Pengertian Ijma
Ijma adalah pendapat dari sahabat dan atau ahli hukum Islam
(fuqoha, mufti) atas masalah tertentu yang tidak secara eksplisit
dijelaskan Al-Quran dan Sunnah. Dalam
Al quran dinyatakan,
Kedudukan kehujjahan ijma dibawah Al quran dan Sunnah.
Jenis Ijma
1. Ijma Bayani
Pendapat ahli hukum yang mengeluarkan pendapatnya untuk
menentukan sesuatu masalah.
2. Ijma Sukti
Pendapat dari seorang atau beberapa ahli hukum, tetapi ahli
hukum lainnya tidak membantah.
Ijma tentang warisan, ijma yang telah dilandaskan pada sunnah yang
diamati dalam kasus warisan. Dimana ulama sepakat menetapkan
bahwa nenek menggantikan kedudukan ibu sebagai ahli waris
bilamana ibu kandung dari si mayit sudah meninggal. Dimana Nabi
SAW pernah memberi nenek seperenam harta warisan dari si mayit
yang telah tiada ibunya. Dalam sumber lain telah disepakati bahwa
bila seseorang didahului (ditinggal mati) oleh ayahnya, maka kakek
turut serta memperoleh warisan bersama anak lelaki yang diambil
dari bagian ayahnya. Telah disepakati pula bahwa seorang nenek
berhak memperoleh seperenam dari warisan yang ada. Dalam hal ini,
Ijma didasarkan pada keputusan yang berasal dari Mughirah bin
Syubah (wafat tahun 50 H) dibandingkan dengan ketentuan Nabi
SAW.
Contoh : Mengqiyaskan uang kertas yang berlaku saat ini dengan keeping dinar
aspek pada
legal-formal
dan secara
(emas)Memahami
dan dirhambunga
(perak)bank
yangdari
digunakan
masa Rosulullah
saw induktif,
karena
berdasarkan
pelarangan
terhadap
illahnya
sama yaitu
assaminah
(barang larangan
berharga) riba yang diambil dari teks (nas),
dan tidak perlu
dikaitkan Qiyas
dengandalam
aspek Ekonomi
moral dalam
pengharamannya.
Penerapan
Islam
Paradigma ini berpegang pada konsep bahwa setiap utang-piutang yang
disyaratkan ada tambahan atau manfaat dari modal adalah riba, walaupun
tidak berlipat ganda.
Oleh karena itu, betapapun kecilnya, suku bunga bank tetap haram.
Karena berdasarkan teori qiyas, kasus yang akan di-qiyas-kan (fara) dan
kasus yang di-qiyas-kan (asal) keduanya harus disandarkan pada illat jl (illat
yang jelas). Dan kedua kasus tersebut (bunga bank dan riba) disatukan oleh
illat yang sama, yaitu adanya tambahan atau bunga tanpa disertai imbalan.
Dengan demikian, bunga bank sama hukumnya dengan riba.