di air yang kotor, makanan tercemar, dan alas tidur yang kotor. Siapa saja dan
kapan saja dapat menderita penyakit ini. Termasuk bayi yang dilahirkan dari
ibu yang terkena demam tifoid. Lingkungan yang tidak bersih, yang
terkontaminasi dengan Salmonella typhi merupakan penyebab paling sering
timbulnya penyakit tifus. Kebiasaan tidak sehat seperti jajan sembarangan,
tidak mencuci tangan menjadi penyebab terbanyak penyakit ini. Penyakit tifus
cukup menular lewat air seni atau tinja penderita. Penularan juga dapat
dilakukan binatang seperti lalat dan kecoa yang mengangkut bakteri ini dari
tempat-tempat kotor.
Masa inkubasi penyakit ini rata-rata 7 sampai 14 hari. Manifestasi klinik pada
anak umumnya bervariasi. Demam adalah gejala yang paling utama di antara
semua gejala klinisnya. Pada minggu pertama, tidak ada gejala khas dari
penyakit ini. Bahkan, gejalanya menyerupai penyakit infeksi akut lainnya.
Gejala yang muncul antara lain demam, sering bengong atau tidur melulu,
sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau
justru sembelit (sulit buang air besar) selama beberapa hari. Peningkatan
suhu bertambah setiap hari. Setelah minggu kedua, gejala bertambah jelas.
Demam yang dialami semakin tinggi, lidah kotor, bibir kering, kembung,
penderita terlihat acuh tidak acuh, dan lain-lain.
S. typhi masuk ketubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar.
Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus. Setelah mencapai usus, Salmonella typhosa menembus ileum
ditangkap oleh sel mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah berkembang
biak di RES, terjadilah bakteriemi II. Interaksi Salmonella dengan makrofag
memunculkan mediator-mediator. Lokal (patch of payer) terjadi hiperplasi,
nekrosis dan ulkus. Sistemik timbul gejala panas, instabilitas vaskuler, inisiasi
sistem beku darah, depresi sumsum tulang dll. Imunulogi. Humoral lokal, di
usus diproduksi IgA sekretorik yang berfungsi mencegah melekatnya
salmonella pada mukosa usus. Humoral sistemik, diproduksi IgM dan IgG
Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari
makin meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus
terutama pada malam hari.
2.
Gejala gstrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan
kembung, hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi.
3.
Gejalah saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan
sampai koma.
Berbagai tanda dan gejala yang bisa timbul :
Influenza
Malaria
Bronchitis
Sepsis
Broncho Pneumonia
Keganasan : Leukemia
Tuberculosa Lymphoma
Diagnosis
Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan
sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara
Uji dot EIA tidak mengadakan reaksi silang dengan salmonellosis non-
Penanganan
BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari,
intravena, selama 5-7 hari. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka
pilihan antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam tifoid dapat berlangsung selama tiga minggu
sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang
tidak terawat. Vaksin untuk demam tifoid tersedia dan dianjurkan untuk
orang yang melakukan perjalanan ke wilayah penyakit ini biasanya
berjangkit (terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin).
Komplikasi :
Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi di dalam :
1.
A.
B.
C.
2.
A.
B.
C.
D.
Komplikasi intestinal
Perdarahan usus
Perforasi usus
Ileus paralitik
Komplikasi ekstraintetstinal
Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer
(renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau
koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom uremia hemoltilik.
Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis.
Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
E.
F.
Ada dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama adalah
vaksin yang diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi.
Yang kedua adalah vaksin yang dilemahkan (attenuated) yang diberikan
secara oral. Pemberian vaksin tifoid secara rutin tidak direkomendasikan,
vaksin tifoid hanta direkomendasikan untuk pelancong yang berkunjung ke
Vaksin tifoid yang dilemahkan (per oral) tidak boleh diberikan kepada
anak-anak kurang dari 6 tahun. Empat dosis yang diberikan dua hari
secara terpisah diperlukan untuk proteksi. Dosis terakhir harus diberikan
sekurang-kurangnya satu minggu sebelum bepergian supaya memberikan
waktu kepada vaksin untuk bekerja. Dosis ulangan diperlukan setiap 5
tahun untuk orang-orang yang masih memiliki resiko terjangkit.
Ada beberapa orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid atau
harus menunggu. Yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid diinaktivasi
(per injeksi) adalah orang yang memiliki reaksi yang berbahaya saat diberi
dosis vaksin sebelumnya, maka ia tidak boleh mendapatkan vaksin dengan
dosis lainnya. Orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid yang
dilemahkan (per oral) adalah : orang yang mengalami reaksi berbahaya
saat diberi vaksin sebelumnya maka tidak boleh mendapatkan dosis
lainnya, orang yang memiliki sistem imunitas yang lemah maka tidak boleh
mendapatkan vaksin ini, mereka hanya boleh mendapatkan vaksin tifoid
yang diinaktifasi, diantara mereka adalah penderita HIV/AIDS atau
penyakit lain yang menyerang sistem imunitas, orang yang sedang
mengalami pengobatan dengan obat-obatan yang mempengaruhi sistem
imunitas tubuh semisal steroid selama 2 minggu atau lebih, penderita
kanker dan orang yang mendapatkan perawatan kanker dengan sinar X
atau obat-obatan. Vaksin tifoid oral tidak boleh diberikan dalam waktu 24
jam bersamaan dengan pemberian antibiotik.
Kalra SP, Naithani N, Mehta SR, Swamy AJ. Current trends in the
management of typhoid fever. MJAFI 2003;59:130-5.
Lim PL, Tam FCH, Cheong YM, Jegathesan M. One-step 2-minute test to
detect typhoid-specific antibodies based on particle separation in tubes. J
Clin Microbiol 1998;36(8):2271-8.