat.Med
Agama
: 431868
: Islam
Jabatan/Pekerjaan: Wiraswasta
Alamat Keluarga: Jl. Binong RT 08/03, Bandung
Dikirim oleh : Sendiri
Jam
13.21WIB
Tgl. Diperiksa (Co. ass): 30 Nopember 2015
Diagnosis/Diagnosis kerja :
Dokter : Acute coronary syndrome tipe NSTEMI
tipe NSTEMI
A. ANAMNESIS (Autoanamnesis dan Heteroanamnesa)
KELUHAN UTAMA
ANAMNESIS KHUSUS:
Nyeri dada kri dirasakan sejak 5 hari yan lalu. Nyeri terasa seperti tertekan dan
menjalar ke rahang kiri dan punggung pasien. Keluhan nyeri dirasakan pada saat
pasien sedang korve (membersihkan halaman) atau sedang pelatihan TNI, dan terasa
kurang lebih selama 20 menit. Nyeri tidak hilang walaupun pasien sedang beristirahat.
Keluhan disertai dengan sesak nafas yang muncul bersamaan dengan nyeri
dada kiri. Sesak nafas timbul mendadak dan hilang bila beristirahat. Keluhan juga
disertai dengan keringat dingin, mual, berdebar-debar, dan nyeri kepala seperti
tertekan.
Keluhan nyeri dada kiri tidak bertambah dengan menarik nafas panjang atau
dengan duduk tegak. Pasien tidak memiliki riwayat batuk lama, demam, batuk
berdarah, atau penurunan berat badan yang drastis. Pasien tidak memiliki riwayat
asma. Pasien belum pernah mencoba meminum obat tertentu atau berobat sebelumnya
untuk meringankan keluhannya.
ANAMNESIS TAMBAHAN
Pasien sering merokok sejak 20 tahun yang lalu. Rokok jenis filter sebanyak
12 batang perhari.
RIWAYAT PENYAKIT:
Diabetes mellitus tipe 2 sejak 10 tahun yang lalu namun tidak terkontrol,
terakhir kontrol untuk DM 1 tahun yang lalu. Pasien juga tidak rajin meminum
obat antidiabetes.
Napas berbunyi
: Tidak ada
Panas badan
: Tidak ada
Batuk
: Tidak ada
Tidur
: Tidak ada
Jantung berdebar
: Ada
Edema
: Tidak ada
Ikterus
: Tidak Ada
Haus
: Tidak Ada
Nyeri lokal
: Tidak ada
Nafsu makan
: Tidak Ada
Nyeri tekan
: Tidak ada
Berat badan
: Tidak Ada
Penglihatan
: Tidak ada
Makanan
: Tidak ada
Hidung
: Tidak ada
b.a.b
: Tidak ada
Lidah
: Tidak ada
haid
: Tidak haid
Pendengaran
: Tidak ada
Muntah-muntah
: Tidak ada
Mulut
: Tidak ada
Diare
: Tidak ada
Gigi
: Tidak ada
Obstipasi
: Tidak ada
Suara
: Tidak ada
Tenesmi ad ani
: Tidak ada
Kaku kuduk
: Tidak ada
: Tidak ada
Sesak napas
: Ada
Rasa kaku
: Tidak ada
Nyeri dada
: Ada
Rasa lelah
: Ada
Nyeri otot/sendi
: Tidak ada
d. Ketagihan
: Tidak ada
: Tidak ada
g. Keluhan-keluhan lain
Nyeri tekan
: Tidak ada
Kulit
: Tidak ada
Luka/bekas luka
: Tidak ada
Ketiak
: Tidak ada
Bengkak
: Tidak ada
ANAMNESA TAMBAHAN
Haid
: Tidak haid
a. Gizi : kualitas
: Cukup
D.M
: Ada
kwantitas
: Cukup
Tiroid
: Tidak ada
lain-lain
: Tidak ada
B. STATUS PRAESEN
I. KESAN UMUM
a) Keadaan Umum
Kesadarannya
: Composmentis
Watak
: Kooperatif
Kesan sakitnya
: Sakit sedang
Pergerakan
: Aktif
Tidur
Tinggi badan
Berat Badan
Bentuk badan
: Atletikus
Keadaan gizi
: Cukup
Gizi kulit
: Cukup
Gizi otot
: Cukup
: Sesuai
Kulit
b) Keadaan sirkulasi
Tekanan darah kanan
: 100/70 mmHg
: 100/70
Nadi kanan
Nadi kiri
Suhu
: 36,7 C
Sianosis
: Tidak ada
Keringat dingin
: Tidak ada
mmHg
c) Keadaan pernafasan
Tipe
: Thorakal abdominal
Frekwensi
: 20 x/ menit
Corak
: Normal
Hawa/bau napas
: Normal
Bunyi nafas
PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Kepala
7. Tengkorak
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
8. Muka
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
9. Mata
Letak
: Simetris
Kelopak Mata
Kornea
Refleks Kornea
:+/+
Pupil
: Bulat, isokor
Reaksi Konvergensi
:+/+
Sklera
: Ikterik - / -
Konjungtiva
: Anemis - / -
Iris
Pergerakan
Reaksi Cahaya
Visus
Funduskopi
10. Telinga
Inspeksi
Palpasi
Pendengaran
11. Hidung
Inspeksi
Sumbatan
: Tidak ada
Ingus
: Tidak ada
12. Bibir
Sianosis
: Tidak ada
Kheilitis
: Tidak ada
Stomatitis angularis
: Tidak ada
Rhagaden
: Tidak ada
Perleche
: Tidak ada
: tanggal
8 7 6 5 4 3 2 1 | 1 23 4 5 6 7 8
: karies
14. Lidah
-
Besar
: Normal
Bentuk
Pergerakan
Permukaan
: Basah, bersih
9. Rongga Mulut
-
Hiperemis
: Tidak ada
Lichen
: Tidak ada
Aphtea
: Tidak ada
Bercak
: Tidak ada
10.Rongga leher
-
Selaput lendir
Tonsil
: T1 T1 tenang
b. Leher
-Inspeksi
Trachea
Kelenjar Tiroid
Pembesaran vena
: Tidak ada
: Tidak ada
-Palpasi
Kelenjar Tiroid
Tumor
: Tidak ada
Otot leher
Kaku kuduk
: Tidak ada
c. Ketiak
-Inspeksi
Rambut ketiak
Tumor
: Tidak ada
-Palpasi
Tumor
: Tidak ada
d. Pemeriksaan thorax
Thorax depan
A. Inspeksi
- Bentuk umum
: Simetris
- Sela iga
- Sudut epigastrium
: <90
- Pergerakan
: Simetris
- Muskulatur
- Kulit
- Tumor
: Tidak ada
- Ictus cordis
: Tidak terlihat
- Pulsasi lain
: Tidak ada
- Pelebaran vena
: Tidak ada
B. Palpasi
-
Kulit
Muskulatur
Mammae
Sela iga
Paru
kanan
kiri
Pergerakan
: Simetris, kanan =
kiri
Vocal fremitus
Ictus cordis
Lokalisasi
Intensitas
Pelebaran
: Tidak ada
Thrill
: Tidak ada
C. Perkusi
-
Paru
kanan
kiri
Jantung
Batas atas
Batas kanan
Batas kiri
D. Auskultasi
-
Paru-paru
KananKiri
Suara tambahan
)
Vocal resonansi
-
Jantung
Irama
: Regular
: M1 > M2
P1 < P2
T1 > T2
A1 < A2
: Tidak ada
Bising jantung
: Tidak ada
: Tidak ada
Thorax belakang
1. Inspeksi
-
Bentuk
: Simetris
Pergerakan
: Simetris
Kulit
: Tidak ada
Muskulatur
2. Palpasi
-
Muskulatur
Sela iga
Vocal fremitus
: Normal, kanan =
kiri
A2 > P2
3. Perkusi
kanan
kiri
Batas bawah
: vertebra Th. X
Peranjakan
: 1 sela iga ( 2 cm )
4. Auskultasi
vertebra Th. XI
kanankiri
Suara pernapasan
Suara tambahan
Vocal resonansi
e. Abdomen
7. Inspeksi
Bentuk
: Datar
Kulit
: Normal
Pergerakan usus
: Tidak terlihat
Pulsasi
: Tidak ada
8. Palpasi
-
Dinding perut
: Lembut
: Tidak ada
: Tidak ada
Nyeri lepas
: Tidak ada
Defance muskulair
: Tidak ada
Hepar
: Tak Teraba
Besar
Konsistensi: -
Permukaan : -
Tepi
Nyeri tekan
-
Lien
:-
::-
Pembesaran
: -
Kosistensi
: -
Permukaan
Insisura
: -
Nyeri tekan
: -
Tumor/massa
: -
: Tidak teraba
Ginjal
: Tidak teraba,
Nyeri tekan : - / -
9. Perkusi
Suara perkusi
: Tympani
Ascites
Pekak samping
: Tidak ada
Pekak pindah
: Tidak ada
Fluid wave
: Tidak ada
10. Auskultasi
-
Bising usus
: (+) Normal
Bruit
: Tidak ada
Lain lain
f.
g.
Lipat paha
: Nyeri ketok - / -
7. Inspeksi
-
Tumor
: Tidak ada
Hernia
: Tidak ada
8. Palpasi
-
Tumor
: Tidak ada
Hernia
: Tidak ada
Pulsasi A. Femoralis
: Ada
9. Auskultasi
-
A. Femoralis
h. Genitalia
i. Sacrum
atas
bawah
1. Inspeksi
-
Bentuk
Tidak
ada
Tidak
ada
kelainan
-
Pergerakan
kelainan
Kulit
Tidak
ada
Tidak
ada
kelainan
-
Otot otot
kelainan
Edema
: Tidak ada
Tidak ada
Clubbing finger
: Tidak ada
Tidak ada
Palmar eritem
: Tidak ada
Tidak ada
Liver nail
: Tidak ada
Tidak ada
2. Palpasi
Nyeri tekan
: Tidak ada
Tidak ada
Tumor
: Tidak ada
Tidak ada
: Ada
l. Sendi-sendi
Inspeksi
-
Kelainan bentuk
: Tidak ada
Tanda radang
: Tidak ada
Lain-lain
Nyeri tekan
: Tidak ada
Fluktuasi
: Tidak ada
Lain-lain
Palpasi
m. Neurologik
Refleks fisiologis
KPR
:+/+
APR
:+/+
Refleks patologis
:-/-
Rangsang meningen
: Tidak ada
Sensorik
:+/+
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. DARAH
-
Hb
:14,6 gr%
Tidak ada
Ada
Leukosit
: 7.900/mm3
Eritrosit
: 4,7 juta/mm
Trombosit
: 158.000/mm3
Hematokrit
: 40,8 %
Hitung Jenis
Limfosit
: 36,3 %
Monosit
: 4,5 %
b. ELEKTROLIT
-
Natrium
Kalium
Klorida
: 138 mmol/l
: 3.90 mmol/l
: 100 mmol/l
c. GULA DARAH
gula darah puasa : 235 mg/dl
d. FUNGSI GINJAL
-
Ureum
: 25 mg/dl
Kreatinin
: 1.1 mg/dl
Asam urat
: 5.7 mg/dl
e. LEMAK
-
Trigliserida
: 108 mg/dl
Kolesterol
: 100 mg/dl
f. PENANDA JANTUNG
CKMB
: 142 U/L
RESUME
Seorang laki-laki berumur 50 tahun, sudah menikah,datang dengan ke RS
Dustira dengan keluhan utama nyeri dada kiri.
Pada anamnesis lebih lanjut didapatkan :
Nyeri dada dirasakan sejak 5 hari yang lalu, terasa seperti tertekan, menjalar
ke rahang dan punggung pasien. Keluhan dirasakan saat sedang korve dan pelatihan
selama kurang lebih 20 menit. Keluhan nyeri dada kiri tidak hilang walaupun sudah
istirahat.
Keluhan disertai sesak yang mendadak dan hilang bila beristirahat. Keluhan
juga disertai keringat dingin, mual, berdebar-debar, dan nyeri kepala seperti tertekan.
Keluhan nyeri dada kiri tidak bertambah dengan inspirasi dan hillang dengan
duduk tegak. Riwayat batuk lama, demam, hemaptoe, penurunan berat badan, dan
riwayat asma disangkal. Pasien belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya.
Pasien biasa merokok sejak 20 tahun yang lalu, rokok filter sebanyak 12
batang. Pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu yang
tidak terkontrol dan pasien jarang meminum obat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan umum : Kesadaran
: Composmentis
Kesan sakit
Vital sign
Sianosis
: Tekanan darah
: 100 / 70 mmHg
Nadi
Pernapasan
: 20 x / menit
Suhu
: 36,7oC
: Tidak ada
Rambut
Muka
: simetris
Mata
: Sklera
: ikterik -/-
Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : Jantung
Paru
Abdomen
Inspeksi
Bentuk
: Datar
Kulit
Auskultasi
Bising usus
: (+) normal
Perkusi
Suara perkusi
: Tympani
Ascites
Pekak samping
: (-)
Pekak pindah
: (-)
Fluid wave
: (-)
Palpasi
Dinding perut
: Lembut
: Tidak ada
: Tidak ada
Hepar
: Tak Teraba
Besar
:-
Konsistensi
:-
Permukaan
:-
Tepi
:-
Nyeri tekan
: (-)
Lien
Genitalia
atas
Akral hangat
Darah
- Hb
: 14,6 gr%
- Leukosit
: 7.900/mm
- Eritrosit
: 4,7 juta/mm3
- Trombosit
: 158.000 /mm3
- Hematokrit
: 40,8
b. Elektrrolit
-
Natrium
Kalium
: 138 mmol/l
: 3.90 mmol/l
bawah
Klorida
: 100 mmol/l
c. Gula darah
gula darah puasa : 235 mg/dl
d. Fungsi ginjal
-
Ureum
: 25 mg/dl
Kreatinin
: 1.1 mg/dl
Asam urat
: 5.7 mg/dl
e. Lemak
-
Trigliserida
: 108 mg/dl
Kolesterol
: 100 mg/dl
f. Penanda jantung
CKMB
: 142 U/L
Pemeriksaan EKG
DIFFERENTIALDIAGNOSIS
Acute coronary syndrome - NSTEMI
Acute coronari syndrome unstable angina pectoris
DIAGNOSIS
Diagnosis Etiologi
Diagnosis Klinis
USUL PEMERIKSAAN
Echocrdiography
: Aterosklerosis
Treadmill test
PENGOBATAN
Colpidogrel 1x75 mg
Warfarin 1x5 mg
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
b.
c.
Tunika
adventisia
adalah
lapisan
jaringan
ikat
yang
B. EPIDEMIOLOGI
Menurut laporan WHO, pada tahun 2004, penyakit infark miokard
akutmerupakanpenyebabkematianutamadidunia.Terhitungsebanyak
7,2juta(12,2%)kematianterjadiakibatpenyakitinidiseluruhdunia.
Infarkmiokardakutadalahpenyebabkematiannomorduapadanegara
berpenghasilan rendah, dengan angka mortalitas 2,47 juta (9,4%). Di
Indonesia pada tahun 2002, penyakit infark miokard akut merupakan
penyebabkematianpertama,denganangkamortalitas220.000(14%).3
PadapenelitianyangtelahdilakukandiRSUPProf.dr.R.D.Kandou
Manado, ditemukan 55 kasus SKA pada tahun 2006; 104 kasus pada
tahun2007;166kasuspadatahun2008;251kasuspadatahun2009;dan
354 kasus pada tahun 2010. Dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kasus sindrom koroner akut yang pernah dirawat di
PoliklinikRSUPProf.dr.R.D.KandouManado
disfungsi endotel.
Penyempitan yang hebat namun bukan karena spasme/thrombus,
terjadi pada sejumlah pasien dengan aterosklerosis progresif atau
Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko sindroma koroner akut dapat dibago dua, antara lain:
a) Tidak dapat dimodifikasi
Umur
Jenis kelamin
Riwayat keluarga
b) Dapat dimodifikasi
Hiperlipidemia
Hiperhomosisteinemia
Hipertensi
Merokok
Diabetes mellitus
Kontrasepsi oral
Obesitas
Inaktivitas fisik
Stress dan kcemasan
Risiko multifactorial
D. PATOFISIOLOGI
Disfungsi
endotel
kedatanganpasiendiunitgawatdarurat.PemeriksaanEKGmemberikan
hasiladanyadepresisegmenSTyangbarumenunjukkankemungkinan
adanyaiskemiaakut.Jikaobstruksitrombustidaktotal,obstruksibersifat
sementara atau ditemukan banyak kolateral, biasanya tidak ditemukan
elevasisegmenST.Pasientersebutbiasanyamengalamianginapektoris
tidak stabil atau infark miokard tanpa elevasi ST. Elevasi segmen ST
ditemukanjikaterjadiobstruksitrombustotal.Pemeriksaanlaboratorium
yangpentinguntukdiagnosaSKAadalahpemeriksaantroponinTatauI
dan pemeriksaan creatinin kinase MB (CKMB) dan dilakukan secara
serial. Peningkatan nilai enzim diatas 2 kali nilai batas atas normal
menunjukkanadanyanekrosisjantung(infarkmiokard)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektrokardiografi EKG
Pemeriksaan EKG sangat penting baik untuk diagnosis maupun
stratifikasi risiko. Adanya ST depresi yang baru menunjukkan
kemungkinan adanya iskemia akut. Gelombang T negative juga
salah satu tanda iskemia atau NSTEMI. Pada angina tak stabil 4 %
mempunyai EKG normal, dan pada NSTEMI 1-6% EKG juga
normal.
Uji Latih
Pasien yang telah stabil dengan terapi medikamentosa dan
menunjukkan tanda risiko tinggi perlu pemeriksaan exercise test
dengan alat treadmill. Bila hasilnya negative maka prognosis baik.
Sedangkan bila hasilnya positif, terlebih didapatkan ST depresi
dianjurkan untuk pemeriksaaan angiografi koroner, untuk menilai
keadaan pembuluh koronernya apakah perlu revaskularisasi (PCI
Dosis
Sublingual 2,515 mg (onset 5 menit)
Oral 15-80 mg/hari dibagi 2-3 dosis
Intervena 1,25-5 mg/jam
Dosis
Dosis loading 150-300 mg, dosis pemeliharaan 75-100 mg
Dosis loading 180 mg, dosis pemeliharaan 2x90 mg/hari
Dosis loading 300 mg, dosis pemeliharaan 75 mg/hari
Antikoagulan
Antikoagulan
Fondapaninux
Enoxaparine
Heparin tidak terfraksi
Dosis
2,5 mg subkutan
1 mg/kg, 2x sehari
Bolus i.v 60 u/g, dosis max 4000 u
Infus i.v 12 u/mg selama 24-48 jam dengan dosis max 1000
u/3 jam target apr 1,5-2x control
Anti iskemia
o Beta blocker: untuk sekat beta pada reseptor beta-1 yang mengakibatkan
turunnya konsumsi oksigen miokardium
Jenis-jenis -blocker
-blocker
Atenol
Bisoprolol
Sensitivitas
B1
B1
Carvediol
Mesoprolol
Propranolol
B1
nonselektif
Anti agonis
parsial
-
Dosis ulangnya
50-200 mg/hari
10 mg/hari
2x6, 25 mg/hari
Titrasi sama, max.
2x23 mg
50-200 mg/hari
2x20-80 mg/hari
Dosis
180-240 mg/hari
120-360 mg/hari
30-90 mg/hari
5-10 mg/hari
ACE inhibitor
Dosis
Captopril
2-3 x 6,25 100 mg
Ramipril
2,5 10 mg/hari dalam 1 atau 2 dosis
Lisinopril
2,5-20 mg/hari dalam 1 dosis
Enalapril
5-20 mg/hari dalam 1 atau 2 dosis
Statin
Tanpa melihat nilai awal kolestrool LDL dan tanpa mempertimbangkan
modifikasi diet, inhibitor hydroxymethylglutary coenzyme A reductase
(statin) harus diberikan pada semua penderita UAP/STEMI
Infark Miokard dengan Elevasi Segmen ST
Perawatan gawat darurat
DK harus telah dibuat berdasarkan riwayat nyeri dada yang belangsung
selama 20 menit/ lebih yang tidak membaik dengan pemberian nitrogliserin.
Perlu sesegera mungkin melalui interpretasi EKG. Sebisa mungkin
penanganan pasien STEMI sebelum masuk RS
- Kontak medis pertama hingga EKG pertama 10 menit
- Kontak medis pertama hingga terpai perfusi = (fibrinolysis 30 menit)
(IKP primer 90)
Delay Pasien
Waktu hingga terapi reperfusi
Terapi reperfusi
Masuknya wire ke
arteri menjadi
penyebab bila IKP
primer (Intervensi
Koroner Perkutan)
Mulai bolus/infus
apabila trombus
Ya
Transfer segera
utk PCI
Sebaiknya 90 menit (<60 menit bila segera
datang setalah onset
Fibronolisis
Primary MCI
Rescue PCI
Sebaiknya
Tidak
segera
3-24 jam
Ya
Angiografi
koroner
berhasil?
Sebaiknya
30 menit
Transfer segera
utk PCi
Fibrinolisis
segera
iskemik)
Resiko fibrinolosis dan indikasi fibrinolysis
Waktu yang dibutuhkan untuk pemindahan ke pusat kesehatan yang mampu
IKP
2. Tentukan pilihan yang lebih baik antara fibrinolysis / strategi invasive untuk
kasus tersebut. Bila pasien <3 jam sejak serangan dan IKP dapat dilakukan tanpa
penundaan. Tidak ada prefensi untuk strategi tertentu
Dosis awal
1,5 juta U dalam 100 mL
Dextrose 5%/tar salin 0,9%
Terapi antitrombin
Heparin IV 24-48
jam
indikasi
Sebelum SK
Heparin IV 24-48
jam
H. KOMPLIKASI
Gagal Jantung kongestif
Syok kardiogenik
Tromboemboli
VSD
Perikarditis
Edema Paru
Suddent death
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: dubia
: dubia ad bonam
: dubia ad malam