Suatu saat, hasil dari pada perjalanan hidup yang relatif sebentar, justru inilah yang sebentar itu
yang akan menentukan kelanggengan hidup di sana, kelanggengan hidup di yaumil akhir, apakah
kenikmatan yang langgeng atau kebalikannya, kesengsaraan yang langgeng?
Jibril berkata kemabali : Wa ahbib maa syita (silahkan kau cintai siapa dan apa saja), tetapi
ingat fainnaka mufaariquhu (sungguh akan berpisah). Mau mencintai istri, suatu saat
mufaariquhu, mencintai suami, suatu saat mufaariquhu, mencintai anak, suatu saat mufaariquhu,
akan berpisah antara yang mencintai dengan yang dicintai.
Makanya wajar apabila Rasulullah SAW pernah menyatakan, apabila manusia mengalami almautu, maka yatbaul-mayyita tsalaatsatun, ada tiga perkara yang akan mengikuti mayyit
dengan kematiannya itu. Yang pertama ahluhu (keluarganya) wa maaluhu (hartanya) wa
amaluhu (dan amalnya), yarjiu minhu-tsnaani (namun yang dua tidak turut ikut, yang dua akan
kembali lagi). Yang mana yang tidak mau ikut itu? Maalhu wa ahluhu (harta dan keluarganya),
yang tetap setia adalah amaluhu (amalnya), yatbauhu amaluhu. Yang menjadi masalah, amal
yang mana, apakah yang termasuk pernyataan faman yamal mitsqaala dzarratin khairan yarahu
atau faman yamal mitsqaala dzarratin syarran yarahu?
Dalam kesempatan khutbah khusuf, Rasulullah SAW secara khusus meminta perhatian kepada
kaum perempuan, sehingga beliau secara khusus menyatakan : Yaa masyaran-nisaa (wahai
kaum perempuan), ittaqinnal-laah (hendaklah kalian benar-benar bertaqwa kepada Allah), fainni
uriitukunna (karena sungguh diperlihatkan kalian kepadaku), aktsara ahlin-naar (paling banyak
pengisi neraka). Waktu itu ada sahabat yang merasa heran : Ya Rasulullah kenapa mereka itu
termasuk yang paling banyak masuk neraka?, Ayakfurna? (apakah mereka itu kufur?), Rasul
menjawab : Benar. Para sahabat bertanya kembali, ayakfurna billahi? (apakah mereka kufur
kepada Allah?), Rasul menjawab : Bukan, yakfurnal-asyiira wa yakfurnal-ihsaan (mereka
mengkufuri suaminya dan mengkufuri perbuatan baik). Sahabat bertanya kembali : Ya
Rasulullah, bagaiman mereka mengkufuri kepada suami, bagaimana gerangan mereka
mengkufuri kepada perbuatan baik? Rasul dengan tegas menyatakan, idzaa ahsanta (apabila
kamu berbuat baik), ilaa ihdahunna ad-dahra (selama masa yang lama, masa yang panjang
kepada salah seorang di antara mereka), tsumma ra-at syaian (kemudian dia melihat sesuatu dari
dirimu yang tidak berkenan di hatinya, yang tidak sejalan dengan kemauannya), tiba-tiba timbul
suatu pernyataan, maa ra-aitu minka khairan qaththu (aku tidak pernah melihat kebaikan
sedikitpun dari dirimu). Inilah yang dimaksud yakfurnal-asyiira wa yakfurnal-ihsaan.
Hadirin yang dimuliakan Allah SWT..
Maka tentu hal itu bukan ditujukan kepada kaum perempuan, tetapi tentu termasuk kepada kita
kaum laki-laki. Hanya konotasinya adalah jangan sekali-kali menghapus kebaikan orang, namun
demikianlah kenyataannya dalam kehidupan di suatu lingkungan, sewaktu-waktu timbul
ungkapan-ungkapan yang seperti itu. Maka wajar apabila Rasulullah SAW mengingatkan
segerakan, wa atbiis-sayyiatal-hasanata (ikutkan perbuatan yang buruk itu dengan perbuatan
yang baik), tanhuuhaa (agar perbuatan yang baik itu bisa menutupi perbuatan-perbuatan yang
tidak baik).
Hadirin yang dimuliakan Allah SWT..
Maka mudah-mudahan peristiwa gerhana yang kesekian kali yang kita alami pada saat ini akan
menjadikan penggugah bagi diri kita masing-masing. Semoga Allah memberikan limpahan
maghfirah dan rahmat-Nya kepada diri kita masing-masing.