Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu hal yang tidak dapat

dipungkiri untuk mendapat perhatian serius dari beberapa pihak maupun organisasi,
khususnya yang bergerak dalam bidang kesehatan. Kesehatan ibu dan anak, tentunya
tidak melenceng dari konsep kesehatan yang sesungguhnya, tidak hanya meliputi
kesehatan fisiknya saja, namun kesehatan ibu dan anak tentunya juga dipengaruhi
oleh kesehatan mental dan kesejahteraan sosial yang dimilikinya. 1
Kesehatan ibu dan anak telah ditetapkan di dalam Tujuan Pembangunan
Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs) yang disepakati oleh 189
negara pada bulan September 2000. Salah satu tujuan MDGs yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak, yaitu menurunkan angka kematian anak, mencakup angka
kematian neonatus, bayi dan balita. Mempelajari tentang pola-pola kematian anak,
sebagian besar kematian anak di Indonesia, saat ini terjadi pada masa anak baru lahir
(neonatus) yaitu bulan pertama kehidupan. Pada negara-negara berkembang seperti
halnya Indonesia, dengan rata-rata status pendapatan menengah, sebagian besar
kematian anak disebabkan oleh infeksi dan penyakit anak-anak lainnya, namun
sesungguhnya hal ini dapat menurun secara signifikan, jika diiringi dengan
peningkatan pendidikan ibu, kebersihan rumah tangga dan lingkungan, pendapatan
keluarga dan akses pelayanan kesehatan.1
Berdasarkan tujuan MDGs tersebut, Indonesia mempunyai komitmen untuk
menurunkan Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH dan Angka
Kematian Balita dari 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015. 1 Pada tahun 2012
Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS (Expanding Maternal and
Neonatal Survival), bekerja sama dengan USAID dengan kurun waktu 2012 2016,
yang diluncurkan 26 Januari 2012 sebagai salah satu bentuk kerjasama Pemerintah
1

Indonesia dengan USAID dalam rangka percepatan penurunan kematian ibu dan bayi
baru lahir di 6 provinsi terpilih yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menyumbangkan kurang lebih 50 persen
dari kematian ibu dan bayi di Indonesia.2
Informasi mengenai tingginya angka kematian neonatus (AKN) dan bayi (AKB)
akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan neonatus,
berupa pelayanan kesehatan pada kunjungan neonatus pertama hingga ketiga, serta
program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan yang
keduanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Bayi (AKB).2
Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan yaitu adanya upaya
pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir atau neonatal. Suatu pelayanan kesehatan
neonatal berhasil adalah jika kunjungan (cakupan) pemeriksaan neonatal mencapai
100% untuk kunjungan neonatal pertama kali (KN1), diikuti 95% untuk kunjungan
neonatal kedua (KN2), serta 95% untuk kunjungan neonatal ketiga (KN3). Angka
Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1.000 kelahiran
hidup,3 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 10,34/1.000
kelahiran hidup.4 Namun kembali menurun sebesar 10,41/1.000 kelahiran hidup. 4
Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015
sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 sudah cukup baik, karena telah melampaui target. Sedangkan
Angka Kematian Bayi di Kabupaten Magelang tahun 2009 berjumlah 131 bayi atau
6,34/1.000 kelahiran hidup, semakin meningkat pada tahun 2013 angka kematian bayi
di Kabupaten Magelang mencapai 6,75/1.000 kelahiran hidup.5
Angka kunjungan neonatus lengkap di Jawa Tengah pada tahun 2011 adalah
95,19%, pada tahun 2013 sebesar 98,9% dan pada tahun 2013 96,7% dan di kota
Magelang 99,58%.6

Dari data laporan KIA Puskesmas Borobudur periode Januari November 2015,
didapatkan data cakupan kunjungan neonatus kedua (KN2) telah memenuhi target
SPM sebesar 103,21%, sedangkan di Desa Kembang Limus sebesar 82,64%. Oleh
karena itu penulis mengangkat masalah rendahnya cakupan kunjungan neonatus
kedua (KN2) di Desa Kembang Limus sebagai tugas mandiri.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah yaitu Apakah

penyebab masalah, bagaimana pemecahan masalah dan apakah alternatif pemecahan


masalah tentang masih rendahnya cakupan KN2 di Desa Kembang Limus, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang periode Januari November 2015?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis penyebab serta menentukan
pemecahan masalah masih rendahnya cakupan KN2 di Desa Kembang Limus,
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang periode Januari November 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui penyebab masalah rendahnya cakupan kunjungan neonatus
kedua (KN2) di Desa Kembang Limus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten
Magelang periode Januari November 2015.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab masalah dari faktor input, proses, dan
lingkungan dalam kaitannya dengan rendahnya cakupan KN2 di Desa
Kembang Limus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang periode
Januari November 2015.
3. Mencari pemecahan masalah rendahnya cakupan kunjungan neonatus
kedua (KN2) di Desa Kembang Limus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten
Magelang periode Januari November 2015.
4. Membuat POA (Plan of Action) dari pemecahan masalah yang terpilih.

1.4

Manfaat
1. Hasil laporan ini dapat dijadikan data awal untuk merencanakan
penatalaksanaan rendahnya cakupan kunjungan neonatus kunjungan
neonatus kedua (KN2) di Desa Kembang Limus, Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang.
2. Sebagai masukan instansi Dinas Kesehatan sebagai pertimbangan
pengambilan keputusan dalam program kesehatan.
3. Hasil laporan ini dapat dijadikan masukan untuk menyusun program dalam
rangka mengurangi dan mencegah rendahnya cakupan kunjungan neonatus
kunjungan neonatus kedua (KN2) di Desa Kembang Limus, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang.
4. Hasil laporan ini dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan posyandu dan puskesmas terhadap kunjungan neonatus kedus
(KN2).
5. Diharapkan hasil laporan ini menjadi media informasi dan pengetahuan
bagi masyarakat mengenai manfaat pentingnya kunjungan neonatus kedua
(KN2) di masa sekarang dan masa datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Neonatus
2.1.1 Definisi neonatus
Neonatus adalah bayi baru lahir usia 0 28 hari. 7 Bayi yang baru mengalami
proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital
neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan
proses persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi. 7
2.1.2 Periode neonatus
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, periode neonatus meliputi
jangka waktu sejak bayi baru lahir sampai umur 28 hari yang terbagi menjadi 2
periode antara lain:
Periode neonatus dini yang meliputi jangka waktu 0 7 hari setelah lahir.
Periode lanjutan merupakan periode neonatus yang meliputi jangka waktu 8
28 hari setelah lahir.
Sedangkan, untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:
Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6 48 jam
setelah bayi lahir.
Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3
sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.
Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.
2.1.3 Pemeriksaan Fisik Neonatus
Pemeriksaan fisik neonatus bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk
tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan bayi baru
lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat.

Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga
kesehatan yang memeriksa.8

Gambar 2.1.Pemeriksaan Fisik Neonatus (1)

Gambar 2.2 Pemeriksaan Fisik Neonatus (2)

Gambar 2.3.Pemeriksaan Fisik Neonatus (3)

2.2

Program Pelayanan KIA


Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu Anak (KIA) adalah peningkatan

derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya menuju Norma Keluarga

Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk
menjamin proses tumbuh kembang optimal. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan
yang paling rentan dan peka terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kejadian
kesakitan (morbiditas), dan gangguan gizi (malnutrisi), yang seringkali berakhir
dengan kecacatan (disabilitas) atau kematian (mortalitas).9
Pemantauan pelayanan program KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan
pokok yaitu:
Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan yang setingi-tingginya.
Peningkatan pelayanan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga kesehatan profesional secara berangsur
Peningkatan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil baik oleh tenga kesehatan
maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan
pengamatannya secara berkesinambungan
Peningkatan pelayanan kesehatan terhadap neonatal (bayi usia 0-28 hari)
dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi-tingginya 9
2.3

Kunjungan Neonatal
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal

dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik di
dalam maupun di luar gedung puskesmas, termasuk bidan di desa, polindes dan
kunjungan ke rumah.6,9 Bentuk pelayanan tersebut meliputi palayanan kesehatan
neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipetermia, pemberian ASI dini dan
eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian
imunisasi) pemberian vitamin K dan penyuluhan neonatal di rumah menggunakan
buku KIA.
Kunjungan neonatal lengkap adalah bila neonatus melakukan kunjungan ke
tenaga kesehatan atau dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 kali sesuai waktu

yang telah ditentukan. Dalam melaksanakan tugas ini, tenaga kesehatan menggunakan
algoritma bayi muda < 2 bulan pada Manajemen Terpadu Balita Muda.10
Kunjungan neonatus bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap
pelayanan kesehtan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan atau
masalah kesehatan pada neonatus. Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24
jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga
jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama. 10
2.4 Bentuk Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada
bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga
jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di
ruangan yang sama dengan ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan
dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang
memeriksa.7
Pelayanan kesehatan dilakukan secara komprehensif dengan melakukan
perawatan dan pemeriksaan bayi baru lahir dan pemeriksaan menggunakan
pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam
keadaan sehat, meliputi:7
Pemeriksaan bayi baru lahir
o Anamnesis
o Pemeriksaan fisik, dengan langkah sebagai berikut:
Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak

menangis).
Pemeriksaan

tidak

harus

berurutan,

dahulukan

menilai

pernapasan dan tarikan dinding dada bawah (retraksi dinding

dada), denyut jantung serta perut.


Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
sebelum dan sesudah memegang bayi.
9

Pencegahan Infeksi
o Bayi baru lahir sangat rentan terhdap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung maupun beberapa saat setalah lahir. Sebelum menangani
bayi baru lahir, pastikan petugas kesehatan telah melakukan tindakan
pencegahan infeksi.7
Pencegahan Kehilangan Panas
o Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya kesehatan sebagai
berikut:4
Keringkan bayi dengan seksama
Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Selimuti bagian kepala bayi
Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi
Jangan segera menimbang dan memandikan bayi baru lahir
selama kurang lebih 6 jam setelah lahir
Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Perawatan Tali Pusat
Mengikat Tali Pusat
o Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan
pengikatan puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat.7
Nasehat Merawat Tali Pusat
o Jangan membungkus puntung tali pusat atau perut bayi atau
mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
o Nasehat hal yang sama bagi ibu dan keluarganya.
o Mengoleskan alkohol atau betadin masih diperkenankan tetapi tidak
dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha
kiri
Pemberian imunisasi hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotik dosis
tunggal
Pemberian ASI eksklusif
Imunisasi dasar lengkap
Imunisasi Dasar Lengkap
10

a. BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang
primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi
BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier
pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin
yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.7
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur
3 bulan. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal/intrakutan. Efek samping
pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan,
limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.7
b. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis B. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam
bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis.
Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui intramuscular.7
c. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada
anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi
pemberian imunisasi polio adalah 4 dosis. Imunisasi polio diberikan melalui
oral.7
d. DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan
vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat
racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).7
Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis. Pemberian pertama zat anti
terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan

11

mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan
ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui
intramuscular.7
e. Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian
imunisasi campak adalah 1 dosis. Imunisasi campak diberikan melalui
subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada
tempat suntikan dan panas.7
Tabel 2.1. Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap
No.
1.
2.
3.

4.

5.

Imunisasi
BCG

Umur
0 2 bulan

Keterangan
0,05 ml intrakutan

Hepatitis B 0
Hepatitis B 1
Hepatitis B 2
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
DPT 1
DPT 2
DPT 3
DPT 4
Campak

0 2 bulan
1 4 bulan
6 18 bulan
0 bulan
2 4 bulan
3 5 bulan
4 6 bulan
2 4 bulan
3 5 bulan
4 6 bulan
18 bulan 2 tahun
9 bulan

0,5 ml intramuskular
2 tetes oral

0,5 ml intramuskular

0,5 ml subkutan

2.4.1 Pelaksanaan pelayanan kesehatan


Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/ bidan/ perawat, dapat dilaksanakan
di puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Hasil pemeriksaan dan tindakan tenaga
kesehatan harus dicatat pada:7
1. Buku KIA (Buku Kesehatan Ibu dan Anak)
Pencatatan pada ibu meliputi keadaan saat hamil, bersalin dan nifas.

12

Pencatatan pada bayi meliputi identitas bayi, keterangan lahir, imunisasi


pemeriksaan neonatus, catatan penyakit, dan masalah perkembangan serta
KMS
2. Formulir Bayi Baru Lahir
Pencatatan per individu bayi baru lahir, selain partograph
Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan
3. Formulir pencatatan bayi muda (MTBM)
Pencatatan per individu bayi
Dipergunakan untuk mencatat hasil kunjungan neonatal yang merupakan
dokumen tenaga kesehatan puskesmas
4. Register kohort bayi
Pencatatan sekelompok bayi di suatu wilayah kerja puskesmas
Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan puskesmas
Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan kunjungan neonatal meliputi:7

Tempat periksa bayi


Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
Air bersih, sabun dan handuk kering
Sarung tangan bersih
Kain bersih
Stetoskop
Stop watch atau jam dengan jarum detik
Termometer
Timbangan bayi
Pengukur panjang bayi
Pengukur lingkar kepala
Alat suntik sekali pakai (disposable syringe) ukuran 1 ml/cc
Vitamin K1 (phytomenadione) ampul
Salep mata Oxytetrasiklin 1%
Vaksin Hepatitis B (HB 0)
Form pencatatan (Buku KIA, formulir bayi baru lahir, formulir MTBM,
Partograf, formulir register kohort bayi)7

2.5 Bidan Desa


2.5.1 Definisi Bidan Desa
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang
dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh
WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi

13

tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional / Kongres ICM.


Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di
Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah
mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari
pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau
memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik bidan.11
2.5.2 Tujuan Penempatan Bidan Di Desa
Tujuan penempatan bidan di desa secara umum adalah untuk meningkatkan
mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan Posyandu dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu, anak balita dan menurunkan angka
kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat berperilaku hidup sehat. Secara
khusus tujuan penempatan bidan desa adalah:11
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat
2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
3. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan
nifas dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi
4. Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan,
persalinan dan perinatal
5. Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan diare
6. Meningkatnya kemampuan keluarga untuk sehat

dengan

membantu

pembinaan kesehatan masyarakat,


7. Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD termasuk
gerakan Dana Sehat.
2.5.3 Tugas dan Wewenang Bidan di Desa
a. Tugas Bidan di Desa
Tugas seorang bidan di suatu desa adalah sebagai berikut: 1) Melaksanakan
kegiatan di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah
kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan
diberikan, 2) Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah
kerjanya.11
b. Wewenang Bidan di Desa
14

Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) Nomor 572/Menkes/ RI/1996


menjelaskan bahwa bidan di dalam menjalankan prakteknya, berwenang untuk
memberikan pelayanan KIA, Wewenang bidan yang bekerja di desa sama
dengan wewenang yang diberikan kepada bidan lainnya. Hal ini diatur dengan
peraturan Menteri Kesehatan. Wewenang tersebut adalah sebagai berikut : 11
1) Wewenang umum
Kewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat
dipertanggungjawabkan secara mandiri.
2) Wewenang khusus
Wewenang khusus adakah untuk melaksanakan kegiatan yang
memerlukan pengawasan dokter. Tanggung jawab pelaksanaannya
berada pada dokter yang diberikan wewenang tersebut.
3) Wewenang pada keadaan darurat
Bidan diberi wewenang melakukan pertolongan pertama untuk
menyelamatkan penderita atas tanggung jawabnya sebagai insan
profesi. Segera setelah melakukan tindakan darurat tersebut, bidan
diwajibkan membuat laporan ke Puskesmas di wilayah kerjanya.
4) Wewenang tambahan
Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat lainnya, sesuai dengan
program pemerintah pendidikan dan pelatihan yang diterimanya.
c. Tempat Tinggal
Sesuai dengan namanya bidan desa, maka bidan desa ditempatkan dan
diwajibkan tinggal di desa (polindes) tersebut serta bertugas melayani
masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam

15

melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala


Puskesmas setempat.11
d. Kegiatan atau peran Bidan Desa
1. Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan
2. Rujukan
2.5.4

Program Bidan Desa


Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan

kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan
angka Kematian Ibu dan Anak adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan dan
menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan perinatal. Dalam usaha
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan kesehatan anak terutama di desa maka
tenaga kesehatan (medis) seperti bidan harus menjalin kerjasama yang baik dengan
tenaga non medis seperti dukun dengan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan
dengan harapan dapat:11
Meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan
Dapat mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan
Selain bekerja sama dengan tenaga non medis seperti dukun,bidan desa juga
bekerja sama dengan masyarakat yang secara sukarela membantu dan melaksanakan
pos yandu. Biasanya masyarakat tersebut telah mendapat pelatihan dalam
menjalankan tugasnya tersebut sebagai kader. Tugas dan fungsi bidan utama bidan
desa adalah memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, sebagaimana tertuang
dalam SE Dirjen Binkesmas No. 492/Binkesmas/Dj/89 yang menyatakan penempatan
bidan desa adalah memberikan pelayanan ibu dan anak serta KB dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta kelahiran. Namun pada kenyataannya
bidan desa dibebani dengan berbagai macam program pelayanan kesehatan lainnya.
Pada kondisi ini bidan desa dihadapkan pada keterbatasan kemampuan dan kondisi
masyarakat yang beragam karakteristik.11

16

Kehadiran bidan di desa diharapkan mampu memperluas jangkauan pelayanan


yang telah ada sekaligus dapat meningkatkan cakupan program pelayanan KIA
melalui:11
Peningkatan pemeriksaan kesehatan ibu hamil yang bermutu
Pertolongan persalinan
Deteksi dini faktor kehamilan dan peningkatan pelayanan neonatal.
Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi
Serta bekerja sama dengan kader posyandu mencari sasaran ibu hamil
dengan melakukan:11
Kunjungan rumah
Sosialisasi pentingnya pemeriksaan kesehatan antenatal
Memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara rutin
minimal empat kali selama kehamilannya.
Bidan di desa telah melalui tingkat pendidikan kebidanan dan telah mampu
dan cakap dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan. Rasa malu pada pemeriksaan
kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cakupan pelayanan
antenatal. Masyarakat malu untuk memeriksakan dirinya terutama pada kehamilan
pertama. Pemberian bantuan tambahan gizi bagi ibu hamil merupakan daya tarik
tersendiri dalam kunjungan pelayanan antenatal dan dapat meningkatkan kunjungan
ibu.5 Bidan di desa juga membuat laporan kegiatan bidan setiap bulan dan diserahkan
kepada bidan koordinasi pada saat bidan di desa melaksanakan tugasnya ke
puskesmas.11
2.6

Kader Kesehatan
Kader adalah warga masyarakat yang ditunjuk oleh masyarakat, bekerja untuk

masyarakat dengan sukarela, untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan


pelayanan kesehatan sederhana.12
Peran Kader, yaitu:12
1. Penggerakan Masyarakat
Macam - macam upaya penggerakan masyarakat:
a. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga
Merupakan salah satu wujud keluarga yang sadar gizi, berupaya
memperbaiki keadaan gizi seluruh anggota keluarga. Kader menjadi

17

teladan bagi segenap warga masyarakat. Kader membantu petugas dalam


pendataan, penyuluhan dan peragaan keterampilan: untuk meningkatkan
peran serta masyarakat.
Tujuan UPGK
Tujuan 1: Perbaikan keadaan gizi keluarga.
Tujuan 2: Perilaku yang mendukung perbaikan gizi.
Tujuan 3: Partisipasi dan pemerataan kegiatan.
b. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk penanaman tanaman obat.
c. Pelayanan di posyandu.
Posyandu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat, dan
merupakan

tempat

memberikan

kemudahan

masyarakat

dalam

memperoleh 5 kegiatan pelayanan kesehatan dasar, yaitu: KB, KIA, gizi,


imunisasi dan penanggulangan diare.
2. Penyuluhan
Teknis Penyuluhan
Penyuluhan dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok:6
a. Penyuluhan perorangan/tatap muka.
Penyuluhan biasa dilakukan di posyandu ataupun pada saat kunjungan
rumah. Bisa menggunakan buku kia, lembar balik, contoh makanan, dll.
b. Penyuluhan kelompok.
Penyuluhan dilakukan kader ke sekelompok masyarakat, dan kader
menjelaskan materi, dilanjutkan dengan tanya jawab.
c. Penyuluhan disertai peragaan.
Kader membantu petugas untuk mengadakan penyuluhan disertai peragaan
seperti demo masak resep makanan sendiri, atau demo mempersiapkan MP
ASI.
3. Pemantauan
Kegiatan pemantauan antara lain:
Kunjungan Rumah
Setelah kegiatan di dalam posyandu selesai, maka rumah ibu-ibu yang
akan dikunjungi ditentukan bersama. Mereka yang dikunjungi adalah:

18

a. Ibu yang anak balita selama dua bulan berturut-turut tidak hadir di
posyandu
b. Ibu yang anak balitanya belum mendapatkan vitamin A.
c. Ibu yang anak balitanya pada bulan lalu dikirim ke puskesmas karena:
o
o
o
o

2 bulan berturut-turut berat badannya tidak naik.


Berat badannya di bawah garis merah.
Sakit.
Balita kegemukan.

d. Ibu hamil yang 2 bulan berturut-turut tidak menghadiri kegiatan


e.
f.
g.
h.

posyandu.
Ibu hamil yang bulan lalu dikirim ke puskesmas.
Ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapat kapsul yodium.
Rumah tidak layak huni.
Pemeriksaan jentik
Pemeriksaan jentik dilakukan oleh kader dengan mengunjungi rumah
ke rumah.12

2.7 Cakupan Kunjungan Neonatus


Cakupan kunjungan neonatus adalah cakupan neonatal yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai standar dari dokter, bidan, perawat yang mempunyai
kompetensi klinis kesehatan neonatal paling sedikit 2 kali di suatu wilayah kerja
tertentu. Cara perhitungan cakupan kunjungan neonatal sebagai berikut:13,14
=
Jumlah kunjungan neonatal yang mendapat
pelayanan kesehatan minimal 2 kali oleh tenaga kesehatan x 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun
Jumlah sasaran bayi diperkirakan melalui perhitungan:
-

Angka kelahiran kasar (CBR) propinsi x jumlah penduduk.


Bila propinsi tidak mempunyai data CBR, dapat digunakan angka

nasional dengan perhitungan : 2,7% x jumlah penduduk.13


2.8 Definisi Pengetahuan Dan Perilaku
1. Pengetahuan
a) Definisi pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,

19

penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat


penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan
sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap
dan perilaku setiap hari. Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata
dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy
dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar
(knowledge is justified true belief). Pengetahuan itu adalah semua milik
atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses
dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa
pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara
langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui
(subjek) memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri
sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketehui
pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.15
b) Tingkat pengetahuan
Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang
mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai
berikut:
1. Tahu (Know): Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang

dipelajari

antara

lain:

menyebutkan,

menguraikan,

mengidentifikasikan dan mengatakan.15


2. Memahami (Comprehension): Kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.15

20

3. Aplikasi (Application): Kemampuan untuk menggunakan materi yang


telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.15
4. Analisis (Analysis): Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja
mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.14
5. Sintesis (Synthesis): Kemampuan untuk menghubungkan bagianbagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.15
6. Evaluasi (Evaluation): Kemampuan untuk melakukan penelitian
terhadap suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang
sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.15

c) Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan berikut: 15
1. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
2. Perilaku
a) Definisi perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
21

Menurut Robert Kwick (1974), perilaku adalah tindakan atau perbuatan


suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut
ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Faktor-faktor yang membedakan
respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.
Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor
lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku
seseorang.16
2.9

Analisis Masalah
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk

mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah,


dari pendekatan sistem ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan
munculnya permasalahan rendahnya cakupan kunjungan neonatus kedua (KN2) di
Desa Kembang Limus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Adapun sistem
yang diutarakan disini adalah sistem terbuka pelayanan kesehatan yang dijabarkan
sebagai berikut:

LINGKUNGAN
Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan

Gambar
2.4 Analisis Penyebab
Pendekatan Sistem
INPUT
PROSES Masalah Dengan
OUTPUT
OUTCOME
Man
P1
Money
P2
Method
Masalah
yang
timbul
terdapat
pada output dimana hasil kegiatan tidak
P3
Material
IMPACT
Machine
22

sesuai standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah
kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab
masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistern masalah dapat terjadi pada input,
lingkungan, maupun proses.17
1. Kerangka pikir pemecahan masalah
a) Identifikasi masalah: Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang
ingin dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran
kinerja. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung
atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara
keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau
indikator tertentu yang sudah ditetapkan.17
b) Penentuan penyebab masalah: Penentuan penyebab masalah digali
berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Penentuan
penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan fishbone diagram. Hal
ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.17
c) Memilih penyebab yang paling mungkin: Penyebab masalah yang paling
mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data atau
konfirmasi dan pengamatan.17
d) Menentukan alternatif pemecahan masalah: Seringkali pemecahan masalah
dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah diidentifikasi.
Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan
masalah.17
e) Penetapan pemecahan masalah terpilih: Setelah alternatif pemecahan
masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan terpilih.
Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan kriteria matriks
untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik.17
f) Penyusunan rencana penerapan: Rencana penerapan pemecahan masalah
dibuat dalam bentuk POA (plan of action atau rencana kegiatan).17

23

g) Monitoring dan evaluasi: Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan
penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan
dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan
sudah dapat dipecahkan.17

Berikut merupakan gambaran dari siklus pemecahan masalah:

1.Identifikasi
masalah

2.Penentuan
penyebab
masalah

6.Monitoring
dan evaluasi

Gambar 2.5 Siklus Pemecahan Masalah


3.Menentuka
2. Analisis
penyebab masalah
5.Penyusuna
n alternatif dengan
Penentuan
penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan
n rencana
pemecahan
penerapan
masalah penyebab
curah pendapat. Untuk membantu
menentukan kemungkinan
4.Penetapan
pemecahan
masalah dapat dipergunakan diagram
fish bone. Metode ini berdasarkan pada
masalah
terpilih
kerangka pendekatan sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini: 18

INPUT
MONEY

MAN
METHOD

MACHINE

MATERIAL
MASALA
H

P1
P3

P2
3.

PROSES

Gambar 2.6. Diagram

LINGKUNGA
N
Penentuan alternatif pemecahan masalah

Fish Bone

24

Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya yaitu


menyusun alternatif pemecahan masalah.18
4. Penentuan pemecahan masalah dengan kriteria matriks menggunakan rumus
M x I x V/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan
metode kriteria matriks MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas
alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks:
a) Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan
masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah
yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin
efektif.
b) Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin penting
cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin
efektif.
c) Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin
sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.
d) Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk
melakukan pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan masalah
diberi nilai 1-5.

Tabel 2.2 Kriteria Matriks


Magnitude
1=Tidak magnitude

Importancy
1=Tidak penting

Vulnerability
1 = Tidak sensitif

Cost
1=Sangat
murah
2=Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2=Murah

2=Kurang
magnitude
3=Cukup magnitude

3=Cukup penting

3 = Cukup sensitif

3=Cukup
murah
25

4= Magnitude

4=Penting

4 = Sensitif

5=Sangat magnitude

5=Sangat penting

5 = Sangat sensitif

4=kurang
Murah
5=Tidak
murah

5. Pembuatan plan of action dan Gann chart


Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya dilakukan
pembuatan plan of action serta Gann chart, halaman ini bertujuan untuk
menentukan perencanaan kegiatan.18

BAB III
ANALISIS MASALAH

3.1

Data Khusus Cakupan KN2 di Puskesmas Borobudur


Cakupan kunjungan neonatus kedua (KN2) di Puskesmas Borobudur periode

Januari November 2015 sesungguhnya telah mencapai target Dinas Kesehatan


Kabupaten Magelang yaitu 103,21%, dari target yang disarankan 95%, sehingga
didapatkan pencapaiannya sebesar 108,64%. Namun jika melihat dari masing
masing desa mengenai cakupan kunjungan neonatus kedua (KN2), terdapat beberapa
desa yang masih kurang dari target 95%. Tabel berikut memuat cakupan kunjungan
neonatus kedua (KN2) di tingkat desa:

26

Tabel 3.1 Cakupan Kunjungan Neonatus Kedua (KN2) Tingkat Desa Periode Januari
November 2015
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Desa

Sasaran

Sasara
n

GIRI PURNO
GIRI TENGAH
TUKSONGO
MAJAKSINGI
KENALAN
BIGARAN
SAMBENG
CANDIREJO
NGARGOGONDO
WANUREJO
BOROBUDUR
TANJUNGSARI
KARANGANYAR
KARANGREJO
NGADIHARJO
KEBONSARI
TEGAL ARUM
KEMBANG LIMUS
WRINGIN PUTIH
BUMIHARJO

36
68
50
39
14
13
28
59
27
84
149
17
35
46
75
41
43
33
87
39

JUMLAH

983

Pelayanan Kunjungan Neonatus Kedua


(KN2)

(bulan
berjalan)
33
62
46
36
13
12
26
54
25
77
137
16
32
42
69
38
39
30
80
36
901

Jumlah

38
43
57
37
19
25
24
65
23
84
138
21
31
39
63
34
34
25
100
30

115.15
68.98
124.36
103.50
148.05
209.79
93.51
120.18
92.93
109.09
101.04
134.76
96.62
92.49
91.64
90.47
86.26
82.64
125.39
83.92
103,21%

930

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan cakupan kunjungan neonatus kedua
(KN2), yaitu cakupan persalinan ibu hamil di tenaga kesehatan dan cakupan
kunjungan neonatus pertama (KN1). Tabel berikut memuat data dari kedua hal
tersebut:
Tabel 3.2 Cakupan Kunjungan Persalinan di Tenaga Kesehatan (Persalinan Nakes)
Tingkat Desa Periode Januari November 2015
NO
1
2
3
4
5
6
7
8

Desa
GIRI PURNO
GIRI TENGAH
TUKSONGO
MAJAKSINGI
KENALAN
BIGARAN
SAMBENG
CANDIREJO

Sasaran

Sasaran
(1 tahun)

(bulan berjalan)

38
71
53
41
15
14
29
62

35
65
49
38
14
13
27
57

Persalinan Nakes
ABS
38
45
57
38
19
24
24
63

%
109.09
69.14
117.32
101.11
138.18
187.01
90.28
110.85

27

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

NGARGOGONDO
WANUREJO
BOROBUDUR
TANJUNGSARI
KARANGANYAR
KARANGREJO
NGADIHARJO
KEBONSARI
TEGAL ARUM
KEMBANG LIMUS
WRINGIN PUTIH
BUMIHARJO
JUMLAH

28
88
156
18
37
48
78
43
46
35
91
41

26
81
143
17
34
44
72
39
42
32
83
38
946

1023

24
84
137
20
31
41
62
34
34
24
100
30
929

93.51
104.13
95.80
121.21
91.40
93.18
86.71
86.26
80.63
74.81
119.88
79.82
98,20%

Tabel 3.3 Cakupan Kunjungan Neonatus Pertama (KN1) Tingkat Desa Periode Januari
November 2015
NO

Desa

Sasaran
(1 tahun)

Sasaran
(bulan berjalan)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

GIRI PURNO
GIRI TENGAH
TUKSONGO
MAJAKSINGI
KENALAN
BIGARAN
SAMBENG
CANDIREJO
NGARGOGONDO
WANUREJO
BOROBUDUR
TANJUNGSARI
KARANGANYAR
KARANGREJO
NGADIHARJO
KEBONSARI
TEGAL ARUM

36
68
50
39
14
13
28
59
27
84
149
17
35
46
75
41
43

33
62
46
36
13
12
26
54
25
77
137
16
32
42
69
38
39

Kunjungan neonatus 1
Jumlah
%
38
43
57
37
19
25
24
65
23
84
138
21
31
39
63
34
34

115.15
68.98
124.36
103.50
148.05
209.79
93.51
120.18
92.93
109.09
101.04
134.76
96.62
92.49
91.64
90.47
86.26

28

18
19
20

3.2

KEMBANG LIMUS
WRINGIN PUTIH
BUMIHARJO

33
87
39

JUMLAH

983

30
80
36
901

25
101
30
931

82.64
126.65
83.92
103,32%

Data Cakupan KN2 Desa Kembang Limus, Periode Januari November 2015

3.2.1 Data Kohort Bayi Desa Kembang Limus periode Januari November 2015
Tabel 3.4 Hasil Kegiatan KN2 di Dusun Sembungan, Desa Kembang Limus
periode Januari November 2015
No.

Nama Ibu

Tanggal
partus

1.

By.Ny. DS
(29 th)
By. Ny. F
(31th)
By. Ny. DY
(25th)
By. Ny. M
(27th)
By. Ny. Y
(28th)
By. Ny. ER
(34th)

2.
3.
4.
5.
6.

Pemeriksaan yang
dilakukan

Keterangan

15/01/15

Berapa lama di
fasilitas
kesehatan
post
partum
6-24 jam

Baik

01/03/15

6-24 jam

Baik

11/04/15

6-24 jam

Baik

21/04/15

6-24 jam

Baik

03/05/15

6-24 jam

Baik

07/07/15

6-24 jam

Baik

Memenuhi waktu
KN2
Memenuhi waktu
KN2
Memenuhi waktu
KN2
Memenuhi waktu
KN2
Memenuhi waktu
KN2
Memenuhi waktu
KN2

Tabel 3.5 Hasil Kegiatan KN2 di Dusun Bogelan, Desa Kembang Limus
periode Januari November 2015
No.

Nama Ibu

1.

By. Ny.
(40th)
By. Ny.
(28 th)

2.

Tanggal
partus
S

21/01/15

Berapa lama di
rumah
bidan
post partum
6 - 24 jam

20/04/15

6 - 24 jam

Pemeriksaan fisik
yang dilakukan

Keterangan

Baik
Baik

Memenuhi waktu
KN2
Memenuhi waktu
KN2

Tabel 3.6 Hasil Kegiatan KN2 di Dusun Bumen, Desa Kembang Limus
periode Januari November 2015
29

No.

Nama Ibu

Tanggal
partus

1.

By. Ny. F
(32 th)
By. Ny. ID
(29 th)
By. Ny. M
(26 thn)

2.
3.

Pemeriksaan fisik
yang dilakukan

Keterangan

10/04/15

Berapa lama di
rumah bidan post
partum
<6 jam

05/05/15

6 - 24 jam

05/09/15

24-48 jam

Tidak Memenuhi
waktu KN2
Tidak Memenuhi
waktu KN2
Tidak Memenuhi
waktu KN2

Tabel 3.7 Hasil Kegiatan KN2 di Dusun Gombong, Desa Kembang Limus
periode Januari November 2015
No.

Nama Ibu

Tanggal
partus

Berapa lama di
rumah
bidan
post partum

Pemeriksaan fisik
yang dilakukan

Keterangan

1.

By. Ny. M
(33th)
By. Ny. MS
(26 th)
By. Ny. H
(33th)

08/04/15

6 - 24 jam

Baik

21/06/15

6 - 24 jam

Baik

10/07/15

6 - 24 jam

Baik

Memenuhi waktu
KN2
Memenuhi waktu
KN2
Memenuhi waktu
KN2

2.
3.

Tabel 3.8 Hasil Kegiatan KN2 di Dusun Wonotigo, Desa Kembang Limus
periode Januari November 2015
No.

Nama Ibu

Tanggal
partus

Berapa lama di
rumah
bidan
post partum

Pemeriksaan fisik
yang dilakukan

Keterangan

1.

By. Ny. DH
(33th)
By. Ny. RM
(22 th)

08/05/15

24-48 jam

21/07/15

>48 jam

Tidak Memenuhi
waktu KN2
Tidak Memenuhi
waktu KN2

2.

3.2.2

Data Bayi Lahir Hidup dan Imunisasi Hb0 Desa Kembang Limus Periode
Januari November 2015

Tabel 3.9 Jumlah Lahir Hidup dan Imunisasi Hb0 Periode Januari November 2015
No.
1.
2.
3.
4.

Bulan
Januari
Februari
Maret
April

Jumlah neonatus lahir hidup


2
1
6

Jumlah Imunisasi Hb0


2
2
6

30

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Jumlah

2
5
3
1
2
2
1
25

2
5
3
1
2
2
1
26

Penulis membandingkan antara data bayi lahir hidup dengan jumlah imunisasi
Hb0 bulan Januari November 2015 ternyata terdapat ketidaksamaan jumlah dengan
kegiatan KN2 yaitu sebanyak 1 bayi. Dibandingkan pula antara data kohort bayi
dengan data bayi lahir hidup bulan Januari November 2015 ternyata terdapat
ketidaksamaan jumlah dengan kegiatan KN2 yaitu sebanyak 9 bayi.
3.3 Cakupan Kunjungan Neonatus kedua (KN2) di Desa Kembang Limus,
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang periode Januari November 2015
Cakupan kunjungan neonatus kedua (KN2) merupakan perbandingan antara
jumlah kunjungan neonatus kedua (KN2) dengan jumlah sasaran bayi lahir hidup per
periode Januari November 2015 di Desa Kembang Limus dikalikan 100%.
Rumus:
KN2 = Jumlah neonatus yang telah memperoleh pelayanan kunjungan neonatus pada
masa 48 jam 7 hari setelah lahir sesuai standar di Desa Kembang Limus pada
periode Januari November 2015
x 100
%
Seluruh sasaran bayi lahir hidup di Desa Kembang Limus pada periode
Sasaran
jumlah
bayi lahir
hidup di Desa Kemb43 bayi
Januari November
2015
Sasaran jumlah bayi lahir hidup di Desa Kembang Limus pada bulan berjalan
(Januari November 2015) yaitu 30 bayi (target jumlah bayi lahir hidup
selama 11 bulan berjalan)
Jumlah bayi yang telah mendapat KN2 di Desa Kembang Limus yaitu 25 bayi
Persentase cakupan KN2 sebesar = 25/30 x 100% = 82,64%
Target KN2 selama 1 tahun (Target SPM DINKES kab. Magelang) = 95%

31

Besar pencapaian dalam Januari November 2015 = 82,64% /95% x 100% =


86,99%
Jadi, persentase pencapaian KN2 di Desa Kembang Limus periode Januari
November 2015 adalah 86,99%, masih rendah dari target pencapaian SPM DINKES
Kab. Magelang.

Tabel 3.10 Cakupan Kunjungan Neonatus Kedua (KN2) Di Desa Kembang Limus
Periode Januari November 2015
Indikator

Kunjungan
neonatus
kedua (KN2)

Target (%)

95

Sasaran
(1tahun)

43

Sasaran
bulan
berjalan

30

Cakupan

Pencapaian
(%)

Kegiatan

Persen
(%)

25

82,64

86,99

32

BAB IV
KERANGKA PENELITIAN
4.1 Kerangka Teori

INPUT

PROSES

OUTPUT

Man:
Petugas
kesehatan
(Koordinator KIA, Bidan
desa, Kader)

P1:
Penjadwalan KN2
sesuai
tanggal
lahir bayi

Cakupan
kunjungan
Neonatus Kedua
(KN2)

Money:
BPJS, Umum, BOK

P2:
Telah
KN2

Method:
Observasi, Pemeriksaan,
Imunisasi, Posyandu
Material:
Posyandu, Pustu, PKD,
Praktek Bidan Desa
Machine:
Buku KIA, kohort bayi,
meteran,
stetoskop,
termometer, timbangan,
tempat tidur pemeriksaan,
vaksin, spuit

dilakukan

P3:
Laporan
pencatatan
kunjungan
neonatus

dan

LINGKUNGAN
Seluruh ibu yang memiliki bayi
Ibu dari bayi yang tidak mendapatkan
KN2

33

4.2 Kerangka konsep

FAKTOR INPUT
Man:
Koordinator KIA, Bidan
Desa, dan Kader
- Tugas dan fungsi
koordinator KIA, bidan
desa, kader
- Pengetahuan bidan desa
- Pengetahuan kader

FAKTOR PROSES

Bentuk
kegiatan
Jadwal
kegiatan
Sistem
pencatatan dan
pelaporan

FAKTOR
LINGKUNGAN

Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
dan perilaku ibu
neonatus

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS


2 (KN2)
DI DESA KEMBANG LIMUS

34

BAB V
METODOLOGI PENELITIAN
5.1

Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan desain

penelitian cross sectional. Selanjutnya, data dianalisis secara deskriptif, yaitu data
akan diolah menjadi bentuk persentase atau tabel dengan tujuan menentukan
penyebab masalah rendahnya cakupan KN2.
5.2

Bahan dan instrumen penelitian


Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer didapat dari melakukan wawancara pada tanggal 22 23 Desember 2015
kepada ibu yang memiliki bayi berusia kurang dari 11 bulan (melahirkan pada Januari
November 2015) dan tidak melakukan atau mendapatkan KN2, para kader Desa
Kembang Limus, bidan Desa Kembang Limus, serta koordinator bagian KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Borobudur. Data sekunder didapat dari data
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Borobudur dan laporan bulanan KN2
dari bidan Desa Kembang Limus.
5.3

Batasan Judul
RENCANA PENINGKATAN CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS

KEDUA (KN2) DI DESA KEMBANG LIMUS, KECAMATAN BOROBUDUR,


KABUPATEN MAGELANG: EVALUASI MANAJEMEN PROGRAM KIA
PERIODE JANUARI NOVEMBER 2015 mempunyai batasan pengertian judul
sebagai berikut:
1. Kunjungan
Adalah kegiatan mengunjungi suatu tempat dalam hal ini fasilitas kesehatan.
2. Program
Adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan.
3. Manajemen
Adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
4. Evaluasi

35

Adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut,


apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas
permasalahan yang ditemukan.
5. Neonatus
Adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan
diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin, beralih dari
ketergantungan mutlak ibu menuju kemandirian fisiologis.
6. KN2
Adalah kunjungan neonatus yang dilakukan pada kurun waktu 3 7 hari
setelah bayi lahir.
7. Desa Kembang Limus
Merupakan salah satu desa di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
8. Puskesmas Borobudur
Adalah puskesmas di Kecamatan Borobudur
9. Periode Januari November 2015
Adalah periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi mengenai
cakupan kunjungan neonatus kedua (KN2).
5.4

Definisi Operasional
1. Cakupan adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah kegiatan
(KN2) di Desa Kembang Limus dibagi jumlah sasaran (bulan berjalan)
Periode Januari November 2015.
2. Kunjungan neonatus kedua adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
pada bayi usia 48 jam 7 hari setelah lahir di sarana pelayanan kesehatan
atau mendapatkan pelayanan, seperti kunjngan rumah.
3. Tugas adalah pekerjaan yang merupakan tanggung jawab seseorang, yang
dibebankan, yang wajib dilakukan menurut perintah tertentu.
4. Fungsi adalah melakukan pekerjaan sesuai dengan jabatannya. Setiap
jabatan dalam perkerjaan mempunyai fungsi kerja yang berbeda, sesuai
dengan bidangnya.
5. Bentuk kegiatan adalah wujud dari kegiatan yang akan dilaksanakan.
6. Jadwal kegiatan adalah waktu dari kegiatan tersebut dilaksanakan.
7. Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas yang behubungan dengan kesadaran
dalam hal ini adalah pemilihan tempat untuk melakukan Perilaku baik bila
36

skor 81% - 100%, cukup bila skor 60% - 80%, perilaku kurang bila skor
<60%.
8. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Tingkat pengetahuan baik
bila skor >76%-100%, cukup bila skor 60%-75% , dan kurang bila skor <
60%.
9. Pencatatan dan pelaporan KN2 adalah perilaku tenaga kesehatan dalam
melakukan pencatatan laporan KN2 yang ada.
5.5

Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi:

Lingkup lokasi
Lingkup waktu
Lingkup metode
Lingkup materi

: Desa Kembang Limus


: Januari November 2015
: Wawancara, pencatatan, dan pengamatan
: Evaluasi cakupan kunjungan neonatus (KN2) di Desa

Kembang Limus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang periode


Januari November 2015
5.6

Faktor Inklusi dan Eksklusi


a. Faktor inklusi:
Bayi yang tidak mendapat kunjungan neonatus kedua (KN2), yaitu:
a. Ibu yang melahirkan bayi lahir hidup antara Januari November 2015
b. Ibu yang melahirkan bayi lahir hidup antara Januari November 2015
tetapi meninggal dalam kurun waktu 3 7 hari dan tidak sempat
mendapatkan KN2
c. Ibu bayi yang tidak bersedia atau menolak mendapatkan KN2
d. Ibu bayi yang telah mendapatkan KN2 di tenaga kesehatan lain dan
tidak tercatat di bidan desa setempat
b. Faktor eksklusi:
a. Ibu yang melahirkan bayi lahir hidup antara Januari November
2015 yang tidak berada di tempat
b. Ibu yang melahirkan bayi lahir hidup antara Januari November
2015 yang tidak bersedia di wawancara
BAB VI

37

HASIL PENELITIAN

6.1 Data Umum Kembang Limus


6.1.1 Keadaan geografis
a. Letak dan luas wilayah
Desa Kembanglimus secara administratif termasuk dalam wilayah
kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, terletak di arah Selatan
Kabupaten Magelang, dengan jarak 3 Km dari kantor kecamatan, sedangkan
jarak Desa Kembanglimus dari kantor kabupaten Magelang sekitar 5
Km.Waktu tempuh menuju daerah kecamatan sekitar 7 menit, sedangkan
waktu tempuh kira-kira 15 menit menuju ibukota Kabupaten.
Desa Kembanglimus terdiri dari 7 dusun, yaitu Sembungan, Bogelan,
Ngasinan, Gombong, Wonotigo, Bumen, dan Tidaran Kauman.
Luas Wilayah desa Kembanglimus adalah 222,461 Ha dengan batasbatas desa sebagai berikut:
- Sebelah Utara

: Desa Wringinputih & Kec. Tempuran

- Sebelah Selatan

: Desa Ngadiharjo

- Sebelah Barat

: Desa Tegalarum & Kec. Tempuran

- Sebelah Timur

: Desa Desa Wringinputih & Karangrejo

38

Gambar 6.1 Peta Desa Kembanglimus


b. Pola penggunaan lahan
Luas Desa Kembanglimus secara keseluruhan sebesar 222,461 Ha. Hal
tersebut dapat dilihat dari luas lahan untuk kegiatan pertanian yaitu sawah
sebanyak 60,255 Ha dan tanah kering seluas 80 Ha. Sedangkan Lahan yang
digunakan untuk kuburan, lapangan, jalan dan sungai seluas

81,718 Ha.

Perincian masing-masing penggunaan lahan di Desa Kembanglimus dapat dilihat


pada tabel berikut:
Tabel 6.1 Luas dan Penggunaan Lahan Desa Kembanglimus
No
1
2
3
4
5

Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Tanah Sawah
60,255 Ha
Tanah kering
80 Ha
Tanah Pekarangan
48,168 Ha
Lain-lain
34,01 Ha
Hutan Negara
0,1 Ha
Jumlah
222,461 Ha
(Sumber: Data monografi Desa Kembanglimus, 2015)
6.1.2 Kelembagaan desa
Kelembagaan dapat diartikan organisasi dan aturan main yang menentukan

ruang gerak organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya. Secara umum adanya
undang-Undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, peraturan daerah dan

39

keputusan Pimpinan Daerah, adalah aturan main yang memberi gerak berjalannya
organisasi. Kelembagaan masyarakat adalah suatu himpunan norma-norma dari
tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan
masyarakat, dimana wujud konkritnya adalah asosiasi
Lembaga lembaga yang ada di Desa Kembanglimus adalah sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
19
20
21

Tabel 6.2 Kelembagaan Desa Kembanglimus


Jumlah
Jenis Kelembagaan Desa
Pengurus/Kader
Badan Perwakilan Desa
4 orang
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
24 orang
(LPMD)
Lembaga Pemberdayaan Perempuan Dan
57 orang
Keluarga (LP2K)
Lembaga Persatuan Pemuda (LPP)
17 orang
P3A
7 orang
GAPOKTAN
9 orang
Koperasi Pemuda Dusun Bumen
4 orang
FKPM (POLMAS)
14 orang
Kader Posyandu
13 orang
Kelompok Tani
225 orang
RT
14 orang
RW
7 orang
Kelompok Kesenian
200 orang
Pos Obat Desa
2 orang
TK
6 orang
SD
10 orang
SMP
5 orang
NU
15 orang
Pesantren TPA / TPQ
9 orang
Kelompok Tani Ternak
10 orang
(Sumber: Data monografi Desa Kembanglimus, 2015)

6.1.3 Keadaan penduduk


6.1.3.1 Keadaan sosial ekonomi penduduk
Jumlah penduduk Desa Kembanglimus pada tahun 2015 memiliki 552
Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 2125 jiwa yang terdiri dari
1100 laki-laki dan 1025 perempuan. Rata-rata setiap keluarga terdiri dari
empat anggota keluarga. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin dapat dilihat pada table berikut:

40

Tabel 6.3 Klasifikasi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.


Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(th)
(1)
(2)
(3)
(4)
0 -4
60
56
114
59
95
80
165
10 14
99
76
155
15 19
118
91
189
20 24
107
71
158
25- 29
93
108
141
30- 39
144
142
296
40-49
136
156
243
50 -59
83
106
169
>60
135
149
234
Jumlah
1100
1025
2125
(Sumber: Data Sekunder monografi Desa Kembanglimus, 2015)
6.1.3.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan di Desa Kembanglimus tergolong rendah, hal ini
disebabkan fasilitas pendidikan kurang memadai. Sebagian besar penduduk desa
Kembanglimus adalah tamatan Sekolah Dasar yaitu sebanyak 700 orang, dan
urutan kedua adalah penduduk yang belum tamat SD sebanyak 275 orang.
Penduduk yang sekolah sebanyak 198 orang menempati urutan ketiga, dan urutan
keempat adalah penduduk yang tamat SMP sebanyak 384 orang dan yang tamat
SLTA sebanyak 371 orang, dan yang tamat Akademi/Perguruan tinggi sebanyak 7
orang.
Komposisi

penduduk

desa

Kembanglimus

berdasarkan

tingkat

pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 6.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1 Tamat Akademi/PT
7
2 Tamat SLTA
371
3 Tamat SLTP
384
4 Tamat SD
700
5 Belum Tamat SD
275
6 Tidak Sekolah
367
Jumlah
2104
(Sumber : Data sekunder monografi Desa Kembanglimus, 2015)
41

6.1.3.3 Mata pencaharian


Sebagian besar keluarga di Desa Kembanglimus mempunyai mata
pencaharian dibidang pertanian. Menurut catatan monografi Desa Kembanglimus
tahun 2010, jumlah kepala Keluarga yang bekerja di bidang pertanian sebanyak
248 orang, sedangkan yang tidak teridentifikasi sebanyak 379 orang, sedangkan
sisanya bekerja dibidang lain seperti pengusaha ,buruh, pedagang, PNS/ABRI,
pengangkutan ,dan sebagainya.Untuk jelasnya dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 6.5 Komposisi penduduk Desa Kembanglimus menurut mata pencaharian
No
Mata Pencaharian
Jumlah
1
Petani Sendiri
320
2
Petani Buruh
60
3
Nelayan
0
4
Pengusaha
1
5
Buruh Industri
59
6
Buruh Bangunan
59
7
Pedagang
19
8
Pengangkutan
6
9
PNS/ABRI
16
10 Pensiunan
11
11 Lain-lain
86
Jumlah
627
(Sumber: Data monografi Desa Kembanglimus, 2015)
6.1.3.4 Sarana pendidikan
Terdapat beberapa sarana pendidikan di Kembanglimus, yang dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.6 Sarana pendidikan yang terdapat pada Desa Kembanglimus
Sarana Pendidikan
TPQ/TPA
SD/MI
SMP/MTs
SLTA
TK/Paud

Jumlah
0
1
1
0
1

42

6.1.3.5 Sarana kesehatan


Desa Kembanglimus sendiri mempunyai beberapa sarana kesehatan yang
mendukung seperti yang digambarkan pada table berikut:
Tabel 6.7 Jumlah sarana kesehatan Desa Kembanglimus
Sarana Kesehatan
Jumlah
Posyandu
4
Puskesmas
PKD
Rumah Bersalin
1
(Sumber: Data Monografi Desa Kembanglimus, 2015)
6.2 Hasil Survei
6.2.1 Hasil Kuesioner dan Wawancara Ibu Bayi
Kuesioner diberikan kepada 5 responden ibu yang telah mengalami persalinan
bayi hidup dan tidak mendapatkan kunjungan neonatus kedua pada periode Januari
November 2015 serta masih tinggal dan menetap di Desa Kembang Limus, 13
responden kader aktif dan 1 bidan desa Kembang Limus. Sumber data responden
didapatkan dari kohort bayi 2015 dan buku register persalinan bidan desa.
Tabel 6.8 Karakteristik responden (ibu bayi)
No.
1.
a.
2.
a.
b.
3.
a.
b.

Karakteristik ibu
Usia
20 35 tahun
>35 tahun
Pendidikan
SMP
SMA/SMK
Bekerja/tidak bekerja
Bekerja
Tidak bekerja

Jumlah

Presentase

4
1

80,00%
20,00%

5
0

100,00%
0,00%

1
4

20,00%
80,00%

1. Ibu yang bersalin pada tenaga kesehatan


Ya
5
100 %

Tidak
0
0%

Jumlah Responden
5
100%

Berdasarkan tabel, seluruh responden bersalin di tolong oleh tenaga kesehatan


2. Ibu menginap (mondok) di rumah praktek bidan / fasilitas kesehatan
43

Ya
5
100 %

Tidak
0
100 %

Jumlah Responden
5
100 %

Berdasarkan tabel, didapatkan 5 responden yang bersalin menginap di tempat


praktek kesehatan setelah melahirkan.
3. Apakah ada pengaruh keluarga untuk memilih bidan desa tempat untuk
melahirkan?
Ya
5
100%

Tidak
0
0%

Jumlah Responden
5
100%

Berdasarkan tabel, responden menjawab adanya pengaruh keluarga untuk


memilih tempat melahirkan bisa tidak di bidan desa ditempat ibu tinggal maupun di
bidan desa lain.
4. Berapa lama Ibu berada di tempat fasilitas kesehatan pasca melahirkan?
No.
1.
2.
3.
4.

Waktu

Jumlah
1
1
2
1
5 responden

< 6 jam
6-24 jam
24-48 jam
> 48 jam
Total

Berdasarkan tabel di atas didapatkan 1 responden berada di fasilitas kesehatan


setelah melahirkan <6 jam, 1 responden berada 6 24 jam, 2 responden 24-48 jam,
dan 1 responden >48 jam
5. Apakah Ibu bayi mengalami sakit setelah pulang dari rumah praktek bidan/
fasilitas kesehatan?
Ya
0
0%

Tidak
5
100%

Jumlah Responden
5
100%

Berdasarkan tabel, didapatkan seluruh responden tidak mengalami sakit


setelah pulang bersalin.
6. Pengetahuan ibu tentang kunjungan neonatus kedua (KN2)
Tabel 6.9 Tingkat pengetahuan ibu tentang KN2
No
1.

Pertanyaan
Apakah ibu tahu apa yang telah dilakukan
oleh tenaga kesehatan setelah anak ibu
lahir?

1
1

2
0

3
1

4
1

5
0

44

2.
3.
4.

5.
6.

Apakah anda mengetahui pentingnya


pelayanan kesehatan bayi usia 3 - 7 hari?
Apakah anda tahu apa tujuan dilakukan
kunjungan tenaga kesehatan pada 3 7
hari setelah bayi lahir?
Apakah anda mengetahui akibat apa yang
terjadi apabila tidak dilakukan kunjungan
tenaga kesehatan pada 3 7 hari setelah
bayi lahir?
Menurut ibu pentingkah memeriksakan
bayi baru lahir ke tenaga kesehatan?

Apakah
ibu
menganggap
penting
pemeriksaan bayi usia 1 bulan minimal
3x?
TOTAL
PERSENTASE

3
50%
(K)

2
33,33%
(K)

3
50%
(K)

3
50%
(K)

2
33,33%
(K)

1: Ya, tahu;

0: Tidak tahu

Penilaian :
Tingkat pengetahuan baik bila skor 76%-100%; Tingkat pengetahuan cukup
60% - 75%; Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
Dari hasil survei, didapatkan pengetahuan ibu tentang KN2 kurang pada
kelima responden. Kesimpulannya pengetahuan ibu di Desa Kembang Limus tentang
KN2 masih kurang.

7. Perilaku ibu tentang kunjungan neonatus kedua (KN2)


Tabel 6.10 Perilaku ibu terhadap KN2
No
1.

Pertanyaan
Apakah bayi ibu diperiksa oleh
tenaga kesehatan dalam 3 7 hari
setelah lahir?

1
0

2
0

3
0

4
0

5
0

45

2.

Apakah bayi ibu dikunjungi ke


rumah oleh tenaga kesehatan
dalam 3-7 hari setelah lahir?

3.

Apakah ibu selalu mengikuti


saran dari tenaga kesehatan untuk
merawat bayi sesuai yang
diajarkan oleh tenaga kesehatan?
Apabila ibu melahirkan anak
selanjutnya, apakah ibu akan
mengikuti saran dari tenaga
kesehatan untuk merawat bayi
sesuai yang diajarkan oleh tenaga
kesehatan?
TOTAL
PERSENTASE

2
50% (K)

1
25% (K)

2
50% (K)

2
50% (K)

2
50% (K)

4.

1: Ya;
Penilaian:

0: Tidak

Perilaku baik bila skor 81% - 100%; Perilaku cukup bila skor 60% - 80%;
Perilaku kurang bila skor <60%
Dari hasil survei, didapatkan 5 responden yang memiliki perilaku kurang
terhadap KN2.

6.2.2. Hasil Kuesioner dan Wawancara Kader


Dilakukan survei terhadap kader di Desa Kembang Limus. Total kader yang
ada sebanyak 13 orang dari total keseluruhan kader sebanyak 15 orang. Survei
terhadap kader bertujuan untuk melihat peran serta kader dalam mengingatkan ibu
yang memiliki bayi untuk memeriksakan bayinya minimal 1 kali di usia satu bulan
pertama dan segera periksa bila bayi mengalami keluhan kesehatan. Berikut dibawah
hasil kuesioner dan hasil wawancara dengan kader.

Tabel 6.11 Karakteristik Kader Responden


No.

Karakteristik Kader

1.
b.
2.

Usia
20 35 tahun
>35 tahun
Pendidikan

Jumlah
8
5

Presentase
61,50%
38,50%

46

c.
d.
3.
c.
d.

SMP
SMA/SMK
Bekerja/tidak bekerja
Bekerja
Tidak bekerja

6
7

46,10%
53,90%

9
4

69,20%
30,80%

Tabel di bawah menggambarkan hasil kuesioner dan wawancara terhadap 13


kader, didapatkan gambaran tentang peran serta kader dalam menyukseskan
pelayanan kunjungan neonatus kedua (KN2). Dari 5 pertanyaan kuesioner yang
diajukan, tampak pengetahuan kader terhadap pentingnya pelayanan kesehatan KN2,
tujuan pelayanan KN2, sasaran dan pentingnya pemeriksaan kunjungan neonatus
kedua (KN2) cukup baik.
Tabel. 6.12 Pengetahuan kader mengenai kunjungan neonatus

Keterangan:
Tingkat pengetahuan baik bila skor 76%-100%; Tingkat pengetahuan cukup 60% 75%; Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%.

47

Dari hasil survey didapatkan 5 orang kader berpengetahuan baik, 4 orang


berpengetahuan cukup, dan 4 orang kader berpengetahuan kurang mengenai
kunjungan neonatus
6.2.3 Hasil Kuesioner dan Wawancara Bidan Desa
Dilakukan survei dan wawancara terhadap bidan desa Desa Kembang Limus
(Bidan I) tentang pelayanan kesehatan kunjungan neonatus kedua (KN2) yang telah
dilakukan selama bulan Januari November 2015. Survei ini dilakukan untuk melihat
kinerja lapangan dan hambatan yang di alami Bidan Desa selama bulan Januari
November 2015.
Tabel 6.13 Hasil kuesioner dan wawancara Bidan desa
No.
1.

Input
Man

Pertanyaan
Siapa saja yang memberikan
pelayanan kesehatan paada
neonatus (3-7 hari)

Jawaban
Bidan desa, kecuali ada sesuatu baru
seperti bayi bermasalah dirujuk ke
PKM untuk bertemu dokter.

b.

Apakah Ibu tahu pentingnya


pelayanan kesehatan KN2
kepada
neonatus,
apa
tujuannya?

Tahu,
Untuk deteksi dini penyakit pada bayi.

c.

Bentuk pelayanan kesehatan


apa
saja
yang
dapat
diberikan kepada neonatus
3-7 hari? sebutkan?

Pemeriksaan kesehatan, warna kulit,


perkembangan
berat
badan,
perkembangan motorik, deteksi dini
kelainan kongenital, imunisasi dan
penjelasan tentang cara menyusui

d.

Apakah
Ibu
selalu
memberikan
pelayanan
kesehatan tersebut?

Ya,
selalu.
Kecuali
menyesuaikan hari nya.

e.

Apakah
Ibu
selalu
menjelaskan
pelayanan
pentingnya
pelayanan
kesehatan neonatus 3-7 hari
kepada ibu bayi tersebut?

Iya, selalu

f.

Apakah Ibu mengalami


kesulitan dalam memberikan
pelayanan kesehatan
neonatus tersebut? jika iya
sebutkan ?
Apakah Ibu ikut melibatkan

Iya, ada. Biasanya terkendala karena


tingkat pendidikan ibu bayi.

a.

g.

imunisasi

Ya, terkadang perlu untuk laporan


pendataan bila bidan tidak bisa datang,

48

2.

3.

Money

Machine

kader dalam mengingatkan


warga yang memilki bayi
untuk melakukan KN2?
BentuKNya seperti apa?

selain kader dukun bayi juga ikut


membantu untuk melaporkan bila ada
kelainan
pada
bayi;
Diberikan
penyuluhan setiap diadakan posyandu
setiap satu bulan sekali

a.

Apakah dalam memberikan


pelayanan
kesehatan
neonatus
3-7
hari
membutuhkan biaya? Tolong
sebutkan jenis pelayanannya
beserta biayanya masingmasing!

Tidak butuh biaya, karena itu semua


sudah masuk ke dalam biaya paket
persalinan, bila imunisasi pun sudah
ada anggaran tersendiri dari puskesmas

b.

Sumber dana untuk biaya


pelayanan
kesehatan
neonatus 3-7 hari berasal
dari mana?

Kalau pada pasien umum dana di


tanggung sendiri, namun saya tidak
tega meminta, karena biasanya bila
berbiaya, ibu bayi akan merasa
keberatan melakukan pemeriksaan
pada bayinya, sedangkan pada pasien
BPJS masuk ke pembiayaan jaminan
kesehatan. Semua masuk ke dalam
paket persalinan

c.

Apakah dana yang ada telah


cukup
memadai
untuk
kebutuhan
pelayanan
kesehatan
kunjungan
neonatus 3-7 hari?

Cukup

d.

Apakah untuk mendapati


dana tersebut mengalami
hambatan?
Jika iya sebutkan apa saja?
Apakah untuk memberikan
pelayanan
kesehatan
neonatus
3-7
hari
memerlukan
peralatan?
Sebutkan apa saja?

Ada, terjadi bila biaya persalinan


berasal dari jaminan kesehatan,
biasanya baru cair pada beberapa bulan
satu tahun setelahnya
Ya,
termometer,
meteran
bayi,
timbangan,
stetoskop,
senter,
seperangkat alat imunisasi, untuk yang
belum mendapatkan imunisasi

b.

Apakah
perlatan
untuk
pelayan kesehatan neonatus
yang ada sudah cukup
memadai?

Sudah cukup memadai

c.

Apakah peralatan yang ada


tersebut masih layak pakai?

Masih layak pakai dan rutin di


kalibrasi. Terkadang mendapatkan
paketan alat dari PKD

d.

Apakah
ada
rencana
penggantian
peralatan
pelayanan
kesehatan
neonatus 3-7 hari? jika ya,
apa alasannya?

Ada, setiap alat rusak pasti dibeli


kembali dengan yang baru, namun
kebanyakan pakai uang sendiri

a.

49

4.

Material

a.

Apa sajakah perlengkapan


yang
diperlukan
untuk
berlangsungnya pelayanan
kesehatan KN2?

Ruangan, tempat tidur, dan transportasi

b.

Sejauh
ini
apakah
perlengkapan
yang
ada
sudah memadai?
Metode apa yang digunakan
dalam pelayanan kesehatan
neonatus dasar KN2?

Sudah

5.

Methode

a.

6.

Perencanaan
(P1)

a.

Apakah ibu melakukan


penjadwalan
waktu
kunjungan KN2 yang akan
dilakukan?

b.

Berdasarkan
apa
ibu
melakukan
penjadwalan
waktu KN2?
Untuk kegiatan yang sudah
direncanakan apakah sudah
semuanya terlaksana?

6 jam-2 hari: KN1


3-7 hari: KN2
8-28 hari: KN3
Sudah

b.

Dalam melakukan KN2


apakah Ibu yang mendatangi
pasien atau pasien yang
mendatangi
fasilitas
kesehatan?

Lebih sering saya yang datang ke


tempat pasien, hanya sesekali pasien
(ibu bayi dan bayinya) yang datang ke
saya. Sekalian ingin mengetahui
bagaimana lingkungan dan kebiasaan
ibu bayi.

c.

Lebih banyak mana, ibu


mendatangi pasien atau
pasien mendatangi ibu?

Saya yang mendatangi pasien

a.

Apakah setelah melakukan


KN2 Ibu selalu melakukan
pencatatan sesuai tanggal?

Ya, tapi terkadang saya suka lupa,


pencatatan saya barengi dengan
kegiatan posyandu. Untuk buku KIA
sendiri tidak saya isi MT

b.

Kapan pelaporan hasil KN2


tiap bulan dilaporkan?
Menurut
Ibu
tingkat
pengetahuan dan kesadaran
warga yang memiliki bayi
akan pentingnya KN2 di
desa ibu bagaimana?

Tiap akhir bulan, namun bila banyak


kegiatan, terkadang pelaporan molor.
Kesadaran sudah lumayan, bila ibu
pasien dianjurkan datang ke pelayanan
kesehatan, akan dilakukan. Namun
untuk pengetahuan masih bergantung
pada usia dan tingkat pendidikan

Adakah rumah Ibu bayi yang


cukup jauh dijangkau oleh
akses kesehatan KN3?

Tidak ada

7.

8.

9.

Pelaksanaan
(P2)

Pengawasan
pengendalian,
dan penilaian

Lingkungan

a.

a.

b.

- Kunjungan rumah (observasi/


pengamatan, anamnesis dan
pemeriksaan fisik bayi, pemeriksaan
tali pusat, edukasi pemberian ASI,
imunisasi BCG/Polio1 (bila belum
pada KN1), motivasi KB
- Pasien datang ke Posyandu, Pustu
Ya, dilakukan penjadwalan. Namun
hanya saya yang buat, saya tidak
pernah buat janji KN2 dengan pasien.

6.3 Kesimpulan Kuesioner


50

Dari tabel wawancara terhadap lima ibu dari bayi yang tidak melakukan KN2
didapatkan hasil bahwa kedua orang ibu memiliki pengetahuan yang kurang tentang
kunjungan neonatus kedua dan dari dua orang responden tersebut didapatkan hasil
bahwa seluruh responden memiliki perilaku yang kurang mengenai kunjungan
neonatus dan pemeriksaan bayinya.
Dari hasil wawancara 13 orang kader, yang berusia 20-35 tahun sebanyak
delapan responden (61,50%), sedangkan yang berusia >35 tahun sebanyak lima
responden (61,50%). Pendidikan terakhir SMP sebanyak enam responden (46,10%)
dan SMA sebanyak 7 responden (53,90%). Sebanyak sembilan responden memiliki
pekerjaan selain menjadi kader (69,20%), dan empat responden yang tidak memiliki
pekerjaan selain menjadi kader (30,80%).
Berdasarkan hasil kepada kader, didapatkan gambaran tentang peran serta kader
cukup baik. Namun kesadaran untuk mengingatkan warga untuk melakukan KN2
masih kurang, hanya setengah dari jumlah responden (53,8%) yang tanggap, selain itu
masih terdapat beberapa kader yang memiliki pengetahuan tentang kunjungan
neonatus kedua yang kurang (38,4%).
Berdasarkan pengisian wawancara Bidan Desa Kembang Limus, dalam
melakukan KN2 sudah baik, dilakukan secara door to door ke rumah pasien. Namun,
dikarenakan waktu yang ada tidak selalu pas (tanggal-nya), apabila sedang sibuk
bidan bisa mengundur jadwal kunjungannya. Pada metode selain kunjungan rumah,
adalah posyandu atau pasien datang ke fasilitas kesehatan, pembuatan penjadwalan
juga masih kurang baik. Bidan selalu mengingatkan ibu untuk pelaksanaan kunjungan
neonatus setelah KN1. Namun, pelaksanaan posyandu juga menyesuaikan waktu
pelaksanaan acara di desa terbsebut, untuk mengantisipasi peserta posyandu yang
sedikit, sehingga memungkinkan bayi tidak melakukan kunjungan.
Pencatatan dan pelaporan KN2 juga masih kurang baik, data di kohort bayi
masih ada yang terlewat dan masih kosong, dikarenakan pendataan ulang baru dicatat

51

setiap kali ada posyandu. Data di buku KIA ibu mengenai Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM) juga ada beberapa yang kosong. Pada pelaporan akhir bulan, bila
sedang sibuk dengan banyak kegiatan, pelaporan KN2 juga dapat molor dari waktu
penjadwalan. Namun hal tersebut jarang dirasakan oleh bidan setempat, yang lebih
sering terjadi adalah didapatkan perbedaan pencatatan pada hasil entry data
Puskesmas dengan data Bidan Desa, hal ini beberapa kali terjadi karena data di
masukkan ke Puskesmas saat akhir bulan (pagi hari) sedangkan sampai akhir bulan
(malam hari) terkadang masih terdapat bayi lahir hidup atau pelaporan dari kader
yang terlambat mengenai ibu yang tidak melahirkan bayi di bidan desa.

BAB VII
PEMBAHASAN
7.1 Analisis penyebab masalah
7.1.1 Indikator Program Puskesmas yang Bermasalah
Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan monitoring dan
evaluasi. Indikator adalah variabel yang menunjukkan atau menggambarkan keadaan
dan dapat digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan. 16 Dalam pelaksanaan
kegiatan programnya Puskesmas Borobudur masih ada beberapa cakupan kegiatan
yang belum mencapai target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Salah satunya

52

adalah kunjungan neonatus kedua (KN2), hal ini tentu masih menjadi masalah yang
harus dicari penyebab dan upaya penyelesaiannya.

Pada Desa Kembang Limus,

ditemukan masalah yaitu didapatkan pada laporan cakupan kunjungan neonatus kedua
(KN2) yang lebih rendah dari target. Hal tersebut menjadi suatu masalah karena
cakupan KN2 di Desa Kembang Limus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang
masih rendah yaitu 82,64% dari target SPM Dinkes Kabupaten Magelang sebesar
95%. Dalam menganalisis penyebab masalah digunakan metode pendekatan sistem
meliputi faktor input, proses dan lingkungan.
Tabel 7.1 Pengelompokan Analisis Penyebab masalah dari faktor Input, Proses, dan
Lingkungan
No.
1.

Input
Man

Kelebihan
Di Desa Kembang Limus sudah
memiliki satu orang bidan desa
yang
cukup terampil dan
berpengalaman dalam bidang
kesehatan ibu dan bayi.

Koordinator KIA sudah cukup


baik
dalam
mengatur
pengkoordinasian program KN2

2.

Money

Terdapat dana jaminan (BPJS,


BOK) yang alokasi dananya
masih dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin

3.

Method

Kunjungan ke rumah

4.

Machine

5.

Material

6.

P1

Telah tersedia:
- Buku KIA
- Buku kohort bayi
- Timbangan,
meteran ukur
- Alat pemeriksaan
kesehatan
Terdapatnya posyandu masingmasing di tiap dusun
Dilakukan perencanaan dan
penjadwalan waktu kunjungan
KN2 sesuai tanggal lahir bayi

Kekurangan
Masih kurangnya pengetahuan
kader mengenai KN2
Bidan desa membuat jadwal
KN2 hanya untuk diri sendiri,
tidak
digunakan
untuk
mengingatkan jadwal KN2
kepada pasien

Ada ibu bayi yang sementara


pindah domisili
Tidak semua kader hadir dalam
penyuluhan
Tidak adanya brosur, pamflet
dan poster sebagai sarana
edukasi mengenai pentingnya
kunjungan neonatus

Tidak ditemukan masalah


Tidak ditemukan masalah

53

7.

P2

Telah dilakukan KN2

8.

P3

Adanya sistem pelaporan dan


pencatatan dari Bidan desa ke
pihak Puskesmas mengenai KN2

9.

Lingkungan

Terjangkau fasilitas kesehatan


dari rumah ibu bayi
Dukungan para suami dalam
mengingatkan
jadwal
pemeriksaan

Waktu kunjungan neonatus


yang tidak sesuai antara bidan
dan ibu bayi, dikarenakan
jadwal pasti tidak diketahui ibu
bayi.
Jadwal kegiatan posyandu yang
harus menyesuaikan acara desa.
Tidak
semua
ibu
yang
mempunyai bayi melakukan
pemeriksaan KN2
Bidan
desa/kader
harus
menunggu laporan kader/bidan
desa lain untuk melakukan KN2
pada ibu yang tidak melahirkan
di bidan desa setempat
Tidak ada evaluasi bulanan KN2
yang tepat waktu

Tidak semua ibu hamil di Desa


Kembang
Limus
yang
melahirkan di Bidan Desa
setempat dan tidak melakukan
pelaporan
Perpindahan yang dilakukan ibu
hamil yang akan segera
melahirkan ataupun ibu yang
baru melahirkan keluar dari
desa maupun masuk ke dalam
desa
Tingkat pengetahuan ibu rendah

Penyebab masalah yang ditemukan yaitu:


1. Masih kurangnya pengetahuan kader mengenai KN2.
2. Bidan desa tidak melakukan perjanjian jadwal kunjungan neonatus,
sehingga pemeriksaan KN2 terlewat beberapa hari dari batas waktu yang
seharusnya (3-7 hari).
3. Ada ibu bayi yang sementara pindah domisili.
4. Tidak semua kader hadir dalam penyuluhan.
5. Tidak adanya brosur, pamflet dan poster sebagai sarana edukasi mengenai
pentingnya kunjungan neonatus.
6. Waktu kunjungan neonatus yang tidak sesuai antara bidan dan ibu bayi,
dikarenakan jadwal pasti tidak diketahui ibu bayi.
7. Jadwal kegiatan posyandu yang harus menyesuaikan acara desa.
54

8. Tidak semua ibu yang mempunyai bayi melakukan pemeriksaan KN2.


9. Bidan desa/kader harus menunggu laporan kader/bidan desa lain untuk
melakukan KN2 pada ibu yang tidak melahirkan di bidan desa setempat.
10. Tidak ada evaluasi bulanan KN2 yang tepat waktu.
11. Tidak semua ibu hamil di Desa Kembang Limus yang melahirkan di Bidan
Desa setempat dan tidak melakukan pelaporan.
12. Perpindahan domisili sementara yang dilakukan ibu hamil yang akan
segera melahirkan ataupun ibu yang baru melahirkan keluar dari desa
maupun masuk ke dalam desa.
13. Pengetahuan ibu tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan bayi berumur
8-28 hari masih kurang.

55

INPUT
Ada ibu bayi yang sementara pindah
domisili
Tidak semua kader hadir dlm
penyuluhan

Masih kurangnya pengetahuan kader mengenai KN2

MAN

METHO
D

Tidak semua ibu hamil di Desa


Kembang Limus yang melahirkan di
Bidan Desa setempat dan tidak
melakukan pelaporan
Perpindahan yang dilakukan ibu hamil
yang akan segera melahirkan ataupun
ibu yang baru melahirkan keluar dari
desa maupun masuk ke dalam desa
Pengetahuan Ibu tentang pentingnya
pemeriksaan bayi berumur 3-7 hari
setelah dilahirkan kurang.

Bidan desa membuat jadwal KN2 hanya untuk diri sendiri, tidak
digunakan untuk mengingatkan jadwal KN2 kepada pasien

MONE
Y
MACHIN
E
LINGKUNGA
N

Tidak ada evaluasi bulanan KN2


yang tepat waktu

MATERIA
L
Cakupan kunjungan
neonatus ke-2 Desa
Kembang Limus
sebesar 86,99% dari
target pencapaian SPM
DINKES Magelang
sebesar 95%

P1
P3

P2
PROSES
PROSES

Tidak adanya brosur, pamflet dan poster sebagai


sarana edukasi mengenai pentingnya kunjungan
neonatus

Waktu kunjungan neonatus yang tidak sesuai antara bidan


dan ibu bayi, dikarenakan jadwal pasti tidak diketahui ibu
bayi.
Jadwal kegiatan posyandu yang harus menyesuaikan acara
desa
Tidak semua ibu yang mempunyai bayi melakukan
pemeriksaan KN2
Tidak semua ibu hamil di desa Kembang Limus melahirkan
di bidan desa setempat sehingga harus menunggu laporan
kader/bidan desa lain untuk melakukan KN2

Gambar 7.1 Diagram Fish Bone


56

7.2 Alternatif pemecahan masalah


Tabel 7.2 Alternatif Pemecahan Masalah
No.
1.

2.

3.

Penyebab Masalah
Masih kurangnya
mengenai KN2

pengetahuan

kader

Bidan Desa tidak melakukan perjanjian


jadwal kunjungan neonatus, sehingga
pemeriksaan KN2 terlewat beberapa hari
dari batas waktu yang seharusnya (3-7 hari)
Ada ibu bayi yang sementara pindah
domisili

4.

Tidak semua kader hadir dalam penyuluhan

5.

Tidak semua ibu yang mempunyai bayi


melakukan pemeriksaan KN2

6.
7..

8.

9.

Tidak ada evaluasi bulanan KN2 yang tepat


waktu
Tidak semua ibu hamil di Desa Kembang
Limus yang melahirkan di Bidan Desa
setempat dan melakukan pelaporan
Perpindahan yang dilakukan ibu hamil yang
akan segera melahirkan ataupun ibu yang
baru melahirkan keluar dari desa maupun
masuk ke dalam desa

Pengetahuan ibu tentang pentingnya


pemeriksaan kesehatan bayi berumur 3-7
hari masih kurang

Alternatif Pemecahan Masalah


Melakukan pembinaan disertai dengan
penertiban jadwal pembinaan yang
disesuaikan kesepakatan kader
Melakukan tes hasil pembinaan.
Berupa kuesioner evaluasi hasil materi
pembinaan
Pembuatan jadwal kunjungan berkala
pencatatan kader yang di evaluasi
berkala
Bidan melakukan perjanjian kunjungan
dengan ibu bayi, dan mengingatkan jadwal
kunjungan selanjutnya.
Bidan melakukan perjanjian kunjungan
ulang dengan ibu bayi, dan mengingatkan
jadwal kunjungan selanjutnya.
Melakukan pembinaan disertai dengan
penertiban
jadwal
pembinaan
yang
disesuaikan kesepakatan kader
Melakukan penyuluhan tentang pentingnya
kunjungan neonatus sejak awal mulai KN1
sampai dengan KN2 rutin sesuai
kesepakatan
Evaluasi bulanan mengenai KN2 yang tepat
waktu
Meningkatkan koordinasi dengan sarana
kesehatan swasta untuk mengoptimalkan
sistem pencatatan ibu bayi yang melakukan
KN2
Koordinasi
pendataan
perpindahan
penduduk antara perangkat desa dengan
tenaga kesehatan setempat untuk pelaporan
perpindahan ibu yang sedang dalam masa
kehamilan

Melakukan penyuluhan di posyandu


atau disisipkan saat kelas ibu hamil
untuk ibu yang memiliki bayi dan ibu
hamil sebagai bekal pengetahuan
kesehatan bayi
Melakukan konseling personal sejak
kunjungan neonatus ke-1 (KN1)

57

PENYEBAB MASALAH

Masih kurangnya
mengenai KN2

pengetahuan

ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH

kader

Bidan Desa tidak memberitahukan jadwal


kunjungan
neonatus,
sehingga
pemeriksaan KN2 terlewat beberapa hari
dari batas waktu yang seharusnya (3-7
hari)
Tidak semua
penyuluhan

kader

hadir

Melakukan pembinaan disertai dengan


penertiban jadwal pembinaan yang
disesuaikan kesepakatan kader, agar semua
dapat hadir dan melakukan tes hasil
pembinaan, berupa kuesioner evaluasi hasil
materi pembinaan

dalam
Bidan membuat pemberitahuan kunjungan
dengan ibu bayi, dan mengingatkan jadwal
kunjungan selanjutnya.

Tidak adanya brosur, pamflet dan poster


sebagai
sarana
edukasi
mengenai
pentingnya KN2

Tidak semua ibu yang mempunyai bayi


melakukan pemeriksaan KN2

Tidak semua ibu hamil di Desa Kembang


Limus yang melahirkan di Bidan Desa
setempat dan tidak melakukan pelaporan

Melakukan penyuluhan dan edukasi


kebada calon ibu tentang pentingnya
kunjungan neonatus sejak awal mulai KN1
sampai dengan KN3 rutin sesuai
kesepakatan dan pentingnya pencatatan
KN2 kepada bidan agar ibu dan bidan
dapat saling mengingatkan

Gambar 7.2
Pemanfaatan buku KIA

Tidak ada evaluasi bulanan KN2 yang


tepat waktu

Perpindahan domisili sementara yang


dilakukan ibu hamil yang akan segera
melahirkan ataupun ibu yang baru
melahirkan keluar dari desa maupun masuk
ke dalam desa
Pengetahuan ibu tentang pentingnya
pemeriksaan kesehatan bayi berumur 3-7
hari masih kurang

7.3

Koordinasi dengan perangkat desa dan


sarana
kesehatan
lain
untuk
mengoptimalkan pendataan ibu hamil yang
ingin melakukan proses persalinan di luar
wilayah tempat tinggalnya

Penggabungan alternatif
pemecahan masalah

Rekapitulasi Alternatif Pemecahan Masalah

58

Dari hasil penggabungan alternatif pemecahan masalah didapatkan alternatif


pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Melakukan pembinaan disertai dengan penertiban jadwal pembinaan yang
disesuaikan kesepakatan kader, agar semua dapat hadir dan melakukan tes
hasil pembinaan, berupa kuesioner evaluasi hasil materi pembinaan
2. Bidan membuat pemberitahuan kunjungan dengan ibu bayi, dan mengingatkan
jadwal kunjungan selanjutnya.
3. Melakukan penyuluhan dan edukasi kebada calon ibu tentang pentingnya
kunjungan neonatus sejak awal mulai KN1 sampai dengan KN3 rutin sesuai
kesepakatan dan pentingnya pencatatan KN2 kepada bidan agar ibu dan bidan
dapat saling mengingatkan
4. Pemanfaatan buku KIA
5. Koordinasi dengan perangkat desa dan sarana kesehatan lain untuk
mengoptimalkan pendataan ibu hamil yang ingin melakukan proses persalinan
di luar wilayah tempat tinggalnya
7.4

Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah


Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif


pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan Kriteria Matriks.

Tabel 7.3 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

59

Nilai Kriteria
No
1

4
5

Alternatif pemecahan masalah


Melakukan pembinaan disertai dengan
penertiban jadwal pembinaan yang
disesuaikan kesepakatan kader, agar
semua dapat hadir dan melakukan tes
hasil pembinaan, berupa kuesioner
evaluasi hasil materi pembinaan
Bidan
membuat
pemberitahuan
kunjungan dengan ibu bayi, dan
mengingatkan
jadwal
kunjungan
selanjutnya.
Melakukan penyuluhan dan edukasi
kepada calon ibu tentang pentingnya
kunjungan neonatus sejak awal mulai
KN1 sampai dengan KN3 rutin sesuai
kesepakatan dan pentingnya pencatatan
KN2 kepada bidan agar ibu dan bidan
dapat saling mengingatkan
Pemanfaatan buku KIA
Koordinasi dengan perangkat desa dan
sarana
kesehatan
lain
untuk
mengoptimalkan pendataan ibu hamil
yang ingin melakukan proses persalinan
di luar wilayah tempat tinggalnya

Hasil
(m x i x v) / c

Prioritas

M
3

I
5

V
4

C
2

30

II

24

III

33,3

3
3

4
3

2
3

1
2

24
13,5

IV
V

Setelah menentukan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan


menggunakan MxIxV/C maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan
masalah cakupan kunjungan neonatus kedua di Desa Kembang Limus adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan penyuluhan dan edukasi kepada calon ibu tentang pentingnya
kunjungan neonatus sejak awal mulai KN1 sampai dengan KN3 rutin sesuai
kesepakatan dan pentingnya pencatatan KN2 kepada bidan agar ibu dan bidan
dapat saling mengingatkan.
2. Melakukan pembinaan disertai dengan penertiban jadwal pembinaan yang
disesuaikan kesepakatan kader, agar semua dapat hadir dan melakukan tes
hasil pembinaan, berupa kuesioner evaluasi hasil materi pembinaan
3. Bidan membuat pemberitahuan kunjungan dengan ibu bayi, dan mengingatkan
jadwal kunjungan selanjutnya.
4. Pemanfaatan buku KIA

60

5. Koordinasi dengan perangkat desa dan sarana kesehatan lain untuk


mengoptimalkan pendataan ibu hamil yang ingin melakukan proses persalinan
di luar wilayah tempat tinggalnya

7.5 Strategi Pemecahan Masalah


Berdasarkan alternatif pemecahan masalah, kemudian ditentukan strategi
pemecahan masalah sebagai berikut:
Tabel 7.4 Strategi Pemecahan Masalah
No.
1.

2.

Strategi Pemecahan Masalah


Penyuluhan dan edukasi kepada calon ibu
tentang pentingnya kunjungan neonatus sejak
awal mulai KN1 sampai dengan KN3 rutin
sesuai kesepakatan dan pentingnya pencatatan
KN2 kepada bidan agar ibu dan bidan dapat
saling mengingatkan
Melakukan pembinaan disertai dengan
penertiban jadwal pembinaan yang disesuaikan
kesepakatan kader, agar semua dapat hadir dan
melakukan tes hasil pembinaan, berupa
kuesioner evaluasi hasil materi pembinaan

3.

Bidan membuat pemberitahuan kunjungan


dengan ibu bayi, dan mengingatkan jadwal
kunjungan selanjutnya.

4.

Pemanfaatan buku KIA

4.

Bentuk kegiatan
- Kunjungan rumah.
- Saat kelas ibu hamil
- Saat pemeriksaan K1-K4

Refreshing kader

Edukasi tentang isi buku KIA

- Pembahasan mengenai isi dan fungsi buku


KIA saat kunjungan rumah, saat kelas ibu
hamil, saat pemeriksaan K1-K4
- Memasang
dan
meletakkan
media
informasi (pamflet, brosur, poster) tentang
pentingnya kegiatan kunjungan neonatus
demi kesehatan ibu dan bayi di fasilitas
umum yang mudah diakses
Koordinasi dengan perangkat desa dan sarana Membuat blanko rujukan balik setelah
kesehatan
lain
untuk
mengoptimalkan persalinan
pendataan ibu hamil yang ingin melakukan
proses persalinan di luar wilayah tempat
tinggalnya

7.6 Rencana Tindak Lanjut Kegiatan


Rencana kegiatan yang telah dibuat sebagai upaya dari strategi pemecahan
masalah selanjutnya dibuat dalam sebuah tabel Plan of Action yang meliputi kegiatan,
tujuan, sasaran, waktu, dana, lokasi, pelaksana, metode dan tolak ukur keberhasilan
strategi pemacahan masalah tersebut yang disesuaikan dengan masalah yang telah
ditentukan.

61

Tabel 7.5. Plan of Action (POA) Pemecahan Masalah Kurangnya Cakupan Kunjungan Neonatus Kedua Desa Kembang Limus Periode Januari November 2015

62

N
o
1.

2.

3.

N
o
4.

5.

6.

Kegiatan

Tujuan

Kunjungan
rumah

Penyuluhan
pentingnya
kunjunganya
neonatus saat
kelas ibu hamil
atau
pemeriksaan
K1-K4
Refreshing
kader

Mengoptimalkan
jumlah ibu bayi yang
melakukan KN1 dan
mengingatkan
pentingnya
KN2
serta pendataannya
Memberi
pengetahuan
dan
pengertian
kepada
ibu
tentang
pentingnya
kunjungan neonatus,
pemanfaatan
buku
KIA
Meningkatkan
pengetahuan kader,
meningkatkan
keaktifan kader

Sasaran

Waktu

Dana

Lokasi

Pelaksana

Metode

Ibu
hamil/ibu
nifas

Kehamilan
trimester
ke-3/nifas

BOK

Rumah
ibu hamil

Bidan
Desa,
Kader

Diskusi dan
tanya jawab

Ibu hamil,
Ibu
yang
memiliki
bayi usia 02 bulan

Awal
bulan,
selanjutny
a
rutin
sesuai
kesepakata
n

BOK,
swadaya
masyaraka
t

Posyand
u

Dokter
atau bidan

Pemberian
materi,
diskusi dan
tanya jawab

Kader-kader

1
bulan
sekali

BOK

Posyand
u, Balai
Desa

Bidan
Desa

Pemberian
materi,
tanya jawab
dan diskusi

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Waktu

Dana

Lokasi

Pembuatan
media
informasi
(brosur,
pamflet, poster)

Menambah
pengetahuan
dan
meningkatkan
kesadaran warga desa

Warga desa

6
bulan
sekali

BOK,
Swadaya
masyaraka
t

Fasilitas
umum,
posyand
u, atau
balai
desa

Bidan
Desa,
kader

Edukasi
tentang
buku KIA

Agar terjadwal tiap


kunjungan neonatus
yang berjumlah tiga
kali

Ibu
yang
memiliki
anak usia 02 bulan

Tiap
kunjungan

BOK

Fasilitas
layanan
kesehata
n

Bidan
desa

Membuat,d
an
disebarkan
di posyandu
dan tempat
umum
lainnya
Diskusi dan
tanya jawab

Pencatatan
dan
pelaporan mengenai
ibu bersalin tercatat

Bidan
praktik
swasta,

Kehamilan
trimester
ke-3/nifas

Dana
operasiona
l

Puskesm
as

Bidan
Desa,
koordinato

Pencatatan
dan
pelaporan

isi

Membuat
blanko rujukan
balik
setelah

Pelaksana

Metode

Kriteria Keberhasilan
Proses
Hasil
Terlaksana
Meningkatnya
kunjungan
keakuratan
rumah
jumlah
data
Ibu bayi yang
melakukan
KN2
Terlaksana
Meningkatnya
penyuluhan
pengetahuan
sesuai jadwal
ibu

Terlaksananya
pembinaan
kader
sesuai
jadwal

Meningkatkan
pengetahuan
dan keaktifan
kader
dalam
kegiatan
kunjungan
neonatus

No
Proses
Proses
Ketepatan
Meningkatnya
waktu dalam kunjungan
pembuatan
neonatus baik
(brosur,
KN1, KN2 dan
pamflet,
KN3
poster),
Terisinya buku
KIA
yang
berisi jadwal
kunjungan
neonatus
Pencatatan dan
pelaporan
tercatat

Tidak
terlewatnya
pendataan
kunjungan
neonatus
Pencatatan dan
pelaporan lebih
akurat

63

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Kegiatan
1

Kunjungan rumah
Penyuluhan pentingnya kunjungan
neonatus saat kelas ibu hamil atau
pemeriksaan K1-K4
Pembinaan kader
Pembuatan media informasi (brosur,
pamflet, poster)
Edukasi isi buku KIA

64

Membuat blanko rujukan balik setelah


persalinan
Tabel 7.6 Gann Chart Evaluasi Dan Rencana Peningkatan Cakupan Kunjungan Neonatus Kedua (KN2) Desa Kembang Limus
Periode Januari - Mei 2016

65

BAB VIII
PENUTUP

8.1

Kesimpulan
Dari hasil SPM Puskesmas Borobudur periode Januari November 2015,

didapatkan bahwa besar cakupan kunjungan neonatus kedua (KN2) yang ditargetkan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang adalah 95%, sementara besar cakupan
kunjungan neonatus kedua (KN2) yang didapatkan di tingkat Puskesmas sebesar
103,21%. Sehingga pencapaiannya sebesar 108,64%. Namun jika dilihat dari cakupan
kunjungan neonatus kedua (KN2) dari masing masing desa, masih terdapat beberapa
desa yang belum memenuhi target SPM Dinas Kesehatan, salah satunya Desa
Kembang Limus. Di Desa Kembang Limus, besar cakupan kunjungan neonatus kedua
(KN2) yaitu sebesar 82,64%, dan pencapaiannya sebesar 86,99%, sehingga masih
merupakan suatu masalah.
Desa Kembang Limus yang terdiri dari 7 dusun, yaitu Dusun Sembungan,
Bogelan, Ngasinan, Gombong, Wonotigo, Bumen, dan Tidaran Kauman., dipilih
sebagai tempat untuk dilakukan survei guna mencari penyebab masalah. Setelah
dilakukan survei terhadap 5 responden ibu yang tidak melakukan KN2, 13 kader Desa
Kembang Limus, 1 bidan desa, dan 1 koordinator KIA maka ditarik kesimpulan
mengenai knowledge, attitude, dan practice dilanjutkan dengan analisis penyebab
masalah. Setelah melakukan analisis penyebab masalah dan konfirmasi kepada bidan
desa, ditemukan beberapa penyebab masalah yang paling mungkin sebagai berikut
masih kurangnya pengetahuan kader dan kesadaran kader untuk mengingatkan ibu
melaksanakan KN2, kurangnya pengetahuan dan perilaku ibu mengenai kunjungan
neonatus, pemeriksaan KN2 terlewat beberapa hari dari batas waktu yang seharusnya,

66

pencatatan kunjungan neonatal kedua (KN2) yang kadang terlupakan, serta berbagai
penyebab masalah lain yang sudah di bahas di bab sebelumnya.
Dari penyebab masalah tersebut dibuat alternatif pemecahan masalah
kemudian ditentukan prioritas alternatif pemecahan masalah menggunakan kriteria
matriks, antara lain melakukan penyuluhan dan edukasi kepada calon ibu tentang
pentingnya kunjungan neonatus, melakukan pembinaan dan evaluasi kader,
mengingatkan ibu jadwal kunjungan selanjutnya, koordinasi dengan perangkat desa
dan sarana kesehatan lain untuk mengoptimalkan pendataan ibu hamil dan
pemanfaatan buku KIA.
Selanjutnya dibuat suatu POA dan Gann chart untuk periode enam bulan
mengenai pelaksanaan penyuluhan tentang pentingnya kunjungan neonatus melalui
kunjungan rumah atau dilakukan saat kelas ibu hamil atau pemeriksaan ibu K1 K4.
sebagai pemecahan masalah yang menduduki urutan prioritas teratas dalam
memecahkan masalah rendahnya kunjungan neonatus kedua (KN2) di Desa Kembang
Limus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang periode Januari November
2015.

8.2

Saran
Dalam rangka peningkatan cakupan kunjungan neonatus kedua (KN2) maka

dapat dilakukan hal-hal berikut:


1. Kepada Kepala Puskesmas, agar senantiasa evaluasi kegiatan setiap program
Puskesmas, khususnya dalam program Kesehatan Ibu dan Anak dan dapat
membentuk PKD di Desa Kembang Limus karena tidak ada fasilitas kesehatan
2.

di desa tersebut.
Kepada Bidan Koordinator Program KIA, agar memaksimalkan kinerja Bidan
Desa dan melakukan evaluasi bulanan mengenai KN2 yang tepat waktu.
67

3. Kepada Bidan desa, agar membuat jadwal efektif pembinaan kader serta
penyuluhan kepada ibu-ibu bayi serta memaksimalkan perannya sebagai bidan
desa, serta memperluas relasi antara bidan desa dengan praktek swasta/fasilitas
kesehatan di luar puskesmas agar deteksi kesehatan bayi yang berada di
wilayah kerjanya tetap terpantau dengan baik.
4. Kepada warga Desa Kembang Limus perlu dipahami bahwa peran keluarga
dapat mendukung program kesehatan Ibu dan Anak yang dijalankan oleh
petugas kesehatan.

1.
2.
3.
4.
5.

6.

BAB IX
DAFTAR PUSTAKA
UNICEF Indonesia. Kesehatan Ibu dan Anak. Ringkasan Kajian Kesehatan
2012. Jakarta: Indonesia; November 2012. p. 1-6.
Departemen Kesehatan RI. Peluncuran Program EMAS. Updated: 27
Januari 2012. Available at: www.kesehatanibu.depkes.go.id.archives/371.
Accessed on: December 23rd, 2015.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Angka Kematian Bayi 2008 2013.
Buku Saku Kesehatan Tahun 2013. Jawa Tengah: RPJMD Provinsi Jawa
Tengah; 2013. p. 19 20.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Angka Kematian Bayi dalam
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI;
2014. p. 85 88.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Ringkasan Eksekutif: Data dan
Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2013. Jawa Tengah: Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. p. 28-29;
34-35.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Cakupan Kunjungan Neonatus
Lengkap dalam dalam Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Kementrian Ksehatan RI; 2014. p. 89 91.

68

7. Departemen Kesehatan RI. Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Neonatal


Esensial. Pedoman TeKNis Pelayanan Kesehatan Dasar 2010. Jakarta:
Indonesia; 2010. p. 23 73.
8. Departemen Kesehatan RI. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Berbasis Perlindungan Anak. Direktorat Kesehatan Anak 2010. p. 15-31.
9. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta:
Depkes RI; 2010. p. 30-5.
10. Departemen Kesehatan RI. Buku Bagan: Manajemen Terpadu Balita Muda
dan Sakit. Jakarta: Depkes RI; 2008.
11. Bidan desa. Update: February 29th, 2012. Available at: http://joesrhan.
blogspot.com/2012/02/definisi-bidan-desa-dan-programbidan. html. Accessed
on December 23rd, 2015.
12. Kader kesehatan. Update: May 1st, 2014. Available at: http://www.indonesian
-publichealth.com/2014/05/kader-posyandu-2.html.Accessed on: December
23rd, 2015.
13. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWSKIA). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2010: 10-15.
14. Kementerian Keseharan Republik Indonesia. Pencatatan dan Pelaporan: PWS
KIA dalam Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2010. p. 109-11.
15. Notoatmodjo S, editors. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta; 2007. p.7-10.
16. Taufik M. Asal usul pengetahuan dan hakekat pengetahuan (disertasi). Bogor:
Institut Pertanian Bogor; 2010.
17. Hartoyo. Handout instrument analisa penyebab untuk pemecahan masalah:
Magelang, 2015.
18. Hartoyo. Handout penentuan prioritas pemecahan masalah: Magelang 2015.

69

Lampiran 1
LEMBAR KUESIONER KUNJUNGAN NEONATUS 2 (KN2)
IBU BAYI
IDENTITAS RESPONDEN
No responden :
1. Tanggal wawancara :
2. Nama responden
:
3. Alamat
:
4. Umur
:
5. Kehamilan anak ke- :
6. Jumlah
:
7. Pendidikan
:
8. Pekerjaan
:
9. Penghasilan/bulan
:
UMUM
1. Kepada siapa Anda memeriksakan kehamilan?
a. Tenaga Kesehatan (Bidan, dokter, puskesmas, rumah
sakit)
b. Tradisional (dukun atau alternatif)
2. Siapa yang menolon persalinan Anda?
a. Tenaga Kesehatan (Bidan, dokter, puskesmas, rumah
sakit)
b. Tradisional (dukun atau alternatif)
3. Berapa jarak dari rumah Anda sampai ke fasilitas Kesehatan
(Puskesmas, Pustu, Polindes, Praktek Swasta) yang ada ?
a. Kurang dari 1 km
b. 1-5 km
c. 6-10 km

d. >10 km
4. Apa sarana transportasi yang Anda gunakan?
a. Jalan kaki
b. Kendaraan pribadi (sepeda motor, mobil)
c. Angkutan umum (ojek, angkutan umum)
5. Apakah keluarga Anda adalah peserta
a. Jamkesmas
1. Ya
2. Tidak
b. Iuran dana sehat
1. Ya
2. Tidak
c. BPJS/KIS
1. Ya
2. Tidak
d. Tabulin
1. Ya
2. Tidak
6. Apakah ibu memiliki buku KIA?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit (Asma, Penyakit
Jantung, Tekanan darah tinggi, Kencing manis)?
a. Ya
b. Tidak
PENGETAHUAN
8. Apakah ibu tahu apa yang telah dilakukan oleh tenaga
kesehatan setelah anak ibu lahir?
a. Ya, sebutkan tujuannya
b. Tidak
9. Apakah anda mengetahui pentingnya pelayanan kesehatan
bayi usia 3 - 7 hari?
a. Ya
b. Tidak, alasannya

70

10. Apakah anda tahu apa tujuan dilakukan kunjungan tenaga


kesehatan pada 3 7 hari setelah bayi lahir?
a. Ya, sebutkan ...
c. Tidak
11. Apakah ibu menganggap penting pemeriksaan bayi usia 1
bulan minimal 3x?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah anda mengetahui akibat apa yang terjadi apabila
tidak dilakukan kunjungan tenaga kesehatan pada 3 7 hari
setelah bayi lahir?
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah ibu menganggap penting pemeriksaan bayi usia 1
bulan minimal 3x?
a. Ya
b. Tidak

a. Ya
b. Tidak
4. Apabila ibu melahirkan anak selanjutnya, apakah ibu akan
mengikuti saran dari tenaga kesehatan untuk merawat bayi
sesuai yang diajarkan oleh tenaga kesehatan?
a. Ya
b. Tidak

PERILAKU
1. Apakah bayi ibu diperiksa oleh tenaga kesehatan dalam 3 7
hari setelah lahir?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah bayi ibu dikunjungi ke rumah oleh tenaga kesehatan
dalam 3-7 hari setelah lahir?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah ibu selalu mengikuti saran dari tenaga kesehatan
untuk merawat bayi sesuai yang diajarkan oleh tenaga
kesehatan?

71

Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER KUNJUNGAN NEONATUS 2 (KN2)
KADER
Nama responden
:
Usia
:
Alamat
:
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan
:
Pertanyaan:
1. Apakah anda tahu apa yang dimaksud dengan pelayanan
kesehatan kunjungan neonatus?
a. Ya, sebutkan
b. Tidak
2. Apakah anda mengetahui tujuan kunjungan neonatus 2
(KN2)?
a. Ya, sebutkan
b. Tidak
3. Apakah anda tahu siapa saja yang harus mendapatkan
kunjungan neonatus 2 (KN2)?
a. Ya, sebutkan
b. Tidak
4. Apakah anda tahu apa saja yang dilakukan saat kinjungan
neonatus 2 (KN2)?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda selalu mengingatkan kepada warga untuk
melakukan kunjungan neonatus 2 (KN2)?
a. Ya
b. Tidak

72

Lampiran 3

b. Sumber dana untuk biaya pelayanan kesehatan neonatus


berasal dari mana?
c. Apakah dana yang ada telah cukup memadai untuk
kebutuhan pelayanan kesehatan kunjungan neonatus 3
7 hari?
d. Apakah untuk mendapati dana tersebut mengalami
hambatan? Jika iya, sebutkan.

WAWANCARA BIDAN
KUNJUNGAN NEONATUS 2 (KN2)
1.

2.

Man
Pertanyaan:
a. Siapa saja yang memberikan pelayanan kesehatan pada
neonatus 3 7 hari ?
b. Apakah ibu tahu pentingnya pelayanan kesehatan KN2
pada neonatus, apa tujuannya?
c. Bentuk pelayanan kesehatan apa saja yang dapat
diberikan kepada neonatus 3 7 hari? Sebutkan?
d. Apakah ibu selalu memberikan pelayanan kesehatan
tersebut?
e. Apakah ibu selalu menjelaskan tentang pentingnya
pelayanan kesehatan neonatus 3 7 hari kepada ibu bayi
tersebut?
f. Apakah ibu mengalami kesulitan dalam memberikan
pelayanan kesehatan neonatus tersebut? Jika iya,
sebutkan?
g. Apakah ibu ikut melibatkan Kader dalam mengingatkan
warga yang memiliki bayi untuk melakukan KN2?
BentuKNya seperti apa?
Money
Pertanyaan:
a. Apakah dalam memberikan pelayanan kesehatan
neonatus 3 7 hari membutuhkan biaya? Tolong
sebutkan jenis pelayanannya beserta biayanya masingmasing

3.

2.

3.

4.

Machine
Pertanyaan:
a. Apakah untuk memberikan pelayanan kesehatan
neonatus memerlukan peralatan? Apa saja?
b. Apakah peralatan untuk pelayanan kesehatan neonatus
yang ada sudah cukup memadai?
c. Apakah peralatan yang ada tersebut masih layak pakai?
d. Apakah ada rencana penggantian peralatan pelayanan
kesehatan neonatus 3 7 hari? jika iya, apa alasannya?
Material
Pertanyaan:
a. Apa saja perlengkapan yang diperlukan untuk
berlangsungnya pelayanan kesehatan neonatus dasar
KN2?
b. Sejauh ini apakah perlengkapan yang ada sudah
memadai?
Method
Pertanyaan:
a. Metode apa saja yang dilakukan dalam pelayanan
kesehatan neonatus KN2?
Perencanaan (P1)

73

5.

6.

7.

Pertanyaan:
a. Apakah ibu melakukan penjadwalan waktu kunjungan
KN2 yang akan dilakukan?
b. Berdasarkan apa ibu melakukan penjadwalan waktu
tersebut?
c. Apakah bayi yang telah mendapat KN1 selalu ibu
ingatkan kapan harus melakukan KN2?
Pelaksanaan (P2)
Pertanyaan:
a. Untuk kegiatan yang sudah direncanakan apakah sudah
terlaksana semua?
b. Dalam melakukan KN2 apakah ibu yang mendatangi
pasien ata
c. u pasien yang mendatangi fasilitas kesehatan?
d. Lebih banyak mana, ibu mendatangi pasien atau pasien
mendatangi ibu?
Pengawasan, pengendalian, dan penilaian (P3)
Pertanyaan:
a. Apakah setelah melakukan KN2 ibu selalu melakukan
pencatatan sesuai tanggal?
b. Kapan pelaporan hasil KN2 tiap bulan dilakukan?
Lingkungan
Pertanyaan:
a. Menurut ibu tingkat pengetahuan dan kesadaran warga
yang memiliki bayi akan pentingnya KN2 di desa ibu
bagaimana?
b. Adakah rumah Ibu bayi yang cukup jauh dijangkau oleh
akses kesehatan KN2?

74

Lampiran 4
Dokumentasi Hasil Kegiatan

Gambar 1. Penulis dengan Bidan Desa Kembang Limus

Gambar 2. Penulis survei di rumah responden

Gambar 3. Penulis survei dengan kader kesehatan

Gambar 4. Peralatan yang digunakan dalam pelayanan kunjungan neonatus, serta

pencatatan dan pelaporan hasil kunjungan neonatus

Anda mungkin juga menyukai