Anda di halaman 1dari 10

Karakterisasi Spektroskopi 5 Jenis Rempah Menggunakan

Spektofotometer UV Vis
Tatang Gunawan1, Nurul Qomariah2 dan Ratih Widyaningtyas3
1,2,3
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia
ABSTRAK
Kami melaporkan nilai absorbansi, transmitansi dan fluorosence dari ekstrak daun jeruk
purut (Citrus hystrix), daun pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia
polyantha), kayu manis (Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus)
menggunakan alat spektofotometer UV-Vis yang terlebih dahulu dipreparasi menggunakan
stirer dengan memberikan aquades sebanyak 250 ml dengan kecepatan 250 rpm pada suhu
60C selama 30 menit kemudian larutan tersebut disaring. Dari hasil pengujian spektroskopi
didapatkan nilai absorbansi rata-rata ekstrak daun jeruk purut, daun pandan, daun salam, kayu
manis dan daun serai berturut-turut 0,62%; 0,91%; 0,26%; 0,15%; 0,27%. Nilai transmitansi
berturut-turut 37%; 19%; 70%; 65%; 64% dan nilai fluorosencenya berturut-turut 1.392
Watt/m2; 1.473 Watt/m2; 400 Watt/m2; 97 Watt/m2; 400 Watt/m2. Fluorosence nampak pada
panjang gelombang 500 nm yang mengindikasikan emisi spektrum hijau dari klorofil.
Kata kunci : rempah, absorbansi, transmitansi, fluorosence

I. PENDAHULUAN
Meningkatnya keinginan masyarakat untuk menggunakan bahan alam atau Back to
nature, ditanggapi dengan banyaknya produk-produk tropikal berbahan aktif tanaman untuk
perawatan kesehatan, kosmetik dan pencegahan penyakit (Calixto 2000, Sari & Isadiartuti
2006). Saat ini perhatian dunia tertuju pada bagaimana cara mengekstraksi dan mengisolasi
komponen aktif dari tanaman untuk pengobatan herbal (Essawi dan Strour 2000). Kemudian
berkembang bagaimana menjadikan pengobatan herbal tersebut praktis dan aman yang tetap
menggabungkan antara budaya tradisional dan ketentuan farmasi (Elvin-Lewis, 2001).
Sehingga belakangan ini banyak bermunculan berbagai produk herbal dengan bentuk sediaan
pil, kapsul, serbuk, sirup, celup, hingga makanan dan minuman fungsional. Menurut
(Sastroamidjo 1997), Indonesia memiliki jenis tanaman obat yang banyak ragamnya. Jenis
tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman obat mencapai lebih dari 1000 jenis, salah
satunya yaitu daun jeruk purut (Citrus hystrix), daun pandan (Pandanus amaryllifolius), daun
salam (Eugenia polyantha), kayu manis (Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon
citratus).
Daun Jeruk purut (Citrus hystrix) telah lama dikenal masyarakat luas sebagai penyedap
dalam masakan, pembuatan kue atau dibuat manisan. Daun jeruk purut berkhasiat sebagai
stimulan dan penyegar. Daun jeruk purut mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin dan
tanin. Minyak atsiri dalam daun jeruk purut antara lain sitronela, sitronelol, dan lemonene.

Kandungan minyak atsiri dalam daun jeruk purut ini diduga kuat memiliki efek sebagai
repellent khususnya terhadap nyamuk Culex sp. (Affandi 2013).
Daun pandan atau daun pandan wangi (Pandanus amarylifolius) selain digunakan
sebagai rempah-rempah, memiliki fungsi sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi.
Menurut (Rohmawati 1995) daun pandan mengandung senyawa pahit berupa polifenol,
flavonoid, saponin, dan alkaloid. Sementara (Jhonny 1991) juga menyebutkan bahwa
kandungan zat kimia dalam daun pandan adalah alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, dan
polifenol. (Guzman & Siemosna 1999) mengemukakan bahwa daun pandan sedikit
mengandung minyak atsiri (beberapa ppm), terdiri dari 6-42% hidrokarbon seskuiterpen dan
6% merupakan linalool hanya sebagai monoterpen.
Tanaman Salam (Eugenia polyantha) kering mengandung sekitar 0,17% minyak
esensial, dengan komponen penting eugenol dan metil kavikol (methyl chavicol). Ekstrak
etanol dari daun salam menunjukkan efek antijamur dan antibakteri, sedangkan ekstrak
metanolnya merupakan anticacing, khususnya pada nematoda kayu pinus Bursaphelenchus
xylophilus. Kandungan kimia yang dikandung tumbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin, dan
flavonoida (de Guzman 1999). Ekstrak daun salam 3x250 mg/hari menunjukkan
kecenderungan dapat menurunkan kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan terutama
pada kadar gula darah di bawah 200 mg/dL walaupun secara statistik perbedaannya tidak
signifikan (Suganda 2005).
Pohon kayu manis (Cinnamomum verum) selain digunakan sebagai rempah, hasil
olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan dalam industri-industri
farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan lain lain. Nilai utama kayu manis terdapat
pada bagian kulit dari batang, cabang serta ranting yang mengandung saponin, tanin dan
minyak atsiri, terutama sinamaldehid (60-75%), eugenol (4-18%) dan sisanya kamfer, safrol,
sinamilasetat, terpen, sineol, sitral, sitronelal, polifenol serta benzaldehid (Suherdi 1999 &
Noorhamdani dkk 2011). Berdasarkan penelitian (Nely 2007), konsentrasi polifenol tertinggi
adalah kayu manis pasar sebesar 131.24 mg asam galat/g bahan kering dan pabrikan 475.49
mg asam galat/g bahan kering diikuti oleh biji pala, lada hitam, sampel rempah pasar lainnya.
Serai (Cymbopogon citratus) adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri.
Minyak asiri banyak digunakan dalam industri parfum dan kosmetik serta digunakan untuk
sintesis senyawa kimia karena kandungan citral-nya yang tinggi (Rauber dkk 2005). Minyak
asiri mengandung berbagai komponen aktif seperti antibacterial (Wannissorn dkk 2005),
antifungal (Nakamura dkk 2004), antiviral (Bishop 1995), antitoxigenic (Juglal dkk 2002), dan
antiprotozoal (Holetz dkk 2003, Ueda-Nakamura dkk 2006). Pada masyarakat Indonesia, serai
dikenal dengan julukan West Indian Lemongrass dan pada umumnya digunakan sebagai
campuran bumbu dapur serta rempah-rempah karena mempunyai aroma yang khas seperti
lemon. Aroma ini diperoleh dari senyawa sitral yang terkandung dalam minyak atsiri serai
(Guenter 1948). Dalam dunia medis tanaman ini digunakan untuk obat sakit kepala dan
gangguan gastrointestinal, serta di beberapa negara digunakan untuk mengobati demam (Melo
dkk 2000).
Salah satu parameter penting dari sebuah bahan adalah konsentrasi. Konsentrasi
berkaitan erat dengan efektivitas satu zat dalam melakukan fungsinya. Sebagai contoh
beberapa penelitian lain tentang tanaman serai menunjukan adanya manfaat dari minyak serai
seperti memiliki persentase mortalitas mencapai 98% untuk konsentrasi 10%, 5%, 2%, dan

1% serta 94% untuk konsentrasi 0,75%. Bukan hanya itu, konsentrasi 0,5% minyak serai
memiliki kemampuan yang setara dengan kemampuan membunuh minyak nimba pada
konsentrasi 10% (Adnyana 2012) . Minyak atsiri serai dengan konsentrasi di bawah 1% dapat
menekan pertumbuhan jamur Aspergillus sp. secara invitro. Senyawa yang diduga sebagai
antijamur terhadap Aspergillus sp. adalah -citral (geraniol) dan -citral (netral) (Ella dkk
2013). Hasil penelitian (Sumono & Agustin, 2009) memperlihatkan bahwa kemampuan air
rebusan daun salam dapat menurunkan jumlah bakteri Streptococcus sp dan dapat diaplikasikan
sebagai obat kumur. Makin tinggi konsentrasi air rebusan daun salam maka kolon bakteri
Strpectoccocus sp semakin sedikit.
Hal ini mengindikasikan bahwa dengan melihat karakteristik spektroskopi kita dapat
mengetahui lebih jauh apa yang terjadi pada daun salam sehingga dapat menjadi obat kumur
yang baik. Salah satu cara untuk mengamati konsentrasi dari suatu bahan adalah dengan
mengukur absorbansi, transmitansi dan fluorosencenya (Purmaningtyas & Prihantini, 2012).
Pada penelitian ini akan dilihat absorbansi, transmitansi dan fluoresens dari ekstrak daun jeruk
purut (Citrus hystrix), daun pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia
polyantha), kayu manis (Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus)
menggunakan spektofotometer UV Vis.

II. METODELOGI
2.1 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun jeruk purut (Citrus
hystrix), daun pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia polyantha), kayu manis
(Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus) dalam bentuk celup; aquades dan
air. Peralatan yang digunkan adalah botol untuk menampung larutan aquades dan ekstrak 5
rempah-rempah, gelas ukur, stirer dan magnetic stirer, pivet, cuvet, Spectophometer UV Vis
dengan USB 4000 dan 4000 FL, Light source sebuah senter UV dan laser He-Ne, komputer
dan Software Spectrosuite.
2.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biofisika Material Departemen Fisika, FMIPA
IPB untuk proses preparasi larutan ekstrak 5 rempah-rempah dan laboratorium Spektroskopi
departemen Fisika, FMIPA IPB untuk pengujian absorbansi, transmitasi dan fluorosence.
2.3 Prosedur Penelitian
2.3.1 Preparasi Larutan Ekstrak 5 Rempah-Rempah
Pembuatan larutan dari ekstrak 5 rempah-rempah adalah dengan menggunakan stirer.
Kelima sampel tersebut diletakan kedalam labu erlemenyer lalu diberi aquades sebanyak 250
ml setelah itu di stiring dengan kecepatan 250 rpm pada suhu 60C selama 30 menit.
Kemudian kelima larutan tersebut disaring agar tidak terdapat serat-serat pada larutan ekstrak
daun rempah tersebut.
2.3.2 Uji Absorbansi dan Transmitansi
Langkah awal nyalakan komputer dan buka program spectrosuite kemudian set pelaratan
spectophotometer sesuai gambar 1. Hubungkan USB 4000 dengan komputer melalui kabel

persambungan. Kemudian hubungkan USB 4000 dengan cuvet holder melaui kabel fiber optik.
Hubungkan juga cuvet holder dengan Light source UV melalui kabel fiber optik.

Kabel sambungan
komputer dan USB 4000

cuvet
Kabel fiber optik
Light
source
UV

USB 4000

Komputer

Cuvet holder
Kabel fiber optik

Gambar 1. Set Up Pengujian Absorbansi dan Transmitansi


Bersihkan cuvet dengan air aquades dan pastikan bagian bening (lapisan luar)nya bersih (dapat
dilap dengan tisu). Pipet larutan ekstrak 5 rempah-rempah ke dalam cuvet sampai penuh. Isi
juga sebuah cuvet lain dengan aquades sampai penuh. Nyalakan program spectrosuite dan
Light source UV. Set program spectrosuite dengan Spectra Averaged: 10 dan Boxcar
Smoothing: 10. Kalibrasi spectophotometer dengan mengukur keadaan gelap dan terang.
Keadaan gelap yaitu keadaan dimana tidak ada sinar UV masuk sedangkan keadaan terang
adalah keadaan saat sinar UV masuk menembus pelarut aquades pada cuvet sehingga yang
terbaca adalah nilai absorbansi dan transitansi dari ekstrak 5 rempah-rempah. Kemudian
letakan cuvet berisi larutan ekstrak rempah-rempah ke dalam cuvet holder dan hitung
absorbansi dan transmitansi sampel dengan mengklik menu absorbansi dan transmitansi. Lalu
simpan data.
2.3.3 Uji Fluorosence

Kabel sambungan
komputer dan USB 4000

cuvet
Kabel fiber optik
Cuvet holder

USB 4000
Light
source
laser

90o

Gambar 2. Set Up Pengujian Fluorosence

Komputer

Untuk pengukuran fluorosence prosedurnya hampir sama dengan pengukuran


absorbansi dan transmitansi sampel. Perbedaanya terletak pada Light source yang dipakai
adalah laser He-Ne, USB yang digunakan yaitu USB 4000 FL dan setting Light source laser
He-Ne langsung ditembakan pada cuvet holder tanpa melalui kabel fiber optik. Hal ini
dilakukan agar mendapatkan data fluorosence yang bagus dan tidak banyak noise yang timbul
dalam data. Penempatan Light source laser He-Ne dan USB 4000 membentuk sudut 90o.
Kemudian ukur fluorosence dengan mengklik menu fluorosence. Lalu simpan data.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Absorbansi
Daun Jeruk Purut

Daun pandan

Daun salam

Kayu manis

Daun serai

Gambar 1. Grafik Panjang gelombang vs. Absorbansi daun jeruk purut (Citrus hystrix), daun
pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia polyantha), kayu manis
(Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus).

3.2 Uji Transmitansi

Daun Jeruk Purut

Daun Pandan

Daun Salam

Kayu manis

Daun serai

Gambar 2. Grafik Panjang gelombang vs. Transmitansi daun jeruk purut (Citrus hystrix), daun
pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia polyantha), kayu manis
(Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus).

3.3 Uji Fluorosence

Gambar 3. Grafik Panjang gelombang vs. Fluorosence daun jeruk purut (Citrus hystrix), daun
pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia polyantha), kayu manis
(Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus).
Dari hasil pengujian spektroskopi didapatkan nilai absorbansi rata-rata ekstrak daun jeruk
purut, daun pandan, daun salam, kayu manis dan daun serai berturut-turut 0,62%; 0,91%;
0,26%; 0,15%; 0,27% dan nilai transmitansi berturut-turut 37%; 19%; 70%; 65%; 64%. Setelah
terlebih dahulu dipreparasi menggunakan stirer dengan memberikan aquades sebanyak 250 ml
dengan kecepatan 250 rpm pada suhu 60C selama 30 menit kemudian larutan tersebut
disaring didapatkan ekstrak kayu manis memiliki kepekatan paling rendah dengan warna
bening cokelat sehingga memiliki nilai absorbansi paling rendah dan daun pandan memiliki
kepekatan tertinggi dengan warna kuning pekat.

Pembacaan nilai fluorosence nampak pada panjang gelombang 500 nm yang


mengindikasikan emisi spektrum hijau dari klorofil. Dari hasil fluorosence Kulit kayu tidak
memiliki klorofil sehingga nilai fluorosencenya kecil yaitu 97 Watt/m2 sementara semua
rempah golongan daun yaitu daun jeruk purut, daun pandan, daun salam dan daun serai
memiliki klorofil. Daun sirih dan daun pandan memiliki fluorosence yang sama sebesar 400
Watt/m2 sedangkan nilai fluorosence tertinggi dimiliki oleh daun jeruk purut dan daun pandan
sebesar 1.392 Watt/m2 dan 1.473 Watt/m2.
Kedepannya dengan mengetahui nilai absorbansi dan transmitansi dari rempah-rempah
maka kita dapat memprediksi seberapa pekatkah atau seberapa lamakah pemanasan satu
rempah-rempah ketika direbus atau dilarutkan agar kandungan dari bahan-bahan bioaktifnya
bekerja. Penelitian (Sumono & Agustin, 2009) memperlihatkan bahwa kemampuan air rebusan
daun salam dapat menurunkan jumlah bakteri Streptococcus sp dan dapat diaplikasikan sebagai
obat kumur. Makin tinggi konsentrasi air rebusan daun salam maka kolon bakteri
Strpectoccocus sp semakin sedikit. Hal ini mengindikasikan bahwa ada zat aktif di dalam daun
salam bekerja ketika larutannya lebih pekat. Hal serupa terlihat dari penelitian minyak atsiri
serai dengan konsentrasi di bawah 1% dapat menekan pertumbuhan jamur Aspergillus sp.
secara invitro. Senyawa yang diduga sebagai antijamur terhadap Aspergillus sp. adalah -citral
(geraniol) dan -citral (netral) (Ella dkk 2013). Hasil mungkin berbeda jika suhu ketika stirer
dinaikan.

IV. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian spektroskopi didapatkan nilai absorbansi rata-rata ekstrak daun
jeruk purut, daun pandan, daun salam, kayu manis dan daun serai berturut-turut 0,62%; 0,91%;
0,26%; 0,15%; 0,27%. Nilai transmitansi berturut-turut 37%; 19%; 70%; 65%; 64% dan nilai
fluorosencenya berturut-turut 1.392 Watt/m2; 1.473 Watt/m2; 400 Watt/m2; 97 Watt/m2; 400
Watt/m2. Fluorosence nampak pada panjang gelombang 500 nm yang mengindikasikan emisi
spektrum hijau dari klorofil. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan spesifik tentang
hubungan karakteristik spektroskopi dengan senyawa yang ada pada rempah-rempah secara
langsung agar dapat terlihat, misalnya kita absorbansinya sekian apakah lebih bekerja atau
tidak (variasi konsentrasi).

REFERENSI
Adnyana, I Gede Sila dkk. 2012. Efikasi Pestisida Nabati Minyak Atsiri Tanaman
TropisTerhadap Mortalitas Ulat Bulu Gempinis. Universitas Udayana. URL:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT/article/view/1131. Diakses pada 14-01-20134.
Affandi, M. Thoriq 2013. Uji Efektifitas Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) Sebagai
Pengusir (repellent) terhadap Nyamuk Culex sp. Dengan Metode Gelang Penolak
[skripsi]. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Bishop C. D. 1995. Antiviral activity of The essential oil of Melaleuca alternifolia (Maiden
Betche Cheek (tes Three) againtest tabacco mosaic virus. J. Essent. Oil Res. 7: 641-644.
Calixto J.B. 2000. Efficacy, Safety, quality Control, marketing and regulator guidelines for

herbal medicines (phytotherapeutic agents). Braz. J. Med. Biol. Res. 33: 179-189.
De Guzman, C.C. and J.S. Siemonsma (eds.). 1999. Plant Resources of South_East Asia 13:
Spices. PROSEA. Bogor. ISBN 979-8316-34-7. pp. 218-219
Ella, Maria Ulfa dik. 2013. Uji Efektivitas Konsentrasi Minyak Atsiri Sereh Dapur
(Cymbopogon Ciratus (DC) Stapf) terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus sp. secara In
Vitro. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol. 2, No. 1, Januari 2013.
Elvin-Lewis M. 2001. Should we be concerned about herbal remedies. J. Ethnopharmacol. 75:
141-167.
Essawi & Srour M. 2000. Screening of Some Palestinin medisinal plants for antibacterial
activity. J.Ethnopharmacol. 70: 343-349.
Guzman CC and Siemosma SS., 1999. Plant Resources Of South-East Asiano.13, spices.
Netherland : Backhuys Publisher, Leiden.
Guenther, Ernest. 1948. The Essential Oil Vol.4 (Minyak Atsiri, terjemahan Ketaren, pokok
bahasan: Serai). Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Holetz F.B., Ueda-Nakamura T., Dias Filho B.P., Cortez D. A. G., Morgando-Diaz J.A.,
Nakamura C.V. 2003. Effect of esential oil of Ocimum gratissumon the Trypanosomatid
Herpetomonas samuelpessoai. Acta Protozool. 42: 269-276.
Jhonny. 1991. Karakterisasi Simplisa Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi [Skripsi]. Medan:
Fakultas Matematika dan Ilm Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara.
Juglal S., Govinden R., Doyle R.J. 1996. Lectin-parasite interaction. Parasitol. Today 12: 5561.
Melo S.F., Soares S.F., Costa R.F., Silva C.R., Oliveira M.B.N., Bezerra R.J.A.C., Caldeirade-Araujo A., Bernardo-Filho M. 2011. Efeect of The Cymbopogon citratus, Maytenus
ilicifolia and Baccharis genistelloides extracts against The stannous chloride oxidative
damage in Eschericia coli. Mutat. Res. 496: 33-38.
Nakamura C.V., Ishida K., Faccin L.C ., Dias Filho B.P., Cortez D. A. G., Rozental S., De
Souza W W., Ueda-Nakamura T. 2004. Invitro activity of esential Oil from Ocimum
gratissum L. against for Candida spesies. Res. Microbial. 155: 579-586.
Nely, Fany. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik Dengan
Metode Polifenol dan Uji Aom (Active Oxygen Method) [skripsi]. Bogor: Ilmu dan
Teknologi Pangan,Institut Pertanian Bogor.
Noorhamdani dkk. 2011. Uji Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)
sebagai Antifungi terhadap Candida albicans secara In Vitro. [terhubung berkala]
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/Irene%20Herdianto.pdf
(8
Januari 2014).
Rauber C.S., Gutteres S., Schapoval E.E.S. 2005. LC determinatif of Citra in Cymbopogon
citratus volatil Oil. J. Pharm. Biochem. Analysis 37: 597-601.

Rohmawati. 1995. Uji Fitokimia Ekstrak Daun Pandan Wangi[Skripsi]. Medan: Fakultas
Matematika dan Ilm Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara.
Sari, Retno & Isadiartuti. 2006. Studi efektivitas sediaan gel antiseptik tangan ekstrak daun
sirih (Piper betle Linn.). Majalah Farmasi Indonesia. 17(4), 163-169, 2006.
Sastroamidjo, S. 1997. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat: Jakarta.
Suganda AG. et al. 2005. Pengembangan Daun Salam (Syzigium polyanthi) menjadi
Fitofarmaka sebagai Penurun Kadar Gula. Laporan Penelitian Badan Pengawas Obat dan
Makanan
Suherdi. 1999. Kajian produksi kulit kayu manis dari berbagai tinggi tempat di Sumatera Barat.
Prosiding seminar penelitian tanaman rempah dan obat Sub Balitto Solok.
Agus, Sumono & Agustin, Wulan SD. 2009. Kemampuan Air Rebusan Daun Salam (Eugenia
polyantha W) Dalam Menurunkan Jumlah Koloni Bakteri Spectroccocus sp. Majalah
Farmasi Indonesi, 20 (3), 112-117, 2009.
Ueda-Nakamura T., Mendonca-Filho R. R., Morgando-Diaz. J. A., Maza P. K., Dias Filho B.P.,
Cortez D.A.G., Alviano D.S., Rosa M.S.S., Lopes A.H. C.S., Alviano C.S., Nakamura
C.V. 2006. Antileishmanial activity of eugenol-rich essential Oil from Ocium
gratissuimum. Parasitol. Int. 55: 99-105.
Purnamaningsih, Retno W & Prihantini, Nining B. 2012. Improved Optical Probe for
Measuring Phytoplankton Suspension Concentrations Based on Optical Fluoresence
and Absorbation. Makara, Teknologi, Vol.16, No.2, November 2012: 116-120.
Wallace F.G. 1996. The trypanosomatid parasites of insect and arachnids. Expl Parasitol. Int.
55: 99-105.
Wannissorn B., Jarikasen S., Siriwangchai T., Thubthimthed S. 2005. Antibacterial properties
of esential Oil from Thai medisinal plants. Fitoterapia 76: 233-236.

Anda mungkin juga menyukai