Anda di halaman 1dari 3

Kisah Mualaf

9 Januari

Dari Atheis, Kristen, Budha, Hindu, Yahudi, Ruben Pun Memilih Islam
RUBEN Abu Bakr adalah pria asal Australia yang sangat humoris. Semula, ia adalah seorang
atheis. Ia kemudian mempelajari seluruh agama, mulai dari Kristen, Katolik, Budha, Hindu hingga
Yahudi. Terakhir, ia malah masuk Islam. Mengapa?
Kisah Ruben bermula ketika ia duduk di bangku kuliah. Kala itu, ia harus menghadapi beragam
peristiwa berat. Sahabatnya tewas karena narkoba.
Tidak lama kemudian, orang tuanya bercerai. Ia pun dilanda kemiskinan.
Bahkan, anjing peliharaan saya saja mati, tutur Ruben
Frustrasi atas musibah kematian kerabat yang terus dihadapinya, ia pun bertanya-tanya tentang
tujuan hidup. Tentu, hidup tak sekadar untuk mati. Berangkat dari pemikiran itu, ia pun mencari
keberadaan Tuhan dengan meneliti setiap agama yang ada.
Nasrani menjadi agama pertama yang mendapat perhatian Ruben untuk diselidiki. Ini karena
hampir semua temannya menganut agama ini. Ruben pun menuju gereja dan mendapati orangorang yang bernyanyi memuji Tuhan dan mengatakan Tuhan Maha Pengasih. Pengalaman
pertamanya ke gereja tak serta-merta membuat Ruben puas. Ia terus mempelajari Kristen,
termasuk tentang Katolik, Anglikan, Baptisme, imam, pendeta, dan lain sebagainya. Ia pun
memiliki banyak pertanyaan mengenai Kristen. Kesimpulannya, ia merasa tak cocok dengan
agama ini.
Pencarian pun berlanjut. Ia beralih kepada Buddha. Kebetulan, Ruben yang bekerja paruh waktu di
pom bensin berteman dengan seorang beragama Buddha. Ia tercengang ketika tahu Tuhan
Buddha berkepala gajah.
Mengapa Tuhan memiliki kepala gajah? Dapatkah kita memilih kepala singa? Atau sesuatu yang
lebih perkasa? tanya Ruben kepada temannya.
Ruben menganggapnya tidak logis. Ia juga sempat mempelajari agama Mormon. Awalnya, dia
menilai, ajaran agama ini sangat baik karena tidak memperbolehkan penganutnya meminum
alkohol, kafein, dan cola. Namun, Ruben tidak menemukan kebaikan iman di agama ini. Ia
kemudian menyelidiki agama Yahudi. Namun lagi-lagi, Ruben tidak menemukan apa yang ia cari.
Merasa upayanya sia-sia, Ruben pun menemui seorang temannya untuk berkonsultasi. Si teman
yang beragama Kristen pun bertanya, Bagaimana dengan Islam?
Ruben pun sontak menolak. Apa? Islam? Untuk apa aku menyelidiki agama terorisme? Gila!
Bagai menelan air ludah. Terbukti, lidah Ruben tak sesuai dengan tubuhnya. Ia kemudian
melangkah memasuki masjid ketika suatu kali melewatinya.
Saya tidak tahu apa yang menggerakkan saya, yang jelas saya menanggalkan sepatu dan
langsung masuk begitu saja. Saya pikir, saya akan mati di masjid karena ketika itu saya satusatunya orang kulit putih, kata Ruben.
Ruben pun bertemu dengan seorang pria berperawakan besar asal Timur Tengah, berjanggut dan
mengenakan gamis. Ruben menggambarkannya persis mirip para tersangka teroris. Yang
mengagetkan, sosok tersebut menyapa sangat ramah, bahkan menyuguhkan sajian layaknya
menerima tamu.
Namanya Abu Hamzah, ujar Ruben. Ia masih ingat, ia sangat kaget mendapat perlakuan seperti
itu.
Ruben pun serta-merta menanyakan banyak hal tentang Islam. Misalnya, mengapa Abu Hamzah
berjanggut dan mengapa Muslimah berhijab. Ia menanyakan pula mengenai praktik poligami dan

lain sebagainya. Saat itu, Ruben dengan sombong menyangka pertanyaan itu sangat berat dan
akan menyulitkan Abu Hamzah. Namun, lagi-lagi Ruben tercengang. Abu Hamzah mengambil AlQuran dan menjelaskannya sesuai firman Allah SWT.
Mereka selalu membuka Al-Quran untuk menjawab dan sama sekali tidak beropini sendiri.
Mereka mengatakan tak boleh beropini tentang firman Tuhan, tutur Ruben.
Ia pun membawa pulang sebuah kitab Al-Quran dari masjid tersebut. Ruben membaca
terjemahannya dan sangat terkagum-kagum. Ia terpesona bagaimana Al-Quran menjelaskan
proses penciptaan manusia. Butuh enam bulan bagi Ruben untuk menelaah Al-Quran, hingga ia
menyimpulkan, Inilah yang aku cari dan perlukan.
Dari tahap awal tersebut, Ruben pun berpikir untuk menantang Allah SWT sebelum benar-benar
bersyahadat dan memeluk Islam. Ia menyalakan lilin, duduk di dekat jendela, seraya berkata,
Allah, ini adalah saat bagi saya untuk terjun ke Islam. Yang saya butuhkan hanya sebuah tanda.
Hanya tanda kecil, mungkin sedikit petir, atau mungkin rumah yang runtuh.
Lama ia menunggu, tidak ada tanda apa pun. Lilin yang ia harapkan padam sebagaimana yang
sering ia lihat di film, tidak terjadi. Ayolah Allah, satu saja, Ruben memaksa.
Namun, tetap tidak ada apa pun yang terjadi. Ruben merasa kecewa kepada Allah. Dengan
perasaan kecewa, Ruben kembali membuka Al-Quran, kemudian membaca ayat, Dan Dia
menundukkan malam dan siang, matahari, dan bulan untukmu. Dan, bintang-bintang itu
ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT.) bagi kaum yang memahami-(nya).
Membaca ayat tersebut, bulu roma Ruben berdiri. Ia segera lari ke tempat tidur dan sembunyi di
balik selimut. Berkeringat dingin, ia tidak mampu melakukan apa pun saking takutnya.
Betapa arogannya saya ketika itu menantangNya, padahal matahari dan semua yang diciptakanNya merupakan tanda-tanda.
Ruben pun kembali ke masjid dan bermaksud mengucapkan syahadat. Jamaah di masjid pun
menyaksikan perubahan hidup Ruben menuju kebaikan.
Namun, Ruben mengaku kesulitan saat harus mengucapkan syahadat dengan bahasa Arab.
Bisakah saya mengucapkannya dengan bahasa Inggris? tawarnya kepada Abu Hamzah.
Tentu saja, permintaan Ruben tidak diizinkan. Meski harus berkali-kali keseleo lidah, akhirnya
Ruben mampu bersyahadat. Usai mengucapkan syahadat, seluruh jamaah pria di masjid pun
menciumnya. Saat itu, masjid dipenuhi jamaah karena bertepatan dengan hari pertama
Ramadhan. Menurut Ruben, baru kali itu ia dicium begitu banyak pria. Namun, ia sangat senang.
Ini peristiwa sangat berharga dan tak mungkin ia lupakan.
Sementara itu, keluarganya merasa cemas dengan keislaman Ruben. Mereka menyangka putra
mereka telah masuk ke dalam kelompok teror.
Mereka takut jika nanti saya memegang senapan AK 47 dan granat, kata Ruben sembari
tersenyum. Namun, hari demi hari, orang tua Ruben justru mendapati anaknya menjadi pribadi
yang patuh dan baik. Mereka pun menyukai perubahan Ruben.
Bahkan, sang ayah ikut tertarik membaca Al-Quran. Dan berkata Kini, kamu menjadi orang yang
lebih bisa diandalkan, dipercaya, dan dapat dimintai tolong. [onislam]

42 Suka6 Komentar15 Kali Dibagikan

Anda mungkin juga menyukai