Anda di halaman 1dari 9

38

PEREMPUAN MENSTRUASI DALAM HUKUM ISLAM


Rejal Miftahul Fajar
I
Salah satu yang diangkat dalam al-Qura>n adalah mestruasi atau dalam
bahasa arab disebut h}aid}. Dalam al-Qura>n kata mentruasi (h}aid}) disebut empat
kali dalam dua surat yakni al-Baqarah: 222 dan al-T{a la>q : 4. Menstruasi
merupakan siklus yang mutlak diperlukan bagi kesehatan tubuh seorang
perempuan. Namun, dibalik keluarnya darah menstruasi ada aturan syari yang
terkesan membatasi keleluasaan dalam menjalankan rutinitas, karena yang terkait
dengan menstruasi bukan hanya persoalan reproduksi perempuan saja, tapi juga
terhadap ketentuan agama baik dalam aspek ibadah, muamalah, maupun
munakahat.
Dalam literatur fiqh, persoalan menstruasi produk-produk hukumnya
terkesan begitu rumit dan sangat menyulitkan perempuan. Dapat dikatakan
bahwa sebagian besar hukum tentang menstruasi sulit dikatakan membumi dan
mengakomodir kemampuan perempuan untuk melaksanakan hukum tersebut.
Di samping itu dalam fiqh ada aturan-aturan yang begitu rumit tentang klasifikasi,
macam-macam dan batasan-batasan menstruasi, warna-warna darah menstruasi,
juga terdapat larangan-larangan yang harus dijauhi seperti hubungan suami-istri,
larangan s}ala>t, menyentuh dan membaca al-Qura>n, puasa, itikaf, dan t}awaf.
Di samping itu sejarah menstruasi pada masa pra Islam yang sarat mitos,
memberi pengaruh yang tidak sedikit pada perlakuan terhadap perempuan saat
menstruasi. Dapat diambil contoh orang Yahudi dalam menjauhi perempuan
yang sedang menstruasi. yang lebih penting adalah tatapan mata dari mata
perempuan menstruasi yang disebut mata iblis (evil eye) harus diwaspadai,
karena diyakini bisa menimbulkan berbagai macam bahaya.
Menstruasi dalam antropologi disebut dengan menstrual taboo. Munculnya
segresi berdasarkan jenis kelamin memberikan peran terbatas kepada kaum
Antologi Kajian Islam 15

Rejal Miftahul Fajar

39

perempuan. Salah satu pertimbangannya ialah perempuan mengalami menstruasi,


yang dianggap sebagai tabu (menstrual taboo). Dalam masyarakat primitif, tugas
kaum laki-laki adalah berburu (hunting), sedangkan kaum perempuan yang
disekitarnya penuh daerah terlarang menjalnkan fungsi sebagai ibu rumah tangga
(mother hod). Menstruasi juga berimplikasi banyaknya tradisi besar berkembang
dan bertahan hingga saat ini yang sesungguhnya merupakan kreasi menstruasi
(creation menstrual).
Selama ini adanya keyakinan terhadap kondisi perempuan yang sedang
menstrusi yang disebut dengan pre menstrual syondrome (PMS). Pre menstruasi
sindrom (PMS) ini mempunyai gejala yang terbagi menjadi dua, yaitu gejala
fisik dan emosional. Gejala emosional yang sering dialami adalah mudah
tersinggung, mudah marah, mood tidak stabil, perasaan tertekan, putus harapan,
sukar tidur. Sementara pada gejala fisik meliputi kram, nyeri perut, nyeri sendi,
tegang dan nyeri pada payudara, sakit kepala, kram perut, dan gangguan tidur.
II
Menstruasi Menurut Islam
H{aid } (menstruasi) adalah istilah lain dari menstruasi yang dikenal di
kalangan pemeluk Islam. Menstruasi dari segi bahasa berarti mengalir, sedangkan
menurut istilah berarti darah yang keluar dari rahim wanita yang sudah baligh,
bukan penyakit, teratur, berkala setiap bulan, dan keluar pada waktu-waktu
tertentu. Ayat al-Qura>n yang menjelaskan menstruasi adalah :
Arab
Sementara h}adi>th yang menjelaskan tentang menstruasi adalah h}adi>th yang
berbunyi:
Arab
Menstruasi merupakan salah satu dari tanda-tanda balighnya seorang
perempuan. Artinya seorang wanita yang mengeluarkan darah menstruasi berarti
Antologi Kajian Islam 15

40

Perempuan Menstruasi dalam Hukum Islam

perempuan tersebut sudah baligh. Seorang perempuan mengeluarkan darah


menstruasi pada umur 9 tahun Hijriyyah kurang 15 hari sampai sinnu al-yais
(umur perempuan berhenti menstruasi). Ulama berbeda pendapat mengenai
sinnu al-yais (umur perempuan berhenti menstruasi):
1. H{anafiyyah mengatakan bahwa sinnu al-yais adalah 55 tahun.
2. Ma>likiyyah berpendapat sampai umur 70 tahun.
3. Sha>f iiyyah menyatakan tidak ada batasan sampai umur berapa darah
menstruasi keluar. Selama hidup seorang perempuan masih memungkinkan
untuk mengeluarkan darah menstruasi. Tetapi biasanya sampai umur 62 tahun.
4. H{ana>bilah mengatakan sampai umur 50 tahun.
Warna-warna darah menstruasi yang biasa keluar dari vagina, antara lain:
(1) Hitam, (2) Merah, karena pada dasarnya warna darah adalah merah. (3)
Kuning, seperti halnya warna nanah. (4) Kudrah yaitu diantara warna hitam dan
putih, yakni warna suram (kehitam-hitaman).
Sedangkan sifat-sifat darah menstruasi, antara lain: Kental, Panas, Keluar
dengan pelan-pelan, Berbau tidak sedap, Keadaanya yang hangus disamping
warnanya hitam dan merah.
Di antara syarat bahwa darah yang keluar dinamakan darah menstruasi
adalah batasan minimal atau paling sedikit menstruasi adalah sehari semalam,
yakni 24 jam. Apabila darah menstruasi keluar terputus-putus maka belum bisa
dikatakan darah menstruasi, jika belum sampai masa itu (24 jam), ini pendapat
Ima>m Sha>fii> Menurut Ima>m Ma>lik, tidak ada batasan minimal menstruasi,
artinya apabila keluar darah pada waktu-waktu tertentu yang biasanya darah
menstruasi keluar, maka darah tersebut bisa dikategorikan darah menstruasi.
Pendapat ini terasa lebih realistis untuk dijalani perempuan yang kebetulan
mengalami menstruasi yang tidak lancar. Sedangkan menurut Abu> H{anifah,
paling sedikit darah menstruasi keluar adalah tiga hari.
Dalam menentukan batas maksimal menstruasi, ulama berberda pendapat.
Menurut al-T{aury> dan Abu> H{ani>fah, bahwa batas maksimal menstruasi adalah
sepuluh hari. Sementara menurut Ima>m Ma>lik dan Ima>m Sha>fii>, batas maksimal
menstruasi adalah 15 hari. Pada umumnya perempuan mengalami menstruasi
Antologi Kajian Islam 15

Rejal Miftahul Fajar

41

selama 6 atau 7 hari. Maksimal atau paling lama menstruasi itu adalah 15 hari.
Mengenai batasan suci antara dua menstruasi, ulama berbeda pendapat.
Menurut madhab H{ana>bilah, bahawa batas suci minimal adalah tiga belas hari.
Sedangkan menurut madhab Sha>fiiyyah, Ma>likiyyah, dan H{anafiyyah adalah
lima belas hari. Sementara batas maksimal suci, ulama sepakat bahwa tidak
ada batasan waktu untuk masa suci.
Menstrual Taboo
Secara bahasa menstrual taboo merupakan kumpulan dua kata yang secara
sederhana menstrual adalah menstruasi dan taboo bermakna larangan (forbidden),
pantangan. Istilah taboo sesungguhnya mempunyai arti sesuatu yang dianggap
tidak layak dan tidak sopan untuk dilakukan. Kata menstruasi (mens) berasal
dari bahasa Indo-Eropa, yakni dari akar manas, mana, atau men. Mana berhubungan
dengan kata mens (latin) yang kemudian menjadi kata mind (pikiran) dan moon
(bulan), keduanya mempunyai makna yang berkonotasi kekuatan spiritual. Dalam
bahasa Greek, men berarti month (bulan).
Pada zaman dahulu, perempuan menstruasi diharuskan menggunakan
benda-benda untuk identifikasi bahwa dirinya telah mengalami menstruasi. Di
samping itu juga untuk mencegah adanya bahaya, karena anggapan masyarakat
menstruasi dapat menyebabkan bencana bagi keluarga maupun masyarakat, ini
disebut dengan menstrual creation. Untuk itu perempuan yang sedang menstruasi
harus menggunakan benda untuk identifikasi, antara lain:
a. Kosmetik
Kata kosmetik itu berasal dari kata Yunani, cosmetikos yang artinya dan
konotasinya erat dengan kata cosmos yaitu perilaku keteraturan bumi. Istilah
kosmetik yang sekarang menjadi alat kecantikan perempuan, lebih dekat
kepada kata cosmetikos, yang berarti sesuatu yang harus diletakkan pada
anggota badan perempuan guna menjaga terpeliharanya keutuhan lingkungan
alam.
Kepercayaan terhadap menstrual taboo menuntut kaum perempuan untuk
menggunakan berbagai tanda pada anggota badan tertentu agar segenap
Antologi Kajian Islam 15

42

Perempuan Menstruasi dalam Hukum Islam

anggota masyarakat terhindar dari pelanggaran terhadap menstrual taboo. Pada


mulanya tidak sembarang orang dapat menggunakan kosmetik, hanya
perempuan yang sedang menstruasi.
b. Slop, Sandal, dan Sepatu
Salah satu menstrual creations yang patut disinggung di sini adalah slop,
sandal, dan sepatu. Pada zaman dahulu, orang-orang tidak mengenal sandal
dan sepatu. Mereka pergi keman-mana tanpa menggunakan alas kaki. Akan
tetapi setelah kepercayaan terhadap menstrual taboo berkembang, maka
masyarakat berusaha menolak malapetaka atau bala dengan memperhatikan
faktor-faktor yang dianggap tabu. Bila terjadi bencana di dalam keluarga,
masyarakat, atau lingkungan alam, maka hal itu diyakini sebagai akibat adanya
pelanggaran terhadap yang tabu.
Beberapa kelompok masyarakat mencegah perempuan menstruasi
menginjakkan kakinya di tanah, karenanya harus memakai alas kaki kalau
mau berjalan di atas tanah. Belakang muncullah istilah sandal, slop, dan sepatu
dengan berbagai macam model dan bahan yang bermacam-macam.
c. Pondok Menstruasi, Kerudung, dan Cadar
Pondok menstruasi (menstrual hut) adalah suatu pondok khusus yang
dibangun jauh dari perkampungan, diperuntukan bagi perempuan menstruasi
yang sedang menjalani menstruasi. Upaya lain dalam mengamankan pancaran
tatapan mata is mata iblis adalah dengan menggunakan cadar/ kerudung
yang dapat membatasi tatapan mata. Kalangan antropologi berpendapat
menstrual taboo inilah yang menjadi asal usul penggunakan kerudung atau
cadar.
III
Pendapat Ulama Fiqih tentang Larangan-larangan Perempuan
Menstruasi
1. S{ala>t, berdasarkan h}adi>th yang berbunyi:
Arab
Antologi Kajian Islam 15

Rejal Miftahul Fajar

43

H{adi>th di atas menunjukkan bahwa perempuan menstruasi dilarang


untuk melaksanakan s{ala>t dan tidak diwajibkan untuk menqad{a>. seandainya
s{alat fard{u itu diwajibkan diqad{a> tentu sangat menyulitkan dan memberatkan
perempuan Sebab setiap hari jumlah rakaat s{ala>t fard{u itu 17 rakaat. Maka,
bayangkan perempuan harus mengqad{a sebanyak 102/119 rakaat jika ia
menstruasi selama 6/7 hari. Oleh karena itu, agama tidak akan menyulitkan
kaum perempuan dan agama Islam itu pada prinsipnya senantiasa memberikan
kemudahan bagi pengikutnya.
2. Puasa

Arab

H{adi>th di atas menunjukkan haram perempuan menstruasi untuk


melakukan puasa ramad}a>n. Hikmah sebab diharamkan puasa bagi perempuan
menstruasi karena mengeluarkan darah itu dapat melemahkan badan, begitu
pula di dalam melaksanakan puasa. Jadi apa bila berpuasa pada saat dia sedang
menstruasi berarti akan terkumpul dua hal yang dapat melemahkan badannya.
Sementara Allah SWT. sebagai pembuat syariat, justru memperhatikan aspek
pemeliharaan badan dan keselamatannya.
Sedangkan hikmah diwajibkannya mengqad}a> puasa adalah puasa ramad}a>n itu
hanya sebulan dalam setahun, jadi tidaklah menyulitkan bagi para perempuan
dalam mengqada>nya karena masih ada waktu 11 bulan untuk mengqada>.
Puasa ramad}a>n tidak dikerjakan secara berulang-ulang. Ia datang hanya
sebulan dalam setahun.
3. T{awa>f
Arab

Antologi Kajian Islam 15

44

Perempuan Menstruasi dalam Hukum Islam

Larangan t{awa>f sering menjadi perbincangan jamaah h{aji, terutama


jamaah perempuan. Ketika terdesak pulang ke tanah air, sedangkan dirinya
belum suci dari menstruasi. Ulama kontemporer memberikan beberapa solusi
bagi perempuan menstruasi yang belum t}awa>f ifad}a>h, diantaranya sebagai
berikut:
pertama, menggunakan obat untuk menghentikan darah menstruasi.
Kedua, waktu menstruasi ada batasan minimal, yaitu sehari semalam atau
bahkan hanya keluar sedikit. Dengan mengambil batas minimal, pada saat
terasa darah menstruasi berhenti hendaklah cepatlah mandi dan melakukan
t}awa>f ifad}a>h. Jika selama melakukan t}awa>f ifad}a>h hingga selesai darah
menstruasi tidak keluar, sah t}awa>fnya walaupun sesudah t}awa>f darah keluar
lagi
4. Jima>
Arab

Ayat di atas menunjukkan bahwa suami-istri dilarang berhubungan


badan ketika si istri sedang mengalami menstruasi. Walaupun begitu Suami
istri diperbolehkan bersenang-senang di atas pusar dan di bawah lutut, karena
yang dilarang adalah tempat keluarnya darah.
5. Membaca al-Qura>n, menyentuh, dan membawanya.
Arab
Menurut jumhu>r ulama, h}adi>th tersebut masuk dalam kategori d}ai>f,
sebab ha}di>th-h}adi>th yang diriwayatkan oleh Ismail ibn Aya>sy dari penduduk
Hijaz adalah h}adi>th d}ai>f. disamping itu tidak terdapat orang yang thiqah
Antologi Kajian Islam 15

Rejal Miftahul Fajar

45

meriwayatkan h}adi>th tersebut dari Na>fi. Jadi h}adi>th diatas pada intinya tidak
bisa dijadikan pegangan atau h}ujjah dan dinyatakan gugur.
Membaca al-Qura>n dengan maksud mencari pahala bagi perempuan
menstruasi haram hukumnya, karena syarat membaca al-Qura>n harus suci.
Namun, jika bermaksud hanya berdoa dan berdikir dengan menggunakan
ayat-ayat dari al-Qura>n, hukumnya tidak apa-apa.
6. Masuk masjid dan diam di masjid
Arab

Pada h}adi>th ini terdapat dua ra>wi yang statusnya majhu >l yaitu alDhuhaili> dan Umar yang mempunyai nama kunyah Abi> al-Khat}a>b yang ada
pada tingkatan ra>wi III dan IV. Sedangkan ra>wi lain termasuk dalam tingkatan
tinggi.
Ada beberapa kaedah kes}ah}ih}an h}adi>th: pertama, sanad h}adi>th harus
sambung. Kedua, seluruh ra>wi harus bersifat adil dan d}a>bit. Ketiga h}adi>th
tersebut dari sanad dan matan harus terhindar dari kejanggalan dan cacat.
Bila membaca syarat di atas, maka h}adi>th di atas dapat dinyatakan gugur
dalam kreteria yang kedua, karena ada beberapa ra>wi yang majhu>l. jadi h}adi>th
tersebut isna>dnya d}ai>f.
Bila dilihat sepintas h{adi>th di atas bertentang dengan h}adi>th yang
berbunyi:
Arab
Maka jalan keluarnya harus digabungkan keduanya. Sebab, seperti kata
Yusuf Qardha>wi pertentangan hanya tampak diluarnya saja. dan pada dasarnya
suatu h}adi>th bergantung pada situasi yang tidak sama dengan h}adi>th yang
lainnya.
H{adi>th yang kedua di atas menunjukkan bahwa Nabi membolehkan
Antologi Kajian Islam 15

46

Perempuan Menstruasi dalam Hukum Islam

perempuan yang sedang menstruasi melewati masjid dalam keadaan darurat.


Hal ini berarti bahwa esensi larangan perempuan menstruasi memasuki masjid
yang disepakati oleh ulama fiqh adalah karena dikhawatirkan akan menetes
dan mengakibatkan najis. Jadi, jika hanya melewati atau mengambil sesuatu
dengan sebentar yang tidak memungkinkan darah menstruasi menetes,
diperbolehkan.
7. T{ala>q
Yakni, pada waktu yang dishariatkan, adalah masa idah. Karena jika
perempuan dit}ala>q pada waktu menstruasi, maka sisa masa menstruasi tidak
dapat disebutkan sebagai masa idah. Jadi, jika ia dicerai pada waktu
menstruasi maka ia tidak berhadapan langsung dengan masa idah karena
masa menstruasi setelah dicerai itu tidak dihitung sebagai masa idah. Ini
berbeda ketika perempuan yang dit}ala>q dalam keadaan suci dan belum
disetubuhi, maka masa suci itu sudah dapat dihitung sebagai masa idah.
esensi larangan t}ala>q itu adalah terlalu lama masa yang dijalani oleh perempuan
ketika dicerai dalam keadaan menstruasi.

Antologi Kajian Islam 15

Anda mungkin juga menyukai