TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
A. Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam
ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar
pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usahausaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,
serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
1. Sasarannya adalah manusia
2. Bersifat medis.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi distribusi baik
barang maupun jasa (dermawan, deden. 2012: 189).
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
1. Sasarannya adalah lingkungan kerja
2. Bersifat teknik.
B. Prinsip Dasar Kesehatan Kerja
9
10
pada
pendidikan,
tersebut
secara
sendiri
atau
bersama-sama
dapat
11
12
G. Kecelakaan kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998
tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang
dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau
harta benda.
13
14
kepemimpinan
pembelian
dan/
atau
atau
pengawasan,
pengadaan
barang,
rekayasa
perawatan
(maintenance), alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau bahanbahan, standart-standart kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang
terjadi di lingkungan kerja.
2. Penyebab langsung
a. Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standart/ unsafe condition),
yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya peralatan
pengaman, pelindung atau rintangan yang tidak memadai atau tidak
memenuhi syarat, bahan dan peralatan yang rusak, terlalu sesak atau
sempit, sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai, bahayabahaya kebakaran dan ledakan, kerapian atau tata letak (houskeeping)
yang buruk, lingkungan berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap,
dan lainnya), bising, paparan radiasi, serta ventilasi dan penerangan
yang kurang (B, sugeng. 2003)
b. Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standart/ unsafe act), yaitu
tingkah laku, tindak tanduk atau perbuatan yang dapat menyebabkan
15
16
17
peraturan
menteri
tenaga
kerja
RI
nomor:
PER-
18
yang
hanya
disebabkan
oleh
pekerjaan,
misalnya
Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
karsinoma bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronkhitis kronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.
Dalam peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi
Nomor:
PER-01/MEN/1981
dicantumkan
30
jenis
penyakit,
Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
20
Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena
atau homolognya yang beracun.
21
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan resiko kontaminsai khusus.
Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah, panas radiasi,
atau kelembapan udara yang tinggi.
5. Kanker
a. Adanya presentase yag signifikan menunjukkan kasus kanker yang
disebabkan oleh pajanan di tempat kerja.
b. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali didapat dari
laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi.
c. Pada kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun
sebelum diagnosis.
6. Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau karbon monoksida da bahan kimia lain
di tempat kerja.
7. Penyakit Liver
a. Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus
atau sirosis karena alkohol.
b. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
8. Masalah Neuropsikitarik
a. Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja
sering diabaikan.
b. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol
atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh karena
penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.
c. Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres
yang berhubungan dengan pekerjaan.
d. Lebih dari 100 bahan kimia (a.l solven) dapat menyebabkan depresi
Susunan Syaraf Pusat.
e. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl
f.
9.
a.
b.
lingkungan
c. Sick building syndrome
d. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), misal : parfum derivate
petroleum, rokok.
24
ergonomi/ruang
lingkup
ergonomi
meliputi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
a.
b.
Tinggi siku
Tinggi pinggul
Depa
Panjang lengan
Duduk
Tinggi duduk
Panjang lengan atas
Panjang lengan bawah dan tangan
Jarak lekuk lutut sampai dengan garis punggung
Jarak lekuk lutut sampai dengan telapak
Keadaan bekerja sambil berdiri, mempunyai kriteria :
Tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di bawah tinggi siku.
Pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian, tinggi meja yang
manusia-mesin
sangat
membantu
dalam
27
4. Kebutuhan kalori
Konsumsi kalori sangat bervariasi tergantung pada jenis
pekerjaan. Semakin berat kegiatan yang dilakukan semakin besar
kalori yang diperlukan. Selain itu pekerjaan pria juga membutuhkan
kalori yang berbeda dari pekerja wanita. Dalam hal ini perlu
diperhatikan juga saat dan frekuensi pemberian kalori pada pekerja.
a.
b.
Pekerja Pria
Pekerjaan ringan : 2400 kal/hari
Pekerjaan sedang ; 2600 kal/hari
Pekerjaan berat : 3000 kal/hari
Pekerja Wanita
Pekerjaan ringan : 2000 kal/hari
Pekerjaan sedang ; 2400 kal/hari
Pekerjaan berat : 2600 kal/hari
5. Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu kerja, saat
istirahat, pengaturan waktu kerja gilir (shift) dari periode saat bekerja
yang disesuaikan dengan irama faal tubuh manusia. Waktu kerja
dalam 1 hari antara 6-8 jam. Dengan waktu istirahat jam sesudah 4
jam bekerja. Perlu juga diperhatikan waktu makan dan beribadah.
Termasuk juga di dalamnya terciptanya kerjasama antar pekerja dalam
melakukan suatu pekerjaan serta pencegahan pekerjaan yang berulang
(repetitive).
6. Lingkungan kerja
Dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja berbagai
faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh. Berbagai faktor
28
olahraga
dan
pembinaan
kesegaran
jasmani
9. Kelelahan
Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut dan memerlukan terjadinya proses
pemulihan. Sebab-sebab kelelahan diantaranya adalah monotomi
kerja, beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja jelek, gangguan
kesehatan dan gizi kurang.
29
serta
produktifitas
nasional,
sebagaiman
diatur
oleh
a. Mesin
1. Pembangkit tenaga, kecuali motor-motor listrik
2. Mesin penyalur (transmisi)
3. Mesin-mesin untuk mengerjakan logam
4. Mesin-mesin pertanian
5. Mesin-mesin pertambangan
6. Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut
b. Alat angkut dan alat angkat
1. Mesin angkat dan peralatannya
2. Alat angkut diatas rel
3. Alat angkutan lain yang beroda, kecuali kereta api
c. Penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut
diantaranya hewan dan penyebab lain
d. Penyebab yang belum termasuk atau data yang tidak memadai
3. Menurut Sifat Luka Atau Kelainan
a. Patah tulang, keseleo, regang urat
b. Memar dan luka dalam yang lain
c. Amputasi
d. Luka-luka lain
e. Luas dipermukaan
f. Gegar dan remuk, luka baker
g. Keracunan mendadak
h. Akibat cuaca, pengaruh arus listrik
i. Pengaruh radiasi
j. Luka-luka yang banyak dan berlainan
4. Menurut Letak Kelainan Atau Luka Ditubuh
a. Kepala, leher, badan
b. Anggota atas Anggota bawah
c. Banyak tempat
d. Kelainan umum
e. Letak lain yang tidak dimasukan klasifikasi tersebut
K. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Sebelum
kita
melakukan
langkah-langkah
atau
usaha-usaha
31
Kerugian materi
Kecelakaan kerja
Kebijakan manajemen
Gambar. Manajemen Sebagai Akar Kecelakaan
Pendapat lain yang dikemukan oleh Bambang B. Hantoro menerangkan
bahwa umumnya penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi
tiga golongan yaitu sebagai berikut :
32
1. Tindakan
manusia
dalam
bekerja
yang
menimbulkan
fasilitas
dan
peralatan
yang
dapat
menimbulkan
33
kecelakaan.
Pendekataan
demikian
menjurus
kepada
34
faktor manusiawi, kenyataannya tetap sulit untuk menilai peranan faktorfaktor ini dan merumuskan tindakan-tindakan pencegahan khusus.
Pendekatan ketiga dan merupakan cara pendekatan akhir-akhir ini
bersangkutan dengan faktor-faktor manusiawi yang dikaitkan dengan
situasi pekerjaan. Pertama-pertama, kita memiliki hubungan perseorangan
dengan hubungan kerja dan penyesuaian social. Selanjutnya, terdapat
sikap-sikap terhadap pekerjaan , proses produksi dan persyaratan
keselamatan, penghargaan dan hari depan pekerjaan. Pendektan yang
belum banyak dipelajari ini nampaknya merupakan lapangan yang baik
untuk ditelaah.
Pendekatan keempat cenderung untuk manilai bagaimana tingakat
keserasian tenaga kerja terhadap proses pekerjaan. Dalam hubungan ini,
terdapat hubungan serasi manusia dengan lingkungan kerja seperti panas,
penerangan dan kebisingan, hubungan manusia dan mesin serta hubungan
manusia dan organisasi kerja.
Dalam faktanya, kecelakaan merupakan suatu keadaan bertemu
serangkaian peristiwa yang menjadi sebab terjadinya kecelakaan. Sebabsebab tersebut akan dianalisa oleh berbagai pihak yang memiliki latar
belakang kemampuan dan pengetahuan yang berlainan.
2. Faktor Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat kecelakaan kerja. Suatu lingkungan kerja yang kurang nyaman
dapat menyebabkan manusia mengalami aksploitasi yang berlebihan, serta
dapat menimbulkan akses negative, dan dapat pula menimbulkan penyakit.
Tubuh manusia merupakan sesuatu yang sangat peka terhadap rangsangan.
Setiap. Suhu, alat , warna, atau cahaya, udara, musik getaran, dapat
35
memerlukan
penanganan
yang
berbeda
pula.
Handling
36
adalah upaya
b.
c.
Menunjang penyembuhan :
1. Mengurangi rasa sakit dan rasa takut
37
2. Mencegah infeksi
3. Merencanakan pertolongan medis serta transportasi korban dengan
tepat
Dalam aktifitas sehari hari mungkin kita sering mengalami kecelakaan
kecelakaan kecil yang menimbulkan luka pada tubuh. Pada dasarnya luka yang
ditimbulkan karena kecelakaan dibagi menjadi 4 macam. Diantaranya luka
sayatan, luka tusukan, luka goresan, dan luka memar.
a)
Luka Sayatan
Luka ini dikarenakan sebagaian dari anggota tubuh tersayat oleh suatu yang
tajam. Hal ini menjadikan kulit terbuka ( kulit robek ). Sehingga jika tidak
segera dirawat akan lebih mudah menimbulkan infeksi. Terbuknya kulit
menimbulkan perdarahan disekitar luka, dan menyebabkan timbulnya rasa
nyeri. Jika luka sayatan dalam, darah dan cairan tubuh akan keluar dengan
cepat sehingga dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas dan diikuti penurunan
fungsi fungsi organ.
b)
Luka tusuk
38
Luka goresan biasa terjadi karena gesekan kulit dengan permukaan benda lain.
Gesekan ini menyebabkan adanya kerusakan kulit pada bagian permukaan
( superficial ) yang tidak terlalu dalam, hanya mengenai bagian epidermis saja.
Sedang jaringan yang di bawahnya aman ( tidak rusak ). Luka seperti ini tidak
menggangu suplay darah dari pembulu darah utama, akan tetapi kewaspadaan
akan resiko infeksi harus tetap ditegakkan.
d)
Luka memar
Luka memar atau luka tertutup adalah luka yang disebabkan karena benturan
atau terpukul dengan benda tumpul dengan tekanan yang sangat keras.
Tekanan ini menyebabkan pecahnya pembulu darah pada jaringan yang
terpukul, atau dengan kata lain perdarahan internal. Biasanya ditandai dengan
luka lebam kebiruan disekitar luka memar.
Adapun tips untuk pertolongan pertama yang bisa diberikan :
1. Pada luka sayatan dan goresan ringan
39
Tekan sekuat mungkin pada daerah yang terjadi luka selama 10 menit
untuk mengurangi perdarahan.
40
umum,
tujuan
keperawatan
kesehatan
kerja
adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat
diperinci sebagai berikut (Rachman. 1990):
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan sehat dan selamat
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa
adanya hambatan.
N. Fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan kesehatan kerja
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) di industri adalah sebagai berikut (Effendy, Nasrul. 1998):
1. Fungsi perawat
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan
41
2. Tugas perawat
a. Mengawasi lingkungan pekerja
b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di
rumah kepada pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja
dan keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.
O. Diagnosis spesifik penyakit akibat kerja
Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini
(B, sugeng. 2003):
1. Anamnesis (wawancara) meliputi, identitas, riwayat kesehatan,
riwayat penyakit, dan keluhan yang dialami saat ini.
42
2. Riwayat pekerjaan
a. Sejak pertama kali bekerja (kapan mulai bekerja di tempat tersebut)
b. Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis
bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat
pelindun diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang
dilakukan, kegemaran (hobi), dan kebiasaan lain (merokok, alkohol)
c. Sesuai tingkat penegtahuan, pemahaman pekerjaan.
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan
tidak bekerja
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi
pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau
hilang.
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
c. informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesa atau dari data
penyakit di perusahaan.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan
a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik.
b. Pemeriksaan laboratorium membantu diagnostik klinis.
43
Untuk dapat
fasilitas-fasilitas
penunjang
yang
ada,
seperti
45
46
penyakit
tersebut
disebabkan
oleh
pekerjaannya.
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat
suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang
memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak
selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit,
kadang-kadang pekerjann hanya memperberat suatu kondisi yang
telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan waktu menegakkan
diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab
suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya
pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada
saat ini.
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan
apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa
47
tergantung
pekerjaannya,
tetapi
pekerjaannya/pajanannya
48
49
jawab staf keamanan kerja atau staf departemen sumber daya manusia atau
staf departemen keuangan. Proses keperawatan untuk meningkatkan
kesehatan di lahan kerja berfokus pada keseluruhan populasi perusahaan dan
mungkin meluas kepada individu yang menjadi tanggungan pekerja
(pasangan dan anak) (anderson. 2007: 451).
Aktivitas promosi kesehatan seluruh pekerja, termasuk manajemen.
Langkah berikutnya adalah menciptakan kesadaran terhadap isu-isu kesehatan
melalui pendidikan internal perusahaan, skrining, dan intervensi yang
berfokus pada gaya hidup.
i. Jenis aktivitas promosi kesehatan
Aktivitas yang lazim dilakukan dalam upaya mempromosikan
kesehatan atau mencegah cedera dan penyakit di lahan kerja adalah olah raga,
penghentian merokok, perawatan punggung, dan program manajemen stres.
Ada tiga jenis promosi kesehatan di lahan kerja (anderson. 2007: 451), yaitu:
1. Program kesadaran, meningkatkan tingkat pengetahuan dan minat pekerja
(contoh, dengan selebaran, seminar dan surat kabar).
2. Aktivitas perubahan perilaku, membantu para partisipan mengembangkan
perilaku yang lebih sehat (contoh, menghentikan kebiasaan merokok,olah
raga teratur, dan nutrisi sehat).
3. Lingkungan penunjang, menciptakan peluang kerja yang meningkatkan gaya
hidup sehat (contoh, penyediaan makanan rendah lemak di cafetaria, kelas
aerobik di tempat kerja, menyediakan waktu senggang untuk skrining
kesehatan, kudapan sehat di etalase makanan).
50
minat
pekerja
terhadap
topik
pendidikan
dan
51
52
53
a. Poster. Harus tampak profesional. Judul dan kata-kata yang menarik adalah
unsur penting (contoh, Weigh To Go untuk penurunan program berat
badan). Ganti poster secara teratur untuk tetap menarik perhatian.
b. Surat elektronik/ e-mail. Hitungan mundur kegiatan; memberikan pertanyaan
kuis berkaitan dengan kesehatan dan memberikan jawaban serta rasionalnya
pada hari berikutnya.
c. Surat kabar kesehatan. Detail mengenai cerita keberhasilan, seperti cerita
mengenai deteksi dini melanoma maligna, program penurunan berat badan
dengan program jalan kaki, individu yang menderita tekanan darah tinggi
sampai ia berpartisipasi dalam skrining kesehatan, dan bagaimana perubahan
sederhana dari gaya hidup dapat membantu individu mengontrol penyakit
(tanpa pengobatan).
d. Surat dari pimpinan perusahaan atau manajer keuangan. Memberikan
kesempatan kepada perusahaan untuk melaksanakan skrining kesehatan,
mengumumkan bahwa perusahaan akan membayar sebagian atau seluruh
biaya dari program penghentian kebiasaan merokok/tes skrining kesehatan,
atau mengizinkan atan jual-beli kebutuhan kesehatan selama 2 jam dengan
kehadiran program kesejahteraan.
e. Memberikan hadiah insentif kepada pekerja yang ikut berpartisipasi, seperti
kaus oblong, topi, sampel tabir surya, kudapan buah-buahan, botol minuman.
2. Evaluasi program promosi kesehatan
Proses evaluasi memberikan kesempatan untuk menentukan hasil
yang dicapai dari program promosi kesehatan dan mengarahkan peningkatan
pelayanan kesehatan kepada para pekerja. Evaluasi struktur, program, proses
54
pelaksanaan program dan hasil program adalah tiga pendekatan yang umum
dilakukan dalam meninjau ulang jaminan mutu.
a. Termasuk dalam evaluasi struktur adalah (1) meninjau ulang mekanisme
pelaporan yang diberikan kepada manajemen beserta dukungan terhadap
program promosi kesehatan; (2) menentukan keadekuatan fasilitas fisik untuk
menunjang program; (3) mengidentifikasi peralatan dan persediaan yang
digunakan; (4) mengidentifikasi kebutuhan kepegawaian dan kualifikasinya;
(5) menganalisis demografik pekerja dan kebutuhan status kesehatan; (6)
menentukan apakah misi, tujuan, dan objektif program diformulasikan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan para pekerja dan kebutuhan bisnis
pengusaha.
b. Evaluasi proses mencakup (1) apakah aktivitas promosi kesehatan sesuai
dengan kondisi; (2) apakah program promosi kesehatan di bentuk untuk
memenuhi kebutuhan di lahan kerja (saatnya anda melakukan perbandingan
terhadap
pengkajian
awal
kebutuhan),
dan
(3)
apakah
terdapat
perawatan
diri,
mengembalikan
fungsi
atau
menurunkan
55
TINAJAUAN
TENTANG
PROSES
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian dalam proses keperawatan adalah suatu pengumpulan data
yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi/survey. Tujuan dari
pengkajian ini adalah untuk mengetahui masalah yang ada lingkungan
maupun masalah yang berhubungan dengan fisik. Salah satunya adalah
masalah tentang penyakit.
Unsur-unsur pengkajian keselamatan dan kesehatan kerja dalam hal ini
adalah identitas para pekerja, masalah penyakit yang diderita saat ini dan
sebelumnya, pemeriksaan fisik, lama kerja, dll.
Dari hasil pengkajian akan tentukan masalah keperawatan yang ada pada
para pekerja baik dari fisik maupun dari lingkungan tempat bekerja.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu masalah yang didapatkan dari hasil
pengkajian yang dilakukan pada para pekerja baik dengan cara
wawancara maupun obsevasi. Untuk menentukan suatu masalah yang ada
perlu dilakukan analisa data yakni menggabungkan Suatu data dari hasil
pengkajian melalui strategi wawancara dan oservasi untuk dijadikan
sebagai suatu acuan dalam penentuan masalah keperawatan yang ada.
56
C. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan dalam hal ini adalah suatu rencana keperawatan
yang disusun untuk menyelesaikan masalah yang ada yang telah
diperoleh dari hasil pengkajian dan proses penentuan diagnosa
keperawatan.
Intervensi keperawatan yang dibuat harus memiliki tujuan, kriteria hasil
yang akan dicapai, perencanaan tindakan yang akan dilakukan dan juga
harus memiliki alasan atau tujuan yang rasional sesuai dengan masalah
yang ada. Ini adalah unsur-unsur dalam penyusunan perencanaan
keperawatan.
D. Implementasi keperawatan
57
dari
58
59