RS.TIARA BEKASI
NO : ..........
TENTANG
PEDOMAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR, PROSEDUR YANG BENAR, PEMBEDAHAN
PADA PASIEN YANG BENAR
RS.TIARA BEKASI
Menimbang
a.
b.
c.
Mengingat
1.
2.
3.
Menetapkan
Kesatu
Kedua
Ketiga
Keempat
Ditetapkan
: Di .......
Pada tanggal : ......
RS.TIARA BEKASI
..........
DIR.
LAMPIRAN
1.2.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
3.
3.1.
3.2.
PENDAHULUAN
Salah pasien, prosedur yang tidak tepat dan lokasi operasi yang tidak sesuai serta kekeliruan
dalam penggunaan implan/protese maupun peralatan adalah kejadian yang jarang terjadi, akan
tetapi akan menjadi masalah yang serius di dalam pelayanan kesehatan. Apabila hal ini terjadi
dapat sangat merugikan tidak hanya untuk pasien dan keluarganya tapi juga untuk seluruh staf
yang terlibat
Kejadian salah pasien, salah prosedur, dan lokasiyang keliru adalah kejadian yang dapatdicegah
dan umumnya sebagian besar hal ini terjadi diakibatkan oleh karena kurangnya komunikasi dan
tidak tersedianya atau tidak benarnya informasi yang diberikan kepada pasien. Faktor utama
yang berperan adalah kurangnya proses pemeriksaan yang telah menjadi standar pelayanan
dan staf medis maupun klinis tidak melakukan prosedur ini sesuai standar.
TUJUAN
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menjaga keselamatan pasien dengan mencegah
terjadinya kejadian salah pasien, salah prosedur serta lokasi operasi yang tidak sesuai di
RS.Tiara Bekasi. Kebijakan ini akan menjelaskan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya kejadian seperti ini di PIHG. Langkah-langkah tersebut mencakup :
Langkah 1: memastikan informed consent yang sah telah diperoleh
Langkah 2: melakukan konfirmasiidentitas pasien
Langkah 3: menandai lokasi operasi atau prosedur invasif
Langkah 4: melakukan suatu tim time out sebelum prosedur operasidilaksanakan
Langkah 5: memastikan tersedianya semua dokumen dan gambar diagnostik yang benar dan
sesuai
RUANG LINGKUP
Kebijakan ini berlaku untuk semua staf medis dan klinis yang terlibat dalam melaksanakan
operasi dan prosedur invasif lainnya yang memerlukan persetujuan pasien serta pemberian
informasi mengenai segala resiko dimulai dari yang paling minimal sampai yang paling berat.
Prosedur ini meliputi segala tindakan yang dilakukan di ruang operasi dan ruang lainnya seperti
lCU, ruang endoskopi, ruang intervensi radiologi, ruang emergensi, klinik dan bagian rawat jalan.
Kebijakan ini tidak berlaku untuk prosedur noninvasif dan prosedur rutin minor seperti
pengambilan darah vena, pemasangan infus, pemasangan NGT atau pemasangan kateter urin.
4.
4.1.
Kepala Unit yang terlibat dalam ruang lingkup kebijakan ini bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan kebijakan ini dalam ruang lingkup pengelolaan mereka dan harus
memastikan bahwa :
Hal. 2 dari 7
4.3.1.
4.3.2.
4.3.3.
Semua staf baru dan lama telah mendapat informasi mengenai kebijakan inidan kebijakan
Iainnya yang terkait, SPO dan formulir-formulir yang berhubungan dengan kebijakan ini
serta dapat mengimplementasikan kebijakan tersebut.
Semua SPO tertulis yang mendukung dan memenuhi kebijakan ini wajib diisi oleh seluruh
staf medis atau klinis yang terkait.
Tersedianya semua formulir yang berkaitan dengan kebijakan ini di bagian yang mereka
kelola
4.4.
Semua staf yang terlibat dalam ruang lingkup kebijakan ini bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan kebijakan ini dan harus memastikan
4.4.1.
Mereka memahami dan mematuhi kebijakan ini
4.4.2.
Tidak mematuhi kebijakan inidapat mengakibatkan tindakan indisipliner
4.4.3.
Setiap anggota staf dapat mengisi laporan kejadian bila ditemukan adanya ketidakpatuhan
5.
5.2.4.
5.2.5.
Jika pasien tidak mampu mengikuti proses verifikasi karena dalam keadaan koma, masalah
kompetensi / bahasa, atau pasien merupakan anak-anak, maka orang yang bertanggung
jawab terhadap pasien ini yang harus melakukan verifikasi rincian tersebut. Untuk pasien
yang termasuk dalam golongan tersebut dan tidak mempunyai orang yang bertanggung
jawab maka anggota staf dari ruangan yang mengirim pasien (misalnya ruang rawat atau
UGD) yang harus bertindak sebagai perwakilan dari pasien untuk memverifikasi identitas
pasien (lihat Kebijakan lD Pasien)
Pasien harus memakai gelang identifikasi pasien untuk verifikasi identitas mereka
Jika gelang identifikasi pasien hilang maka prosedur tidak dapat dimulai sampai rincian
verifikasi dikonfirmasi oleh petugas yang tepat
5.3.
Langkah 3: Penandaan lokasi operasi atau prosedur invasif
5.3.1.
Penandaan lokasi operasi dilakukan oleh orang yang akan melakukan operasi atau
prosedur intervensi, bila staff tersebut berhalangan dapat didelegasikan kepada dokter lain
yang akan menjadi asisten dalam prosedur atau intervensi tersebut dan akan hadir pada
saat proses "time out".
5.3.2.
Penandaan lokasi adalah wajib dalam semua kasus dimana dapat terjadi potensial
kesalahan yang melibatkan perbedaan kiri/kanan, struktur yang multipel (ari tangan, jari kaki
atau lesi) atau level (tulang belakang)
5.3.3.
Penandaan lokasi dilakukan sebelum pasien dipindahkan ketempat dimana prosedur akan
dilaksanakan dan berlangsung pada saat pasien tersebut bangun dan sadar (jika
memungkinkan)
5.3.4.
Metode penandaan lokasi dan jenis tanda harus jelas (tidak ambigu) dan digunakan secara
konsisten dl seluruh rumah sakit
5.3.5.
Tanda menunjukkan hal berikut ini:
Hal. 3 dari 7
5.3.5.1. Dibuat pada atau dekat tempat prosedur atau tempat insisi
5.3.5.2. Tanda harus dibuat dengan menggunakan marker pen sekali pakai (untuk mengurangi
kejadian infeksi nosokomial yaitu infeksi yang didapat di rumah sakit) yang cukup
permanen dan tetap terlihat setelah persiapan kulit selesai dan penutup steril dikenakan.
Penandaan lokasi mengunakan bahan adhesive tidak dapat digunakan sebagai satusatunya untuk alat untuk menandai lokasi.
5.3.5.3. Tanda harus tetap terlihat setelah tindakan asepsis dan antisepsis.
5.3.6.
Pengecualian untuk penandaan lokasi termasuk:
5.3.6.1. Prosedur dilakukan melalui atau sangat dekat dengan lubang tubuh yang alami (misal
endoscopy, tonsilectomy, hemorrhoidectomy, prosedur yang berhubungan dengan alat
genital)
5.3.6.2. Prosedur yang tidak membutuhkan perbedaan kanan/kiri seperti midline sternotomies,
laparatomy, laparoscopy atau bila lokasi tidak dapat ditentukan.
5.3.6.3. Pada kasus organ tunggal (Sectio Caesaria, Cardiac Surgery), pada kasus intervensi
dimana tempat pemasangan kateter /alat tidak ditentukan sebelumnya
5.3.6.4. Pada kasus gigi, tapi nama gigi yang di operasi harus tetap didokumentasikan dan diberi
tanda pada gigi yang dioperasi. Pemberian tanda dilakukan pada foto rontgen gigi atau
diagram gigi
5.3.6.5. Pada bayi prematur dimana tanda dapat menyebabkan tattoo yang permanen
5.3.6.6. Jika tempatnya jelas (misal luka trauma terbuka, tumor yang besar) tetapi harus diingat
jika ada beberapa luka, lesi maupun target tidak jelas maka penandaan lokasi harus
dilakukan
5.3.6.7. Pada emergensi dimana nyawa pasien dalam bahaya pasien langsung masuk ke ruang
prosedur ini harus didokumentasikan dalam rekam medik pasien
5.3.6.8. Pada pasien yang menolak penandaan ini harus didokumentasikan dalam rekam medik
pasien gunakan diagram anatomi untuk menandai lokasi yang dimaksud
5.4.
Langkah 4: Lakukan suatu final time out team dalam ruang operasi, area pengobatan atau
pemeriksaan.
5.4.1.
Final team time-out harus dilakukan di dalam ruangan dimana prosedur akan dilaksanakan.
lni dilakukan dengan cara fail safe (yaitu prosedur tidak akan dimulai sampai semua
pertanyaan atau kekhawatiran terselesaikan).
5.4.2.
Semua anggota tim yang melakukan prosedur harus berpartisipasi dalam final time out
team dan secara terpisah melakukan verifikasi rincian berikut ini
5.4.2.1. ldentitas pasien yang benar
5.4.2.2. Konfirmasi bahwa lokasi dan sisi yang benar ditandai
5.4.2.3. Prosedur formulir persetujuan akurat
5.4.2.4. Kesepakatan untuk prosedur yang akan dilaksanakan
5.4.2.5. Posisi pasien yang benar
5.4.2.6. lmaging yang relevan (X-rays, scans dan sebagainya) dengan hasil yang diberi label
yang benar dan ditampilkan dengan tepat
5.4.2.7. Keperluan pemberian antibiotika atau cairan untuk tujuan irigasi
5.4.2.8. Tersedianya prothese/implant yang benar, termasuk jenis, ukuran dan/atau peralatan
khusus atau persyaratan (bila diperlukan)
5.4.3.
5.4.4.
5.4.5.
Keberhasilan bergantung kepada komunikasi aktif sesama seluruh anggota tim yang
melaksanakan prosedur. Time out harus diprakarsai dan diselesaikan oleh ketua tim yang
ditunjuk. Ketua Tim adalah Scout /perawat keliling. Ketua Tim bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa time out diselesaikan. Prosedur harus tidak dimulai sampai semua
anggota tim puas bahwa proses verifikasi pasien telah selesai dan bahwa verifikasi pasien
adalah benar.
Seluruh anggota tim yang melaksanakan prosedur berbagi tanggung jawab untuk
memastikan bahwa time out dijalankan. lni berarti jika ketua Tim gagal memprakarsai time
out dengan alasan apapun, semua anggota tim bertanggung jawab untuk mengingatkan
Ketua Tim bahwa itu harus terjadi.
Bila ditemukan ketidakcocokkan atau ketidak sepakatan didalam verifikasi saat time out
atau pada setiap titik perjalanan pasien maka prosedur harus ditunda sampai masalah
terselesaikan. Hanya untuk alasan urgensi klinis prosedur dapat dimulai. Pembenaran untuk
melakukan prosedur dengan adanya inkonsistensi harus didokumentasikan oleh
Hal. 4 dari 7
5.4.6.
5.4.7.
5.4.8.
5.5.
Langkah 5: Memastikan tersedianya dokumen dan diagnostik imaging yang benar dan tepat.
Jika data imaging digunakan untuk konfirmasi lokasi atau prosedur, maka orang yang
melaksanakan prosedur dan dokter anestesi harus melihat bahwa:
5.5.1.
lmaging adalah benar dan diberi label yang benar
5.5.2.
ldentitas pasien, tempat prosedur dan tanggal imaging yang berhubungan dengan prosedur
semuanya sesuai
5.5.3.
lmaging untuk sisi tubuh yang akan dilakukan tindakan adalah benar, diarahkan dengan
benar dan diberi label dengan nama pasien serta tanggal lahirnya.
6.
6.1.
6.2.
6.3.
7.
7.1.
7.2.
7.3.
8.
8.1.
8.2.
9.
9.1.
REFERENSI
NSW Health (2007) Policy Directive: Correct Patient, Correct Procedure and Correct site. URL:
http ://. hea lth.nsw.gov.gov.a u/pol icies/
WA Health (2006) Correct Patient, Correct Site and Correct Procedure Policy and Guidelines for
Western Australia Health Services (2nd edition). URL:
http://www.health.wa.gov.au/safetyandquailty/
Veteran Health Administration (2004), VHA Directive Ensuring Correct Surgery and lnvasive
Procedures URL: http://www.va.gov/NCPS/SafetyTopics/CorrectSurg/CorrectSurgSummary.DOC
The Joint Commission (2010)Accreditaion Program: CriticalAccess Hospital, Chapter: National
Patient safety Goals - Universal Protocol. URL: http://www.jointcommission.org
Southampton NHS (2007) Correct Site Marking Policy. URL:
http://www.suht.nhs.uk/media/pdf/a /m/Correct_site_Marking_policy_-_May_2007_pS.pdf
Patient Safety Solutions - JCI&WHO (2007) Performance of Correct Procedure at Correct Body
Site. URL: http://www.jcipatientsafetV.ore/fpdf/presskit/PS-Solution4.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 1691/MENKES/PERA/lll/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
9.2.
9.3.
9.4.
9.5.
9.6.
9.7.
Hal. 5 dari 7
1. LAMPIRAN
1.1. Lampiran 1 Definisi
Istilah
Staf klinis
Definisi
Termasuk perawat dan petugas medis lainnya (contoh radiografer) yang
berpartisipasi dalam memberikan pelayanan dalam berbagai tahap dari
Hal. 6 dari 7
Surat persetujuan
Prosedur intervensi
Resiko material
Orang yang
melakukan prosedur
Team prosedur
Penatalaksanaan
Prosedur dengan
tempat yang salah
Hal. 7 dari 7