Anda di halaman 1dari 6

Analisis Finansial

ANALISIS FINANSIAL INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA


Feri Kusnandar
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

A. Asumsi-asumsi Umum
Perhitungan analisis finansial industri tepung tapioka yang meliputi analisis
biaya dan kelayakan menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Umur ekonomis proyek ditetapkan selama 10 tahun. Diasumsikan selama
jangka waktu tersebut, terjadi kenaikan biaya operasional 5% setiap 3 tahun,
yang meliputi biaya tetap (gaji karyawan, biaya perawatan, administrasi
umum dan asuransi) dan biaya tidak tetap (harga bahan baku dan bahan
pengemas).
b. Jumlah karyawan pabrik pada tahun I diasumsikan 50% dari jumlah yang
direncanakan. Pada tahun II jumlah karyawan sesuai dengan jumlah yang
direncanakan.
c. Proyek dimulai pada tahun I dan mulai berproduksi pada tahun I.
Pembayaran pinjaman dimulai tahun I.
d. Produksi: (1) Industri skala kecil: pada tahun I proyek (75%), pada tahun II
dan III (90%,) dan pada tahun IV dan seterusnya berproduksi 95%.
e. Waktu produksi 25 hari/bulan selama 8 jam kerja.
f.

Debt Equity Ratio (DER) sebesar 65 : 35.

g. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus.


h. Perhitungan pajak dilakukan dengan ketentuan Pasal 17 UU PPh, yaitu
keuntungan kurang dari 25 juta rupiah dikenakan pajak sebesar 10%,
keuntungan antara 25-50 juta rupiah dikenakan pajak sebesar 15%, dan
keuntungan di atas 50 juta rupiah dikenakan pajak sebesar 30%.

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Petanian Bogor

Analisis Finansial

i.

Semua produk diasumsikan habis terjual.

j.

Suku bunga diasumsikan sebesar 18% per tahun dan nilainya konstan setiap
tahun.

k. Harga tanah ditetapkan berdasarkan perkiraan harga di sekitar wilayah


Pulau Jawa dan Sumatera
Untuk menentukan kelayakan finansial dari usaha industri tepung tapioka,
beberapa kriteria yang digunakan meliputi periode pengembalian (pay-back
periods, PBP), rasio manfaat biaya (net benefit cost ratio, NBCR), nilai tunai neto
(net present value, NPV) dan tingkat penghasilan internal (internal rate of return,
IRR).
B. Analisis Finansial Industri Tepung Tapioka
1. Asumsi-asumsi Tambahan
Sebagai ilustrasi akan diuraikan suatu gambaran analisis finansial industri
tepung tapioka untuk skala 1000 ton/tahun (Tabel 1). Untuk skala 1.000
ton/tahun menggunakan teknologi yang sederhana dan menerapkan batch
processing system. Dalam perhitungan diasumsikan bahwa loss bahan baku
mencapai 70%. Diasumsikan harga rata-rata bahan baku ubi kayu adalah Rp
300/kg, sedangkan harga jual produk tapioka di lokasi pabrik adalah Rp
2.000/kg. Harga tersebut merupakan harga rata-rata yang dibayarkan oleh
pembeli yang datang ke lokasi pabrik.
Tabel 1. Skala Industri Tepung Tapioka dan Asumsi-Asumsi yang Digunakan
Uraian

Skala 1.000 ton/th

Kapasitas produksi berdasarkan bahan baku (ton


bahan baku/tahun)

3.333

Kapasitas produksi berdasarkan produk (ton tepung


tapioka/tahun)

1.000

Lama investasi (tahun)

Total karyawan (direksi, produksi dan administrasi)

20

Harga bahan baku ubi kayu pada awal proyek (Rp)

300

Susut bahan baku selama proses

70%

Harga produk pada awal proyek (Rp/kg)

2.000

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Petanian Bogor

Analisis Finansial

2. Kebutuhan Biaya (Total Cost)


Tabel 2 menunjukkan rincian pengeluaran biaya investasi dan biaya operasional
untuk masing-masing skala industri untuk tahun I, yaitu mencakup biaya
investasi (termasuk tanah dan bangunan) dan biaya operasional yang terdiri atas
komponen biaya tidak tetap, biaya tetap, overhead pabrik, biaya operasional dan
depresiasi.

Tabel 2. Total Biaya Investasi dan Biaya Operasional Tahun I Industri Tepung
Tapioka1
Uraian

Skala 1000 ton/th

Total biaya investasi (Rp000)1

924.168

Biaya operasional Tahun I (Rp000)


a. Biaya tidak tetap

771.120

b. Biaya tetap

90.000

c. Overhead pabrik

31.250

d. Biaya operasional

133.733

e. Depresiasi

26.434

3. Penerimaan Usaha
Penerimaan usaha berasal dari hasil penjualan tepung tapioka, yaitu jumlah
produk per tahun dikalikan dengan harga produk. Dengan asumsi asumsi
produksi per tahun dan harga tepung tapioka seperti yang digunakan dalam
analisis kelayakan, maka penerimaan usaha setiap tahun untuk 5 tahun pertama
untuk masing-masing skala industri dapat ditentukan (Tabel 10.3).
Tabel 3. Penerimaan Usaha dari Hasil Penjualan Industri Tepung Tapioka
(Rp/Tahun, X106)
Skala industri
Skala 1.000 ton/th

Tahun
1

1.500

1.600

1.800

1.995

1.995

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Petanian Bogor

Analisis Finansial

4. Kelayakan Investasi
Hasil analisis kelayakan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa usaha industri
tepung tapioka untuk kedua skala industri memiliki NPV positif dan IRR> 18%
yang menunjukkan kelayakan industri ini layak untuk dijalankan. Dari kedua
skala industri tersebut, IRR, BCR dan NPV untuk skala usaha 15.000 ton/tahun
memiliki IRR lebih besar dibanding untuk skala 1.000 ton/tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha tepung tapioka skala besar lebih menguntungkan
dibandingkan dengan usaha skala kecil.
Tabel 4. Hasil Analisis Finansial Industri Tepung Tapioka
Parameter

Skala 1.000 ton/th

PBP (tahun)

5,02

BCR (DF-18% pa)

2,47

NPV (DF= 18% pa) (Rp000)


IRR (%)

346.901
28,75

5. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas tiap-tiap kriteria kelayakan dilakukan untuk mengetahui
perubahan nilai kelayakan yang terjadi dalam mengantisipasi resiko perubahan
yang terjadi. Sama halnya dengan industri tepung ikan, dipilih 4 skenario
perubahan, yaitu peningkatan harga bahan baku ubi kayu (10%), penurunan
harga produk (5%), peningkatan gaji karyawan (10%) dan penurunan produksi
(10%) (Tabel 5). Dalam hal ini BCR dan NPV dihitung pada tingkat diskonto
(discount rate) 18% per tahun. Hasil analisis sensitivitas ini ditampilkan pada
Tabel 6.
Hasil analisis sensitivitas (Tabel 6) menunjukkan peningkatan harga bahan baku
10%, penurunan harga produk 5%, peningkatan gaji karyawan 10% dan
penurunan produksi 10% masih memberikan usaha yang layak bagi kedua skala
industri tersebut. Untuk skala industri kecil (1.000 ton/tahun), dari keempat
skenario tersebut, semua skenario memberikan nilai IRR>18% dan NPV positif,

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Petanian Bogor

Analisis Finansial

baik untuk skala industri kecil maupun besar, yang menunjukkan usaha masih
layak dengan adanya perubahan-perubahan tersebut.

Tabel 5. Skenario proyek akibat peningkatan harga bahan baku, gaji karyawan
dan penurunan produksi dan harga jual produk tepung tapioka1
Skenario
I

II

Kondisi

Keterangan

Harga bahan baku naik


20%

Harga bahan baku: Rp 330/kg

Harga produk turun 5%

Harga bahan baku: Rp 300/kg

Harga jual produk: Rp 2.000/kg

Harga jual produk: Rp 1.900/kg


III

Gaji tenaga kerja 10%

Harga bahan baku: Rp 300/kg


Harga jual produk: Rp 2.000/kg
Gaji tergantung skala pabrik

IV

Produksi turun 10%

Harga bahan baku: Rp 300/kg


Harga jual produk: Rp 2.000/kg
Produksi tergantung skala pabrik

1Pada

tingkat suka bunga 18%

Tabel 6. Hasil Uji Sensitivitas Industri Tepung Tapioka


PBP
NPV
URAIAN
(Tahun)
(Rp'000)
Skala 1000 ton/tahun)
Skenario I
6,08
26.705
Skenario II
5,94
57.918
Skenario III
5,26
263.344
Skenario IV
5,79
91.693

IRR
(%)

NBCR

18,80
19,76
26,09
20,82

2,05
2,06
2,36
2,07

Keterangan:
Skenario I: Harga bahan baku naik 10%
Skenario II: Harga produk turun 5%
Skenario III: Gaji tenaga kerja naik 10%
Skenario IV: Produksi turun 10%

5. Rasio Industri Tepung Tapioka


Analisis finansial industri tepung tapioka skala kecil menunjukkan profitabilitas
bruto dan neto sangat tinggi mencapai 38% dan 20% pada tahun ke-10 (Tabel 7).

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Petanian Bogor

Analisis Finansial

Tabel 7. Rasio Keuangan Industri Tepung Tapioka Skala Kecil (skala 1000
ton/tahun)
Debt
Times
Gross
Net Profit
Debt to
Tahun ke
Coverage
Interest
Profit
Margin
Equity
to Sales
Earned
Margin (%)
(%)
1
1,22
0,94
1,51
39
6
2
1,31
1,40
1,10
37
6
3
1,84
1,70
0,66
39
9
4
2,71
2,33
0,39
39
12
5
4,07
3,09
0,21
38
17
6
8,14
4,62
0,09
38
16
7
9,70
0,00
38
18
8
0,00
38
20
9
0,00
38
20
10
0,00
38
20

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Petanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai