Anda di halaman 1dari 15

PENGOBATAN

PSIKOFARMAKOLOGIS
PADA USIA LANJUT

Perubahan farmakokinetik
Telah terbukti bahwa proses menua akan

menyebabkan penurunan fungsi organ, baik


sebagai akibat proses degenerasi yang secara
ilmiah akan dialami oleh setiap orang,
maupun akibat penyakit-penyakit yang
diderita sebelumnya.
Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa
kecepatan dan derajat absorpsi, metabolisme,
maupun ekskresi obat berubah pada usia
lanjut.

Absorpsi
Kondisi yang terjadi berhubungan dengan

usia dapat mengubah kecepatan absorpsi


beberapa obat.
Keadaan yang mungkin dapat
mempengaruhi absorpsi ini antara lain
perubahan kebiasaan makan, tingginya
konsumsi obat-obat non resep (misalnya
antasida, laksansia) dan lebih lambatnya
kecepatan pengosongan lambung.

Distribusi
Dibandingkan dewasa muda, lansia

mengalami penurunan massa tubuh


tanpa lemak, penurunan jumlah total dan
presentasi kadar air dalam tubuh,
peningkatan lemak sebagai persentase
dari massa tubuh
terjadi perubahan rasio obat yang
terikat terhadap obat bebas

Metabolisme
Hepar berperan penting dalam metabolisme obat,

tidak hanya mengaktifkan obat ataupun mengakhiri


aksi obat tetapi juga membantu terbentuknya
metabolit terionisasi yang lebih polar yang
memungkinkan berlangsungnya mekanisme ekskresi
ginjal.
Pada usia lanjut terdapat penurunan aliran darah
hepar yang tampaknya sangat mempengaruhi
kemampuan metabolisme obat.
Pada usia lanjut terjadi pula penurunan kemampuan
hepar dalam proses penyembuhan penyakit, misalnya
oleh karena virus hepatitis atau alkohol.

Ekskresi ginjal
Ginjal merupakan tempat ekskresi sebagian

besar obat, baik dalam bentuk aktif maupun


hasil metabolitnya.
Seperti halnya dengan organ-organ yang lain,
ginjal akan mengalami perubahan fisiologis dan
anatomis dengan bertambahnya umur.
Salah satu akibat dari turunnya klirens adalah
terjadi pemanjangan waktu paruh beberapa
obat dan kemungkinan tertumpuknya obat
hingga mencapai kadar toksik, bila dosis dan
frekuensi pemberian tidak diturunkan.

Perubahan farmakodinamik
Pasien-pasien usia lanjut relatif lebih sensitif terhadap

aksi beberapa obat dibanding kelompok usia muda


Mekanisme pengontrol homeostatis tertentu
tampaknya juga mulai kehilangan fungsi pada usia
lanjut, sehingga pola atau intensitas respons terhadap
obat juga berubah.
Demikian pula mekanisme pengaturan suhu juga
memburuk dan hipotermia kurang ditoleransi secara
baik pada usia lanjut.
usia lanjut ternyata lebih sensitif terhadap analgetika,
alkaloida, opium, beberapa sedatif dan tranquilizer,
serta obat antiparkinson.

PENGOBATAN
PSIKOFARMAKOLOGIS
PADA USIA LANJUT

Pada usia lanjut, petunjuk tentang

penggunaan obat yang tertentu harus diikuti


dengan baik.
Penilaian medik sebelum pengobatan dimulai
sangat diperlukan khususnya EKG.
Penting juga untuk membawa obat-obatan
yang digunakan pasien pada saat itu, oleh
keluarganya atau pasien sendiri, karena
kemungkinan penggunaan obat-obat yang
terlalu bermacam-macam bisa ikut andil
dalam timbulnya gejala suatu penyakit

Para usia lanjut akan sukar mengimbangi

kenaikan kadar obat di darah yang secara


tiba-tiba yang disebabkan oleh dosis harian
yang besar.
Setiap perubahan dalam tekanan darah, pols
dan efek samping lain harus diawasi benarbenar.
Bagaimanapun bagi pasien yang mengalami
insomnia, memberikan porsi yang besar dari
obat antipsikotik atau antidepresan pada saat
menjelang tidur akan bermanfaat, karena
adanya efek menidurkan atau ngantuk dari

Pasien harus selalu dinilai ulang untuk

menentukan perlunya obat pemeliharaan


(rumatan) , perubahan dosis dan
kemungkinan berkembangnya efek samping.
Bila pasien dinilai pada saat masih
menggunakan obat-obat psikotropik, bila
mungkin akan sangat berguna bila
penggunaan obat tersebut dihentikan dulu
dan setelah menjalani masa pembersihan
obat tersebut diadakan penilaian kembali
pada saat bebas obat, sebagai keadaan
permulaan pengobatan.

Pada prinsipnya karena obat dapat mengakibatkan

terjadinya gejala psikiatrik pada usia lanjut, maka dosis


perorangan merupakan dasar bagi pengobatan pada usia
lanjut.
Gejala psikiatrik yang terjadi adalah sebagai akibat dari
gangguan absorpsi yang berhubungan dengan umur; bila
obat diberikan dengan dosis yang terlalu besar, pasien
tidak mengikuti cara pemakaian, bila pasien tidak tahan
terhadap obat-obatan atau terjadi pertentangan antara
cara-cara penggunaan dari berbagai dokter.
Gejala yang terjadi pada umumnya berupa kebingungan,
delirium, disorientasi, ansietas, depresi, halusinasi dan
waham.

Sebenarnya hampir semua gejala psikiatrik

dapat diakibatkan oleh obat-obatan.


Meskipun pada umumnya gejala tersebut
akan hilang setelah obat tersebut
diketemukan dan dihentikan.
Namun demikian harus waspada terhadap
kemungkinan terjadinya gejala lepas obat
apabila obat-obat tersebut dihentikan secara
mendadak.

Bagi obat-obat psikotropik yang larut dalam

lemak akan banyak didistribusi di bagian


tubuh yang berlemak, maka khasiat obat akan
diperpanjang tidak seperti biasa yang umum
terjadi.
Seringnya terjadinya reaksi hipotensi
ortostatik pada usia lanjut yang diakibatkan
obat-obat psikotropik, adalah disebabkan oleh
berkurangnya mekanisme pengaturan
tekanan darah pada usia lanjut.

Oleh karena itu sebagai pegangan dalam

pengobatan pada usia lanjut, penggunaan


dosis yang serendah-rendahnya yang
memungkinkan harus digunakan dalam
mencapai efek terapeutik yang diinginkan
harus menguasai farmakodinamik,
farmakokinetik dan biotransformasi bagi
setiap obat yang diresepkan, serta
mengetahui pengaruh interaksi obat satu
dengan lainnya yang diberikan kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai