PENDAHULUAN
Penyakit Hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus,
mulai dari sfingter anal internal ke arah proksimal dengan panjang segmen tertentu, tetapi
selalu termasuk anus dan setidak-tidaknya sebagian rektum. Kelainan ini dikenal juga
sebagai congenital aganglionesis, atau aganglionic megacolon. 1 Tidak adanya ganglion sel
ini
mengakibatkan
hambatan
pada
gerakan
peristaltik
sehingga
terjadiileusfungsionaldandapatterjadihipertrofisertadistensiyangberlebihan
padakolonyanglebih proksimal.
PasiendenganpenyakitHirschsprung pertama kalidilaporkanolehFrederick Ruysch
padatahun1691,tetapiyang
barumempublikasikanadalahHarald
mendeskripsikanmegakolonkongenitalpadatahun1886.
terjadinyapenyakit
ini
tidak
diketahui
secara
Hirschsprungyang
Namun
jelashingga
RobertsondanKernohanmenyatakanbahwa
patofisiologi
tahun1938,dimana
megakolonyang
terjadi
1,2
pada
satu
dari
5000
kelahiran
hidup,
Insidensi
penyakitHirschsprungdiIndonesiatidakdiketahuisecarapasti,tetapiberkisar1diantara5000k
elahiranhidup.DenganjumlahpendudukIndonesia200juta
kelahiran35permil,maka
diprediksikansetiaptahunakanlahir
dantingkat
1400bayidengan
penyakitHirschsprung.1
Penyakit Hirschsprung harus dicurigai apabila seorang bayi cukup bulan dengan
berat lahir 3 kg (penyakit ini tidak bisa terjadi pada bayi kurang bulan) yang terlambat
mengeluarkan tinja.1,2 Trias klasik gambaran klinis pada neonatus adalah pengeluaran
mekonium yang terlambat, yaitu lebih dari 24 jam pertama, muntah hijau, dan perut
membuncit keseluruhan.3
Penatalaksanaan Penyakit Hirschsprung terdiri dari tindakan non bedah dan tindakan
bedah. Tindakan non bedah dimaksudkan untuk mengobati komplikasi-komplikasi yang
mungkin terjadi atau untuk memperbaiki keadaan umum penderita sampai pada saat
operasi defenitif dapat dikerjakan. Tindakan bedah pada penyakit ini terdiri dari tindakan
bedah sementara yang bertujuan untuk dekompresi abdomen dengan cara membuat
kolostomi pada kolon yang mempunyai ganglion normal di bagian distal dan tindakan
1
bedah definitif yang dilakukan antara lain menggunakan prosedur Duhamel, Swenson,
Soave, Rehbein.1 Dari sekian banyak sarana penunjang diagnostik, maka diharapkan pada
klinisi untuk segera mengetahui gejala dan tanda pada penyakit Hirschsprung. Karena
penemuan dan penanganan yang cepat dan tepat dapat mengurangi insidensi Penyakit
Hirschsprung komplikasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Anatomi
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani, diameter usus besar
sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm),
tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum,
kolon dan rectum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada
ujung sekum. Sekum menepati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup
ilosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon
asendens, transversum, desendens, dan sigmoid. Tempat di mana kolon membentuk
kelokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan
fleksura hepatica dan fleksura lienalis.
system
perkecualiansfingtereksternayang
saraf
otonom dengan
beradadibawahcontrolvoluntar.Serabut
parasimpatisberjalanmelaluisarafvaguskebagiantengahkolontransversum,
pelvikus
yang
berasal
Serabutsimpatismeninggalkan
dari
daerah
medulla
sacral
mensuplai
spinalismelaluisaraf
dan
bagian
saraf
distal.
splangnikusuntuk
mempunyai efek
yang
berlawanan.
Sistem
syaraf
autonomik intrinsikpada
ususterdiridari3pleksus
PleksusAuerbach:terletakdiantara lapisanototsirkulerdanlongitudinal,
PleksusHenle:terletakdisepanjang batasdalamototsirkuler,
PleksusMeissner:terletakdisub-mukosa.
2.2.
Definisi
Penyakit Hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus,
mulai dari sfingter anal internal ke arah proksimal dengan panjang segmen tertentu,
tetapi selalu termasuk anus dan setidak-tidaknya sebagian rektum. Kelainan ini dikenal
juga sebagai congenital aganglionesis, atau aganglionic megacolon.1
2.3.
Epidemiologi
Penyakit hirschprung dapat terjadi dalam 1:5000 kelahiran. Risiko tertinggi
perempuan. Penyakit hirschsprung lebih sering terjadi secara diturunkan oleh ibu
aganglionosis dibanding oleh ayah. Sebanyak 12.5% dari kembaran pasien mengalami
aganglionosis total pada colon (sindroma Zuelzer-Wilson). Salah satu laporan
menyebutkan empat keluarga dengan 22 pasangan kembar yang terkenayang
kebanyakan mengalami long segment aganglionosis.2
2.4.
Etiologi
Penyakit Hirschsprung disebabkan karena kegagalan migrasi sel-sel saraf
parasimpatis myentericus dari cephalo ke caudal. Sehingga sel ganglion selalu tidak
ditemukan dimulai dari anus dan panjangnya bervariasi keproksimal.1,2
a) Ketiadaan sel-sel ganglion
Ketiadaan sel-sel ganglion pada lapisan submukosa (Meissner) dan pleksus
myenteric (Auerbach) pada usus bagian distal merupakan tanda patologis
untuk Hirschsprungs disease. Okamoto dan Ueda mempostulasikan bahwa hal ini
disebabkan oleh karena kegagalan migrasi dari sel-sel neural crest vagal servikal
dari esofagus ke anus pada minggu ke 5 smpai 12 kehamilan. Teori terbaru
mengajukan bahwa neuroblasts mungkin bisa ada namun gagal untuk berkembang
menjadi ganglia dewasa yang berfungsi atau bahwa mereka mengalami hambatan
sewaktu bermigrasi atau mengalami kerusakan karena elemen-elemen didalam
lingkungn mikro dalam dinding usus. Faktor-faktor yang dapat mengganggu
migrasi, proliferasi, differensiasi, dan kolonisasi dari sel-sel ini mingkin terletak
pada genetik, immunologis, vascular, atau mekanisme lainnya.
b) Mutasi pada RET Proto-oncogene
Mutasi pada RET proto-oncogene,yang berlokasi pada kromosom 10q11.2, telah
ditemukan dalam kaitannya dengan Hirschsprungs disease segmen panjang dan
familial. Mutasi RET dapat menyebabkan hilangnya sinyal pada tingkat molekular
yang diperlukan dalam pertubuhan sel dan diferensiasi ganglia enterik. Gen lainnya
yang rentan untuk Hirschsprungs disease adalah endothelin-B receptor gene
(EDNRB) yang berlokasi pada kromososm 13q22. sinyal darigen ini diperlukan
untuk perkembangan dan pematangan sel-sel neural crest yang mempersarafi colon.
Mutasi pada gen ini paling sering
ditemukan pada penyakit non-familial dan short-segment. Endothelian-3 gene
baru-baru ini telah diajukan sebagai gen yang rentan juga. Defek dari mutasi
genetik ini adalah mengganggu atau menghambat pensinyalan yang penting untuk
5
perklembangan normal dari sistem saraf enterik. Mutasi pada proto- oncogene RET
adalah diwariskan dengan pola dominan autosom dengan 50-70% penetrasi dan
ditemukan dalam sekitar 50% kasus familial dan pada hanya 15-20% kasus spordis.
Mutasi pada gen EDNRB diwariskan dengan pola pseudodominan dan ditemukan
hanya pada 5% dari kasus, biasanya yang sporadis.
c) Kelainan dalam lingkungan
Kelainan dalam lingkungan mikro pada dinding usus dapat mencegah migrasi
sel-sel neural crest normal ataupun diferensiasinya. Suatu peningkatan bermakna
dari antigen major histocompatibility complex (MHC) kelas 2 telah terbukti
terdapatpada segmenaganglionikdari usus pasiendengan Hirschsprungs disease,
namun tidak ditemukan pada usus dengan ganglionik norma pada kontrol,
mengajukan suatumekanismeautoimunpada perkembangan penyakit ini.
d) Matriks Protein Ekstraseluler
Matriks protein ekstraseluler adalah hal penting dalam perlekatan sel dan
pergerkan dalam perkembangan tahap awal. Kadar glycoproteins laminin dan
kolagen tipe IV yang tinggi alam matriks telah ditemukan dalam segmen usus
aganglionik. Perubahan dalam lingkungan mikro ini didalam usus dapat mencegah
migrasi sel-sel normal neural crest dan memiliki peranan dalam etiologi dari
Hirschsprungs disease.
Penyakit Hirschsprung ditemukan pada kelainan-kelainan kongenital sebagai berikut:1
1. Sindrom Down
2. Sindrom Neurocristopathy
3. Sindrom Waardenburg-Shah
4. Sindrom buta-tuli Yemenite
5. Piebaldism
6. Sindrom Goldberg-Shprintzen
7. Neoplasia endokrin multiple tipe II
8. Sindroma hypoventilasi congenital
2.5.
Patofisiologi
Kelainan pada penyakit ini berhubungan dengan spasme pada distal colon dan
sphincter anus internal sehingga terjadi obstruksi. Maka dari itu bagian yang
abnormal akan mengalami kontraksi di segmen bagian distal sehingga bagian yang
normal akan mengalami dilatasi di bagian proksimalnya. Bagian aganglionikselalu
terdapat dibagian distal rectum.1
sphincter
anus
internus
yang
Hipoganglionosi
Pada
proximalsegmendaribagianaganglionterdapat
hipoganglionosistersebutdapatjugamerupakanterisolasi.
Hipoganglionosis
area
adalah
keadaan dimana jumlah sel ganglion kurang dari 10 kali dari jumlah normal dan
kerapatan sel berkurang 5 kali dari jumlah normal. Pada colon inervasi jumlah plexus
myentricus berkurang 50% dari normal. Hipoganglionosis kadang mengenai sebagian
panjang colon namun ada pula yang mengenai seluruh colon.
Imaturitas dari sel ganglion
Sel ganglion yang imatur dengan dendrite yang kecil dikenali dengan pemeriksaan
LDH (laktat dehidrogenase). Sel saraf imatur tidak memiliki sitoplasma yang dapat
menghasilkan dehidrogenase.Sehingga tidak terjadi diferensiasi menjadi sel Schwanns
dan sel saraf lainnya. Pematangan dari sel ganglion diketahui dipengaruhi oleh reaksi
succinyldehydrogenase (SDH). Aktivitas enzim ini rendah pada minggu pertama
kehidupan. Pematangan dari sel ganglion ditentukan oleh reaksi SDH yang memerlukan
waktu pematangan penuh selama 2 sampai 4 tahun. Hipogenesis adalah hubungan
antara imaturitas dan hipoganglionosis.
Kerusakan sel ganglion
Aganglionosis dan hipoganglionosis yang didapatkan dapat berasal dari vaskular
atau nonvascular. Yang termasuk penyebab nonvascular adalah infeksi Trypanosoma
cruzi (penyakit Chagas), defisiensi vitamin B1, infeksi kronis seperti Tuberculosis.
Kerusakan iskemik pada sel ganglion karena aliran darah yang inadekuat, aliran darah
7
pada segmen tersebut, akibat tindakan pull through secara Swenson, Duhamel, atau
Soave.
2.6.
Klasifikasi
Hirschsprung dikategorikan berdasarkan seberapa banyak colon yang terkena. Tipe
Gambar 4. Tipe Hirschsprung Disease berdasarkan seberapa banyak colon yang terkena
2.7.
Diagnosis
Manifestasi klinis
1. Periode Perinatal
Padabayi
yangbarulahir,kebanyakangejalamuncul24jampertama
8
mekoniumpada
24jampertamakehidupan
yangsignifikanmengarahpadadiagnosisini.
Pada
merupakantanda
beberapa
bayiyangbaru
3,5
Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai, yakni pengeluaran mekonium
yang terlambat, muntah hijau dan distensi abdomen. Pengeluaran mekonium
yang terlambat (lebih dari 24 jam pertama) merupakan tanda klinis yang
signifikans. Swenson (1973) mencatat angka 94% dari pengamatan terhadap
501 kasus , sedangkan Kartono mencatat angka 93,5% untuk waktu 24 jam dan
72,4% untuk waktu 48 jam setelah lahir. Muntah hijau dan distensi abdomen
biasanya dapat berkurang manakala mekonium dapat dikeluarkan segera.
Sedangkan enterokolitis merupakan ancaman komplikasi yang serius bagi
penderita HD ini, yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling
tinggi saat usia 2-4 minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1
minggu. Gejalanya berupa diarrhea, distensi abdomen, feces berbau busuk dan
disertai demam. Swenson mencatat hampir 1/3 kasus Hirschsprung datang
dengan manifestasi klinis enterokolitis, bahkan dapat pula terjadi meski telah
dilakukan kolostomi.
Gambar 5. Foto pasien penderita Hirschsprung berusia 3 hari. Terlihat abdomen sangat
distensi dan pasien kelihatan menderita
2. Anak
Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi
kronis dan gizi buruk (failure to thrive). Dapat pula terlihat gerakan peristaltik
usus di dinding abdomen. Penyakithirschsprungdapatjuga menunjukkangejala
lainseperti adanya periodeobstipasi, distensi abdomen, demam, hematochezia dan
peritonitis. Jika dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka feces biasanya keluar
menyemprot, konsistensi semi-liquid dan berbau tidak sedap. Penderita biasanya
buang air besar tidak teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk
defekasi.3
Kebanyakananak-anakdenganhirschsprungdatang
intestinalatau
konstipasiberatselama
karenaobstruksi
periodeneonatus.Gejala
kardinalnya
inidanderajatkonstipasibervariasi
dansangatindividualuntuk
setiap
antarapasien
kasus.Beberapabayidengan
gejala
10
Gambar 6. Foto anak yang telah besar, sebelum dan sesudah tindakandefinitif bedah.
Terlihat status gizi anak membaik setelah operasi.
penyakithirschsprung
didiagnosiskarenaadanyariwayat
dapathilang
namunbeberapawaktukemudianterjadidistensiabdomen.Pada
pemeriksaancolokdubursphincteraniterabahipertonusdanrektumkosong.
11
terjadi pada
12-58%pada pasien
denganpenyakithirschsprung.Halinikarena
stasisfesesmenyebabkaniskemia
mukosaldan
translokasi.Disertaiperubahankomponen
musindan
invasibakterijuga
pertahanan
mukosa,
Clostridium
difficileatauRotavirus.
masihbelumjelasdanbeberapa
Patogenesisnya
pasien
walaupuntelahdilakukancolostomy.Enterocolitisyang
infeksi
masihbergejala
beratdapatberupa
toxic
diare
yang
menyemprot,
distensi
abdominal,
dehidrasidansyok.Ulserasidannekrosisiskemikpadamukosayang
bergangliondapat
mengakibatkan
harusdipertimbangkan
padasemua
sepsisdan
perforasi.
Hal
ini
anakdenganenterocolisisnecrotican.
12
Perforasispontanterjadipada
3%
pasien
denganpenyakithirschsprung.dan
Pemeriksaan penunjang
Diagnostik utama padapenyakithirschprungadalah dengan pemeriksaan:
1.
memberikan
gambaran
seperti
kaliber/peluru
kecil
jika
Segmenaganglionbiasanyaberukurannormaltapibagianproksimalususyang
mempunyaiganglionmengalamidistensisehinggapadagambaran
radiologisterlihatzona transisi.Dilatasibagianproksimalusus
memerlukanwaktu,mungkindilatasiyangterjadiditemukanpadabayi
yangbarulahir.Radiologiskonvensionalmenunjukkanberbagaimacam
stadiumdistensiususkecildanbesar.Adabeberapatandadaripenyakit
Hirschsprung yang dapat ditemukan pada pemeriksaan barium enema,
yangpalingpentingadalahzonatransisi.Posisipemeriksaandarilateral
pentinguntuk
melihat
dilatasi
dari
rektumsecaralebih
sangat
optimal.
Retensidaribariumpada24jamdandisertaidistensidarikolonadatanda
yangpentingtapitidakspesifik.EnterokolitispadaHirschsprungdapat
didiagnosis dengan foto polos abdomen yang ditandai dengan adanya
kontur irregular dari kolon yang berdilatasi yang disebabkan oleh oedem,
spasme, ulserase dari dinding intestinal. Perubahan tersebut dapat terlihat
jelas dengan barium enema. Nilai prediksi biopsi 100% penting pada
penyakit Hirschsprung jika sel ganglion ada. Tidak adanya sel ganglion,
perlu dipikirkan ada teknik yang tidak benar dan dilakukan biopsi yang
lebih tebal.
13
Diagnosisradiologisangatsulituntuktipeaganglionikyang
long
segmen,
seringseluruhcolon.Tidakadazonatransisipadasebagianbesarkasus
dankolonmungkinterlihatnormal/darisemulapendek/mungkin
mikrokolon.Yang paling mungkinberkembangdariharihinggaminggu.
Padaneonatusdengangejalaileusobstruksiyang
tidakdapatdijelaska.
Biopsirectalsebaiknyadilakukan.Penyakithirschsprung harusdipikirkan
padasemuaneonatesdenganberbagaibentukperforasispontandariususbes
ar/kecilatau semua anak kecildengan appendicitis selama1 tahun.
Anorectalmanometrydapatdigunakanuntukmendiagnosispenyakit
hirschsprung,gejalayang
ditemukanadalahkegagalanrelaksasisphincteraniinterna
ketikarectumdilebarkan
denganbalon.Keuntunganmetodeini
adalahdapatsegeradilakukandanpasienbisalangsungpulangkarena
tidakdilakukananestesiumum.Metodeini
lebihsering
dilakukanpada
4.Biopsyrectalmerupakangoldstandarduntukmendiagnosispenyakithirsch
1,4
prung.
Padabayibarulahirmetodeinidapatdilakukandengan morbiditas
minimalkarena
menggunakansuctionkhususuntukbiopsy
rectum.Untukpengambilansamplebiasanyadiambil2cmdiataslineadentate
danjugamengambilsampleyang normaljadidariyang normal ganglion
hingga yang
menggunakananestesi
umumkarenacontohyang
diambilpadamukosa
Diagnosis banding
15
2.8.
Tatalaksana
Prinsip penanganan adalah mengatasi obstruksi, mencegah terjadinya enterokolitis,
Operatif
A. Tindakan Bedah Sementara
Tindakan bedah sementara pada penderita penyakit Hirschsprung adalah berupa
kolostomi pada usus yang memiliki ganglion normal paling distal. Tindakan ini
dimaksudkan guna menghilangkan obstruksi usus dan mencegah enterokolitis
sebagai salah satu komplikasi yang berbahaya. Manfaat lain dari kolostomi adalah
menurunkan angka kematian pada saat dilakukan tindakan bedah definitif dan
mengecilkan kaliber usus pada penderita penyakit Hirschsprung yang telah besar
sehingga memungkinkan dilakukan anastomosis.
17
1. Prosedur Swenson
Orvar swenson dan Bill (1948) adalah yang mula-mula memperkenalkan
operasi tarik terobos (pull-through) sebagai tindakan bedah definitif pada
penyakit
Hirschsprung.
Pada dasarnya,
operasi
yang dilakukan
spinkterani.Dengan
18
Prosedur Swenson
dimulaidenganapproachkeintraabdomen,
melakukan
biopsi eksisi otot rektum, diseksi rektum ke bawah hingga dasar pelvik dengan
cara diseksi serapat mungkin ke dinding rektum, kemudian bagian distal
rektum diprolapskan melewati saluran anal ke dunia luar sehingga saluran anal
menjadi terbalik, selanjutnya menarik terobos bagian kolon proksimal (yang
tentunya telah direseksi bagian kolon yang aganglionik) keluar
melalui
verge
untuk
19
sayatan
endoanal
inkontinensia;
Modifikasi Talbert
dan
setinggi
1,5-2,5
cm,
Ravitch:
Modifikasi
untuk
berupa
mencegah
pemakaian
yang
proksimal yang ganglionik masuk kedalam lumen rektum yang telah dikupas
tersebut.
4. Prosedur Rehbein
Prosedur ini tidak lain berupa deep anterior resection, dimana dilakukan
anastomose end to end antara usus aganglionik dengan rektum pada level otot
levator ani (2-3 cm diatas anal verge), menggunakan jahitan1 lapis yang
dikerjakan intraabdominal ekstraperitoneal. Pasca operasi, sangat penting
melakukan businasi secara rutin guna mencegah stenosis.
sederhana dan menguntungkan pada bayi baru lahir, di antaranya fiksasi usus
besar ke retroperitoneum lebih longgar yang memungkinkan reseksi segmen
panjang usus turun melalui anus, ini secara terbalik menjadi prosedur lebih
sulit pada pasien yang lebih tua dan orang-orang dengan penyimpangan
sebelumnya atau dengan biopsi rektal dalam.
Post operatif
PadaawalperiodepostoperatifsesudahPERPT(PrimaryEndorectal
pemberian
makanan
peroral
dimulai
shortsegmen,tipikal,danlongsegmen
dapat
sedangkan
pull-through),
pada
bentuk
dilakukankolostomiterlebih
Soave,Duhamelmaupun
memungkinkan,dapatdilakukan
Swenson.Apabila
PullThoughsatutahaptanpa
kolostomi
keadaan
sesegera
22
mungkinuntukmemfasilitasiadaptasiususdanpenyembuhan
Pemberianmakananrata-rata
dimulaipada
anastomosis.
harikedua
sesudah
operasidanpemberiannutisienteralsecarapenuhdimulaipadapertengahan
harikeempatpada
pasienyang
sering
muntahpadapemberianmakanan.
2.9.
Komplikasi
Komplikasi utama dari semua prosedur diantaranya enterokolitis post operatif,
konstipasi dan striktur anastomosis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hasil
jangka panjang dengan menggunakan 3 prosedur sebanding dan secara umum berhasil
dengan baik bila ditangani oleh tangan yang ahli. Ketiga prosedur ini juga dapat
dilakukan pada aganglionik kolon total dimanaileum digunakan sebagai segmen yang
di pull-through.Setelah operasi pasien-pasien dengan penyakit hirschprung biasanya
berhasil baik, walaupun terkadang ada gangguan buang air besar. Sehingga konstipasi
adalah gejala tersering pada pascaoperasi.
2.10.Prognosis
Terdapat perbedaan hasil yang didapatkan pada pasien setelah melalui proses
perbaikan penyakit Hirschsprung secara definitive. Beberapa peneliti melaporkan
tingkat kepuasan tinggi, sementara yang lain melaporkan kejadian yang signifikan
dalam konstipasi dan inkontinensia. Belum ada penelitian prospektif yang
membandingkan antara masing-masing jenis operasi yang dilakukan.
Kurang lebih1% dari pasien dengan penyakit Hirschsprung membutuhkan
kolostomipermanen untukmemperbaikiinkontinensia. Umumnya, dalam 10 tahun
follow up lebih dari 90% pasien yang mendapat tindakan pembedahan mengalami
penyembuhan. Kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan pada bayi
sekitar 20%.
23
BAB III
KESIMPULAN
1. HirschsprungDisease(HD)adalahkelainankongenitaldimana
tidak
banyak
colon
segment,Very
segment.
5. Gejalakardinalnyayaitugagalnyapasasemekoniumpada24jampertama
yang
longs
kehidupan,
dan
Biopsyrectalsebagaigold standard.
7. Tatalaksanaoperatifdengan
caratindakanbedahsementaradanbedah
definitive
24
DAFTAR PUSTAKA
of
th
SURGERY.17 edition.Elsevier-Saunders.
Philadelphia.
Page2113-2114.
3. Holschneider A., Ure B.M., 2000. Chapter 34 Hirschsprungs Disease in:
AshcraftPediatricSurgery
rd
3 editionW.B.SaundersCompany.Philadelphia.
page453-468.
4. Hansen,T.J., Koeppen, B.M. 2006.Chapter35 DigestiveSystem in Netters Atlas
ofHumans Anatomy. McGraw-Hill. NewYork. Page617-640.
5. Tortora, Gerrard J. Chapter 24 The digestive system in Principles of anatomy and
physiology John Wiley & sons. USA. page 959-963.
6. ZieglerM.M., Azizkhan R.G., Weber T.R. 2003. Chapter56 Hirschsprung
DiseaseIn: OperativePEDIATRIC Surgery. McGraw-Hill. New York. Page 617640.
7. Patofisiologi
8. Leonidas J.C., Singh S.P., Slovis T.L. 2004.Chapter 4 CongenitalAnomalies of
TheGastrointestinal TractIn: Caffeys PediatricDiagnosticImaging10
th
edition.
Elsevier-Mosby.Philadelphia. Page148-153.
9. De jong, Wim. 1997. Penyakit Hirschprung in buku ajar ilmu bedah cetakan 1.
IKAPI. Jakarta. Page 907-909.
10. Kamal A. Transanal Endorectal Pull-through for Hirschsprung's Disease
During the First Month of Life in Annals of Pediatric Surgery, Vol. 6, No 2, April
2010, PP 81-88.
25