Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL ILMIAH

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL


BELAJAR FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN ACCELERATED LEARNING
TYPE MASTER DI KELAS XII OTOMOTIF
SMK NEGERI 3 KOTA JAMBI

OLEH :
DESRIANTI SAHIDA
A1C310039

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JAMBI
JUNI, 2014

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Artikel Ilmiah yang berjudul Upaya Meningkatkan Sikap Ilmiah Dan Hasil

Belajar Fisika Dengan Menggunakan Pendekatan Accelerated Learning


Type Master Di Kelas Xii Otomotif Smk Negeri 3 Kota Jambi yang disusun
oleh Desrianti Sahida A1C310039 telah diperiksa dan disetujui.
Jambi,
Pembimbing I

Drs. M. Hidayat, M.Pd


NIP. 1967092319931003

Jambi,
Pembimbing II

Drs. Darmaji, M.Si


NIP. 196302081991021001

Upaya Meningkatkan Sikap Ilmiah Dan Hasil Belajar Fisika

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

Dengan MenggunakanPendekatan Accelerated Learning


Type Master Di Kelas XII Otomotif
SMK Negeri 3 Kota Jambi
Oleh :
1. Desrianti Sahida
2. Drs. M. Hidayat, M.Pd
3. Drs. Darmaji, M.Si
ABSTRAK
Kata kunci : Pendekatan Accelerated Learning Type MASTER, Sikap Ilmiah, dan
Hasil Belajar Fisika
Penelitian ini dilatar belakangi oleh sikap ilmiah siswa dengan kategori rendah sehingga
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa kelas XII Otomotif KR (Kendaraan Ringan) 2 SMK
Negeri 3 Kota Jambi, yang disebabkan oleh proses pembelajaran di kelas tersebut berjalan lamban
karena kurangnya kemampuan siswa dalam menyerap serta memahami informasi baru, dan sulit
mempertahankan informasi yang sudah didapat. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan
upaya dengan menggunakan pendekatan Accelerated Learning Type MASTER yang dapat
menghasilkan penyerapan informasi dan pemahaman yang lebih baik.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang
bertujuan untuk mengetahui peningkatan sikap ilmiah dan hasil belajar Fisika siswa. Penelitian ini
dilakukan dalam 3 siklus dengan menggunakan pendekatan Accelerated Learning. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas XII Otomotif KR (Kendaraan Ringan) 2 SMK Negeri 3 Kota
Jambi, dengan jumlah siswa 22 orang.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan sikap ilmiah dan hasil
belajar Fisika siswa pada tiap siklus. Peningkatan sikap ilmiah siswa terlihat dari rata-rata
persentase sikap ilmiah siswa pada tiap siklusnya, di siklus I rata-rata persentase sikap ilmiah siswa
sebesar 62,2%, di siklus II meningkat menjadi 71,8%, di siklus III mencapai 81,3%. Selain sikap
ilmiah, rata-rata hasil belajar Fisika siswa dan jumlah siswa yang tuntas juga meningkat pada setiap
siklusnya, siklus I nilai rata-rata siswa sebesar 63,64 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 7
orang, meningkat pada siklus II menjadi 70,45 nilai rata-rata siswa dengan jumlah siswa yang tuntas
sebanyak 10 orang, dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 83,52 nilai rata-rata siswa dengan
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 19 orang.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahawa pendekatan accelerated learning
dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar Fisika siswa di kelas XII Otomotif KR
(Kendaraan Ringan) 2 SMK Negeri 3 Kota Jambi pada pokok bahasan Listik Dinamis.

I. PENDAHULUAN

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang diciptakan dengan sengaja,


bertujuan untuk merubah perilaku anak. Perubahan perilaku di sini adalah peubahan dari
kondisi prexisting condition yang berupa pengetahuan yang ada sebelum bertemu
pengalaman menjadi existing condition yang berupa pengetahuan yang ada setelah bertemu
pengalaman. Beberapa orang menyamakan arti dari mendidik dan mengajar, sebenarnya
kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda. Dalam mendidik hanya menitik
beratkan kepada peningkatan kedewasaan seseorang, sementara mengajar menitik beratkan
kepada peningkatan kemampuan otak (intelejensi).
Tabel 1.1. Rata-Rata Nilai Ujian Fisika Mid Semester 1 Kelas XII Otomotif SMK
Negeri 3 Kota Jambi Tahun Ajaran 2013/2014
Kelas
TSM1
TSM2
KR1
KR2
KR3
KR4

Rata-rata
73,50
73,50
60,00
58,50
62,50
65,00

Untuk itulah, disamping telah dibekali dengan ilmu pengetahuan, sudah seharusnya
siswa memiliki kemampuan yang adaptif untuk mengatasi perubahan dengan mengatur
sikap ilmiah pada dirinya dan belajar memecahkan masalah sejak dini. Accelerated
Learning adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk menggugah sepenuhnya
kemampuan belajar para siswa sehingga membuat belajar menyenangkan dan memuaskan
yang memberikan sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi dan
keberhasilan. Disamping itu pendekatan Accelerated Learning juga dapat mengubah
kebiasaan siswa yang disebabkan oleh penambahan sikap baru. Menurut Lou (2012)
defenisi dari Accelerated Learning adalah sebeagai berikut :
Accelerated pada dasarnya berarti semakin bertambah cepat. Learning didefinisikan
sebagai sebuah proses perubahan kebiasaan yang disebabkan oleh penambahan
keterampilan, pengetahuan, atau sikap baru. Jika digabungkan, pembelajaran cepat berarti
mengubah kebiasaan dengan meningkatkan kecepatan

Sebagai individu yang berkecimpung dalam ilmu alamiah, maka sikap baru siswa yang akan
terbentuk adalah sikap ilmiah. sikap ilmiah siswa dapat dibentuk melalui pendekatan Accelerated
Learning Type MASTER yaitu Motivating your mind (memotivasi fikiran), Acquiring information
(memperoleh informasi), Searching out the meaning (menyelidiki makna), Triggering the memory
(memicu ingatan), Exhibiting what you know (memamerkan apa yang telah diketahui), Reflecting
how you have learned (merefleksi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan).

Langkah pertama (memotivasi fikiran) dapat membentuk sikap terbuka, dimana


siswa dapat memiliki pandangan yang luas terhadap materi yang akan dipelajari. Langkah
memperoleh informasi dan memamerkan apa yang telah diketahui dapat membentuk sikap
skeptis, dimana siswa dapat mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan materi
pelajarannya untuk dibandingkan kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya,

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

kebenaran-tidaknya, dan sebagainya. Langkah menyelidiki makna dan memacu ingatan


dapat membentuk sikap optimis, dimana siswa selalu berpengharapan baik dan tidak mudah
putus asa. Langkah terakhir (merefleksi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan)
dapat membantu siswa dalam mengevaluasi kinerja yang sudah dilakukan.
Listrik dinamis merupakan materi pelajaran yang penting bagi siswa SMK sebagai
modal untuk turun ke lapangan, selain berkecimpung dengan elektronika siswa SMK juga
sangat erat hubungannya dengan kendaraan, dimana komponen-komponen yang ada di
dalamnya berhubungan dengan kelistrikan. Sehingga pembelajaran pada materi Listrik
Dinamis harus diberikan penekanan khusus kepada siswa agar benar-benar pasih dengan
konsep listrik dinamis tersebut.
Berdasarkan masalah di atas akhirnya penulis tertarik melakukan penelitian yang
berjudul Upaya Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Fisika Dengan
Menggunakan Pendekatan Accelerated Learning Type MASTER di Kelas XII
Otomotif SMK Negeri 3 Kota Jambi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar, Mengajar, dan Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses komples yang terjadi pada setiap individu
disepanjang hidupnya. Saat terjadinya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya,
saat itulah proses belajar terjadi. Oleh karena itu proses belajar dapat terjadi di mana saja
dan kapan saja.
Kegiatan mengajar pada diri siswa akan tercipta jika ada usaha yang dilakukan dari
seorang guru. Usaha inilah yang disebut dengan proses mengajar. Pasaribu dkk (1983)
mengemukakan bahwa Mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasikan (mengatur)
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi
proses belajar peserta didik.
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses
pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai
memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
2.2 Pengertian Accelerated Learning
Yang dimaksud dengan percepatan pembelajaran disini adalah mempercepat
pemahaman siswa dalam proses belajar dan mengajar, dimana otak siswa dilatih untuk
berkerja secara simultan.
Sehingga dapat disimpukan bahwa Accelerated Learning terdiri dari Accelerated
yang artinya dipercepat dan learning yang artinya pembelajaran. Jadi, accelerated learning
adalah pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa
pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan dan memuaskan.

2.3 Prinsip-prinsip Accelerated Learning

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

Menurut Kusaeri (2013), prinsip-prinsip Accelerated Learning adalah sebagai


berikut :
(1) Belajar Melibatkan seluruh Pikiran dan Tubuh. (2) Belajar adalah Berkreasi,
Bukan Mengonsumsi. (3) Kerja Sama Membantu Proses Belajar. (4) Pembelajaran
Berlangsung pada Banyak Tingkatan secara Simultan(5) Belajar Berasal dari
Mengerjakan Pekerjaan Itu Sendiri (dengan Umpan Balik). (6) Emosi Positif Sangat
Membantu Pembelajaran. (7) Otak-Citra Menyerap Informasi secara Langsung dan
Otomatis

1. Belajar melibatkan seluruh fikiran dan tubuh dapat diartikan sebagai proses pembelajaran
tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional, memakai otak kiri, dan verbal),
tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya.
2. Belajar adalah berkreasi bukan mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang
diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar. Pembelajaran
terjadi ketika seorang pembelajar memadukan pengetahuan dan ketrampilan baru ke
dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar secara harfiah adalah menciptakan
makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi elektrokimia baru di dalam sistem
otak/tubuh secara menyeluruh.
3. Kerja sama membantu proses belajar. Semua usaha belajar yang baik mempunyai
landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawankawan daripada yang kita pelajari dengan cara lain manapun. Persaingan di antara
pembelajar memperlambat pembelajaran. Kerja sama di antara mereka mempercepatnya.
Suatu komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya daripada beberapa individu yang
belajar sendiri-sendiri.
4. Pembelajaran Berlangsung pada Banyak Tingkatan secara Simultan. Belajar bukan hanya
menyerap satu hal kecil pada satu waktu secara linear, melainkan menyerap banyak hal
sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada banyak tingkatan secara
simultan (sadar dan bawah-sadar, mental dan fisik) dan memanfaatkan seluruh saraf
reseptor, indra, jalan dalam sistem total otak/tubuh seseorang. Bagaimanapun juga, otak
bukanlah prosesor berurutan, melainkan prosesor paralel, dan otak akan berkembang
pesat jika ia ditantang untuk melakukan banyak hal sekaligus
5. Belajar Berasal dari Mengerjakan Pekerjaan Itu Sendiri (dengan Umpan Balik). Belajar
paling baik adalah dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari secara terpisah akan sulit
diingat dan mudah menguap. Kita belajar berenang dengan berenang, cara mengelola
sesuatu dengan mengelolanya, cara bernyanyi dengan bernyanyi, cara menjual dengan
menjual, dan cara memperhatikan kebutuhan konsumen dengan memperhatikan
kebutuhannya. Pengalaman yang nyata dan konkret dapat menjadi guru yang jauh lebih
baik daripada sesuatu yang hipotetis dan abstrak-asalkan di dalamnya tersedia peluang
untuk terjun langsung secara total, mendapatkan umpan balik, merenung, dan
menerjunkan diri kembali.
6. Emosi Positif Sangat Membantu Pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas dan juga
kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar. Perasaan positif

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan, dan bersuasana muram


tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai, dan menarik hati.
7. Otak-Citra Menyerap Informasi secara Langsung dan Otomatis. Sistem saraf manusia
lebih merupakan prosesor citra darpada prosesor kata. Gambar konkret jauh lebih mudah
ditangkap dan disimpan darpada abstraksi verbal. Menerjemahkan abstraksi verbal
menjadi berbagai jenis gambar konkret akan membuat abstraksi verbal itu bisa lebih
cepat dipejari dan lebih mudah diingat.
2.4 Ciri-ciri Accelerated Learning
Ciri merupakan tanda khas yang membedakan antara satu dengan yang lain. Semua
pendekatan memiliki cirinya masing-masing. Accelerated learning memiliki beberapa ciri
khas yang membedakan dengan pembelajaran tradisional (konvensional). Menurut Azmi
(2007) :
Ciri khas dari Accelerated Learning (AL) adalah : cenderung luwes, gembira, banyak
jalan, mementingkan tujuan, bekerja sama, multi indrawi, bersifat mengasuh,
mementingkan aktivitas, melibatkan mental, emosional, dan fisik serta lebih
mengutamakan hasil, bukan sarana atau metode tertentu. Metode apapun yang digunakan
asal dapat meningkatkan dan mempercepat pembelajaran dapat ditempatkan dalam AL.

Sehingga metode apapun yang digunakan guru dalam proses belajar dan mengajar
asalkan dapat meningkatkan dan mempercepat pembelajaran dapat diterapkan dalam
Accelerated Learning. Misalnya, teknik mind mapping, keyword, akrostik, kartu belajar dan
games interaktif.
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Accelerated Learning
Menurut Butar (2011), Accelerated Learning memiliki kelebihan dan kelemahan
yaitu sebagai berikut :
Adapun kelebihan Accelerated Learning yaitu sebagai berikut:
1. Dapat menciptakan suasana belajar tanpa stres.
2. Belajar tidak hanya menggunakan otak saja, melainkan seluruh
pikiran dan tubuh.
3. Dapat menumbuhkan rasa sosialisasi yang tinggi diantara pelajar
4. Siswa menjadi lebih aktif
Selain kelebihannya, Accelerated Learning juga memiliki kekurangan yaitu sebagai
berikut :
1. Waktu yang digunakan terkadang tidak mancukupi
2. Biaya yang digunakan lebih banyak
2.6 Tujuan Accelerated Learning
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendektan Accelerated learning mempunyai
tujuan sendiri yaitu untuk menggugah sepenuhnya kemampuan belajar, membuat belajar
menyenangkan dan memuaskan bagi mereka, dan memberikan sumbangan sepenuhnya
pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetisi, dan keberhasilan mereka sebagai manusia. Selain

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

itu juga bertujuan untuk mengubah kebiasaan siswa yang disebabkan oleh penambahan
sikap baru, sebagai individu yang berkecimpung dalam ilmu alamiah, maka sikap baru siswa yang
akan terbentuk adalah sikap ilmiah.

2.7 Langkah-langkah Accelerated Learning


Menurut Rose dkk (2003), penerapan Accelerated Learning dalam pembelajaran
dalah sebagai berikut :
Dilakukan dengan langkah-langkah Motivating your mind (memotivasi fikiran), Acquiring
information (memperoleh informasi), Searching out the meaning (menyelidiki makna),
Triggering the memory (memicu ingatan), Exhibiting what you know (memamerkan apa
yang telah diketahui), Reflecting how you have learned (merefleksi proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan) MASTER .

Langkah-langkah pendekatan Accelerated Learning type MASTER dapat


menciptakan imajinasi kreatif siswa, dimana dalam penerapannya siswa terlibat total dalam
proses pembelajaran sehingga dapat mempercepat dan memperkaya proses belajar dan
mengajar.
Menurut Meier (dalam Ngiza, 2012), penerapan Accelerated Learning dalam
pembelajaran dalah sebagai berikut :
Dilakukan dengan langkah-langkah Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and
doing (belajar dengan bergerak dan berbuat), Auditory dimaksudkan sebagai learning by
talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan), Visual dimaksudkan
sebagai learning by observing and picturing ( belajar dengan mengamati dan
menggambarkan), dan Intellectual dimaksudkan sebagai learning by problem solving and
reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi) SAVI.

Langkah-langkah pendekatan Accelerated Learning type SAVI dapat meningkatkan


motivasi belajar siswa, dimana dalam penerapannya menggunakan musik sebagai
lingkungan menyelenggarakan pembelajaran otak siswa terlatih untuk berkerja secara
simultan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Accelerated Learning
dilakukan dengan langkah MASTER karena dapat membentuk sikap ilmiah siswa. Langkah
pertama (memotivasi fikiran) dapat membentuk sikap terbuka, dimana siswa dapat
memiliki pandangan yang luas terhadap materi yang akan dipelajari. Langkah memperoleh
informasi dan memamerkan apa yang telah diketahui dapat membentuk sikap skeptis,
dimana siswa dapat mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan materi
pelajarannya untuk dibandingkan kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya,
kebenaran-tidaknya, dan sebagainya. Langkah menyelidiki makna dan memacu ingatan
dapat membentuk sikap optimis, dimana siswa selalu berpengharapan baik dan tidak mudah
putus asa. Langkah terakhir (merefleksi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan)
dapat membantu siswa dalam mengevaluasi kinerja yang sudah dilakukan.

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

2.8 Pendekatan Accelerated Learning Type MASTER


Accelerated Learning Type MASTER yaitu pendekatan Accelerated Learning dengan
menggunakan langkah (1) Motivating your mind (memotivasi fikiran), (2) Acquiring information
(memperoleh informasi), (3) Searching out the meaning (menyelidiki makna), (4) Triggering the
memory (memicu ingatan), (5) Exhibiting what you know (memamerkan apa yang telah diketahui),
(6) Reflecting how you have learned (merefleksi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan).

2.9 Pengertian Sikap Ilmiah


Sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki oleh orang-orang yang berkecimpung
dalam ilmu alamiah. Sikap ilmiah berupa sikap jujur, terbuka, toleran, skeptis, optimis,
pemberani, dan kreatif.
2.10 Ciri-ciri Sikap Ilmiah
Seseorang dapat dikatakan memiliki sikap ilmiah jika memiliki ciri-ciri sikap ilmiah
sebagai berikut :
a. Sikap Jujur (Honesty)
Purnama (dalam Putra, 2010) menyatakan bahwa Sikap jujur sebagai suatu sikap
seseorang yang dalam kesehariannya menilai suatu objek secara objektif.
b. Sikap Terbuka
Secara garis besar di dalam sikap terbuka terdapat unsur-unsur, seperti luwes
(Flexibel) dan inovasi. Begitu juga bagi siswa sangat penting untuk memilki sikap terbuka.
Terutama sikap anak dalam memahami konsep baru, pengalaman baru, sesuai dengan
kemampuannya tanpa ada kesulitan.
c. Sikap Toleran
Secara garis besar di dalam sikap toleran terdapat unsur memahami orang lain dan
mengembangkan orang lain.
d. Sikap Skeptis
Menurut Purnama (dalam Putra, 2010), Sikap skeptis merupakan sikap mencari
kebenaran suatu kesimpulan. Secara garis besar di dalam sikap skeptis terdapat unsurunsur, seperti keingintahuan (Curiosity), dan sikap kritis ( Critical Reflection).
e. Sikap Optimis
Sikap optimis merupakan kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang
realistis, terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian luas, sikap
optimis bermakna kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif,
sekalipun ketika berada dalam kesulitan.
f. Sikap Pemberani
Ilmu merupakan hasil usaha keras dan sifatnya personal. Ilmuwan sebagai pencari
kebenaran akan berani melawan semua ketidakbenaran, penipuan, kepura-puraan,
kemunafikan, dan kebatilan yang menghambat kemajuan. Begitupun proses belajar
mengajar siswa sebagai peserta didik wajib memilki sikap berani. Dalam hal ini dapat
terlihat dari cara siswa mengambil suatu keputusan berdasarkan pemikiran yang logis dan
mempertahankan pendapatnya dengan alasan yang rasional.

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

g. Sikap Kreatif
Purnama, (dalam Putra, 2010) menyatakan bahwa Seseorang dalam
mengembangkan ilmunya haruslah bersifat kreatif. Sifat-sifat kreatif menunjukkan kepada
kita arah tujuan yang hendak dicapai seseorang dalam menumbuhkan sikap ilmiah pada
dirinya. Begitu halnya dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai peserta didik haruslah
bersifat kreatif dalam mengembangkan ilmunya. Seorang siswa yang mempunyai sikap
kreatif dapat terlihat dari bagaimana cara ia menerapkan strategi tersendiri dalam
memahami materi pelajaran dan bagaimana siswa tersebut mendesain berbagai cara untuk
menyelesaikan suatu permasalahan.
2.11 Penilaian Sikap Ilmiah
Pengukuran sikap ilmiah siswa dapat didasarkan pada pengelompokan sikap yang
dimiliki masing-masing siswa. Menurut Herson (2009), Sikap ilmiah diukur dengan
bentuk penilaian non tes. Teknik penilaian non-tes yang sering digunakan adalah
pengamatan (observasi), melakukan wawancara (interview), menyebar angket (kuisioner),
dan dokumen (dokumentasi).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket (kuisioner) dan lembar observasi
sebagai instrumen penilaian sikap ilmiah. Pernyataan-pernyataan dalam angket dan lembar
observasi yang penulis gunakan adalah pernyataan-pernyataan yang penulis kembangkan
dari indikator-indikator sikap ilmiah yang telah disusun oleh Harlen (dalam Herson, 2009).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksankan dalam bentuk siklus. Siklus akan dilanjutkan jika belum
tercapai indikator keberhasilan penelitian dan akan dihentikan apabila kelas sudah stabil
atau mencapai indikator keberhasilan penelitian.
3.1.1 Tahapan Penelitian
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
hand out, alat alat pendukung yang diperlukan sesuai dengan rencana pembelajaran,
instrumen sikap ilmiah siswa berupa angket sikap ilmiah, dan lembar observasi sikap
ilmiah. Untuk melihat persentase terlaksananya aktivitas pembelajaran sesuai dengan sintak
pendekatan Accelerated Learning digunakan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran
berupa lembar observasi aktivitas siswa dan guru, alat evaluasi berupa soal tes dan kunci
jawaban.
b. Tindakan (Action)
Pelaksaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Proses
pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran fisika kelas XII Otomotif KR2 dan
rencana pembelajaran yang telah disiapkan.

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

c. Observasi dan Evaluasi


Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disiapkan dan mencatat kejadian kejadian yang tidak terdapat dalam lembar
observasi dengan membuat lembar catatan lapangan.
d. Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I
yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya.
Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan
pada siklus berikutnya dan seterusnya.
3.1.2 Tempat dan waktu
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 3 Kota Jambi untuk
mata pelajaran Fisika pada materi Listrik Dinamis dan dilaksanakan pada semester II Tahun
Ajaran 2013/2014, sesuai dengan kalender akademik SMK Negeri 3 Kota Jambi.
3.1.3 Subjek Penelitian
Subjek Pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah kelas XII Otomotif KR2 SMK
Negeri 3 Kota Jambi yang berjumlah 22 siswa, seluruh siswa adalah putra.
3.2 Instrumen Penelitian
3.2.1 Validitas
Purwanto (2013) mengemukakan bahwa pengujian validitas isi dapat dilakukan
menggunakan satu dari tiga metode yaitu menelaah butir instrumen, meminta pertimbangan
ahli, dan analisis korelasi butir soal. Dari pendapat ini, peneliti menggunakan metode
menelaah butir instrumen yang disesuaikan dengan silabus yang berlaku.
3.2.2 Tingkat Kesukaran
Menurut Arikunto (2010) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Besarnya indeks kesukaran soal ditentukan dengan rumus:
B
P
(3.1)
JS
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk mengetahui besarnya indeks kesukaran, kriteria yang digunakan adalah:
0,00 p < 0,30 : sukar
0,30 p < 0,70 : sedang
0,70 p 1,00 : mudah
Dari perhitungan tingkat kesukaran butir soal terdapat 22 soal dengan kategori
mudah, 3 soal dengan kategori sedang, dan 15 soal dengan kategori sukar.

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

3.2.3 Daya Beda


Arikunto (2010) mengemukakan, daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal
untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Untuk perhitungan kelompok tes dibagi dua
sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Daya beda soal dihitung
dengan rumus:
BA BB
D

PA PB
JA JB
(3.2)
Keterangan:
D
= Indeks diskriminasi atau daya pembeda
JA
= Banyak peserta kelompok atas
JB
= Banyak peserta kelompok bawah
BA
= Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB
= Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA
= Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB
= Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Dengan kriteria nilai D adalah:
0,00 D < 0,20 : jelek
0,20 D < 0,40 : cukup
0,40 D < 0,70 : baik
0,70 D 1,00 : sangat baik
Dari perhitungan daya pembeda butir soal terdapat 1 soal dengan kategori baik, 24
soal dengan kategori cukup, dan 15 soal dengan kategori jelek.
3.2.4 Reliabilitas
Sebuah tes disebut reliabel apabila hasil-hasil tersebut menunjukkan ketepatan
(Arikunto, 2010). Untuk menentukan reliabilitas digunakan rumus Kuder Richarson 21
yang disingkat dengan K-R 21, sebagai berikut:

n M (n M )
2
r11
1
dengan St
2
n

1
nSt

2
X

Keterangan:
r11
= Koefisien reliabilitas soal
2
St
= Variansi dari tes
n
= Banyak item
Xi
= Skor total butir soal
N
= Jumlah peserta tes

= Jumlah total suara yang benar

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

(3.3)

= Jumlah kuadrat skor total


Skor rata-rata
Sebagai kriteria penghitung reliabilitas soal didasarkan pada ketentuan di bawah ini:
0,00 r11 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah
0,20 r11 < 0,40 : reliabilitas rendah
0,40 r11 < 0,60 : reliabilitas cukup
0,60 r11 < 0,80 : reliabilitas tinggi
0,80 r11 1,00 : reliabilitas sangat tinggi
Dari hasil perhitungan reliabilitas soal didapatkan nilai r11=0,99, berarti reliabilitas
uji coba soal yang dijadikan instrument penelitian mempunyai tingkat realiabilitas yang
tinggi.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data kuantitatif terdiri dari
angket sikap ilmiah siswa, lembar observasi sikap ilmiah siswa, lembar observasi aktivitas
belajar siswa, lembar observasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan tes pada
setiap siklus.
3.4 Indikator Kerja
Tahap-tahap pelaksanaan yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil jika hasil
belajar siswa telah mencapai skor 67 atau bila telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM) 67, sikap ilmiah siswa meningkat yaitu mencapai 75 % sehingga sikap ilmiah
siswa dapat dikategorikan baik, dan aktivitas belajar mengajar menggunakan sintak
pendekatan Accelerated Learning type Master terlaksana mencapai 70%.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran mengenai peningkatan sikap ilmiah siswa yang diperoleh dari penerapan
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa
No
1
2
3
4
5

Indikator Sikap yang Diamati


Sikap respek terhadap data/fakta
Sikap berfikir kritis
Sikap penemuan dan kreatifitas
Sikap berfikiran terbuka dan kerja sama
Sikap ketekunan
Rata-rata

Siklus I
68,9
68,1
67,0
63,1
63,9
62,2

Persentase
Siklus II Siklus III
75,2
85,1
75,6
83,7
73,5
81,5
63,1
77,8
71,8
78,6
71,8
81,3

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa setiap siklus terdapat peningkatan sikap
ilmiah siswa yang semakin baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

Accelerated Learning dalam proses pembelajaran Fisika dapat meningkatkan sikap ilmiah
siswa.
Gambaran mengenai peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.2 Rata-Rata Peningkatan Aktivitas Siswa
No
1.

Variabel yang diteliti


Rata-rata aktivitas belajar siswa

Jumlah/Persentase
Siklus I
58,35

Siklus II
71,48

Siklus III
74,97

Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Pada pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata aktivitas siswa masih berada pada kategori
cukup aktif, selanjutnya pada siklus II dan III rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi
aktif.
Gambaran mengenai peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus
No
1
2
3
4
5

Variabel yang diteliti


Nilai rata-rata siswa
Jumlah siswa yang berhasil pada siklus I
Persentase keberhasilan siswa
Jumlah siswa yang belum berhasil pada siklus I
Persentase siswa yang belum berhasil

Siklus I
63,64
7 orang
31,8%
15 orang
68,2%

Jumlah/Persentase
Siklus II
Siklus III
70,45
83,52
10 orang
19 orang
45,4%
83,4%
12 orang
3 orang
54,6%
16,6%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklus
semakin membaik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan Accelerated
Learning pada materi listrik dinamis dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
Accelerated Learning dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar Fisika siswa pada
materi Listrik Dinamis di kelas Kendaraan Ringan 2 XII Otomotif SMK Negeri 3 Kota
Jambi
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh di atas, maka penulis menyarankan
beberapa hal :

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

1) Diharapkan kepada guru supaya menerapkan pendekatan Accelerated Learning


pada materi listrik dinamis sebagai alternatif dalam pemilihan pendekatan dalam
pembelajaran khususnya pembelajaran Fisika.
2) Karena penelitian ini hanya dilakukan pada materi listrik dinamis, maka
diharapkan penelitian yang serupa dapat pula dilaksanakan pada materi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. ManajemenPenelitian. Jakarta: RinekaCipta.
Azmi, 2007. Accelerated Learning dan Inplementasinya di Indonesia. Malang : Universitas
Wisnuwardana
Butar, 2011. Efektivitas Accelerated Learning Model MASTER terhadap hasil belajar siswa
pada sub materi pokok sistem reproduksi pada manusia kelas XI IPA SMA Negeri
1 Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir T.A 2009/2010. Medan : Universitas
Negeri Medan
Herson, 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu (2).
Kusaeri, 2013. Prinsip Pokok Accelerated Learning. http://www.trustco.or.id/berita-86performance-management-indoor-training.html (diakses 11 Desember 2013).
Lou, 2011. The Accelerated Learning Fieldbook. Bandung : Nusa Media.
Ngiza, 2012. Peningkatan Sikap Ilmiah dan Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Menggunakan
Pendekatan Accelerated Learning Melalui Metode Eksperimen di Kelas VII E SMP
Negeri 3 Silo tahun 2012/2013. Kalimantan : Universitas Jember.
Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Jogjakarta: Pustaka Belajar.
Pasaribu, dkk, 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito
Putra, 2010. Pengaruh Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas XII IPA
SMA N 9 Kota Jambi Tahun Ajaran 2010/2011. Jambi : Universitas Jambi
Rose, dkk, 2003. Accelerated Learning For 2ist century. Cara Belajar Cepat Abad XXI.
Bandung : Nuansa Cendikia.

Desrianti Sahida : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi

Anda mungkin juga menyukai