Penyuluhan Kesehatan Dan Phbs
Penyuluhan Kesehatan Dan Phbs
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan
mengembangkan kebiasaan serta perilaku hidup sehat pada peserta didik yang
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu (Kemenkes RI, 2011). Dalam Undangundang RI nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79 disebutkan bahwa
Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) wajib di selenggarakan di sekolah
(Depkes RI, 2009). Keberhasilan pembinaan program UKS tercermin pada
perilaku hidup dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik. Hal ini dikarenakan
UKS merupakan wadah dan program untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) serta meningkatkan derajat kesehatan peserta didik
(Kemendikbud, 2012).
Kenyataannya pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada
anak usia sekolah di Indonesia masih sangat rendah. Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 mengidentifikasi terjadinya peningkatan perilaku tidak
sehat yang terjadi pada anak usia sekolah. Pada tahun 2007, anak usia sekolah
yang mulai merokok sebesar 10,3%. Pada tahun 2010, terjadi peningkatan yang
cukup signifikan yaitu 17,5%. Selain perilaku merokok, pelaksanaan PHBS
lainnya juga masih kurang, seperti kurang makan buah dan sayur, serta perilaku
mencuci tangan dan menggosok gigi yang tidak benar (Handoyo, 2013).
Secara umum praktik PHBS di Indonesia cenderung menurun dari tahun ke
tahun. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan praktik PHBS di Indonesia
adalah 38,7%. Hasil Riskesdas tahun 2013 turun menjadi 32,3%. Provinsi Aceh
menempati peringkat dua yang paling rendah pencapaiannya, yaitu sebesar 19,6%
(Kemenkes RI, 2013). Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka terjadi
penurunan praktik PHBS di Provinsi Aceh, dimana praktik PHBS di Provinsi Aceh
tahun 2012 adalah 28,6% (Depkes RI, 2012).
Pelaksanaan PHBS yang masih rendah tersebut, terutama pada anak usia
sekolah akan beresiko mereka mengalami berbagai penyakit, seperti diare,
kecacingan, penyakit kulit dan gigi berlubang (Depkes RI, 2008). Laporan WHO
tahun 2003 menunjukkan bahwa tiap anak Indonesia rata-rata memiliki 2,2 gigi
berlubang (WHO, 2003). WHO juga melaporkan bahwa setiap tahun 100.000
anak Indonesia meninggal akibat diare. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2001 diketahui bahwa prevalensi penyakit kecacingan pada anak
SD mencapai 60-80% (Depkes RI, 2007).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada murid sekolah dasar agar terhindar
dari berbagai penyakit adalah dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan di
sekolah (Kemendikbud, 2012). Penyuluhan kesehatan pada anak usia sekolah
dasar merupakan upaya yang paling efektif untuk membudayakan PHBS, karena
pada usia dini perilaku anak cenderung mencontoh dan pengetahuan yang didapat
akan lebih langgeng (Purnamasari, 2005). Penyuluhan kesehatan di sekolah dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan atau guru penjaskes yang sudah dilatih. Guru
kenaikan rata-rata nilai yang signifikan pengetahuan, sikap dan tindakan murid SD
dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya.
B. Rumusan Masalah
Dikarenakan masih banyaknya murid yang mengalami masalah kesehatan
dan rendahnya pelaksanaan PHBS, maka yang menjadi permasalahan penelitian
ini adalah apakah ada hubungan antara penyuluhan kesehatan dengan pelaksanaan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada murid kelas V SDN 11 Meurah
Mulia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2014.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan penyuluhan kesehatan dengan pelaksanaan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada murid kelas V SDN 11 Meurah
Mulia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2014.