Anda di halaman 1dari 12

Nama: Muhammad Ridha

Nim: 26.12.1.162
Semester VI
Perbaikan ISBD (UAS)
PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA DI DAERAH LOMBOK
A. Pulau Lombok
Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara
yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur
dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam "ekor" di sisi barat
daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km,
menempatkannya pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota
utama di pulau ini adalah Kota Mataram, dengan jumlah penduduk pada tahun 2001:
2.722.123 jiwa.

Topografi pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya
mencapai 3.726 meter di atas permukaan laut dan menjadikannya yang ketiga tertinggi di
Indonesia. Gunung ini terakhir meletus pada bulan Juni-Juli 1994. Pada tahun 1997 kawasan
gunung dan danau Segara Anak ditengahnya dinyatakan dilindungi oleh pemerintah. Daerah
selatan pulau ini sebagian besar terdiri atas tanah subur yang dimanfaatkan untuk pertanian,
komoditas yang biasanya ditanam di daerah ini antara lain jagung, padi, kopi, tembakau dan
kapas.
Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi
menjadi 4 kabupaten dan 1 kotamadya:
Kotamadya Mataram
Kabupaten Lombok Barat
Kabupaten Lombok Tengah
Kabupaten Lombok Timur
Kabupaten Lombok Utara
B. Sejarah
Era pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data
dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah lombok.Suku
Sasak temasuk dalam ras tipe melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000
tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun

yang lalu, dengan demikian perdagangn antar pulau sudah aktif terjadi sejak zaman tesebut
dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antar budaya juga telah menyebar.
Menurut isi Babad Lombok, kerajaan tertua yang pernah berkuasa di pulau ini
bernama Kerajaan Laeq (dalam bahasa sasak laeq berarti waktu lampau), namun sumber lain
yakni Babad Suwung, menyatakan bahwa kerajaan tertua yang ada di Lombok adalah
Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin oleh Raja Betara Indera. Kerajaan Suwung
kemudian surut dan digantikan oleh Kerajaan Lombok. Pada abad ke-9 hingga abad ke-11
berdiri Kerajaan Sasak yang kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari
Bali yaitu kerajaan Gel gel. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di pulau Lombok
antara lain Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan Selaparang.
Kerajaan Selaparang sendiri muncul pada dua periode yakni pada abad ke-13 dan
abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan Hindu dan kekuasaannya berakhir
dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang
kedua adalah kerajaan Islam dan kekuasaannya berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan
oleh gabungan pasukan Kerajaan Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang
merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan
dengan raja Selaparang. Pendudukan Bali ini memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat
di sisi barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan (misalnya Istana
Cakranegara di Ampenan). Baru pada tahun 1894 Lombok terbebas dari pengaruh
Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang masuk karena
pemberontakan orang Sasak mengundang mereka datang. Namun demikian, Lombok
kemudian berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda secara langsung.
Lombok mirah sasak adi merupakan salah satu kutipan dari kitab Negarakertagama,
sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata
Lombok dalam bahasa kawi berarti lurus atau jujur, kata mirah berarti permata, kata sasak
berarti kenyataan, dan kata adi artinya yang baik atau yang utama maka arti keseluruhan
yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama. Makna filosofi itulah
mungkin yang selalu di idamkan leluhur penghuni tanah lombok yang tercipta sebagai bentuk
kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestariakan oleh anak cucunya.
Dalam kitab kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lombok mirah dan
Lombok adi beberapa lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan gumi selaparang atau
selapawis.
Asal-usul penduduk pulau Lombok terdapat beberapa Versi salah satunya yaitu Kata
sasak secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata sah yang berarti pergi dan

shaka yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang sasak ( Lombok ). Dari
etimologis ini diduga leluhur orang sasak adalah orang Jawa, terbukti pula dari tulisan sasak
yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya
diresepsi oleh kesusastraan sasak.
Bentuk lumbung padi khas Lombok
Etnis Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku sasak
merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga
menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku
sasak sudah menghuni pulau Lombok sejak abad IX sampai XI masehi, Kata sasak pada
prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang
Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok dengan gumi sasak yang berarti tanah,
bumi atau pulau tempat bermukimnya orang sasak.
Masuknya Jepang (1942) membuat otomatis Lombok berada di bawah kendali
pemerintah pendudukan Jepang wilayah timur. Seusai Perang Dunia II Lombok sempat
berada di bawah Negara Indonesia Timur, sebelum kemudian pada tahun 1950 bergabung
dengan Republik Indonesia.
C. Agama
Sebagian besar penduduk pulau Lombok terutama suku Sasak menganut agama
Islam (pulau Lombok juga dikenal dengan sebutan pulau seribu masjid). Agama kedua
terbesar yang dianut di pulau ini adalah agama Hindu, yang dipeluk oleh para penduduk
keturunan Bali yang berjumlah sekitar 15% dari seluruh populasi di sana. Penganut Kristen,
Buddha dan agama lainnya juga dapat dijumpai, dan terutama dipeluk oleh para pendatang
dari berbagai suku dan etnis yang bermukim di pulau ini.
Organisasi keagamaan terbesar di Lombok adalah Nahdlatul Wathan (NW),
organisasi ini juga banyak mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan berbagai level dari
tingkat terendah hingga perguruan tinggi.
Di Kabupaten Lombok Utara, tepatnya di daerah Bayan, terutama di kalangan
mereka yang berusia lanjut, masih dapat dijumpai para penganut aliran Islam Wetu Telu
(waktu tiga). Tidak seperti umumnya penganut ajaran Islam yang melakukan salat lima kali
dalam sehari, para penganut ajaran ini mempraktikan salat wajib hanya pada tiga waktu saja.
Konon hal ini terjadi karena penyebar Islam saat itu mengajarkan Islam secara bertahap dan
karena suatu hal tidak sempat menyempurnakan dakwahnya.

Terdapat juga sebuah kumpulan kecil orang sasak yang disebut Bodha (jumlah:
8000 orang) yang menduduki kampung Bentek dan di curam Gunung Rinjani. Agama mereka
tidak mempunyai pengaruh Islam dan amalan utama mereka adalah memuja dewa-dewa
animisme. Ajaran agama Hindu dan Buddha juga dimasukkan di dalam upacara agama
mereka.
Agama Bodha mempercayai adanya lima tuhan yang besar, yang paling tinggi
dikenali sebagai Batara Guru. Tuhan yang lain adalah Batara Sakti dan Batara Jeneng
bersama isteri mereka Idadari Sakti dan Idadari Jeneng. Namun kini, penganut agama Bodha
sedang diajarkan mengenai agama Buddha yang ortodoks oleh sami-sami yang dihantar oleh
persatuan besar Buddha terbesar negara Indonesia.
D. Bahasa
Disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk pulau Lombok
(terutama suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak (bahasa asli) sebagai bahasa utama dalam
percakapan sehari-hari. Di seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak dapat dijumpai dalam empat
macam dialek yang berbeda yakni dialek Lombok utara , tengah, timur laut dan tenggara.
Selain itu dengan banyaknya penduduk suku Bali yang berdiam di Lombok (sebagian besar
berasal dari eks Kerajaan Karangasem), di beberapa tempat terutama di Lombok Barat dan
Kotamadya Mataram dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan bahasa Bali sebagai
bahasa percakapan sehari-hari.

E. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk suku Sasak berasal dari sektor pertanian dengan daerah
tersebur diwilayah kabupaten lombok timur, selain itu juga dalam bidang peternakan dan
hanya sebagian kecil bermata pencahariannya dari Pariwisata.
F. Sistem Kemasyarakatan Suku Sasak
1. Pelapisan Sosial
Di daerah lombok secara umum terdapat 3 Macam lapisan sosial masyarakat :
1. Golongan Ningrat
2. Golongan Pruangse
3. Golongan Bulu Ketujur ( Masyarakat Biasa )

Masing -masing lapisan sosial masyarakat di kenal dengan Kasta yang mempunyai criteria
tersendiri :
Golongan Ningrat ; Golongan ini dapat diketahui dari sebutan kebangsawanannya. Sebutan
keningratan ini merupakan nama depan dari seseorang dari golongan ini. Nama depan
keningratan ini adalah lalu untuk orang-orang ningrat pria yang belum menikah.
Sedangkan apabila merka telah menikah maka nama keningratannya adalah mamiq .
Untuk wanita ningrat nama depannya adalah lale, bagi mereka yang belum menikah,
sedangkan yang telah menikah disebut mamiq lale.
Golongan Pruangse ; kriteria khusus yang dimiliki oleh golongan ini adalah sebutan bape ,
untuk kaum laki-laki pruangse yang telah menikah. Sedangkan untuk kaum pruangse yang
belum menikah tak memiliki sebutan lain kecuali nama kecil mereka, Misalnya seorang dari
golongan ini lahir dengan nama si A maka ayah dari golongan pruangse ini
disebut/dipanggil Bape A , sedangkan ibunya dipanggil Inaq A . Disinilah perbedaan
golongan ningrat dan pruangse.
Golongan Bulu Ketujur ; Golongan ini adalah masyarakat biasa yang konon dahulu adalah
hulubalang sang raja yang pernah berkuasa di Lombok. Kriteria khusus golongan ini adalah
sebutan amaq bagi kaum laki-laki yang telah menikah, sedangkan perempuan adalah
inaq .
Di Lombok, nama kecil akan hilang atau tidak dipakai sebagai nama panggilan kalau
mereka telah berketurunan. Nama mereka selanjutnya adalah tergantung pada anak sulungnya
mereka. Seperti contoh di atas untuk lebih jelasnya contoh lainnya adalah bila si B lahir
sebagai cucu, maka mamiq A dan Inaq A akan dipanggil Papuk B. panggilan ini berlaku
untuk golongan Pruangse dan Bulu Ketujur. Meraka dari golongan Ningrat Mamiq A dan
Mamiq lale A akan dipanggil Niniq A.
2. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan di Tolot-tolot khususnya dan lombok selatan pada umumnya
adalah berdasarkan prinsip Bilateral yaitu menghitung hubungan kekerabatan melalui pria
dan wanita. Kelompok terkecil adalah keluarga batih yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak.
Pada masyarakat lombok selatan ada beberapa istilah antara lain :

Inaq adalah panggilan ego kepada ibu.

Amaq adalah panggilan ego kepada bapak.

Ari adalah panggilan ego kepada adik perempuan atau adik laki-laki.

Kakak adalah panggilan ego kepada saudara sulung laki-laki ataupun perempuan.

Oaq adalah panggilan ego kepada kakak perempuan atau laki-laki dari ibu dan ayah.

Saiq adalah panggilan ego kepada adik perempuan atau laki-laki dari ayah atau ibu

Tuaq adalah panggilan ego kepada adik laki-laki dari ayah atau ibi.

Pisak adalah panggilan ego kepada anak dari adik/kakak dari ibu.

Pusak adalah panggilan ego kepada anak dari adik/kakak dari ayah.
Untuk masyarakat kaum kerabat di tolot-tolot pada khususnya dan lombok selatan

pada umumnya mencakup 10 generasi ke bawah dan 10 generasi ke atas tersebut sebagai
berikut :

Generasi ke atas :
1. Inaq/amaq
2. Papuk
3. Balok
4. Tate
5. Toker
6. Keletuk
7. Keletak
8. Embik
9. Mbak

10. Gantung Siwur


Generasi ke bawah :
1. Anak
2. Bai
3. Balok
4. Tate
5. Toker
6. Keletuk
7. Keletak
8. Embik
9. Ebak
10. Gantung Siwur
Sumber : Daliem, Mimbarman, Lombok Selatan Dalam Pelukan Adat Istiadat Sasak 19811982

G. Kebudayaan
1. Adat-Istiadat
Adat istiadat suku sasak dapat di saksikan pada saat resepsi perkawinan, dimana
perempuan apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus
dilarikan dulu kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini yang dikenal dengan sebutan
"Merarik" atau "Selarian". Sehari setelah dilarikan maka akan diutus salah seorang untuk
memberitahukan kepada pihak keluarga perempuan bahwa anaknya akan dinikahkan oleh
seseorang, ini yang disebut dengan "Mesejati" atau semacam pemberitahuan kepada keluarga
perempuan. Setalah selesai makan akan diadakan yang disebut dengan "Nyelabar" atau
kesepakatan mengenai biaya resepsi.

2. Presean Simbol Kejantanan Taruna (Pemuda) Sasak


Budaya Presean atau bertarung dengan rotan memang sudah dikenal masyarakat
Lombok sejak lama. Namun budaya yang penuh dengan kekerasan itu berubah menjadi unik
ketika dipadukan gaya bela diri yang unik dan lucu dari pemainnya.
Presean adalah salah salah satu kekayaan budaya bumi gogo rancah (lombok). Acara
ini berupa pertarungan dua lelaki Sasak bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) serta berperisai
kulit kerbau tebal dan keras (ende). Petarung biasa disebut pepadu. Presean bermula dari
luapan emosi para prajurit jaman kerajaan taun jebot (dahulu kala) sehabis mengalahkan
lawan di medan perang. Acara tarung presean ini juga diadakan untuk menguji
keberanian/nyali lelaki sasak yang wajib jantan dan heroik saat itu.

Uniknya dari pertarungan presean, pesertanya tidak pernah dipersiapkan secara


khusus. Pepadu atau petarung dicomot (diambil) dari penonton yang mau adu nyali dan
ketangguhan mempermainkan tongkat rotan dan perisai yang disediakan. Penonton/calon
peserta bisa mengajukan diri atau dipilih oleh wasit pinggir (pakembar sedi). Setelah
mendapat lawan, pertarungan akan dimulai dan dimpimpin oleh wasit tengah (pekembar).
Duel dua pepadu diadakan dalam lima ronde, pemenangnya ditentukan oleh hasil
nilai yang diperoleh atau salah satu pepadu bocor kepala, bedarah-darah, atau kibar bendera
putih.
Uniknya, di sela-sela pertarungan para pepadu plus para wasit harus menari jika
musik dimainkan. Mungkin maksudnya untuk melepas ketegangan selama jalannya
pertandingan. Asik juga ngeliatnya, sesaat para petarung saling baku hantam, beberapa detik
kemudian mereka menari sembari tertawa dan mencari-cari celah kelemahan lawan, sedetik
kemudian rotan keras menghantam perisai plak!, lalu mereka menari lagi Amazing dan
mendebarkan!!!
Tarian rotan dari Lombok ini sudah dikenal masyarakat Sasak secara turun temurun.
Awalnya merupakan sebuah bagian dari upacara adat yang menjadi ritual untuk memohon
hujan ketika kemarau panjang. Sebuah tradisi-yang dalam perkembangan kemudian-sekaligus
berfungsi sebagai hiburan yang banyak diminati. Sebagai salah satu upaya melestarikan
budaya daerah, Presean Lombok pun mulai sering dilombakan. Pertandingan diakhir dengan
salam dan pelukan persahabatan antar petarung. Tanda tiada dendam dan semua hanyalah
permainan! Benar-benar sportif.

Adegan seperti ini sering di lakukan masyarakat pulau lombok apa bila ada acara
adat, tidak heran masyarakat sangat antusias untuk menonton acara seperti ini,selain dapat
menarik wisatawan mancanegara wisatawan lokal pun berbondong-bondong menyaksikan
acara ini. Dalam adengan presean tidak jarang salah satu dari orang yang presean mengalami
luka yang cukup parah tapi mereka tetap senang dan bergembira
TRADISI BUDAYA DI LOMBOK
Bau Nyale
Bau Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai
sakral tinggi bagi suku Sasak. Tradisi ini diawali oleh kisah seorang Putri Raja Tonjang Baru
yang sangat cantik yang dipanggil dengan Putri Mandalika. Karena kecantikannya itu para
Putra Raja, memperebutkan untuk meminangnya. Jika salah satu Putra raja ditolak
pinangannya maka akan menimbulkan peperangan. Sang Putri mengambil keputusan pada
tanggal 20 bulan kesepuluh untuk menceburkan diri ke laut lepas. Dipercaya oleh masyarakat
hingga kini bahwa Nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika. Nyale adalah sejenis binatang
laut berkembang biak dengan bertelur, perkelaminan antara jantan dan betina. Upacara ini
diadakan setahun sekali. Bagi masyarakat Sasak, Nyale dipergunakan untuk bermacammacam keperluan seperti santapan (Emping Nyale), ditaburkan ke sawah untuk kesuburan
padi, lauk pauk, obat kuat dan lainnya yang bersifat magis sesuai dengan keyakinan masingmasing.
Upacara Rebo Bontong
Upacara Rebo bontong dimaksudkan untuk menolak bala (bencana/penyakit), dilaksanakan
setiap tahun sekali tepat pada hari Rabu minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan
masyarakat Sasak bahwa pada hari Rebo Bontong adalah merupakan puncak terjadi Bala
(bencana/penyakit), sehingga sampai sekarang masih dipercaya untuk memulai suatu
pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong. Rebo Bontong ini mengandung arti Rebo
dan Bontong yang berarti putus sehingga bila diberi awalan pe menjadi pemutus. Upacara
Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan
Pringgabaya.
Slober
Kesenian Slober adalah salah satu jenis musik tradisional Lombok yang tergolong cukup tua,
alat-alat musiknya sangat unik dan sederhana yng terbuat dari pelepah enau dengan panjang 1

jengkal dan lebar 3 cm. Kesenian slober didukung juga dengan peralatan yang lainnya yaitu
gendang, petuq, rincik, gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil dari salah seorang
warga desa Pengadangan kecamatan Pringgasela yang bernama Amaq Asih alias Amaq
Slober. Kesenian ini salah satu kesenian yang masih eksis sampai saat ini yang biasanya
dimainkan pada setiap bulan purnama.
Lomba Memaos
Lomba Memaos atau membaca lontar yaitu lomba menceritakan hikayat kerajaan masa
lampau, satu kelompok pepaos terdiri dari 3-4 orang, satu orang sebagai pembaca, satu orang
sebagai pejangga dan satu orang sebagai pendukung vokal. Tujuan pembacaan cerita ini
untuk mengetahui kebudayaan masa lampau, dan menanamkan nilai-nilai budaya pada
generasi penerus. Kesenian memaos ini diangkat kembali sebagai asset budaya daerah dan
dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata khususnya wisata budaya.
Periseian
Kesenian Bela diri ini sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya adalah
semacam latihan pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran. Pada
perkembangannya hingga kini senjata yang dipakai berupa sebilah rotan dengan lapisan aspal
dan pecahan kaca yang dihaluskan, sedangkan perisai (Ende) terbuat dari kulit lembu atau
kerbau. Setiap pemainnya/pepadu dilengkapi dengan ikat kepala dan kain panjang. Kesenian
ini tak lepas dari upacara ritual dan musik yang membangkitkan semangat untuk berperang.
Pertandingan akan dihentikan jika salah satu pepadu mengeluarkan darah atau dihentikan
oleh juri. Walaupun perkelahian cukup seru bahkan tak jarang terjadi cidera hingga
mengucurkan darah didalam arena., tetapi diluar arena sebagai pepadu yang menjunjung
tinggi sportifitas tidak ada dendam diantara mereka. Inilah pepadu Sasak. Festival Periseian
diadakan setiap tahun di Kabupaten Lombok Timur dan diikuti oleh pepadu sepulau Lombok.

Begasingan
Begasingan merupakan salah satu permainan yang mem-punyai unsur seni dan olah raga,
merupakan permainan yang ter-golong cukup tua di masyarakat Sasak. Begasingan ini
berasal dari dua suku kata yaitu Gang dan Sing yang artinya gang adalah lokasi lahadalah
suara. Seni tradisional ini mencerminkan nuansa kemasyarakatan yang tetap berpegangan
kepada petunjuk dan aturan yang berlaku ditempat permainan itu, nilai-nilai yang

berkembang didalamnya selalu mengedepankan rasa saling menghormati dan rasa


kebersamaan yang cukup kuat serta utuh dalam melaksanakan suatu tujuan dan selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang menjadi kebanggaan jati diri. Permainan ini biasanya
dilakukan semua kelompok umur dan jumlah pemain tergantung kesepakatan kedua belah
pihak di lapangan.
Bebubus Batu
Bebubus batu merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang masih dilaksanakan didusun
Batu Pandang kecamatan Swela. Bebubus batu berasal dari kata bubus yaitu sejenis ramuan
obatan yang terbuat dari beras dan dicampur dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan
sedangkan batu adalah sebuah batu tempat untuk melaksanakan upacara yang dikeramatkan
oleh masyarakat setempat. Prosesi acara ini dipimpin oleh Pemangku yang diiringi oleh kiyai,
penghulu dan seluruh warga dengan menggunakan pakaian adat dan membawa Sesajen
(dulang) serta ayam yang akan dipakai untuk melaksanakan upacara. Upacara Bebubus batu
ini dilaksanakan setiap tahunnya yang dimaksudkan adalah untuk meminta berkah kepada
Sang Pencipta.
Tandang Mendet
Tari tandang Mendet /tarian Perang merupakan salah satu tarian yang ada sejak jaman
kejayaan kerajaan Selaparang yang menggambarkan oleh keprajuritan atau peperangan.
Tarian ini dimainkan oleh belasan orang yang berpakaian lengkap dengan membawa tombak,
tameng, kelewang (pedang) dan diiringi dengan gendang beleq serta sair-sair yang
menceritakan tentang keperkasaan dan perjuangan, tarian ini bisa ditemui di Sembalun.
Sabuk Belo
Sabuk Belo adalah sabuk yang panjangnya 25 meter dan merupakan warisan turun temurun
masyarakat Lombok khususnya yang berada di Lenek Daya. Sabuk Belo biasanya
dikeluarkan pada saat peringatan Maulid Bleq bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal
tahun Hijriah. Upacara pengeluaran Sabuk Bleq ini diawali dengan mengusung keliling
kampung secara bersama-sama yang diiringi dengan tetabuhan Gendang Beleq yang
dilanjutkan dengan praja mulud dan diakhiri dengan memberi makan kepada berbagai jenis
makhluk. Menurut kepercayaan masyarakat setempat upacara ini dilakukan sebagai simbol
ikatan persaudaraan, persahabatan, persatuan dan gotong royong serta rasa kasih sayang
diantara makhluk yang merupakan ciptaan Allah.

Anda mungkin juga menyukai