Definisi stress
Pada zaman modern sekarang ini hampir semua orang dalam
hidupnya pernah mengalami stress. Stress dalam bentuk apapun adalah
bagian dari kehidupan sehari-hari. Apabila individu tersebut kurang
mampu mengadaptasikan dirinya dengan tuntutan-tuntutan atau masalahmasalah yang muncul, maka individu tersebut akan cenderung mengalami
stress. Secara umum, stress terjadi jika individu dihadapkan dengan
peristiwa yang mereka rasakan sebagai ancaman kesehatan fisik atau
psikologis. Keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stress disebut
stressor (Mankelow, 2007) dan reaksi individu terhadap peristiwa yang
menyebabkan stress disebut respon stress.
Stres menurut Sarafino dalam Hardjana (1993) adalah sebagai
suatu keadaan yang dihasilkan ketika individu dan lingkungan
bertransaksi, baik nyata atau tidak nyata, antara tuntutan situasi dan
sumber-sumber yang dimiliki individu menyangkut kondisi biologis,
psikologis, atau psikososial. Stress muncul sebagai akibat dari adanya
tuntutan yang melebihi kemampuan individu untuk memenuhinya. Apabila
seseorang tidak mampu memenuhi tuntutan kebutuhan, maka akan
merasakan suatu kondisi ketegangan dalam dirinya. Ketegangan yang
berlangsung lama dan tidak ada penyelesaian, akan berkembang menjadi
stress.
Taylor (3003) mendeskripsikan stress sebagai pengalaman
emosional negative diserai perubahan reaksi biokimia, fisiologis, kognitif,
dan perilaku yang ditujukan pada arah perubahan peristiwa penuh stress
atau memberikan efek perubahan.
Stres adalah ketegangan dan tekanan yang dihasilkan ketika
individu melihat situasi yang menampilkan suatu tuntutan yang
mengancam dari kemampuan yang ia punya (Priya, 2010).
Menurut Seyle (1976) dalam Munandar (2006) stress adalah
keadaan didalam karakteristik makhluk hidup dengan sindrom adaptasi
umum. Dengan kata lain adalah respon non spesifik dari tubuh terhadap
permintaan yang dibuat untuk itu. Fincham dan Rhodes (1988) dalam
Munandar (2006) mengasumsikan bahwa stress dapat disimpulkan dari
gejala-gejala dan tanda-tanda faal, perilaku, psikologikal dan somatic,
adalah hasil dari tidak kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti
kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya), dan lingkungannya yang
mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagi tuntutan
terhadap dirinya secara efektif.
2. Manajemen stress
Respon koping individu sering terjadi secara spontan, yang mana,
individu melakukan apapun secara alami pada diri mereka dan apa yang
telah dikerjakan sebelumnya. Tetapi seringkali usaha-usaha itu tidak
cukup. Stesor bisa menjadi lebih kronis, atau lebih elusive sehingga
menyebabkan usaha individu itu sendiri tidak berhasil untuk menurunkan
stress. Karena indidvidu dengan jelas kesulitan mengatur stress dengan
dirinya sendiri, sehingga ahli psikologi kesehatan mengemangkan tehnik
yang disebut manajemen stress yang dapat diajarkan (Taylor 2003).
Manajemen stress adalah suatu program untuk melakukan
pengontrolan atau pengaturan stress dimana bertujuan untuk mengenal
penyebab stress dan mengetahui tehnik-tehnik mengelola stress, sehingga
orang lebih baik dalam menguasai stress dalam kehidupan daripada
dihimpit oleh stress itu sendiri (Schafer, 2000).
Dalam melakukan manajemen stress terdapat beberapa cara yang
digunakan untuk dapat mengelola stress. Berikut ini adalah beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengelola stress (Wade, 2007).
1. Strategi fisik
Cara yang paling cepat untuk mengatasi tekanan fisiologis dari stre
adalah dengan menenangkan diri dan mengurangi rangsangan fisik
tubuh melalui meditasu atau relaksasi. Relaksasi progresif adalah
belajar untuk secara bergantian menekan dan membuat otot-otot
menjadi santai, juga menurunkan tekanan darah dan hormone stress
2. Strategi emosional
Merupakan suatu strategi yang berfokus pada emosi yang muncul
akibat masalah yang dihadapi, baik marah, cemas, atau duka cita.
Beberapa waktu setelah bencana atau tragedi adalah hal yang wajar
bagi individu yang mengalaminya untuk merasakan emosi-emosi
tersebut. Pada tahap ini, orang seringkali butuh untuk membicarakan
dirasakan.
Kelompok
dukungan
dapat
memperlihatkan
4. Belajar meniru
Tirulah orang yang tenang.
5. Relaksasi
Ambil nafas dalam. Buat tubuh menjadi lebih rileks
6. Pola pikir
Hilangkan pikiran yang dapat memicu stres
7. Merawat diri
Rawat diri sendiri. Hindari kurang tidur, pola makan yang tidak teratur,
tidak pernah olahraga, ketergantungan atau kecanduan.
8. Kehadiran
Hiduplah seakan-akan ini hari terakhir. Ini akan memeberikn
kemampuan untuk mencapai dan mempertahankan hidup yang lebih
tidak banyak stress.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjana, A.M. 1993. Stres Tanpa Distres. Yogyakarta: Kanisius.
Manktelow, James. 2007. Mengendalikan Stres. Jakarta: Erlangga.
Munandar.2006.Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press
Priya. 2010. Industrial Psychology. New Delhi: new age International Publishers
Schafer, Walt. 2000. Stress Management For Wellness: Fourth Edition. United
States of America: Wadsworth.
Solichatun, Yulia. 2011. Stres dan Strategi Coping Pada Anak Didik di Lembaga
Pemasyarakatan Anak. Jurnal Psikologi Islam, (Online), Vol.8 No.1 Tahun
2011
Taylor, Shelley. 2003. Health Psychology: International Edition. New York:
McGrawHill
Witzel. 2011. 8 Ways to Reduce Stress. Lago Maggiore Institue: Intercultural
Mental Health Counseling and Integrative Psychitherapy