OLEH :
DESRIANTI SAHIDA
A1C310039
Artikel Ilmiah yang berjudul Upaya Meningkatkan Sikap Ilmiah Dan Hasil
Jambi,
Pembimbing II
I. PENDAHULUAN
Rata-rata
73,50
73,50
60,00
58,50
62,50
65,00
Untuk itulah, disamping telah dibekali dengan ilmu pengetahuan, sudah seharusnya
siswa memiliki kemampuan yang adaptif untuk mengatasi perubahan dengan mengatur
sikap ilmiah pada dirinya dan belajar memecahkan masalah sejak dini. Accelerated
Learning adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk menggugah sepenuhnya
kemampuan belajar para siswa sehingga membuat belajar menyenangkan dan memuaskan
yang memberikan sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi dan
keberhasilan. Disamping itu pendekatan Accelerated Learning juga dapat mengubah
kebiasaan siswa yang disebabkan oleh penambahan sikap baru. Menurut Lou (2012)
defenisi dari Accelerated Learning adalah sebeagai berikut :
Accelerated pada dasarnya berarti semakin bertambah cepat. Learning didefinisikan
sebagai sebuah proses perubahan kebiasaan yang disebabkan oleh penambahan
keterampilan, pengetahuan, atau sikap baru. Jika digabungkan, pembelajaran cepat berarti
mengubah kebiasaan dengan meningkatkan kecepatan
Sebagai individu yang berkecimpung dalam ilmu alamiah, maka sikap baru siswa yang akan
terbentuk adalah sikap ilmiah. sikap ilmiah siswa dapat dibentuk melalui pendekatan Accelerated
Learning Type MASTER yaitu Motivating your mind (memotivasi fikiran), Acquiring information
(memperoleh informasi), Searching out the meaning (menyelidiki makna), Triggering the memory
(memicu ingatan), Exhibiting what you know (memamerkan apa yang telah diketahui), Reflecting
how you have learned (merefleksi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan).
1. Belajar melibatkan seluruh fikiran dan tubuh dapat diartikan sebagai proses pembelajaran
tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional, memakai otak kiri, dan verbal),
tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya.
2. Belajar adalah berkreasi bukan mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang
diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar. Pembelajaran
terjadi ketika seorang pembelajar memadukan pengetahuan dan ketrampilan baru ke
dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar secara harfiah adalah menciptakan
makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi elektrokimia baru di dalam sistem
otak/tubuh secara menyeluruh.
3. Kerja sama membantu proses belajar. Semua usaha belajar yang baik mempunyai
landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawankawan daripada yang kita pelajari dengan cara lain manapun. Persaingan di antara
pembelajar memperlambat pembelajaran. Kerja sama di antara mereka mempercepatnya.
Suatu komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya daripada beberapa individu yang
belajar sendiri-sendiri.
4. Pembelajaran Berlangsung pada Banyak Tingkatan secara Simultan. Belajar bukan hanya
menyerap satu hal kecil pada satu waktu secara linear, melainkan menyerap banyak hal
sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada banyak tingkatan secara
simultan (sadar dan bawah-sadar, mental dan fisik) dan memanfaatkan seluruh saraf
reseptor, indra, jalan dalam sistem total otak/tubuh seseorang. Bagaimanapun juga, otak
bukanlah prosesor berurutan, melainkan prosesor paralel, dan otak akan berkembang
pesat jika ia ditantang untuk melakukan banyak hal sekaligus
5. Belajar Berasal dari Mengerjakan Pekerjaan Itu Sendiri (dengan Umpan Balik). Belajar
paling baik adalah dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari secara terpisah akan sulit
diingat dan mudah menguap. Kita belajar berenang dengan berenang, cara mengelola
sesuatu dengan mengelolanya, cara bernyanyi dengan bernyanyi, cara menjual dengan
menjual, dan cara memperhatikan kebutuhan konsumen dengan memperhatikan
kebutuhannya. Pengalaman yang nyata dan konkret dapat menjadi guru yang jauh lebih
baik daripada sesuatu yang hipotetis dan abstrak-asalkan di dalamnya tersedia peluang
untuk terjun langsung secara total, mendapatkan umpan balik, merenung, dan
menerjunkan diri kembali.
6. Emosi Positif Sangat Membantu Pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas dan juga
kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar. Perasaan positif
Sehingga metode apapun yang digunakan guru dalam proses belajar dan mengajar
asalkan dapat meningkatkan dan mempercepat pembelajaran dapat diterapkan dalam
Accelerated Learning. Misalnya, teknik mind mapping, keyword, akrostik, kartu belajar dan
games interaktif.
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Accelerated Learning
Menurut Butar (2011), Accelerated Learning memiliki kelebihan dan kelemahan
yaitu sebagai berikut :
Adapun kelebihan Accelerated Learning yaitu sebagai berikut:
1. Dapat menciptakan suasana belajar tanpa stres.
2. Belajar tidak hanya menggunakan otak saja, melainkan seluruh
pikiran dan tubuh.
3. Dapat menumbuhkan rasa sosialisasi yang tinggi diantara pelajar
4. Siswa menjadi lebih aktif
Selain kelebihannya, Accelerated Learning juga memiliki kekurangan yaitu sebagai
berikut :
1. Waktu yang digunakan terkadang tidak mancukupi
2. Biaya yang digunakan lebih banyak
2.6 Tujuan Accelerated Learning
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendektan Accelerated learning mempunyai
tujuan sendiri yaitu untuk menggugah sepenuhnya kemampuan belajar, membuat belajar
menyenangkan dan memuaskan bagi mereka, dan memberikan sumbangan sepenuhnya
pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetisi, dan keberhasilan mereka sebagai manusia. Selain
itu juga bertujuan untuk mengubah kebiasaan siswa yang disebabkan oleh penambahan
sikap baru, sebagai individu yang berkecimpung dalam ilmu alamiah, maka sikap baru siswa yang
akan terbentuk adalah sikap ilmiah.
g. Sikap Kreatif
Purnama, (dalam Putra, 2010) menyatakan bahwa Seseorang dalam
mengembangkan ilmunya haruslah bersifat kreatif. Sifat-sifat kreatif menunjukkan kepada
kita arah tujuan yang hendak dicapai seseorang dalam menumbuhkan sikap ilmiah pada
dirinya. Begitu halnya dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai peserta didik haruslah
bersifat kreatif dalam mengembangkan ilmunya. Seorang siswa yang mempunyai sikap
kreatif dapat terlihat dari bagaimana cara ia menerapkan strategi tersendiri dalam
memahami materi pelajaran dan bagaimana siswa tersebut mendesain berbagai cara untuk
menyelesaikan suatu permasalahan.
2.11 Penilaian Sikap Ilmiah
Pengukuran sikap ilmiah siswa dapat didasarkan pada pengelompokan sikap yang
dimiliki masing-masing siswa. Menurut Herson (2009), Sikap ilmiah diukur dengan
bentuk penilaian non tes. Teknik penilaian non-tes yang sering digunakan adalah
pengamatan (observasi), melakukan wawancara (interview), menyebar angket (kuisioner),
dan dokumen (dokumentasi).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket (kuisioner) dan lembar observasi
sebagai instrumen penilaian sikap ilmiah. Pernyataan-pernyataan dalam angket dan lembar
observasi yang penulis gunakan adalah pernyataan-pernyataan yang penulis kembangkan
dari indikator-indikator sikap ilmiah yang telah disusun oleh Harlen (dalam Herson, 2009).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksankan dalam bentuk siklus. Siklus akan dilanjutkan jika belum
tercapai indikator keberhasilan penelitian dan akan dihentikan apabila kelas sudah stabil
atau mencapai indikator keberhasilan penelitian.
3.1.1 Tahapan Penelitian
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
hand out, alat alat pendukung yang diperlukan sesuai dengan rencana pembelajaran,
instrumen sikap ilmiah siswa berupa angket sikap ilmiah, dan lembar observasi sikap
ilmiah. Untuk melihat persentase terlaksananya aktivitas pembelajaran sesuai dengan sintak
pendekatan Accelerated Learning digunakan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran
berupa lembar observasi aktivitas siswa dan guru, alat evaluasi berupa soal tes dan kunci
jawaban.
b. Tindakan (Action)
Pelaksaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Proses
pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran fisika kelas XII Otomotif KR2 dan
rencana pembelajaran yang telah disiapkan.
PA PB
JA JB
(3.2)
Keterangan:
D
= Indeks diskriminasi atau daya pembeda
JA
= Banyak peserta kelompok atas
JB
= Banyak peserta kelompok bawah
BA
= Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB
= Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA
= Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB
= Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Dengan kriteria nilai D adalah:
0,00 D < 0,20 : jelek
0,20 D < 0,40 : cukup
0,40 D < 0,70 : baik
0,70 D 1,00 : sangat baik
Dari perhitungan daya pembeda butir soal terdapat 1 soal dengan kategori baik, 24
soal dengan kategori cukup, dan 15 soal dengan kategori jelek.
3.2.4 Reliabilitas
Sebuah tes disebut reliabel apabila hasil-hasil tersebut menunjukkan ketepatan
(Arikunto, 2010). Untuk menentukan reliabilitas digunakan rumus Kuder Richarson 21
yang disingkat dengan K-R 21, sebagai berikut:
n M (n M )
2
r11
1
dengan St
2
n
1
nSt
2
X
Keterangan:
r11
= Koefisien reliabilitas soal
2
St
= Variansi dari tes
n
= Banyak item
Xi
= Skor total butir soal
N
= Jumlah peserta tes
(3.3)
Siklus I
68,9
68,1
67,0
63,1
63,9
62,2
Persentase
Siklus II Siklus III
75,2
85,1
75,6
83,7
73,5
81,5
63,1
77,8
71,8
78,6
71,8
81,3
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa setiap siklus terdapat peningkatan sikap
ilmiah siswa yang semakin baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan
Accelerated Learning dalam proses pembelajaran Fisika dapat meningkatkan sikap ilmiah
siswa.
Gambaran mengenai peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.2 Rata-Rata Peningkatan Aktivitas Siswa
No
1.
Jumlah/Persentase
Siklus I
58,35
Siklus II
71,48
Siklus III
74,97
Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Pada pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata aktivitas siswa masih berada pada kategori
cukup aktif, selanjutnya pada siklus II dan III rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi
aktif.
Gambaran mengenai peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus
No
1
2
3
4
5
Siklus I
63,64
7 orang
31,8%
15 orang
68,2%
Jumlah/Persentase
Siklus II
Siklus III
70,45
83,52
10 orang
19 orang
45,4%
83,4%
12 orang
3 orang
54,6%
16,6%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklus
semakin membaik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan Accelerated
Learning pada materi listrik dinamis dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
Accelerated Learning dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar Fisika siswa pada
materi Listrik Dinamis di kelas Kendaraan Ringan 2 XII Otomotif SMK Negeri 3 Kota
Jambi
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh di atas, maka penulis menyarankan
beberapa hal :