Anda di halaman 1dari 6

1/1/2016

Sawahlunto Berjuang Menuju Pengakuan Kota Pusaka Dunia - ANTARA Sumatera Barat

Sawahlunto Berjuang Menuju Pengakuan Kota Pusaka


Dunia
Senin, 25 Agustus 2014 15:06 WIB

Pewarta : Siri Antoni

Dirjen Penataan Ruangan Kementerian PU M.Basuki Hadimuljono (kiri) Walikota Sawahlunto Ali Yusuf
(kanan) berbincang saat meninjau Bangunan tua yang bernilai sejarah usai membuka Workshop
Kesiapan Kota

Anggapan sebagai "kota mati" tersingkir sudah dari Sawahlunto dengan kebangkitan
sektor pariwisata dan sektor riil sejak sepuluh tahun terakhir.
Tentu bukan hal mudah pula bagi pemangku kepentingan kota ini menggerakan potensi
yang ada untuk bisa mengajak masyarakat bangkit lagi.
Puluhan tahun masyarakatnya hanya semata mengandalkan sektor pertambangan, hal
wajar banyak pandangan dan anggapan sebagai "kota mati" setelah berakhirnya aktivitas
pertambangan batu bara pada awal tahun 2000.
Betapa tidak, aktivitas ekonomi masyarakat semakin meredup. Rasa pesimistis untuk
pemenuhan kebutuhan hidup kian kelam. Tak ada pekerjaan yang jelas sebagai tumpuan
hidup. Kenyataan itu, membuat sebagian besar penduduknya ada yang eksodus ke
sejumlah daerah di wilayah Sumatra dan pulau Jawa.
Pandangan sebagai kota mati dari pihak luar dan berbagai pemangku kepentingan
semakin nyata dengan berakhirnya aktivitas pertambangan PT. Bukit Asam Unit
http://www.antarasumbar.com/berita/134691/sawahlunto-berjuang-menuju-pengakuan-kota-pusaka-dunia.html?utm_source=fly&utm_medium=related&utm_c

1/6

1/1/2016

Sawahlunto Berjuang Menuju Pengakuan Kota Pusaka Dunia - ANTARA Sumatera Barat

Penambangan Ombilin (PT.BA UPO) sejak sepuluh tahun silam. Kondisi itu, tentu tidak
terlepas makin menipisnya deposit "arang bumi" tersebut, dan kerugian belasan miliaran
yang dialami perusahaan itu.
Berjuang untuk bangkit dan penataan kehidupan masyarakat kembali, bukan persoalan
mudah yang dihadapi pemerintah setempat. Sektor perkebunan, pertanian dan perikanan
selama berjalan aktivitas pertambangan bukan jadi titik perhatian. Apalagi, sektor
kepariwisataan jauh dari bayangan di kalah tahun 1980-1990-an itu.
Kemauan politik, kebersamaan semua pemangku kepentingan dan keterbukaan untuk
menerima banyak pandangan dari berbagai pihak membuat fakta sebagai "kota mati"
dapat dibalikan secara berlahan bagi masyarakat dan pemerintah kota setempat, yang kini
sebagai daerah kunjungan.
Kini Sawahlunto sudah merupakan kota destinasi wisata di Provinsi Sumatera Barat,
karena punya potensi dan nilai khas keunikan tersendiri sebagai obyek bagi wisatawan.
Bangunan-bangunan tua peninggalan kolonial bukan berdiri sunyi tanpa aktivitas lagi,
semua sudah berubah dengan adanya aktivitas yang menghidupkan.
Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf mengatakan, menghilangkan stigma sebagai kota mati
bukan pula sama dengan membalikkan telapak tangan. Perjuangan ini, bukan karena
pemerintah saja tetapi bersama masyarakat yang ingin melakukan perubahan.
Masyarakat juga tak ingin larut dengan serba ketiadapastian hidup pada sepuluh tahun
silam, dan pemerintah daerah tidak pula tegah membiarkan kenyataan hidup yang sedang
menimpa warga. Makanya, pemerintah kota berupaya mencari formula aktivitas ekonomi
yang dapat menggairah masyarakat kembali.
Salah satunya pada tahap awal kampanye untuk mengembangkan sektor perkembunan
karet dan kakao (cokelat) digalakan sejak kepemimpinan Amran Nur. Hamparan tanahtanah terbentang bekas tambang harus dimanfaatkan untuk bernilai guna dengan ditanami
pohon karet dan kakao. Pemkot memberikan bibit dan pupuk secara cuma-cuma, yang
penting masyarakat mau menanamnya.
Perlahan, masyarakat mulai yakin dan terbangun rasa optimistisnya dengan sumber
pendapatan baru itu. Namun, meyakinkan masyarakat pada tahap awal itu bukan pula
urusan mudah, karena masyarakat sudah terbiasa tergantung dengan batu bara.
"Pasca meredupnya aktivitas tambang batu bara, diakui penduduk Sawahlunto dikala itu
eksodus ke berbagai daerah. Penduduk Sawahlunto sebelum tahun 2000, berjumlah
55.090 jiwa dengan cakupan wilayah yang bertambah dari 778 hektare menjadi 27.344
ha. Namun, pada 2000, jumlah penduduk Sawahlunto berkurang sekitar delapan persen
menjadi 50.668 jiwa" ujarnya.
Kenyataan pengurangan penduduk harus dihadapi, seiring dengan pemerintah kota terus
berbenah mencari formula-formula untuk mengembalikan gairah ekonomi di Sawahlunto.
http://www.antarasumbar.com/berita/134691/sawahlunto-berjuang-menuju-pengakuan-kota-pusaka-dunia.html?utm_source=fly&utm_medium=related&utm_c

2/6

1/1/2016

Sawahlunto Berjuang Menuju Pengakuan Kota Pusaka Dunia - ANTARA Sumatera Barat

Karenanya pemerintah kota membuka diri untuk bekerjasama dengan berbagai pihak, di
antaranya perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan pembuatan
perencanaan pengembangan dunia kepariwisataan.
Kemudian dijalin kerja sama dengan PT. BA UPO dan Universitas Bung Hatta (UBH)
Padang, dalam membuat masterplan resort wisata Danau Kandi, guna meningkatkan
pemahaman dan manfaat dari warisan sejarah pertambangan di Sawahlunto.
Kini danau gandi menjadi obyek yang mendapat perhatian wisatawan lokan dan manca
negara, karena di kawasan itu, juga terdapat kebun binatang.
Bahkan, kata dia, pada 2004 atas kerja sama dengan Programma Uitzending Managers
(PUM) dan beberapa lembaga lainnya untuk melakukan penelitian. Akhirnya menghasilkan
upaya revitalisasi kawasan historis pusat kota lama Sawahlunto.
Hasil kajian itu, telah mendorong pemerintah kota untuk melakukan banyak perubahan
terhadap pengembangan dan pelestarian bangunan peninggalan kolonial itu. Sampai pada
2013 sebanyak 74 bangunan sudah masuk daftar cagar budaya (CB).
Dari data, setidaknya sekitar 20 bangunan lagi dapat masuk ke daftar cagar budaya
sehingga akan menambah pembendaharaan cagar budaya yang ada di Sawahlunto.
Bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda dipugar kembali dan hidupkan
akativitas sehingga dapat mendatang banyak orang dari luar mengunjunginya. "Saat itu,
tak ada pilihan selain memanfaatkan cagar budaya yang ada untuk dapat berdampak
ekonomi dan bernilai bagi masyarakat," katanya.
<b>Kota Pusaka Dunia</b>
Potensi bangunan-bangunan tua yang berkaitan dengan warisan sejarah dan budaya itu,
pelestarian dan pengelolaannya dikuatkan dengan regulasi dalam bentuk Peraturan
Daerah (Perda) dan Peraturan Wali Kota.
Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf mengatakan, pemerintah daerah Sawahlunto untuk
pelestarian warisan sejarah dan budaya sudah melakukan revitalisasi dan konservasi
bangunan masa kolonial tersebut.
Bahkan, pengaturan tata ruangnya dituangkan dalam regulasi Perda Nomor 6 tahun 2007
tentang Penetapan Bangunan, Gedung, Kompleks Bangunan, Situs dan Fitur sebagai
Benda Cagar Budaya. Juga Perwako dimana yang boleh dibangun dan berapa tingkat
tinggi gedung yang izinkan.
Di kawasan kota tua Sawahlunto, hanya tiga tingkat bangunan yang dibolehkan, ketentuan
itu supaya tidak menghambat pemandangan bangunan - bangunan bersejarah yang ada
dan selama ditaati masyarakat maupun pengusaha.
http://www.antarasumbar.com/berita/134691/sawahlunto-berjuang-menuju-pengakuan-kota-pusaka-dunia.html?utm_source=fly&utm_medium=related&utm_c

3/6

1/1/2016

Sawahlunto Berjuang Menuju Pengakuan Kota Pusaka Dunia - ANTARA Sumatera Barat

"Komitmen pelestarian dan pemanfaatan terus diperkuat dan mudah-mudahan bisa meraih
anugerah cagar budaya yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kita juga berharap, Sawahlunto punya peluang besar untuk ikut dalam kompetisi masuk
sebagai kota pusaka warisan dunia," kata dia.
Justru itu, berbagai upaya terus dilakukan supaya semakin cepat proses melengkapi
persyaratan yang diberikan UNESCO. Bahkan mulai 2014 dengan diberlakukan kurikulum
2013, maka seluruh pelajar sekolah dasar harus mempelajari sejarah Kota Sawahlunto
karena sudah dimasukan muatan lokal.
Jadi, beberapa tahapan untuk memenuhi persyaratan UNESCO sudah diimplementasikan,
mulai dukungan Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) dan dukungan Dirjen Penataan
Ruang Kementerian Pekerjaan Umum, serta lintas menteri, termasuk komunitas-komunitas
dan media massa akan dapat mempercepat.
"Beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi lagi. Bukan pula urusan mudah tetapi dengan
banyak dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat cepat pencapaian. Kapan
tahunnya dapat diakui UNESCO tentu tidak bisa ditargetkan," katanya.
Namun, komitmen pemerintah kota dan kerja keras komponen masyarakat untuk
mendukung menuju impian itu, mudah-mudahan dapat terwujud. Bila tercapai kelak jelas
menimbulkan multi dampak dalam kehidupan masyarakat baik secara sosial ekonomi, dan
budayanya.
Kini kunjungan wisatawan ke Sawahlunto baru mencapai 750 orang per bulan, ke depan
kalau sudah mendapat pengakuan meningkatnya bisa mencapai 100 persen.
"Kalau suatu kota sudah mendapat pengakuan UNESCO, turis akan berdatangan dari
belahan dunia ini. Jangka panjangnya ini yang diharapkan untuk menyejahterahkan
masyarakat, maka berbagai program ke arah tujuan itu digencarkan pemerintah kota,"
katanya.
Direktur Eksekutif Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) Asfarinal mengatakan, Kota
Sawahlunto merupakan salah satu kota pusaka di luar Sumatra yang masuk nominasi
untuk meraih anugrah Kota Cagar Budaya yang diselenggarakan pemerintah 2014.
"Ada lima kota masuk nominasi cagar budaya yang terpilih Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dari sekian banyak kabupaten dan kota di Indonesia. Sawahlunto satusatunya dari pulau Sumatra," katanya.
<b>Perjuangan</b>
Perjuangan Kota Sawahlunto cukup berat untuk bisa meraih nomor nominasi satu dan dua
pada anugerah itu, tapi kalau mampu mendapatkan posisi dua saja menerima anugerah
itu, tentu memberi dampak positif memotivasi kota-kota pusaka di wilayah Sumatra.
http://www.antarasumbar.com/berita/134691/sawahlunto-berjuang-menuju-pengakuan-kota-pusaka-dunia.html?utm_source=fly&utm_medium=related&utm_c

4/6

1/1/2016

Sawahlunto Berjuang Menuju Pengakuan Kota Pusaka Dunia - ANTARA Sumatera Barat

Kelima kota itu, selain Sawahlunto, Semarang, Solo, Yogyakarta dan Surabaya yang
dalam waktu dekat akan diumumkan peraih anugerah cagar budaya nasional tersebut.
Founder Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali dalam kegiatan media gathering di
pelataran kediaman Wali Kota Sawahlunto menyampaikan, menjaga dan melestarikan
cagar budaya yang ada, tergantung kemauan politik kepala daerah yang utama.
Menurut dia, tak ada kemauan politik sudah banyak cagar budaya yang punya nilai
sejarah besar, tapi terabaikan begitu saja dan bahkan dijual karena tidak ada perhatian
dalam pelestariannya.
Jika, kondisi kurang kepedulian terus berlanjut pada kabupaten dan kota pusaka yang ada
di Indonesia, tentu di masa mendatang generasi akan kelam dengan nilai-nilai sejarah
daerah dan bangsa sendiri.
"Kami mengapresiasi langkah dan komitmen yang terus ditunjukan pemerintah kota
Sawahlunto, sehingga bangunan tua yang ada dapat kembali bernilai dan terpelihara serta
mendatangkan multi efek terhadap kehidupan masyarakat," katanya.
Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum, M. Basuki Hadimuljono
mengatakan, komitmen kepala daerah yang jadi kunci utama dalam pengembangan kota
pusaka.
Bagaimana mungkin akan banyak dukungan dari berbagai pihak dan
Kementerian/Lembaga kalau kemauan politik kepala daerah, termasuk legislatifnya tidak
terlihat dalam memelihara dan pelestarian cagar budaya baik benda maupun non benda
yang terdapat di wilayah.
"Kami terus mendorong semangat kepala daerah yang memiliki komitmen. Yang prioritas
untuk difasilitasi yang kemauan politik pemerintah daerahnya kuat dan serius," kata
Basuki.
Ia menyebutkan sampai pada 2014 tercatat sebanyak 29 kota yang telah menyusun
strategic plan dan menanda tangani piagam komitmen kota pusaka sebagai Rencana Aksi
Kota Pusaka (RAKP).
Kota itu, Banda Aceh, Sawahlunto, Palembang, Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin,
Denpasar, Baubau, Pangkal Pinang, Bukittinggi, Medan, Tegal, Pekalongan, Salatiga,
Surakarta, Malang, Blitar dan Ternate.
Selain itu, juga tercatat sejumlah kabupaten meliputi Karangasem, Bangka Barat, Brebes,
Batang, Banjarnegara, Cilacap, Boyolali, Rembang dan Ngawi.
Ke depan, kata Basuki, kota dan kabupaten itu akan mendapat fasilitas untuk inventarisasi
dan dokumentasi aset pusaka di wilayahnya.
http://www.antarasumbar.com/berita/134691/sawahlunto-berjuang-menuju-pengakuan-kota-pusaka-dunia.html?utm_source=fly&utm_medium=related&utm_c

5/6

1/1/2016

Sawahlunto Berjuang Menuju Pengakuan Kota Pusaka Dunia - ANTARA Sumatera Barat

Fasilitas dan dukungan yang diberikan nantinya oleh kementerian, lembaga, akademisi
dan dunia usaha dipersiapkan untuk menjadi World Heritage City (WHC).
"Jadi, implementasi rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang efektif menjadi suatu
tantangan tersendiri bagi kota-kota yang sarat dengan nilai pusaka. Kita melihat, ini suatu
pekerjaan besar untuk mewujudkan kota-kota pusaka di Indonesia sebagai kota
pelestarian peradaban," katanya.
"Kita selalu bangga dan takjub dengan kota pusaka dan budaya orang lain di luar, padahal
yang kita punya tak kalah dibandingkan yang di luar negeri. Yang kurang kepedulian
untuk menjaga dan melestarikannya," katanya. (*)

http://www.antarasumbar.com/berita/134691/sawahlunto-berjuang-menuju-pengakuan-kota-pusaka-dunia.html?utm_source=fly&utm_medium=related&utm_c

6/6

Anda mungkin juga menyukai