Anda di halaman 1dari 10

ALTERNATIF SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN DOMESTIK

KECAMATAN GARUT KOTA DENGAN SISTEM


PIPA RIOL KECIL
ALTERNATIVES OF SEWERAGE SYSTEM FOR DOMESTIC WASTEWATER IN
GARUT KOTA SUB DISTRICT WITH
SMALL BORE SEWER SYSTEM
Yoggie Ginanjar dan Edwan Kardena
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil Dan Lingkungan ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
ogiw_ksev@yahoo.com dan edwankardena@gmail.com

Abstrak :
Kecamatan Garut Kota merupakan kecamatan yang sangat padat penduduk, karena merupakan pusat dan
ibukota dari Kabupaten Garut. Pada tahun 2007, jumlah penduduk mencapai 123.938 jiwa, dengan tingkat
pertumbuhan 1,57%. Peningkatan jumlah penduduk tersebut harus disertai oleh peningkatan kualitas hidup
dan sanitasi lingkungan yang memadai. Sistem Penyaluran Air Buangan merupakan salah satu sarana
pendukung yang penting untuk membantu terciptanya kondisi sanitasi lingkungan yang baik, yang pada
akhirnya dapat menunjang terciptanya suatu masyarakat yang sehat dan produktif. Sebagian besar pemukiman
penduduk (63%) di Kecamatan Garut Kota telah memiliki tangki septik, namun belum semua tangki septik
dilengkapi dengan bidang resapan dan sekalipun dilengkapi bidang resapan, diperkirakan seiring
meningkatnya kepadatan penduduk, maka tanah di Kecamatan Garut Kota tidak akan mampu lagi berperan
sebagai bidang resapan dari tangki septik tersebut, karena akan memungkinkan terjadinya pencemaran tanah
dan air tanah oleh air buangan. Berdasarkan analisis kondisi eksisting daerah perencanaan dengan kriteria
perencanaan, seperti tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, permeabilitas tanah yang rendah, Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) eksisting, faktor teknis dan ekonomis, serta topografi wilayah perencanaan,
maka sistem yang paling tepat digunakan dalam Penyaluran Air Buangan Domestik Kecamatan Garut Kota
adalah Sistem Off-Site (Terpusat) menggunakan Sistem Pipa Riol Kecil, yaitu pipa yang menyalurkan efluen
cair buangan dari septik tank menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), sementara padatannya
ditampung dalam septik tank yang berperan sebagai tangki interceptor, untuk kemudian diangkut ke Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Kata kunci : sistem penyaluran air buangan, tangki septik, pipa riol kecil, instalasi pengolahan lumpur tinja.
Abstract :
Garut Kota Subdistrict is well known as one of the high density area population, because Garut Kota Sub
district is centre and capital city of Garut district. In the year 2007, population reach 123.938 people, with
growth level 1,57%. An increasing number of population has to be supported by a quality life improvement and
a good sanitation provision. Sewerage system is one of the supporting facilities for an environmental sanitation
condition, eventually this will increase the community health and productivity. Most settlement (63%) in Garut
Kota Subdistrict have owned septic tank, but not yet all septic tank provided with diffusion area and even if
equiped by diffusion area, it estimated along the increasing of density, soil in Garut Kota Subdistrict will not be
able to be as diffusion area of septic tank, because sewerage will enable to contaminate of ground water and
land. Based on analysis of condition planning area existing with planning criterion, like high density level, low
permeability of the soil, Installation Sewage Treatment Plant (STP) eksisting, economical and technical factor,
and also topography of planning area, the most suitable system used in sewering of domestic sewerage in Garut
Kota Subdistrict is Off-Site system with Small Bore Sewer, that is pipe sewering liquid efluen of sewerage from
septic tank to The Installation Of Waste Water Treatment Plant (WWTP), while it solid accomodated in tank
septik which have fungtion as interceptor tank, removed periodically to the Sewage Treatment Plant (STP).
Key words : sewerage system, septic tank, small bore sewer, sewage treatment plant.

WW9-1

PENDAHULUAN
Kecamatan Garut Kota merupakan salah satu dari 42 kecamatan yang berada di
wilayah Kabupaten Garut, serta merupakan pusat dan ibukota Kabupaten Garut. Dengan
Luas daerah pemukiman sekitar 780 ha, Kecamatan Garut Kota memiliki kepadatan
penduduk cukup tinggi, dengan jumlah penduduk sebesar 123.938 jiwa dan tingkat
pertumbuhan penduduk sebesar 1,57%, Kecamatan Garut Kota memiliki kepadatan
penduduk 160 jiwa/ha pada tahun 2007. (BPS Kabupaten Garut 2007).
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perekonomian maka jumlah
limbah yang dihasilkan akan mengalami peningkatan pula. Untuk itu perlu dilakukan usaha
untuk mengeliminasi pencemaran badan air oleh limbah domestik. Salah satu diantaranya
yaitu dengan merencanakan sistem penyaluran air buangan domestik.
Perancangan Penyaluran Air Buangan di Kecamatan Garut Kota ditujukan untuk
mengalirkan air buangan dari suatu pemukiman secara cepat ke suatu tempat yang tidak akan
menimbulkan bahaya/kerusakan bagi manusia dan lingkungan. Sistem penyaluran air
buangan ini diterapkan dengan menggunakan suatu metoda penyaluran air buangan yang
dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

METODOLOGI
Tahap pertama dalam menentukan sistem penyaluran air buangan domestik di
Kecamatan Garut Kota ini adalah dengan cara mencari, mempelajari dan memahami literatur
mengenai sistem penyaluran air buangan domestik yang berasal dari perpustakaan, internet,
atau sumber-sumber lain yang mendukung. Literatur ini sebagai data teoritis pendukung yang
akan digunakan dalam perencanaan sistem penyaluran air buangan pada wilayah
perencanaan.
Tahap selanjutnya adalah pengambilan data dari lapangan (wilayah studi) berupa
pengumpulan dan analisis data primer serta sekunder, meliputi tinjauan daerah perencanaan
yang berkaitan dengan perencanaan penyaluran air buangan. Pengambilan data ini dilakukan
dengan cara survey langsung ke lapangan, atau pun mencari data pendukung melalui
instansi-instansi pemerintahan yang terkait pada wilayah perencanaan.
Tahapan terakhir adalah perencanaan sistem penyaluran air buangan berdasarkan data
primer dan sekunder yang didapat pada tahap sebelumnya sebagai dasar perencanaan.
Dengan tahapan-tahapan ini, diharapkan perencanaan penyaluran air buangan pada
wilayah perencanaan dilakukan secara sistematis, sehingga didapatkan hasil perencanaan
yang realistis dan efektif dari segi teknis maupun ekonomis.

DASAR-DASAR PERENCANAAN
Sumber Air Buangan
Sistem Penyaluran Air Buangan (SPAB) yang direncanakan akan menerima air
buangan yang berasal dari perumahan, fasilitas perkotaan, kesehatan, pendidikan,
perekonomian, rekreasi, dan perkantoran. Sumber lain yang masuk ke saluran air buangan
diperkirakan dari infiltrasi air tanah, atau meresapnya air tanah ke dalam saluran air buangan
WW9-2

melalui manhole dan penutupnya, maupun melalui dinding saluran yang retak, sambungan
yang bocor, atau dinding yang porous serta berasal dari inflow air hujan yang masuk ke
sistem penyaluran air buangan dari drainase.
Proyeksi Jumlah Penduduk
Dalam merencanakan suatu sistem penyaluran air buangan, perlu diketahui
perkembangan penduduk di masa yang akan datang hingga akhir periode perencanaan.
Jumlah penduduk sangat mempengaruhi debit air buangan yang dihasilkan. Pada umumnya
semakin besar penduduk, maka air buangan yang harus ditangani akan semakin besar pula.
Untuk memperkirakan jumlah penduduk Kecamatan Garut Kota digunakan data
kependudukan kota sepuluh tahun ke belakang agar dapat dihasilkan prediksi penduduk yang
paling mendekati kebenaran. Metode yang dipilih untuk memproyeksikan jumlah penduduk
adalah metode eksponensial. (RUTR Kabupaten Garut, 2007)
Hasil regresi data jumlah penduduk dengan metode eksponensial disajikan dalam
Gambar 1.
Proyeksi Penduduk Eksponensial
126000

Jumlah Penduduk

124000

y = 0.001e0.0093x
R2 = 0.9868

122000
120000
118000
116000

Proyeksi Penduduk
Expon. (Proyeksi Penduduk)

114000
112000
1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Tahun

Gambar 1. Grafik regresi jumlah penduduk dengan metode eksponensial (RUTR


Kabupaten Garut, 2007)
Dari hasil regresi grafik diatas, didapatkan hasil proyeksi jumlah penduduk
Kecamatan Garut Kota hingga akhir tahun perencanaan (2031) yang disajikan pada Tabel 1.

WW9-3

Tabel 1. Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Garut Kota Hingga Tahun 2031
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019

Jumlah
Penduduk
124069
125228
126398
127579
128771
129974
131188
132414
133651
134900
136161
137433

Tahun
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031

Jumlah
Penduduk
138717
140013
141321
142642
143974
145319
146677
148048
149431
150827
152236
153659

Periode Perencanaan dan Tahapan Pelayanan


Pembangunan saluran air buangan direncanakan dimulai pada awal tahun 2010 dan
diperkirakan selesai pada akhir tahun 2011, sehingga saluran air buangan dapat mulai
dioperasikan pada awal tahun 2012. Periode perencanaan terdiri dari 2 tahap dimana setiap
tahap memiliki periode 10 tahun.
Tahap I
:
2012 2021
Tahap II
:
2022 2031
Pembagian periode menjadi 2 tahapan ditujukan agar kinerja unit pengolahan menjadi
lebih efisien dan memenuhi kriteria desain karena adanya perbedaan debit yang besar antara
tahun 2012 dan 2031. Jumlah penduduk yang akan dilayani menurut perencanaan ini adalah
43% pada tahap I dan meningkat menjadi 70% pada tahap II dari total populasi penduduk
menurut hasil proyeksi. Hal ini didasarkan dan disesuaikan pada pendekatan tingkat
pelayanan air bersih jangka panjang oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten
Garut sebesar 80%, sedangkan pelayanan untuk fasilitas umum dan sosial tingkat
pelayanannya adalah 100 %.
Kuantitas Air Buangan
Untuk memperkirakan besarnya timbulan air buangan pada akhir tahun perencanaan,
perlu diperkirakan kebutuhan air bersih untuk seluruh Kecamatan Garut Kota terutama pada
daerah yang akan dilayani. Perhitungan kebutuhan air bersih untuk Kecamatan Garut Kota
merujuk pada standar pelayanan air bersih berdasarkan jenis daerah yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum (DPU) dan digunakan oleh PDAM Kabupaten Garut, yang
dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel3.
Tabel 2. Pembagian Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk (DPU, 2005)
Kategori

Jenis Kota

I
II
III
IV
V
VI

METROPOLITAN
BESAR
SEDANG
KECIL
IKK
DESA

WW9-4

Jumlah Penduduk
(Jiwa)
> 1 Juta
500 Ribu - 1 Juta
100.000 - 500.000
20.000 - 100.000
3.000 - 20.000
< 3.000

Tabel 3. Tabel Tingkat Konsumsi Air Bersih (DPU, 2005)


Uraian
Konsumsi Air Bersih
Sambungan Rumah (SR)

Satuan

Kecil

liter/jiwa/hari

80

Jenis Daerah
Sedang
Besar
Metropolitan
125

150

200

Berdasarkan standar tersebut Kecamatan Garut Kota termasuk jenis daerah sedang,
tetapi memiliki kepadatan penduduk yang tinggi pada akhir tahun perencanaan. Sehingga
tingkat konsumsi air bersih untuk Kecamatan Garut Kota adalah 150 liter/org/hari, dan
diasumsikan bahwa kebutuhan air bersih di Kecamatan Garut Kota meningkat sebesar 5
liter/orang/hari untuk setiap lima tahun.
Jumlah air limbah yang dihasilkan berkisar antara 50% - 80% dari pemakaian air
bersih (Metcalf & Eddy, 1991). Untuk daerah pelayanan Kecamatan Garut Kota ditetapkan
jumlah air limbah yang dihasilkan adalah 80% dari konsumsi air bersih. (RUTR Kabupaten
Garut, 2007)
Rekapitulasi jumlah kuantitas air buangan Kecamatan Garut Kota dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi Total Proyeksi Debit Air Buangan Kecamatan Garut Kota
Tahun
2011
2021
2031

Domestik
47.2514
57.0423
142.2767

Debit Air Buangan (L/dtk)


Non Domestik
Infiltrasi
18.3617
10.7403
25.3100
10.7403
33.3535
21.4806

Total
76.3534
93.0926
197.1107

Kondisi Eksisting Daerah Perencanaan


Kecamatan Garut Kota memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, bahkan
diperkirakan sampai takhir tahun perencanaan (2031) kepadatan penduduk mencapai 315
jiwa/ha. Kondisi topografi Kecamatan Garut Kota yang cenderung melandai ke arah utara
dengan kemiringan < 3% memungkinkan pengaliran air buangan secara gravitasi.
Berdasarkan sensus Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Garut tahun 2007,
persentase pemukiman di wilayah kecamatan garut kota yang memiliki pengolahan air
limbah secara on-site dengan menggunakan MCK (tangki septik 63%, cubluk 16%), dan
lainnya (fasilitas umum, pembuangan langsung melelui saluran drainase) sebanyak 21%.
Adapun nilai permeabilitas tanah untuk wilayah Kecamatan Garut Kota sebesar 0,005562
cm/menit (rendah), dengan kedalaman air tanah dari permukaan berkisar antara 1 5 m.
Meskipun penggunaan tangki septik diwilayah Kecamatan Garut Kota lebih dari 60%, namun
belum optimal karena dibangun tanpa bidang resapan ataupun ada bidang resapan, akan
tetapi bidang resapannya tidak efektif lagi karena pada akhir tahun perencanaan diperkirakan
permeabilitas tanah tidak lagi memenuhi syarat, selain itu ketinggian muka air tanah yang
dangkal menyebabkan mudah tercemarnya air tanah. Rencana awal untuk melayani bagian
daerah yang telah memiliki 60 % masing-masing sumur-sumur pribadi dan tangki septik.
Tetapi IWSSI, mempromosikan konsep dari small bore sewer pada pertengahan tahun 1980
sebagai gantinya, dan mengusulkan suatu small bore sewer sistem, sistem penyaluran air
buangan tunggal lebih yang memenfaatkan sumur-sumur (tangki septik) yang tersedia untuk
melayani masyarakat secara komunal. (Koroluk, Korky, 2004)

WW9-5

Lokasi IPAL
Lokasi IPAL untuk Kecamatan Garut Kota direncanakan terletak di bagian utara
Kecamatan Garut Kota, yakni di daerah Bojonglarang, Kelurahan Sukamantri.
Penentuan lokasi IPAL tersebut selain mempertimbangkan kondisi topografi daerah
pelayanan, juga berdasarkan berbagai pertimbangan lain sebagai berikut :
a. Merupakan lokasi yang masih berupa tanah kosong (tegalan).
b. Tersedia sarana jalan dan listrik yang memadai.
c. Merupakan daerah bebas banjir.
d. Merupakan daerah yang jauh dari pemukiman.
e. Lokasi terletak dekat dengan badan air penerima, yaitu saluran Sungai Cimanuk.
f. Luas lahan yang tersedia sangat memadai dan memungkinkan untuk perluasan.
g. Memungkinkan untuk pengaliran gravitasi, karena terletak di dataran dengan topografi
paling rendah.
h. Memiliki akses untuk jaringan listrik dan transportasi.
Lokasi IPAL dapat dilihat pada Gambar 2.

IPAL

Gambar 2. Rencana Lokasi IPAL Kecamatan Garut Kota

WW9-6

HASIL DAN DISKUSI


Kecamatan Garut Kota merupakan daerah yang berpenduduk padat dan tidak
mempunyai lahan lagi untuk pengolahan secara on-site, sehingga sistem pengolahan air
limbah domestik Kecamatan Garut Kota direncanakan menggunakan sistem terpusat (off
site), yaitu sistem dimana air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan dalam
saluran riol pengumpul, kemudian dialirkan ke dalam riol pusat menuju IPAL sebelum
dibuang ke badan air penerima (MODUTO, 1998).
Kecamatan Garut Kota direncanakan membangun sistem penyaluran air buangan
terpisah atau yang biasa dikenal sebagai Separate System, dimana air limbah domestik dan
air hujan dialirkan secara terpisah melalui saluran atau riol yang terpisah (MODUTO, 1998).
Karena itu, alternatif sistem penyaluran air buangan yang cocok diterapkan untuk
Kecamatan Garut Kota adalah sistem konvensional (Conventional Sewerage) atau sistem riol
ukuran kecil (Small Bore Sewerage).
Tabel 5. Perbandingan Kriteria Desain Sistem Penyaluran Air Buangan Domestik Dengan
Daerah Perencanaan
Kriteria
Kepadatan
Penduduk
Topografi
Suplai air bersih
Permeabilitas
Tanah
Septic Tank

Conventional
Sewerage
Tinggi (300 -500,
>500 jiwa/ha)
< 2%
Tinggi
Buruk (<0,0416
cm/mnt)
Tidak Perlu (<60%)

Small Bore Sewerage

Daerah Perencanaan

Tinggi (150 500 jiwa/ha)


< 2%
Rendah

373 jiwa/ha
0 - 3%
43%

Buruk (<0,0416 cm/mnt)


> 60% eeksisting

IPLT

Tidak perlu

IPLT harus ada

IPAL
Biaya
Konstruksi

IPAL harus ada

IPAL harus ada


Lebih murah (50 - 60%) dari
Conventional System

0,005562 cm/menit
63% eksisting
IPLT eksisting didaerah
Bojonglarang, Kelurahan
Sukamantri tapi belum
beroperasi
IPAL sedang dalam
perencanaan
ekonomis (Pendapatan per
kapita sedang-tinggi)

Relatif mahal

Analisis Kondisi Daerah Perencanaan dengan Kriteria Perencanaan


Kondisi topografi Kecamatan Garut Kota yang cenderung melandai ke arah utara
memungkinkan pengaliran air buangan secara gravitasi. Pada sistem Small Bore Sewer
(SBS), aliran air buangan dapat berupa aliran terbuka yang terjadi di hampir seluruh
perpipaan air buangan, atau dengan aliran tertutup bertekanan selama gradien hidrolisnya
tidak melebihi elevasi permukaan air yang ada pada setiap tangki septik, sehingga tidak
terjadi aliran balik (back water).
SBS cocok diterapkan di daerah ini, karena kepadatan penduduk tinggi (150 500)
jiwa/ha pada akhir tahun perencanaan, kemiringan tanah cenderung datar dan melandai
dengan kemiringan 0 - 3 % dan pada umumnya (63%) penduduk sudah memiliki septic tank,
akan tetapi tidak ada lahan untuk membuat bidang resapan atau bidang resapannya tidak
efektif karena pada akhir tahun perencanaan diperkirakan permeabilitas tanah tidak lagi
memenuhi syarat, selain itu ketinggian muka air tanah yang dangkal menyebabkan mudah
tercemarnya air tanah. Sudah tersedianya fasilitas instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) di
daerah Bojong Larang, Kelurahan Sukamantri. IPLT ini sangat perlu segera untuk di
WW9-7

optimalkan untuk pengolahan padatan dalam septic tank, yang akan mendukung penggunaan
Sistem SBS untuk menyalurkan cairan yang berasal dari efluen septic tank tersebut.
Sistem SBS memungkinkan jika terjadi peningkatan kepadatan penduduk dengan
pengambangan pemukiman, dibandingkan dengan sistem konvensional. Sistem SBS lebih
efisien dalam penggunaan lahan, memberikan perlindungan jauh lebih tinggi bagi lingkungan
dengan sistem perawatan yang tepat, biaya instalasi SBS lebih murah dari biaya sistem
konvensional, dan juga dengan sistem SBS kualitas kebersihan air tanah dapat terpelihara,
dan kualitas limbah padatnya juga terjaga kualitasnya dari pengenceran pada Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). (Hass, Jill Lauren, 2007)
Sistem SBS lebih ekonomis dibandingkan sistem konvensional. Biaya SBS biasanya
berkisar antara 50% - 60 % lebih rendah dari biaya riol konvensional. Hal ini disebabkan
oleh ukuran pipanya yang lebih kecil, tidak memerlukan penggelontoran, karena tidak
mengalirkan padatan, serta tidak memerlukan screening yang biasanya digunakan untuk
menyaring padatan yang terbawa dalam saluran.
Berdasarkan analisis kondisi daerah perencanaan dengan kriteria perencanaan
tersebut, maka sistem penyaluran air buangan yang akan direncanakan dan paling tepat untuk
diterapkan di Kecamatan Garut Kota adalah sistem riol ukuran kecil atau Small Bore
Sewerage (SBS).
Skema perletakkan pipa SBS dapat dilihat pada Gambar 3. dan Skema Jalur Pipa
Perencanaan disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 3. Skema Perletakan Jaringan Pipa SBS (CLEARFORD Industries Inc.)


Jaringan pipa SBS tersambung dengan septik tank dari rumah-rumah penduduk
melalui sambungan rumah. Jaringan SBS diletakkan di bawah jaringan pipa air bersih, untuk
meminimasi potensi pencemaran akibat kebocoran pipa.

WW9-8

Gambar 4. Skema Jalur Perpipaan Kecamatan Garut Kota


Dengan menggunakan sistem SBS, panjang pipa yang dipakai pada daerah
perencanaan menurut hasil perhitungan adalah sekitar 22 km, dengan diameter berkisar
antara 100 850 mm. Dengan volume galian yang lebih kecil, dalam pembangunan jaringan
pipa, terutama pipa mayor dan pipa lateral menggunakan pipa jenis HDPE yang memiliki
elastisitas dan kekuatan lebih daripada pipa jenis PVC, sehingga dapat meminimalisasi
kerusakan permukaan tanah, maupun tanah dalam, selama konstruksi. (Kerr, Jessica, 2008)
Sistem SBS tersebut akan menyalurkan efluen cair dari air buangan menuju Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), sementara padatan dari air buangan yang ditampung dalam
tangki interceptor (septik tank) akan diangkut menggunakan truk tinja menuju Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Bojonglarang secara periodik.

KESIMPULAN
Kecamatan Garut Kota memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, permeabilitas
tanah yang buruk, serta kondisi lahan perencanaan yang relatif landai, sehingga sistem
pengolahan air limbah domestik Kecamatan Garut Kota direncanakan menggunakan sistem
terpusat (off site), yaitu sistem dimana air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan

WW9-9

dalam saluran riol pengumpul, kemudian dialirkan ke dalam riol pusat menuju IPAL sebelum
dibuang ke badan air penerima.
Dari segi teknis, penggunaan Sistem SBS lebih tepat untuk diterapkan di Kecamatan
Garut Kota dibandingkan dengan Sistem Konvensional, karena Sistem SBS dapat
memaksimalkan fungsi septic tank penduduk sebagai tangki interseptor, mengingat cukup
tingginya persentase penggunaan septik tank di lokasi perencanaan, yang mencapai lebih dari
60%, dan juga sudah tersedianya fasilitas instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang akan
mendukung penggunaan Sistem SBS untuk mengolah cairan yang berasal dari efluen septic
tank. Dari segi ekonomis, sistem SBS lebih ekonomis dibandingkan sistem konvensional.
Biaya SBS biasanya berkisar antara 50% - 60% lebih rendah dari biaya riol konvensional. Hal
ini disebabkan oleh ukuran pipanya yang lebih kecil, tidak memerlukan penggelontoran,
karena tidak mengalirkan padatan, serta tidak memerlukan screening yang biasanya
digunakan untuk menyaring padatan yang terbawa dalam saluran.
Berdasarkan pertimbangan aspek teknis dan ekonomis tersebut, maka sistem
penyaluran air buangan terpilih untuk Kecamatan Garut Kota adalah Sistem Small Bore
Sewerage (SBS).

DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Garut. 2007. Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten
Garut Tahun 2007. Pemerintah Kabupaten Garut.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. 2007. Kabupaten Garut Dalam Angka 2007.
Pemerintah Kabupaten Garut.
CLEARFORD Industries Inc. 2006. http://www.clearfords.com/SBS _ Small Bore Sewer
3.html, (Selasa, 8 Mei 2007, 11:44:01)
Departemen Pekerjaan Umum (DPU). 2005. Pedoman Teknis Pelayanan Air Minum,
Standar Pelayanan Bidang Air Minum.
Hass, Jill Lauren, 2007. Inovative Sanitary Collection System - The Small Bore Sewer. Water
Environmental Federation.
Kecamatan Garut Kota. 2007. Laporan Tahunan 2007. Pemerintah Kecamatan Garut Kota.
Kerr, Jessica. Journal of Commerce. 2008. Hinton eco-industrial park first to use small-bore
sewer system. 101-4299 Canada Way, Burnaby, BC V5G 1H3, Canada.
Koroluk, Korky. Journal of Commerce. 2004. Small-bore sewer system allows developer to
cut larger lot sizes. 500 Hood Rd, 4th Flr, Markham, ON. L3R 9Z3.
Metcalf & Eddy Inc. 1991. Wastewater Engineering Treatment. Singapore.
MODUTO. 1998. Diktat Kuliah Air Buangan & Drainase Perkotaan. TL-ITB.
Richard J. Otis and D. Duncan Mara. 1985. The Design of Small Bore Sewer Systems.
Technology Advisory Group (TAG). Washington, DC 20433, U.S.A.

WW9-10

Anda mungkin juga menyukai