Ringkasan
Penelitian tentang Minyak Pelumas Bekas (MPB) belum begitu banyak
dilakukan di Palangka Raya, sehingga penggunaan MPB di Palangka Raya masih jarang
ditemui. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian agar MPB ini dapat dipakai dalam
campuran lapis perkerasan jalan.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di
laboratorium dengan variasi MPB 0,5%, 1,5%, dan 1,5% dari berat kadar aspal optimum
sebagai pengurang berat aspal dalam campuran AC. Pengujian sampel dengan
menggunakan alat uji Marshall Test. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
manfaat Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai bahan ganti aspal dalam campuran lapis
perkerasan aspal.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan MPB sebagai bahan ganti
aspal dengan persentase 0,5%, 1% dan 1,5% memenuhi syarat. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai Karakteristik Marshall yang memenuhi spesifikasi. Nilai-nilai tersebut
antara lain nilai stabilitas terendah adalah 897,08 kg dengan pemakaian MPB sebesar
1,5%, nilai flow 3,17 sampai 3,37 mm, nilai VIM 3,39% sampai 4,84%, dan nilai VFB
antara 71,77% sampai 79,76%, dimana semua nilai tersebut masih sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Kata kunci : Beton Aspal , Marshall Test, MPB
PENDAHULUAN
Penelitian mengenai perkerasan jalan raya dengan menggunakan material hasil
daur ulang telah banyak dilakukan. Beberapa yang bisa dijadikan contoh adalah
penggunaan serbuk ban karet bekas, abu terbang, aspal daur ulang dan residu oil atau
Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai campuran dalam perkerasan jalan. Campuran
perkerasan jalan hasil dari penggunaan bahan-bahan daur ulang tersebut, tentunya harus
melalui pengujian sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan
Umum (DPU).
Penggunaan MPB sebagai bahan campuran aspal akan sangat bermanfaat dari
segi ekonomi karena harganya yang jauh lebih murah dibanding aspal dan dari segi
lingkungan karena MPB yang terbuang baik ke dalam lapisan tanah maupun ke sungai
yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Namun yang menjadi pertanyaan
adalah apakah MPB memenuhi syarat sebagai bahan lapis perkerasan dengan kondisi
agregat dan tanah di Palangka Raya?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka dilakukanlah penelitian berjudul
Pemanfaatan Minyak Pelumas Bekas Pada Warm Mix Asphalt (WMA) Untuk Lapis
Perkerasan Jalan (AC-WC) di Kota Palangka Raya. Penelitian ini akan menggunakan
aspal dengan penetrasi 60/70, agregat lokal yang berasal dari Bukit Tangkiling dan
Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai bahan tambah aspal.
METODE PENELITIAN
Bagan alir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1, yang merupakan urutan
pekerjaan.
Mulai
Studi Literatur
Persiapan Alat dan Bahan
Pengujian Aspal
Pengujian Agregat
Syarat Bahan
Dasar
Memenuhi
Pengujian Filler
Tidak Memenuhi
Tidak Memenuhi
Selesai
3
2.
3.
2.
3.
2.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengolahan MPB
MPB diproses untuk menghilangkan kadar air yang terkandung di dalamnya.
Poses ini disebut dengan dewatering.
Uji Marshall
Untuk menentukan kadar aspal optimum diperkirakan dengan penentuan kadar
optimum secara empiris dengan persamaan (Pb) sesuai pada Persamaan 2.1. Nilai Pb
hasil perhitungan dibulatkan mendekati 0,5%. Ditentukan 2 (dua) kadar aspal di atas dan
2 (dua) kadar aspal di bawah kadar aspal perkiraan awal yang sudah dibulatkan
mendekati 0,5% ini. Kemudian dilakukan penyiapan benda uji untuk tes Marshall sesuai
tahapan berikut ini.
Berdasarkan perkiraan kadar aspal optimum Pb dibuat benda uji dengan jenis
aspal keras dengan dua variasi kadar aspal di atas Pb dan dua variasi kadar aspal di
bawah Pb (-1,0%; -0,5%; Pb; +0,5%; +1,0%). Masing-masing variasi akan dibuat tiga
buah benda uji (dimana akan diambil nilai rata-ratanya). Kemudian dilakukan pengujian
Marshall standar dengan 2x75 tumbukan dan pengujian durabilitas untuk menentukan
VIM, VMA, VFA, kepadatan, stabilitas, kelelehan, dan hasil bagi Marshall. Setelah itu
dilihat apakah hasil pengujian sudah sesuai standar seperti pada Tabel 2.1. Kalau sudah
memenuhi standar, maka dapat ditentukan hubungan antara kadar aspal dengan
parameter Marshall. Berdasarkan hubungan antara kadar aspal dengan parameter
Marshall dapat ditentukan kadar aspal optimum. Seluruh kriteria hasil Marshall yang
didapatkan mengacu pada Standar Departemen Permukiman dan Pengembangan
Wilayah (2004).
Perincian perkiraan jumlah benda uji yang akan digunakan dalam pengujian
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini
Tabel .1 Jumlah Benda Uji Yang Direncanakan
Jumlah Benda
Uji
Variasi
Kadar Aspal (%)
Pengujian
-1
-0,5
Pb
+0,5
+1
2.
3.
menentukan VIM, VMA, VFA, kepadatan, stabilitas, kelelehan dan hasil bagi Marshall.
Perincian perkiraan jumlah benda uji yang akan digunakan dalam pengujian
dapat dilihat pada Tabel .2 berikut ini
Tabel 2 Jumlah Benda Uji Yang Direncanakan Untuk Beberapa Variasi MPB
Variasi
Pengujian
0,5
1,0
99
1,5
98,5
MPB (%)
Marshall (2 x 75)
Aspal
(%)
99,5
Agregat kasar
(CA)
Agregat sedang
(MA)
Abu batu
Pasir
# 3/4
100,00
100,00
100,00
100,00
# 1/2
42,52
99,24
100,00
100,00
# 3/8
5,99
80,64
100,00
100,00
No. 4
1,19
35,58
100,00
100,00
No. 8
0,88
9,71
79,59
98,89
No. 16
0,82
3,63
53,68
80,94
No. 30
0,78
2,86
39,51
50,50
No. 50
1,09
2,51
27,02
30,50
No. 100
0,92
2,15
17,57
18,78
No. 200
0,52
1,38
13,32
14,93
Ukuran Saringan
Lolos
Tertahan
I
Berat
sebelum
(a)
II
Berat
Berat
Berat
sesudah (b)
sebelum (a)
sesudah (b)
76,2 (3")
63,5 (2
1/2")
63,5 (2 1/2")
50,8 (2")
50,8 (2")
37,5 (1
1/2")
37,5 (1 1/2")
25,4 (1")
25,4 (1")
19,0 (3/4")
19,0 (3/4")
12,5 (1/2")
12,5 (1/2")
9,5 (3/8")
9,5 (3/8")
6,3 (1/4")
4,75 (No. 4)
6,3 (1/4")
6,35
(1/4")
2,500.00
2,500.00
2,
500.00
2,
500.00
4,75 (No. 4)
2,36 (No. 8)
Jumlah Berat
5,000.00
5,000.00
3,354.7
5
3,350.76
I. a. =
5,000.00
gram
II. a. =
5,000.00
gram
b. =
3,354.75
gram
b. =
3,350.76
gram
a - b =
1,645.25
gram
a - b =
1,649.24
gram
Keausan I
Keausan II
=
=
a
-
a
Keausan rata-rata
x
100%
=
x
100%
=
=
32.91
32.98
32.94
Sampel 1
Sampel 2
10,0
10,0
Skala koloid
4,60
4,50
13,60
13,70
Skala pasir
3,60
3,79
78,30
82,20
Rata-rata (%)
80,20
Sampel 1
Sampel 2
10,0
10,0
Skala koloid
4,40
4,50
14,00
14,20
Skala pasir
4,00
4,20
90,9
93,2
Rata-rata (%)
92,1
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, secara umum agregat yang akan
digunakan,memenuhi persyaratan untuk bahan penyusun campuran aspal panas jenis
Laston lapis aus (Asphalt Concrete-Wearing Course).
Perencanaan Campuran
Perencanaan campuran menggunakan metode Asphalt Institue, dan perhitungan
penggabungan agregat menggunakan cara diagonal yang dikombinasikan dengan cara
coba-coba (Trial and Eror). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara lengkap hasil
proporsi campuran tersebut yang dimuat pada lampiran.
Dari perhitungan kombinasi yang telah dilakukan, diperoleh proporsi campuran
yang selanjutnya digunakan untuk mendapatkan perkiraan kadar aspal rencana.
Kadar aspal awal diperoleh dengan rumus kadar aspal (Pb) yaitu:
Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K
Dimana:
Pb
= kadar aspal
CA
FA
FF
= fraksi filler
Diketahui:
Proporsi:
10
= 8,16
Jadi:
Pb
kadar aspal ke bawah dan dua variasi kadar aspal ke atas dengan interval 0,5%. Yaitu:
5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7%.
Persentase terhadap berat total agregat yang digunakan yaitu 1.145 gram. Hasil
proporsi agregat campuran Laston lapis aus (asphalt concrete-wearing course) seperti
pada Tabel 8
Tabel 8 Proporsi Agregat Dalam Campuran
Jenis Material
14
30
Abu batu
43
Pasir
13
5; 5,5 ; 6 ; 6,5 ; 7
11
Benda uji yang telah dipadatkan, kemudian didiamkan pada suhu kamar selama 24
jam, kemudian ditimbang dalam suhu ruang beratnya ditetapkan. Selanjutnya benda uji
tersebut direndam selama 24 jam, kemudian ditimbang dalam air dan berat ditetapkan.
Setelah benda uji diangkat dan ditetapkan beratnya.
Sebelum pengujian dengan alat Marshall dilakukan, benda uji direndam terlebih
dahulu dengan bak berisi air panas (water bath), dengan temperatur 60C selama 30-40
menit. Pada uji Marshall diperoleh besar-besaran seperti stabilitas dan flow. Hasil
pengujian laboratorium dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil Pengujian Marshall
N0
Description
Satuan
Actual test
Specification
Requirement
Keterangan
Theoritical Max.Density
gr/cm3
2.359
Bulk Density
gr/cm3
2.265
Stability
Kg
1090.0
Min. 800
Terpenuhi
Flow
mm
3.20
Min. 3,0
Terpenuhi
kg/mm
340
Min. 250
Terpenuhi
4.00
.3 - 5
Terpenuhi
76.00
Min. 65
Terpenuhi
V.M.A
17.10
Min. 15
Terpenuhi
10
6.10
11
5.88
Min. 5,1
Terpenuhi
13
0.13
Maks. 1,20
Terpenuhi
12
DESCRIPTION
SATUAN
ACTUAL
TEST
0% OLI
ACTUAL
TEST
0,5 % OLI
ACTUAL
TEST
1% OLI
ACTUAL
TEST
1,5% OLI
2.362
2.358
2.354
2.267
2.272
2.274
SPECIFICATION
REQUIREMENT
Theoritical Max.Density
gr/cm
Bulk Density
gr/cm3
2.378
2.263
Stability
Kg
1091.6
960.0
911.31
897.08
Min. 800
Flow
mm
3.10
3.27
3.37
Min. 3,0
kg/mm
352
3.17
303
279
266
Min. 250
4.84
4.00
3.63
3.39
.3 - 5
71.77
76.46
78.42
79.76
Min. 65
V.M.A
17.16
16.99
16.81
16.74
Min. 15
10
6.10
6.10
6.10
6.10
11
5.62
5.91
5.98
6.05
Min. 5,1
13
0.51
0.20
0.13
0.05
Maks. 1,20
13
a.
Stabilitas
penambahan oli, dan mencapai titik terendah sebesar 897 kg, nilai stabilitas masih di atas
spesifikasi nilai stabilitas yaitu >800 kg.
b.
14
c.
Kepadatan
15
e.
16
Semakin besar nilai hasil bagi Marshall berarti campuran perkerasan semakin kaku,
karena nilai stabilitas semakin tinggi. Sebaliknya semakin kecil nilai hasil bagi Marshall
berarti campuran semakin lentur karena nilai stabilitas menurun.
Seperti dilihat pada Gambar 5.6 pada campuran ini nilai-nilai Hasil Bagi
Marshall masih memenuhi spesifikasi yang disyaratkan yaitu di atas 250 kg/mm sebagai
nilai minimum.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1.
Berdasarkan uji aspal yang dilakukan maka dapat dikatakan bahwa aspal yang
2.
3.
4.
5.
pasir 13%.
Pengurangan berat aspal yang digantikan oleh oli bekas adalah sebesar 0,5%, 1%
6.
dan 1,5%.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai-nilai Karakteristik Marshall untuk ACWC yang menggunakan bahan ganti oli bekas (Minyak Pelumas Bekas) sebesar
0,5%, 1% dan 1,5% masih memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Dengan
demikian penggunaan oli bekas (Minyak Pelumas Bekas) sebagai bahan ganti aspal
sampai sebesar 1,5% untuk lapis perkerasan jalan (AC-WC) untuk Kota Palangka
Raya adalah layak.
Saran
Saran dari penelitian ini adalah:
1.
Penggunaan MPB untuk lapis perkerasan jalan (AC-WC) selain berguna dalam
penghematan biaya konstruksi juga berguna dalam pelestarian lingkungan.
2.
Penelitian lanjutan untuk penggunaan MPB dalam konstruksi jalan perlu dilakukan.
17
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO, 1990, Standar Spesifications For Transportation Materials And Metods of
Sampling
and
Testing.
Part
I,
Spesifications,
Fifteenth
Edition.
Washington,D.C.
Ambarwati, Eka., 2010, Kajian Kuat Tekan Terhadap Karakteristik Aspal Beton
Pada Campuran Hangat Dengan Modifikasi Agregat Baru- Rap Dan Aspal
Residu Oli, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk Pelaksanaan Lapis aspal beton
(Laston) Untuk Jalan Raya. Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pusat Pelatihan Jasa Konstruksi (PUSLATJAKONS) Proyek
Pengembangan dan Pembinaan Konstruksi, 2004, Material Campuran Aspal
Panas, LTA-05-2004.
Hadsari, Vienti., 2009, Kajian Karakter Marshall pada Asphalt Concrete dalam
Campuran Material RAP dengan Residu Oli, Skripsi, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Harold N. Atkins, 1997, Highway Materials, Soils and Concretes, 3th Edition
Prentice Hall, New Jersey.
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Spesifikasi Umum, Edisi
2010 (Revisi 1).
Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil, 1997, Panduan Praktikum Pemeriksaan
dan Pengujian Bahan
Universitas Diponegoro
Prasetyo, Kukuh Budi., 2007,
18
dampak-dan-bahaya-pengelolaan-tidak.html,
19
2011,