Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zahra Fithri Maiyuriyda

NIM : 1105102010018
MK : Evaluasi Proyek
Kelas : 03
Tanggal : 30 April 2014


ANALISIS EKONOMI DAN SENSITIVITAS USAHATANI PADI SAWAH
DALAM MODEL PENGELOLAAN
TANAMAN TERPADU DI BANTUL, YOGYAKARTA

Dalam tahun 2003, Indonesia membutuhkan impor beras sebesar 2-5 juta ton untuk
cadangan nasional. Karena alasan inilah maka peningkatan prouktivitas padi secara nasional
amat diperlukan untuk menekan impor.
Lahan sawah di Provinsi D.I Yogyakarta mengalami penurunan produktivitas lahan
dan akibatnya menjadi penurunan produktivitas tanaman padi sehingga kurang
menguntungkan dari segi ekonomis usahataninya. Ada beberapa penyebab antara lain,
penyempitan luas lahan sawah menjadi 58.608 ha selama 10 tahun terakhir karena terjadinya
alih fungsi lahan, kepemilikan lahan sawah yang sangat sempit (<1000m
2
), serta terbatasnya
tenaga kerja muda.
Metode Pengkajian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan partisipatif dengan
Participatory Rural Appraisal (PRA) dan On-Farm Research menekankan pada penetapan
komponen paket teknologi budidaya padi sawah irigasi teknis. Lokasi penelitian dipilih atas
hasil PRA, melalui respons masyarakat setempat dan memperhatikan kebutuhan daerah untuk
pengembangan wilayah kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi D.I Yogyakarta
dengan jumlah responden sebanyak 18 petani kooperator yang terlibat dalam penerapan
teknologi PTT. Data diperoleh dengan cara primer (secara survei dengan pendekatan sensus
terhadap responden) dan sekunder (melalui dinas daerah dan BPS).
Teknologi yang diterapkan merupakan paket teknologi yang sesuai dengan model
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dari Balipta Sukamandi, dan dimodifikasikan sesuai
dengan kondisi spesifik lokasi hasil PRA. Paket teknologi yang diterapkan adalah :
1. PTT dengan sistem tapin varietas Sintanur
2. PTT dengan sistem tapin varietas IR64
3. PTT dengan sistem tabela varietas Code.

Pendekatan Analisis UsahaTani
1. Kelayakan Usaha Finansial
Analisis kelayakan usaha meliputi struktur penerimaan, biaya dan pendapatan.
Kelayakan finansial dengan menghitung tingkat imbalan yang diterima atas modal
yang telah diinvestasikan petani dalam usahatani padi. Keuntungan analisis kelayakan
ini dapat diperkirakan manfaat yang diperoleh dari usahatani padi dengan pendekatan
skala usaha rumahtangga (Gittinger, 1986) yaitu perbandingan antara penerimaan dan
biaya, dapat dirumuskan dengan formula :

B/C : benefit cost ratio
I : tingkat bunga berlaku
T : jangka waktu usahatani
Apabila B/C > 1 , layak secara finansial
2. Kelayakan Usaha Ekonomi
Perbedaan prinsip dengan kelayakan finansial adalah pada harga input dan output
yang menggunakan harga bayangan (shadow price). Harga pasar yang sering tidak
mencerminkan nilai produk marginal atau biaya opportunitasnya sehingga tidak
mencerminkan nilai barang atau jasa yang sesungguhnya. Nilai manfaat beras dalam
analisis ekonomi dengan jalan menyesuaikan harga CIF (cost, insurance and freight)
atau FOB (free on board) yang dikonversikan ke dalam nilai ekonomi dengan tarif-
tarif yang relevan antara tempat usaha petani atau batas proyek dengan suatu titik
dimana harga CIF atau FOB ditentukan (Gittinger, 1986). Shadow price input yang
digunakan dalam usahatani padi adalah sewa lahan, pupuk, tenaga kerja dan pajak.

Karakteristik Wilayah Penelitian
Lokasi penelitian Lokasi penelitian berjarak 17 km dari ibukota provinsi D.I
Yogyakarta, merupakan sawah irigasi teknis dengan luas sawah 187,11 ha (Pemda Kabupaten
Bantul 2000). Jenis tanahnya aluvial dengan topografi landai hingga datar dengan kemiringan
2-5%. Tipe iklim kelas C, dengan curah hujan rerata selama 5 tahun terakhir sebesar 1.993,6
mm/tahun dengan jumlah hari hujan 102 hari. Sumber air setengah teknis berasal dari Kali
Opak.
Profil Pengelolaan Lahan Sawah
Pola tanam yang dilakukan adalah padi-padi-palawija (padi Oktober s.d. Mei,
palawija Juni s.d. September). Umumnya masyarakat menanam padi varietas IR64, dan
sebagian kecil menanam varietas Memberamo, Cisadane, Maros, Way Apo Buru, dan
sebagainya. Kondisi air tidak menjadi kendala, namun yang menjadi masalah adalah
keterbatasan tenaga kerja produktif yang sebagian besar didatangkan dari luar lokasi
penelitian. Penurunan produktivitas lahan sawah dicirikan dengan semakin menurunnya
produktivitas padi dan rendahnya bahan organik pada tanah. Pengolahan tanah dilakukan
dengan cara dibajak dan digaru dengan traktor tangan, sedangkan penggunaan input bibit
padi dan pupuk anorganik masih boros.
Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Padi
Hasil analisis finansial usahatani padi dengan 3 model teknologi PTT disajikan pada
Tabel 1.

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa paket teknologi model PTT (A) dengan sistem
tapin dan varietas Sintanur mampu memberikan keuntungan tertinggi, disusul model sistem
tabela dengan varietas Code (C) dan sistem tapin dengan varietas IR64 (B).
Analisis Kelayakan Ekonomi Usahatani Padi
Secara ekonomi kelayakan usahatani padi memberikan hasil yang berbeda karena
faktor harga bayangan (shadow price) pada pupuk bersubsidi, penyusutan alat dan mesin,
sewa lahan dan tenaga kerja. Hasil analisis kelayakan ekonomi usahatani padi dengan 3
model teknologi PTT disajikan pada Tabel 2.

Dilihat dari sisi B/C ketiga model yang diuji tidak layak karena memberikan B/C < 1,
artinya bahwa secara ekonomi usahatani padi tidak layak dan kurang menguntungkan.
Namun dari sisi R/C, kelayakan usahatani padi dengan pendekatan PTT masih memberikan
kelayakan usaha karena R/C > 1. Dapat disimpulkan secara umum bahwa dari 3 paket
teknologi model PTT yang diuji ternyata paket (A) paling baik, , diikuti paket (C) dan paket
(B).
Analisis Sensitivitas Usahatani Padi
Analisis sensitivitas diperlukan dengan tujuan untuk menentukan perubahan-
perubahan harga maksimum yang diterima agar usahatani padi di daerah mempunyai
keunggulan kompetitif secara nasional. Dalam analisis ini akan ditentukan pada tiga tingkat
perubahan harga yang kemungkinan terjadi, yaitu penurunan harga gabah, kenaikan biaya
produksi dan penurunan produksi padi. Dengan berbagai model atau asumsi baik secara
parsial atau secara simultan akan didapatkan analisis yang mendekati kondisi lapang
sebenarnya.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa :
1. Pada paket teknologi (A) yaitu model PTT dengan tapin varietas Sintanur pada
tingkatan T.1 s.d T.5 dengan berbagai kombinasi masih memberikan kelayakan usaha
karena tingkat B/C > 1, namun pada tingkat T.6 usahatani tidak layak karena B/C < 1.
2. Pada paket teknologi (B) model PTT dengan tapin varietas IR64, pada tingkat T.3,
T.5 dan T.6 usahatani padi tidak menguntungkan karena B/C < 1
3. Pada paket teknologi (C) moel PTT dengan tabela dan varietas Code pada kondisi T.6
maka usahatani padi tidak menguntungkan karena B/C < 1 dan pada tingkatan T.1 s.d
T.5 masih menguntungkan dengan B/C antara 1,43-2,35
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari sisi sensitivitas/kepekaan ketiga model PTT
yang diuji ternyata paket teknologi (A) dan (C) lebih baik dibandingkan dengan paket
teknologi (B) yaitu model PTT dengan sistem tapin varietas IR64.

Anda mungkin juga menyukai