Anda di halaman 1dari 7

4.

MATERIAL IMPLAN DAN MAKSILOFASAL

4.1. Pengantar Bahan Implan


Pengertian secara umum suatu implan adalah merupakan wahana yang
ditempatkan secara tepat dalam jaringan tubuh untuk tujuan tertentu. Penanaman implan
dimaksudkan untuk mengganti fungsi jaringan/organ tubuh yang sudah tidak berfungsi lagi.
Pada akhir-akhir in telah dikembangkan material implan untuk pencegahan, pengobatan
atau penyembuhan. Implan untuk pencegahan misalnya susuk KB, implan untuk penderita
asma dan penyakit jantung. Implan untuk pengobatan/ therapy sebagai contohnya adalah
implan antibiotik pada pengobatan penyakit periodontal (periodontal pocket disesase)
dalam kasus in implan akan teresorbsi oleh darah bersamaan dengan proses
penyembuhan. Demikian pula pada implan biokeramik aktif yang Iberian pada kasus patah
tulang, implan akan bereaksi atau teresorbsi dan terjadi jaringan penyembuhan serta
pembentukan tulang Baru.
Material yang kontak dengan jaringan terutama yang kontak langsung dengan
jaringan

lunak

dan

cairan

jaringan

harus

mempunyai

sifat

biokompatibilitas

tinggi.Biokompatibel tidak mesti harus "inert' tetapi terjadi reaksi respon positip sesuai
dengan tujuan pemberian implan. Pada implantasi bahan bioaktif keramik ada bahan yang
membentuk jaringan apatit atau ada yang teresorbsi oleh darah dan diganti dengan
jaringan penyembuhan. Uji yang diperlukan untuk mencoba keamanan dan efektivitas
bahan implan telah mengfhabiskan banyak waktu, biaya dan material, namun material yang
benar-benar telah teruji keaamanan dan efektivitasnya masih dalam jumlah relatif kecil.
Penggunaan dan pemilihan jenis bahan implan sangat tergantung pada tujuan perawatan.

4.2. Tipe Implan KG


Klasifikasi atau tipe bahan implan dapat dikelompokkan menjadi berbagai aspek
antara lain:
a. Menurut jenis treatment yang dilakukan, implan dapat dibagi menjadi:
1). Implan Therapik
2). Implan Rehabilitatif
3). Implan Preventif
b. Menurut tingkat kekekalan molekuler (inert) terhadap pengaruh jaringan lingkungan:
1). Implan Teresorbsi (Resorbable implant)
2). Implan inert (Non resorbable implant)
c. Dalam implan KG terbagi menjadi:
1). Implan endosseosa, yakni implan yang di insersi dalam tulang rahang atas atau
rahang bawah
Universitas Gadjah Mada

2). Implan subperiosteal, yakni implan yang ditempatkan pada permukaan tulang
subperiosteal tulang rahang atas atau rahang bawah
3). Implan transosteal, yaitu implan yang di insersi dan menembus tulang rahang
bawah dengan sebagian implan mencuat di dalam rongga mulut
4). Implan intramukosal, merupakan sebagian di insersi dan didukung oleh jaringan
mukosa mulut.

4.3. Desain dan adhesi Implan KG


Implan endosseosa mempunyai desain sebagian implan tertanam dalam tulang
rahang atas atau bawah dan sebagian lainnya menembus gingival/mukosa. Bagian yang
tertanam berbentuk bilah (blade), silinder atau sekrup (screw). Pada penanaman implan
dibuat lubang (groove) sebagai tempat untuk menanam implan secara pas (fitted) sedang
bagian lainnya mencuat keluar menembus gusi. Bagian bilah implan dibuat lubang-lubang
atau regio yang dilubangi (gerongan, cutout region) sehingga tulang dapat tumbuh dan
mengisi regio tersebut. Kondisi yang demikian menyebabkan stabilitas implan terjaga dan
terjamin retensinya. Implan dengan desain bilah pada umumnya tidak untuk penggantian
gigi tunggal.
Desain implan endosseosa bentuk silinder bagian yang tertanam dalam tulang
dibuat lubang-lubang atau regio gerongan. Tujuan pembuatan bentuk yang canggih in
adalah untuk penjangkaran (anchorage) implan dan tempat bertumbuhnya tulang baru serta
akan meningkatkan stabilitas protesa gigi yang didukungnya.
Desain implan endosseosa bentuk sekrup mempunyai efek stabilitas tinggi karena
terfiksasi segera sewaktu implan ditanam/disekrupkan ke tulang, implan terikat tanpa friksi/
gerakan gesekan. Pada proses berikutnya tulang akan tumbuh dalam celah ulir sekrup
dengan kontak lebih baik, sehingga stabilitas protesa yang didukung semakin baik.
Hal yang perlu diketahui bahwa proses penyembuhan tulang dan implan mencapai
stabilitas yang baik memerlukan waktu 6 bulan. Dalam proses penyembuhan dan stabilisasi
in tidak boleh mendapat tekanan pengunyahan yang disalurkan melalui protesa gigi.
Bagaiman kira-kira bayangan anda apabila luka belum sembuh dan implan belum stabil
tetapi sudah mendapat tekanan pengunyahan?
Keberhasilan implan endosseosa tergantung pada pembentukan ikatansambungan
(tight junction atau light interface) antara tulang dengan implan. Pertautan terbentuk dengan
adanya pertumbuhan tulang baru. Adhesi dapat terbentuk akibat gabungan kimiawi
(chemical union) atau perlekatan ikatan fisikal (tight physical attachment) dengan demikian
ikatan menjadi kuat dan kontak penuh. Ikatan yang demikian disebut integrasi tulang
(osseointegration)

karena

ikatan tersebut

memperlihatkan

suatu

integritas

antara

permukaan implan dalam tulang baru. Osseointegration tergantung: komposisi kimiawi


Universitas Gadjah Mada

implan; karakteristik permukaan, perawatan terhadap prosedur pasca bedah; desain


prostesa gigi dan tindak lanjut perawatan hygiene mulut.
4.4. Syarat-syarat material implan
Material implan hams memenuhi beberapa persyaratan antara lain: (a) persyaratan
biologis meliputi sifat non toksik, non karsinogenik, tidak menyebabkan alergi atau respon
inflamasi berkelanjutan (prolonged inflammatory respons), (b) Si-fat kimiawi: inert dan
resisten terhadap korosi (c) Sifat mekanis: tetap kuat menahan Jaya tekan pada waktu
implan digarap dan penanaman, resisten terhadap fatique failure (d) Sifat lain: dapat
dilakukan sterilisasi, bernilai ekonomis, mudah penggunaannya, (e) mempunyai tingkat
biokompatibilitas tinggi.

4.5. Komposisi Serta Pemilihan Material Implan


Logam
Material implan yang pertama kali digunakan sebagai implan KG adalah Baja tahan
karat (stainless steel). Logam in jenisnya sama dengan yang digunakan di bedah ortopedik.
Formula jenis 316L merupakan material yang paling umum digunakan untuk material
implan. Tipe 316L merupakan aloi logam besi dan karbon (L tanda atau singkatan low
carbon) dengan 18% khromium yang memberikan ketahanan terhadap korosi dan 8% nikel
memberikan stabilitas struktur partikel baja. Jenis aloi lain adalah CoCr aloi terdiri atas
kobalt (65%) dan chromium (30%) dengan unsure karbon dalam jumlah kecil. Kedua aloi in
sangat keras, kaku (stiff), kuat dan ketahanan terhadap korosi sangat baik.
Titanium jugs digunakan sebagai bahan implan logam, sebagai contoh Titanium
komersial (commercial pure Ti, cpTi) yang mengandung 99,75% Ti atau bentuk aloi titanium
dengan aluminium (6%) dan vanadium (4%). Aloi titanium lainnya mengandung zirconium
dan niobium tetapi penggunaannya belum meluas. Titanium mempunyai sifat kuat, rsisten
terhadap korosi dan ringan . Resistensi terhadap korosi dari titanium disebabkan adanya
pembentukan oksida permukaan dalam bentuk lapisan tipis (fi/m) dan mengakibatkan
permukaan menjadi pasif seeperti passivating pada baja dan baja tahan karat. Disamping
itu oksida permukaan in menyebabkan tingkat biokompatibilitas bahan titanium tinggi dan
terbaik sebagai bahan implan.

Keramik
Material keramik yang digunakan sebagai implan diklsifikasikan menjadi 2 kelompok:
non reaktif dan bioaktif. Implan keramik non reaktif contohnya aluminium oksida dan sapphir
mempunyai sifat dapat ditoleransi oleh jaringan tulang. Sifat keekerasan, kekakuan dan

Universitas Gadjah Mada

kekuatannya tinggi. Ketahanan terhadap fraktur rendah terutama bila dikenai perlakuan
pembengkokan.
Material keramik bioaktif mempunyai sifat bereaksi dengan jaringan tulang. Reaksi in
menghasilkan hidroksiappatit atau senyawa kalsium fosfat pada permukaan tulang. Reaksi
in pula yang membentuk ikatan kimia antara implan dengan tulang baru. Keramik bioaktif
lainnya berupa kalsium fosfat non kristalin atau amorf. Senyawa in merupakan precursor
dalam pembentukan struktur apatit yang stabil. Kalsium fosfat amorf mudah larut dalam
caftan dan mudah untuk diresorbsi oleh tulang. Aplikasi klinis kalsium fosfat amorf dapat
digunakan sebagai semen tulang yang diletakkan disisi implan dengan cara injeksi, bila
telah mengeras menyebabkan implan strabil, yang kemudian selanjutnya akan diresorbsi
dan diganti dengan tulang baru
Bioaktif keramik yang lain dikenal sebagai Bioglass, mengandung kalsium, sodium,
oksida fosfor, mempunyai sifat seperti hidroksiapatit. Reaksi pada permukaan implan sangat
kompleks dengan melibatkan disolusi ionic dan perubahan komposisi mengakibatkan
lingkungan yang baik untuk adhesi dan pertumbuhan tulang baru.

Logam ter lapis


Aloi dapat ditingkatkan ikatannya dengan tulang dengan cara pemberian pelapisan
permukaan (surface coating) menggunakan bahan kalsium fosfat, tri kalsium fosfat atau
hidroksi apatit. Desain in mempunyai keuntungan antara lain struktur komponen implan
menjadi rigid, high strength metal, dengan karakteristik kekuatan fraktur sangat tinggi.
Aplikasi pelapisan in juga meningkatkan pembentukan ikatan interface implan-tulang dan
meningkatkan kekuatan serta stabil itas implan.

Universitas Gadjah Mada

4.6. Pertimbangan Faktor Klinik


Kriteria Pemilihan Pasien
Pemilihan pasien secara tepat yang akan dirawat dengan terapi implan hams tepat
dan mempunyai peran sangat penting dalam memperkirakan keberhasilan perawatan
implan. Pasien harus benar-benar memahami bahwa proses yang akan berjalan memakan
waktu lama, kemungkinan timbulnya rasa sakit dan harus mempunyai motivasi yang tinggi.
Dokter hams mengasses keinginan yang benar dan kesehatan psikologis pasien sebelum
memutuskan tentang penggunaan implan. Kondisi pasien secara umum harus sehat dan
bebas dari penyakit sistemik yang dapat memperlama atau menghalangi proses
penyembuhan stelah implantasi. Penyembuhan yang abnormal cenderung menyebabkan
kegagalan perawatan implan endosseosa karena tidak akan terjadi penjangkaran dalam
tulang. Pasien yang mengalami perawatan radiasi ada kecenderungan prognosa buruk dan
berkurangnya aliran saliva yang berpengaruh terhadap hygiene mulut. Pasien harus
menjaga kesehatan lingkungan mulut dan oral hygiene baik guna menjamin keberhasilan
terapi implan. Konsekuensi dari implan yang ditempatkan dalam jaringan, maka
penyembuhan bekas luka bedah harus baik dan sangat penting perannya dalam
mendukung stabilitas protesa gigi diatasnya. Semua factor hams dipertimbangkan secara
menyeluruh oieh dokter gigi dan didiskusikan dengan pasien tentang keuntungan dan
kerugian serta resiko-resiko kegagalan dalam perawatan implan.
Kriteria Keberhasilan Klinis
Karakteristik umum dalam rangka pencapaian kesuksesan terapi implan antara lain:
(a) Tidak bergerak (immobile) : tingkat mobilitas implan dapat ditentukan dengan cara
langsung (digoyang-goyang) atau diketuk (tapping) menggunakan slat dan mendengarkan
bunyi yang khas ada tidaknya osseointegrasi implan, (b) Film sinar rongent yang dapat
menunjukkan regio radiolusensi sekitar implan. Bila terdapat regioradiolusensi dicurigai
adanya kapsul jaringan ikat fibrosa yang merupakan salah satu tanda kegagalan
osseointegrasi implan.
Mobilitas dan radiolusensi terdapat korelasi, adanya tanda-tanda kedua hal tersebut
menunjukkan fenomena oseointegrasi jelek bahkan kemungkinan adanya kegagalan terapi
implan. Disamping untuk mendapat dan memelihara oseointegrasi antara permukaan
implan dan tulang, maka hams dilakukan upaya agar kehilangan tulang akibat resorbsi
sekitar implan minimal. Resorbsi normal dari lingir rahang (alveolar ridge) sebesar 1,5 mm
pertahun, sedangkan untuk memelihara dan menjamin stabilitas oseointegritas resorbsi
maksimal sebesar 0,2 mm per tahun.
Upaya lain untuk mengetahui oseointegrasi dengan dilakukan probing sulcus
gingiva. Probing kedalaman sulkus gingival merupakan prosedur yang umum dilakukan
Universitas Gadjah Mada

untuk evaluasi implan, tetapi perlekatan jaringan penyembuhan tidak terlalu kuat dan mudah
ditembus dengan probe. Dalam hal in ternyata tidak ada korelasi antara kedalaman sulkus
dengan keberhasilan perawatan implan.
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan implan adalah bentuk geometri protesa
gigi. Sudut penempatan/insersi, jumlah implan dan orientasi yang salah, ketidak
homogenitas dalam distribusi tekanan yang didapat dan penyebarannya ke tulang dan
implan dapat menyebabkan kecenderungan resorbsi tulang atau hilangnya oseointegrasi
antara implan dengan tulang. Hal yang penting Pula bahwa pasien hams bersedia merawat
secara berkelanjutan dan selalu memeriksakan ke dokter guna menjamin kondisi stabilitas
implan. Higiene mulut merupakan suatu problema yang dikaitkan dengan kegagalan terapi
implan dan harus dipahami dan ditangani secara serius.
Beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada pasien antara lain: keseringan
pemeriksaan Wang (recall) minimum 3 bulan untuk memonitor perkembangan stabilitas
implan. Indeks periodontal meliputi kedalaman pocket gusi, perdarahan gusi harus
dievaluasi dan dicatat tiap-tiap kunjungan. Hal in dimaksudkan untuk mengetahui dan
menjamin jaringan terbebas dari plaque dan kalkulus. Hal ini sangat penting karena apabila
pasien dengan perawatan implan mengalami infeksi cenderung menyebabkan kegagalan
implan total dan hams dikeluar dari rahang. Pemeriksaan radiografi tiap-tiap kunjungan
membantu monitoring status tulang. Dalam membersihkan protesa gigi dari implan in tidak
boleh menggunakan ultrasonic scalier, karena dapat menyebabkan goresan pada implan
dan menyebabkan terjadinya predisposisi korosi dengan segala akibat respon jaringan
mulut. Infeksi hams diminimalkan dengan cara pemberian antibiotik baik secara topical
maupun sistemik.
Terapi

implan

merupakan

kontra

indikasi

untuk

pasien-pasiien:

penderita

osteoporosis, penyakit tulang lainnya, diabetus mellitus yang tidak terkontrol dan pasien
dengan densitas tulang yang rendah. Senmua kondisi pasien tersebut cenderung tidak
terbentuknya oseointegrasi dan stabilitas implan dan protesa gigi yang didukungnya.
Kondisi lain adalah perokok merupakan kontra indikasi terapi implan yang mempunyai
kecenderungan kualitas tulangnya jelek, penderita parafungsional habits, perawatan
dirumah yang jelek serta pada oenderita periodontitis yang progresif.

4.7. Pengantar Bahan Maksilofasial


Terdapat 2 tipe implan maksilofasial yaitu: ekstra oral dan intra oral. Implan
maksilofasial ekstra oral dilakukan dengan menggunakan material pengganti buatan untuk
merekonstruksi regio maksila, mandibula dan wajah yang cacat. Bahan yang digunakan
untuk implan maksilofasial ekstra oral diperlukan syarat: (1) kecocokan (match) warna dan

Universitas Gadjah Mada

tekstur dari pasien, (2) Sifat mekanik dan stabilitas kimiawi yaitu material tidak mengalami:
creep, perubahan warna, mengiritasi kulit, (3) mudah dalam penanganannya.
4.8. Komposisi Bahan Maksilofasial
Bahan-bahan untuk implan maksilofasial ekstra oral meliputi:

kopolimer vinil khlorida dan vinil asetat (5-20% asetat) polimeti 1 metakrilat

silicon - karet poliuretan Implan maksilofasial intra oral digunakan untuk reparasi
maksila, madibula
dan tulang wajah yang cacat. Persyaratan material yang digunakan untuk implan
maksilofasial intra oral serupa dengan bahan yang digunakan untuk implan maksilofasial
ekstra oral.
Bahan-bahan untuk implan maksilofasial intra oral menggunakan material logam
misalnya:
- tantalum
- titanium
- CoCr aloi
Khusus untuk jaringan lunak seperti gusi dan dagu digunakan polimer seperti karet
silicon, polimetilmetakrilat sebagai bahan pengisi (subal jw).

Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai