Anda di halaman 1dari 6

Intisari Buku

Menyongsong Mihwar Daulah

Bersama Dakwah

Menyongsong Mihwar Daulah

Intisari Buku

Menyongsong Mihwar Daulah


Judul Buku
Penulis
Penerbit
Tahun Terbit

: Menyongsong Mihwar Daulah


: Cahyadi Takariawan
: Era Adicitra Intermedia, Solo
: 2009

Ada empat mihwar yang harus dilalui dakwah ini untuk


mewujudkan visi yang dicita-citakannya; mihwar tandzimi,
mihwar sya'bi, mihwar muassasi, dan mihwar daulah.
Mihwar Daulah ditandai dengan penetrasi dakwah ke
pemerintahan dan lembaga-lembaga negara. Dakwah pada
mihwar ini, dengan demikian, mampu mempengaruhi dan
mengelola negara sehingga kebijakan-kebijakannya sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Pada akhirnya, rakyatlah yang akan
merasakan keadilan dan kesejahteraan dari negara yang kita
cintai bersama.
Jika mihwar tandzimi berkonsentrasi pada pencetakan dan
pembentukan kader sebagai basis operasional dakwah;
mihwar sya'bi mulai memunculkan kader-kader dakwah
untuk berperan di ranah publik membentuk basis sosial,
mengintensifkan kegiatan dakwah 'ammah dan membentuk
wajihah-wajihah; lalu mihwar muassasi mempertemukan
dakwah dengan kegiatan dan kelembagaan politik serta
penetrasi dakwah parlemen; maka mihwar daulah
mendapatkan pekerjaan baru untuk menyiapkan pemimpinpemimpin negara, blue print pemerintahan, regulasi dan
perundang-undangan, serta pengelolaan negara. Sebagai
konsekuensinya, beban dakwah yang semakin berat dan
Bersama Dakwah

Intisari Buku

Menyongsong Mihwar Daulah

ranah kerja dakwah yang semakin luas ini membutuhkan


persiapan-persiapan yang lebih besar dari pada mihwarmihwar sebelumnya.
Untuk mendukung persiapan-persiapan itulah buku
Menyongsong Mihwar Daulah ini ditulis oleh Ust. Cahyadi
Takariawan. Maka, selain mengupas empat mihwar di atas
dengan terlebih dahulu diawali tulisan tentang dakwah,
kewajiban, tujuan, metode, sampai aspek pertumbuhannyahampir separuh buku ini berisi persiapan-persiapan aktivis
dakwah dalam menyongsong mihwar daulah.
Persiapan itu dikelompokkan penulis menjadi 6 bagian;
persiapan ruhani (ruhiyah), persiapan karakter (muwashofat),
persiapan intelektual (fikriyah), persiapan fisik (jasadiyah),
persiapan kompetensi (kafa'ah), serta persiapan materi
(maaliyah).
Persiapan ruhiyah bersumber dari aqidah Islam, dan ia
menjadi rahasia kekuatan Islam! Dengan persiapan ruhiyah
tumbuhlah keyakinan yang kokoh dan terbentuklah sifat
rabbaniyah. Dengan mengambil metode dakwah fase
Makkiyah, persiapan ruhiyah ini harus diawali dari
pembinaan aqidah yang benar lalu diikuti dengan
pembersihan jiwa (tazkiyatun nafs).
Diantara parameter persiapan ruhiyah yang benar dalam
menyongsong mihwar daulah adalah terbebasnya kader dari
gejala kekeringan ruhaniyah, yaitu mudah dilanda kejenuhan
dan kemalasan, mudah emosi dan tersinggung, mudah
kecewa dan putus asa, serta mudah mengeluh dan meratapi
kondisi.
Bersama Dakwah

Intisari Buku

Menyongsong Mihwar Daulah

Persiapan muwashafat mengharuskan kita untuk lebih serius


dalam aktifitas tarbiyah. Persiapan muwashafat tidak lain
adalah penyiapan kader dakwah melalui tarbiyah agar
memiliki 10 muwashafat yang telah banyak kita hafal
bersama; salimul aqidah (aqidah yang selamat), shahihul
ibadah (ibadah yang benar), matinul khuluq (akhlak yang
mulia), qadirun alal kasbi (berdaya secara ekonomi),
mutsaqqaful fikri (wawasan yang luas), qawiyyul jismi (fisik
yang sehat), mujaahidun linafsihi (memerangi nafsunya
sendiri), munazhzhamun fi syu'unihi (teratur dalam segala
urusannya), hariitsun ala waqtihi (manajemen waktu yang
baik), dan nafi'un li ghairihi (bermanfaat bagi sesama).
Sebenarnya 10 muwashafat ini sudah menyangkut persiapanpersiapan lainnya seperti persiapan fikriyah, jasaadiyah, dan
maaliyah. Namun penulis (Ust. Cahyadi Takariawan) hendak
membahasnya lebih detail dan memberikan penekanan yang
lebih. Karenanya persiapan-persiapan itu dibahas lebih lanjut.
Persiapan fikriyah dalam menyongsong mihwar daulah
mengharuskan seorang kader untuk memiliki pengetahuan
Islam secara lengkap dan pengetahuan modern sekaligus.
Pengetahuan Islam yang dimaksud adalah penguasaan atas
ilmu ushul ats-tsalatsah (tiga ma'rifat tentang Allah SWT, ArRasul, dan Al-Islam), Al-Qur'an (kandungan dan ilmu-ilmu
yang berhubungan dengannya), As-Sunnah (kandungan dan
ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya), ushul fiqih,
aqidah, akhlak, dan fiqih, sirah nabawiyah dan tarikh umat
Islam, ilmu bahasa Arab, sistem musuh dalam deislamisasi,
studi Islam modern, serta fiqih dakwah.
Bersama Dakwah

Intisari Buku

Menyongsong Mihwar Daulah

Secara jamaah, pengetahuan modern harus dikuasai di semua


bidangnya. Harus ada kader yang menguasai satu spesialisasi
ilmu, sementara spesialisasi lain dikuasi oleh kader lainnya.
Dengan demikian, ilmu yang dibutuhkan dalam pelayanan
publik termasuk keahlian praktis dan keprofesian,
pengelolaan negara dan teknologi, semuanya harus dimiliki.
Sementara secara personal, kader dakwah harus menguasai
ilmu yang menjadi profesinya serta memiliki pengetahuan
umum di luar spesialisasinya.
Persiapan jasadiyah juga sangat diperlukan dalam mihwar
daulah. Aktifitas yang semakin padat, baik amal tarbawi,
amal mihani, maupun amal siyasi mutlak memerlukan
kesiapan fisik yang prima. Maka, kebiasaan hidup sehat dan
olahraga secara teratur menjadi kunci suksesnya persiapan
jasadiyah ini.
Persiapan kompetensi mutlak diperlukan karena saat
memasuki mihwar daulah, dakwah membutuhkan banyak
SDM untuk memasuki posisi-posisi strategis dalam
pemerintahan, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Persiapan ini perlu dimulai dari pemetaan posisi strategis
yang akan dikelola dan bagaimana kompetensi SDM yang
diperlukannya. Selanjutnya, kader dengan kompetensi yang
tepat-lah yang ditempatkan pada posisi strategis yang tepat.
Persiapan maliyah diperlukan dalam mihwar daulah, bahkan
lebih besar dari mihwar sebelumnya. Ia diperlukan dalam
skala individu dan kolektif. Maka kekuatan maaliyah ini
harus dipupuk dengan aktifitas usaha sedini mungkin.
Bersama Dakwah

Intisari Buku

Menyongsong Mihwar Daulah

Mihwar daulah, selain membutuhkan enam persiapan di atas,


juga membutuhkan keseimbangan peran antara ikhwan dan
akhwat. Karenanya Ust. Cahyadi Takariawan membuat bab
tersendiri yang membahas peran akhawat muslimah dalam
dakwah. Selain mengemukakan penghargaan Islam kepada
perempuan, peran akhawat muslimah di zaman keemasan
Islam juga peran akhawat dalam gerakan dakwah modern.
Mengakhiri bab terakhir ini, Ust. Cahyadi Takariawan
menuliskan pedoman umum keterlibatan akhawat. Pertama,
kesadaran dan partisipasi sosial politik. Kedua, fardhu
kifayah dalam berperan di bidang sosial politik. Ketiga, peran
dalam pendidikan sosial dan politik, utamanya di ranah
tanggung jawabnya baik lingkungan keluarga atau pun
lainnya.
Buku ini memang tidak membahas secara detail bagaimana
metode
dan
langkah
praktis
persiapan-persiapan
menyongsong mihwar daulah, karena ia memang menjadi
urusan internal tarbiyah. Artinya, sasaran-sasaran yang
dijelaskan dalam persiapan menyongsong mihwar daulah di
buku ini akan dicapai dengan aktifitas tarbiyah dengan segala
manhaj dan wasaailnya. Sehingga jika pembaca
menginginkan dirinya mampu memenuhi persiapan-persiapan
itu tidak ada jalan lain kecuali bergabung dalam tarbiyah dan
istiqamah di dalamnya. Satu harapan kita, semoga buku ini
sebagaimana promosinya di majalah tarbawi dan media lainmenjadikan kader lebih cerdas dan siap menyongsong
mihwar daulah! Wallaahu a'lam bish shawab.

Bersama Dakwah

Anda mungkin juga menyukai