DESEMBER 2015
Nama
No. Stambuk
:N 111 14 072
Pembimbing
PENDAHULUAN
Pernapasan spontan pada neonatus biasanya terjadi beberapa detik setelah
bayi lahir. Bila bayi setelah satu menit tidak memperlihatkan pernapasan, maka
perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan patologis yaitu asfiksia
neonatorum. Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan, teratur dan adekuat. Keadaan ini harus ditangani secara
tepat dan sebaik mungkin untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala lanjut yang mungkin timbul.1
Tanda dan gejala asfiksia adalah tidak bernafas atau bernafas megapmegap,
warna
kulit
kebiruan,
penurunan
kesadaran,
DJJ
lebih
dari
160x/mnt/kurang dari l00x/menit tidak teratur, mekonium dalam air ketuban pada
janin letak kepala. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan
dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. Penanganan asfiksia pada
bayi berupa penanganan awal dan tindakan resusitasi.1
Gangguan nafas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penting
sebagai penyebab tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada masa
neonatus. Di Indonesia berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2010,
sebesar 20% kematian neonatus disebabkan oleh kelainan saluran nafas.
Gangguan napas dapat disebabkan oleh kelainan paru seperti pneumonia, kelainan
jantung yaitu penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium, kelainan susunan
saraf pusat akibat yaitu asfiksia, perdarahan otak, kelainan metabolik yaitu
hipoglikemia, asidosis metabolik, hernia diafragmatika, dan kelainan lain seperti
Sindrom Aspirasi Mekonium, Transient tachypnea of the Newborn dan
Penyakit Membran Hialin 2
Sepsis neonatorum adalah sindrom klinis yang timbul akibat invasi
mikroorganisme dalam aliran darah yang timbul pada 1 bulan pertama kehidupan.
Sepsis neonatorum terbagi menjadi sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) yang
terjadi pada usia 18 jam, ibu demam saat intrapartum, usia gestasi < 37 minggu,
kehamilan ganda, riwayat infeksi saluran kemih dan keputihan pada ibu yang
tidak diobati. Gambaran klinis yang dapat terlihat antara lain adalah adanya gawat
napas, apneu, suhu yang tidak stabil, menurunnya aktivitas, asupan yang buruk,
distensi abdomen, kejang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan kultur (darah, cairan serebrospinal, urin), pemeriksaan hematologis
seperti hitung leukosit. Penanganan untuk sepsis neonatorum adalah dengan
pemberian antibiotik.6
LAPORAN KASUS
INDENTITAS
Nama
: By. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Lahir
Tanggal Masuk
ANAMNESIS
Bayi perempuan lahir tanggal 3 Desember 2015 pukul 00.10 di RS
KOLONEDALE dengan spontan Letak Bokong Kepala. Berat badan lahir 2600
gram, panjang badan 47 cm. Saat lahir tidak langsung menangis. Sianosis (+),
merintih (+), retraksi dinding dada (+). Air ketuban bercampur mekonium. Apgar
Score 3-5-7. Kelainan kongenital (-),anus (+), palatum (+), trauma lahir (+)
trauma plexus bachialis, mic/mec +/+, pusat berbau, Riwayat maternal G1P0A0,
Ibu bayi melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur di puskesmass. Tidak
mengalami demam saat kehamilan.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital
Denyut Jantung
Respirasi
: 61 kali/menit
Suhu
: 38oC
Berat Badan
: 2500 gram
Panjang Badan
: 48 cm
Lingkar Kepala
: 36,5 cm
Lingkar Dada
: 35,5 cm
Lingkar Perut
: 34 cm
Lingkar Lengan
: 13 cm
Sistem Pernapasan
- Sianosis
: (+)
- Merintih
: (+)
- Apnea
: (-)
- Retraksi dinding dada
: (+)
- Pergerakan dinding dada
: Simetris bilateral
- Pernapasan cuping hidung
: (+)
- Stridor
: (-)
- Bunyi Pernapasan
: Bronchovesikuler
- Bunyi Tambahan
: (-)
- Skor DOWN
Frekuensi Napas
: 61
Retraksi dinding dada : + ringan
Sianosis
: + menghilang dengan 02
Udara masuk
: Simetris
Merintih
: (+)
Total Skor
:4
Kesimpulan
: Gawat napas
Kriteria WHO : Gangguan napas sedang
(1)
(1)
(1)
(0)
(1)
Sistem Kardiovaskuler
- Bunyi Jantung
- Murmur
Sistem Hematologi
- Pucat
- Ikterus
: (-)
: (-)
Sistem Gastrointestinal
- Kelainan dinding abdomen
- Muntah
- Diare
: (-)
: (-)
: (-)
4
Organomegali
Bisisng Usus
Umbilikus
Keluaran
Warna kemerahan
Edema
: (-)
: (+) Kesan Normal
: (-)
: (-)
: (-)
Sistem Saraf
- Aktivitas
- Kesadaran
- Fontanela
- Sutura
- Refleks Cahaya
- Kejang
Sistem Genitalia
- Perempuan
Keluaran
: (-)
Pemeriksaan Lain
- Ekstremitas
- Turgor
- Tulang Belakang
- Kelainan Kongenital
- Trauma Lahir
: Lengkap
: baik
: Normal
: (-)
: Trauma Plexus Brachialis
Paralisis Erb-Duchene adalah Kerusakan
cabang-cabang C5 C6 dari pleksus
biokialis
menyebabkan
kelemahan
dan
Skor BALLARD
- Maturitas Neuromuskular
Sikap Tubuh
Persegi Jendela
Rekoil Lengan
Sudut Poplitea
:3
:3
:3
:4
Tanda Selempang
:4
Tumit ke Kuping
:4
Maturitas Fisik
Kulit
:2
Lanugo
:2
Permukaan Plantar
:3
Payudara
:2
Mata/Telinga
:3
Genitalia (Perempuan) : 3
Total Skor
: 39
Minggu
: 38-40 minggu
Sesuai Masa Kehamilan berdasarkan berat badan dan masa kehamilan pada kurva
Lubchenco
TERAPI :
Jaga kehangatan
Atur posisi bayi
Isap lendir
Keringkan tubuh bayi sambil berikan rangsangan taktil
Reposisi kembali
Menilai kondisi bayi didapatkan denyut jantung <100 kali/menit dan
pernapasan lambat
Memberikan ventilasi tekanan positif
Evaluasi, bayi masih tampak sianosis
Melakukan koreksi ventilasi tekanan positif
Memberikan Oksigen
Bayi tampak kemerahan
Pantau tanda vital
Injeksi Vit. K 1 mg secara intramuskular
Gentamicin tetes mata
Oksigen 1 liter/menit
IVFD: Dekstrosa 5% 6 tetes/menit (mikrodrips)
Injeksi Cefotaksim 2 X 150 mg
Injeksi Gentamisin 1 X 15 mg
Puasakan
Anjuran pemeriksaan : periksa gula darah sewaktu, darah rutin dan foto thorax.
FOLLOW UP
07 Desember 2015
S: Febris (-), retraksi dinding dada (+), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung
: 120x/menit
Suhu : 36,5 C
Pernapasan
: 56x/menit
CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (+), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem
Gastrointestinal
:
Kelainan
dinding
abdomen
(-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas pasif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : Trauma plexus brachialis
Pusat : Berbau
A: Bayi Aterm (SMK) + Asfiksia berat (post) + Gangguan napas sedang + Sepsis
neonatorum + Omphalitis + Trauma plexus brachialis
P:
FOLLOW UP
08 Desember 2015
S: Febris (-), retraksi dinding dada (+), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung
: 140x/menit
Suhu : 36,3 C
Pernapasan
: 56x/menit
CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (+), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem
Gastrointestinal
:
Kelainan
dinding
abdomen
(-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas pasif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : Trauma plexus brachialis
Pusat : Berbau
A: Bayi Aterm (SMK) + Asfiksia berat (post) + Gangguan napas sedang + Sepsis
neonatorum + Omphalitis + Trauma plexus brachialis
P:
FOLLOW UP
09 Desember 2015
S: Febris (-), retraksi dinding dada (+), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
10
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung
: 120x/menit
Suhu : 36,5 C
Pernapasan
: 57x/menit
CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (+), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem
Gastrointestinal
:
Kelainan
dinding
abdomen
(-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas pasif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : Trauma plexus brachialis
Pusat : Berbau
A: Bayi Aterm (SMK) + Asfiksia berat (post) + Gangguan napas sedang + Sepsis
neonatorum + Omphalitis + Trauma plexus brachialis
P:
FOLLOW UP
10 Desember 2015
S: Febris (-), retraksi dinding dada (+), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung
Pernapasan
Sistem Pernapasan.
: 135x/menit
: 54x/menit
Suhu : 36,5 C
CRT : < 2 detik
11
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (+), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem
Gastrointestinal
:
Kelainan
dinding
abdomen
(-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas pasif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : Trauma plexus brachialis
Pusat : Berbau
A: Bayi Aterm (SMK) + Asfiksia berat (post) + Gangguan napas sedang + Sepsis
neonatorum + Omphalitis + Trauma plexus brachialis
P:
FOLLOW UP
11 Desember 2015
S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung
: 118x/menit
Suhu : 36,5 C
Pernapasan
: 48x/menit
CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (+), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
12
Sistem
Gastrointestinal
Kelainan
dinding
abdomen
(-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas pasif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : Trauma plexus brachialis
Pusat : Berbau
A: Bayi Aterm (SMK) + Asfiksia berat (post) + Gangguan napas sedang + Sepsis
neonatorum + Omphalitis + Trauma plexus brachialis
P:
FOLLOW UP
11 Desember 2015
S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung
: 120x/menit
Suhu : 36 C
Pernapasan
: 56x/menit
CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (+), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem
Gastrointestinal
:
Kelainan
dinding
abdomen
(-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas pasif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : Trauma plexus brachialis
Pusat : Berbau
13
A: Bayi Aterm (SMK) + Asfiksia berat (post) + Gangguan napas sedang + Sepsis
neonatorum + Omphalitis + Trauma plexus brachialis
P:
Faktor ibu. Kurangnya aliran darah ibu melalui plasenta sehingga terjadi
hipoksia janin dan menyebabkan gawat janin serta asfiksia setelah lahir.
Beberapa faktor predispoosisinya, yaitu:
1.
2.
3.
5.
6.
14
7.
b.
Faktor plasenta dan talipusat. Penurunan aliran darah dan oksigen melalui
talipusat bayi akan menyebabkan kejadian asfiksia. Beberapa faktor
c.
predispoosisinya, yaitu:
1. Infark plasenta,
2. Hematom plasenta,
3. Lilitan talipusat,
4. Talipusat pendek,
5. Simpul talipusat, dan
6. Prolapsus talipusat.
Faktor bayi. Beberapa keadaan bayi
6.
7.
yang
15
1.
2.
3.
4.
paru
Bayi lahir dengan operasi sesar : bayi yang lahir dengan operasi sesar, dapat
5.
2.
3.
4.
5.
Kelainan
Bedah
Pneumotoraks,
Fistel
Trakheoesofageal,
Hernia
diafragmatika
6.
16
Klasifikasi
menit
tanpa
60-90 kali/menit
Dengan
berat
TetapiTanpa
Sianosis sentral
Gangguan napas
menit
60-90 kali/menit
60-90 kali/menit
Tanpa
ringan
Dengan
Sianosis sentral
Kelainan jantung
TetapiTanpa
kongenital
perhari
Pantau selalu tanda vital
Jaga patensi jalan napas dan memberikan oksigen 2-3 liter/menit
Jika bayi mengalami apnea:
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
Bila terjadi kejang potong kejang
Segera periksa kadar glukosa darah
B. MANAGEMENT SPESIFIK
Management gangguan napas berat adalah
- Dengan pemberian 02 dengan kecepatan aliran sedangMenangani sepsis
17
18
1000 kelahiran hidup dan meningkat menjadi 13 27 per 1000 kelahiran hidup
pada bayi dengan berat <1500 gram. Mortalitas akibat sepsis neonatal adalah
sekitar 13 15 %.6
Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik, sehingga skrining
dan pengelolaan terhadap faktor resiko perlu dilakukan. Terapi awal pada
neonatus yang mengalami sepsis harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil
kultur.5
Sepsis dapat dibedakan menjadi :
Early Onset Sepsis (EOS), timbul dalam 3 hari pertama, berupa gangguan
multisystem dengan gejala pernapasan yang menonjol ; ditandai dengan
awitan tiba-tiba dan cepat berkembang menjadi syok septik dengan
mortalitas tinggi. Infeksi terjadi secara vertikal karena penyait ibu atau
Sepsis kategori A :
sianosis).
Kejang.
Tidak sadar.
Susu tubuh tidak normal.
Persalinan di lingkungan yang kurang higienis.
Kondisis memburuk dengan cepat dan dramatis.
Sespsis kategori B :
Tremor
19
gangguan napas dan pada kategori B didapatkan bayi kurang aktif, dan air
ketuban bercampur mekonium. Penanganan sepsis neonatorum diberikan
antibiotik cefotaksim 50 mg/kg/12jam dan gentamisin 5 mg/kg/sekali sehari.
Omfalitis adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai
dengan kulit kemerahan disertai pus. Faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :7
a. Faktor Bakteri
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa awal
kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa perawatan.
Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit, saluran pernafasan,
dan saluran cerna terkolonisasi. Selain itu Clostridium tetani juga dapat
menyebabkan terjadinya omfalitis dengan tanda utama kekakuan otot (spasme)
tanpa disertai gangguan kesadaran
b. Faktor Maternal
Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya.
Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat
tinggalnya padat dan tidak higienis. Status paritas (wanita multipara atau gravida
lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara, yaitu :
20
Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain
malaria, sipilis, dan toksoplasma.
Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi
karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.
Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus
masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang
sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus
digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi
tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit
bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh
kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis,
Candida albican dan N.gonorrea.
Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal
melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik,
botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi
dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi
melalui luka umbilicus.
. proses persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non
medis, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril
dan tidak diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali pusat juga tidak
lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku di masyarakat.
f. Faktor tradisi
Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuan-ramuan
atau
serbuk-serbuk
lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus
diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan
karena
21
a.
berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya
dilakukan beberapa hari atau 1 2 minggu untuk memberi kesempatan
penyembuhan yang kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan.
Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk
mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah
kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan
antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu selama 1 2
minggu yang kemudian diikuti program latihan. Pada trauma ini imobilisasi
dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang
berlawanan dengan posisi karakteristik kelumpuhan Erg. Lengan yang sakit
difiksasi dalam posisi abduksi 900 disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi
900
b.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Kosim M.S., Yunato A., Dewi R., Sarosa G.I., dan Usman A., 2008. Buku Ajar
Neonatologi. ed I. pp: 127-137. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2. Tim Paket Pelatihan Klinik PONED. Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta. 2008
3. Friedland I R, McCracken G H Jr. Sepsis dan Meningitis pada Neonatus.
Dalam : Rudolf A M, Hoffman J I E, Rudolph C D, ed. Buku Ajar Pediatri
RUDOLPH volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 2006; 601609.
4. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan Penerbit
IDAI
5. Behrman, Kliegman & Arvin., 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol I, ed
15. pp: 589-598. Jakarta. EGC
6. Health Technology Assessment Indonesia Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum. 2007. Hal. 1-85
7. Maridin F., Kematian Perinatal & Analisis Faktor Resiko, Bagian Obstetri dan
Ginekologi FK UGM, Yogyakarta. 2007
25