Bismillah Kelainan Mammae
Bismillah Kelainan Mammae
KELAINAN MAMMAE
Pembimbing:
dr. H. Yuswardi, Sp, B, FinaCs, MH. Kes
Disusun oleh:
Ai Irma Nurmalasari
Irfa Irawati
M Ilham Rafiudin
Suwanda Hendrawan
Nudiya Azimah
Clara Junita
Agnes Hermawan
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini
dengan judul FIBROADENOMA MAMMAE
Terwujudnya tugas laporan kasus ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Yth. Dr. Yuswardi Sp.B MH.Kes FinaCS selaku pembimbing
Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi
Allah SWT sebagai amal ibadah, Aamiin.
Penulis menyadari bahwa tugas laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin
: Nn. S
Usia
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sukaraja
Tanggal masuk RS
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang ke poli klinik dengan keluhan terdapat benjolan
pada payudara sebelah kanan, pasien tersadar ketika sedang
mandi dan menyentuh benjolan tersebut, pada awalnya
benjolan tidak terasa nyeri, namun menjadi nyeri ketika
pasien sedang menstruasi. Benjolan bermula kecil sebesar
biji kacang hijau namun membesar, sekarang benjolan
berukuran sebesar biji jagung. Tidak ada keluhan yang
diderita, tidak ada keluhan keluar cairan dari putting susu
penderita. Tidak ada gangguan menstruasi
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Pengobatan
Riwayat Alergi
: tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
: Komposmentis
Tanda-tanda Vital
Status Generalis
Kepala
: Normocephal
Mata
Paru-paru
Jantung
Abdomen
: NTE +
Ektremitas
: Edema -/-
Status Lokalis
Pemeriksaan Payudara
Inspeksi
mamae tidak ada, kedua payudara simetris, tidak Nampak adanya masa, cekungan atau
dimpling tidak ada, retraksi atau papilla mamme cekung tidak ada, discharge tidak ada
Palpasi
dextra, konsistensinya kenyal, permukaannya licin, tidak berbenjol benjol, berbatas tegas,
tidak menyatu dengan jaringan sekitar, mobile, nyeri tekan (-). Tidak teraba masa pada
mammae Sinistra
Resume
Os dating dengan keluhan benjolan pada mammae dextra sejak 4 bulan SMRS ,
bertambah besar dan nyeri ketika menstruasi, benjolan dengan ukuran 2x2 cm berjumlah 1,
dengan konsistensi kenyal, berbatas tegas, permukaannya licin, tidak berbenjol benjol,
tidak menyatu dengan jaringan sekitar, mobile, nyeri tekan (-). Tidak teraba masa pada
mammae Sinistra
Rencana Tindakan : Biopsi Eksisi
Prognosis
: Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR MAMMAE
2.1
ANATOMI
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral atasnya,
jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau
ekor payudara. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masingmasing mempunyai saluran ke papila mamma, yang disebut duktus laktiferus. Di antara
kelenjar susu dan facia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin
terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut
ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari
a.mamaria interna, a.torakalis lateralis, yang bercabang dari a. aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Persarafan kulit payudara diurus
oleh
cabang
pleksus
servikalis
dan
n.interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati
rasa pascabedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang
mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medialis lengan atas. Pada diseksi aksila,
saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah
tersebut. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
2.2
FISIOLOGI
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
8
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu,
pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
haid mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi,
dan tumbuh duktus baru. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
2.3
PEMERIKSAAN FISIK
mudah ditemukan. Perabaan aksila pun agaknya lebih mudah pada posisi duduk.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya pengeluaran cairan,
darah, atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting selalu harus dibanding kan.
Pengeluaran cairan dari puting payudara di luar masa laktasi dapat disebabkan oleh
berbagai kelainan, seperti karsinoma, papiloma, di salah satu duktus, dan kelainan yang
disertai ektasia duktus. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Enam langkah pemeriksaan payudara untuk deteksi karsinoma
mamma
2.
3.
4.
5.
Palpasi ketiak
6.
10
bukan tumor ganas. Nyeri yang hebat dan berulang atau penderita yang khawatir dapat
menjadi indikasi eksisi untuk meyakinkan penderita. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Beberapa bentuk kelainan fibrokistik mengandung resiko untuk berkembang
menjadi karsinoma payudara, tetapi umumnya tidak demikian. (Sjamsuhidajat & Jong,
2005)
Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita
muda. Setelah menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma teraba
sebagai benjolan bulat atau berbenjol benjol, dengan simpai licin dan konsistensi kenyal
padat. Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan.
Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan. Kadang
kadang fibroadenoma tumbuh multiple. Pada masa adolesens, fibroadenoma bisa terdapat
dalam ukuran yang lebih besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan
laktasi atau menjelang menopause, saat rangsangan esterogen meninggi. (Sjamsuhidajat &
Jong, 2005)
Fibroadenoma harus di ekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus membesar.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Tumor Filoides
Tumor illoides (sistosarkoma filoides) merupakan suatu neoplasma jinak yang
bersifat menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat
dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tetapi
kebanyakan pads usia sekitar 45 tahun. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
11
Penanggulangan terhadap tumor tersebut adalah eksisi luas. Jika tumor sudah
besar, biasanya perlu dilakukan mastektomi simpleks. Bila tumor ternyata ganas, harus
dilakukan mastektomi radikal walaupun mungkin bermetastasis secara hematogen seperti
sarkoma. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Papiloma Intraduktus
Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola
mamma ini memberikan gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Adenosis Sklerosis
Secara klinis, adenosis sklerosis teraba seperti kelainan fibrokistik, tetapi secara
histopatologik tampak proliferasi jinak sehingga ahli patologi sering terkecoh, mengira
suatu karsinoma. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Nekrosis Lemak
12
Nekrosis lemak biasanya disebabkan oleh cedera berupa massa keras yang sering
agak nyeri, tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya biasanya
tidak rata. Secara klinis, kelainan ini sukar dibedakan dengan karsinoma. Secara
histopatologik terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian jadi fibrosis.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
13
Dapat dicatat bahwa faktor etiologinya sampai saat ini faktor etiologinya belum diketahui
pasti, namun dapat dicatat pula bahwa penyebab itu sangat mungkin multifaktorial yang
saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain: (Reksoprodjo, 1995)
1. Konstitusi genetika
Ini berdasarkan:
a. Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker payudara
daripada keluarga lain.
b. Adanya distribusi predileksi antar bangsa atau suku bangsa.
c. Pada kembar monozygote; terdapat kanker yang sama.
d. Terdapat persamaan lateralitas kanker buah dada pada keluarga dekat dari penderita
kanker buah dada.
e. Seorang dengan klinefelter akan mendapat kemungkinan 66 kali pria normal.
2. Pengaruh hormon
a. Kanker payudara umumnya pada wanita, pada laki laki kemungkinan ini sangat
rendah.
b. Pada usia di atas 35 tahun insidensnya jauh lebih tinggi.
c. Ternyata pengobatan hormonal banyak yang memberikan hasil pada kanker
payudara lanjut.
3. Virogen
Terbukti pada penelitian pada kera, pada manusia belum terbukti.
4. Makanan
14
Tingkat Penyebaran
Kanker payudara sebagian besar mulai berkembang di duktus, setelah itu baru
menembus ke parenkim. Lima belas sampai empat puluh persen karsinoma payudara
15
II
T2 N1 M0
65
III T0-2 N2 M0
40
T3 N1-2 M0
(kanker lanjut dan penyebaran ke kelenjar
lanjut, tetapi semuanya terbatas di
lokoregional)
10
16
reseptor estrogen yang bila positif lebih baik. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Persentase ketahanan hidup lima tahun ditentukan pada penderita yang
diobati lengkap. Pada tingkat I ternyata 15% meninggal dunia karena penentuan
TNM dilakukan secara klinik, yang berarti metastasis kecil dan metastasis mikro
tidak dapat ditemukan. Pada 85% orang yang hidup setelah lima tahun, tentu termasuh
penderita yang tidak sembuh dan menerima penanganan karena kambuhnya penyakit
atau karena. metastasis. Demikian juga pada mereka dengan tingkat penyebaran II-IV.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke dokter. Benjolan
ganas yang kecil sukar dibedakan dengan bejolan tumor jinak, tetapi kadang dapat
diraba benjolan ganas yang melekat pada jaringan sekitarnya. Bila tumor telah besar,
perlekatan lebih jelas. Konsistensi kelainan ganas biasanya keras. Pengeluaran cairan
dari putting biasanya mengarah ke papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan
nyeri lebih mengarah ke kelainan fibrokistik. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Klasifikasi TNM pada tumor ganas adalah standar global untuk stadium kanker:
(UICC - International Union Against Cancer, 2009)
T = Tumor utama
M=Metastase jauh
17
N
NX
N0
N1
N2
N3
M
M
sekitarnya
Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
X
M0
M1
Keterangan:
Lekukan pada kulit, retraksi papilla, atau perubahan lain pada kulit, kecuali yang
terdapat pada T4, bisa terdapat pada T1, T2, atau T3 tanpa mengubah klasifikasi.
Dinding toraks adalah iga, otot interkostal, dan m. serratus anterior, tanpa otot pektoralis.
18
Otak
Pleura
Paru
Hati
paresis, parestesia
Efusi, sesak nafas
Biasanya tanpa gejala
Kadang tanpa gejala
Massa, ikterus obstruktif
Tulang
-
Tengkorak
Vertebrae
Iga
Tulang panjang
Benjolan payudara
19
yang keras
kenyal
lunak
bercawak
benjolan kelihatan
kulit jeruk
kemerahan
tukak
Kelainan puting/areola
-
retraksi
inversi baru
eksema
Keluarnya cairan
-
seperti susu
jernih
hijau
hemoragik
kelainan fibrokistik
lipoma
normal
(peri) menopause
Pelebaran duktus
Kelainan fibrokistik
Karsinoma
Papiloma intraduktus
20
Pemeriksaan Penunjang
Dengan mammografi dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun. Tanda berupa
mikrokalsifikasi tidak khas untuk kanker. Bila secara klinis dicurigai ada tumor dan pada
mammografi tidak ditemukan apa apa, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsy
sebab sering karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya, jika mammogram
positif dan secara klinis tidak teraba tumor, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pungsi
atau biopsy di tempat yang ditunjukkan oleh foto tersebut. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Indikasi mammografi: (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
1. Evaluasi benjolan yang diragukan atau perubahan samar di payudara
2. Mamma kontralateral jika (pernah) ada kanker payudara
3. Mencari karsinoma primer jika ada metastasis sedangkan sumbernya tidak diketahui
4. Penapisan karsinoma mamma pada resiko tinggi
5. Penapisan sebelum tindak bedah plastik atau kosmetik
Hanya dengan pemeriksaan histology. Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan cara:
(Reksoprodjo, 1995)
1. Eksisional biopsy, kemudian diperiksa potong beku atau kasus kasus yang
diperkirakan masih operabel/stadium dini.
2. Insisional biopsy; cara ini untuk kasus kasus ganas yang sudah inoperabel/lanjut.
Ultrasonografi berguna terutama untuk menentukan adanya kista: kadang tampak kista
sebesar 1 2 cm. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Cara lain yaitu dengan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy). Suatu pemeriksaan
sitopatologi. Cara ini memerlukan keahlian khusus dalam pembacaan dan ketepatan di
dalam mengambil aspiratnya. Ketepatan hasil FNAB cukup tinggi di tangan yang ahli (ahli
sitopatologi) dan tepat cara pengambilannya. (Reksoprodjo, 1995)
21
Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal karena hasil
positif palsu selalu dapat terjadi, sementara hasil negatif palsu sering terjadi.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Sediaan jaringan untuk pemeriksaan histologik dapat diperoleh secara pungsi jarum
besar yang menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup untuk pemeriksaan termasuk
teknik biokimia. Biopsi secara ini, yang biasa disebut core biopsy, dapat digunakan untuk
biopsi kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada foto mamma. (Sjamsuhidajat
& Jong, 2005)
Terapi
Sebelum merencanakan terapi karsinoma mamma, diagnosa klinis dan histopatologik
serta tingkat penyebarannya harus dipastikan dahulu. Diagnosa klinis harus sama dengan
diagnosa histopatologik. Bila keduanya berbeda, harus ditentukan yang mana yang keliru.
Atas dasar diagnosa tersebut, termasuk tingkat penyebaran penyakit, disusunlah rencana
terapi dengan mempertimbangkan manfaat dan mudarat setiap tindakan yang akan
diambil. Bila bertujuan kuratif, tindakan radikal yang berkonsekuensi mutilasi harus
dikerjakan demi kesembuhan. Akan tetapi, bila tindakannya paliatif, alasan nonkuratif
menentukan terapi yang dipilih. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Bagan Penanganan Benjolan di Mammae
22
dan penyebarannya di kelenjar limf dapat dikeluarkan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Bedah radikal menurut Halsted meliputi pengangkatan payudara dengan sebagian
besar kulitnya, m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, dan semua kelenjar ketiak
sekaligus. Pembedahan ini merupakan pembedahan baku sejak permulaan abad ke-20
hingga tahun lima puluhan. Setelah tahun enam puluhan biasanya dilakukan operasi
radikal yang dimodifikasi oleh Patey. Pada operasi ini, m.pektoralis mayor dan
m.pektoralis minor dipertahankan jika tumor mamma jelas bebas dari otot tersebut.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Sekarang, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan mempertahankan
payudara. Bedah konservatif ini selalu ditambah diseksi kelenjar aksila dan radioterapi
pada (sisa) payudara tersebut. Tiga tindakan tersebut merupakan satu paket terapi yang
harus dilaksanakan serentak. Secara singkat paket tindakan tersebut disebut "terapi dengan
mempertahankan payudara". Syarat mutlak untuk operasi ini adalah tumor merupakan
tumor kecil dan tersedia sarana radioterapi yang khusus (megavolt) untuk penyinaran.
Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara dart jaringan
tumor yang tertinggal atau dart sarang tumor lain (karsinoma multisentrik). (Sjamsuhidajat
& Jong, 2005)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada saat terakhir biasanya dilakukan
bedah radikal yang dimodifikasi (Patey). Bila ada kemungkinan dan tersedia sarang
penyinaran pascabedah, dianjurkan terapi yang mempertahankan payudara, yaitu berupa
lumpektomi luas, segmentektomi, atau kuadrantektomi dengan diseksi kelenjar aksila,
yaitu terapi kuratif dengan mempertahankan payudara. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Bila dilakukan pengangkatan mamma, pertimbangkan kemungkinan rekonstruksi
mamma dengan implantasi prostesis atau cangkok flap muskulokutan. Implantasi prostesis
atau rekonstruksi mamma secara cangkok dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif
24
terapi paliatif. Radioterapi kuratif sebagai terapi tunggal lokoregional tidak begitu efektif,
tetapi sebagai terapi tambahan untuk tujuan kuratif pada tumor yang relatif besar berguna.
Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor
sudah tak mampu-angkat secara lokal. Tumor disebut tak mampu-angkat bila mencapai
tingkat T4, misalnya ada perlekatan pada dinding toraks atau kulit. Pada penyebaran di luar
daerah lokoregional, yaitu di luar kawasan payudara dan ketiak, beclah payudara
tidak berguna karena penderita tidak dapat sembuh. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supraklavikula diradiasi. Akan
tetapi, penyulitnya adalah pembengkakan lengan karena limfudem akibat rusaknya kelenjar
ketiak supraklavikula. Jadi, radiasi harus dipertimbangkan pada karsinoma mamma yang
tak mampuangkat atau jika ada metastasis. Kadang masih dapat dipikirkan amputasi
mamma setelah tumor mengecil oleh radiasi. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Kemoterapi. Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila
ada penyebaran sistemik, dan sebagai terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan diberikan
kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pascabedah mastektomi ditemukan
metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Tujuannya adalah menghancurkan
mikrometastasis yang biasanya terdapat pada pasien yang kelenjar aksilanya sudah
mengandung metastasis. Obat yang diberikan adalah kombinasi siklofosfamid,
metotreksat, dan 5-fluorourasil (CMF) selama enam bulan pada perempuan usia
pramenopause, sedangkan kepada yang pascamenopause diberikan terapi ajuvan hormonal
berupa pil antiestrogen. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Kemoterapi paliatif dapat diberikan kepada pasien yang telah menderita metastasis
sistemik. Obat yang dipakai secara kombinasi, antara lain CMF (lihat di atas) atau
vinkristin dan adriamisin (VA), atau 5-fluorourasil, adriamisin (adriablastin), dan
siklofosfamid (PAC). (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
26
mamma
pada
kehamilan.
Prognosis
kanker payudara
ditemukan oleh stadium penyakit ketika mulai ditangani dan bukan oleh ada tidaknya
kehamilan. Oleh karena mamma membesar sewaktu hamil, diagnosis mungkin tertunda
sebab tumor kecil sukar diraba. Akan tetapi, pertumbuhan dan perkembangannya tidak
dipercepat atau diperlambat oleh kehamilan.
Pemeriksaan ekografi mamma untuk menyingkirkan kemungkinan kista dapat dilakukan.
Mammografi pun dapat dibuat asal dipakai sarana canggih untuk melindungi janin
dari sinar r6ntgen walaupun mammogram umumnya sukar dinilai karena densitas
mamma besar pada kehamilan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
27
nyeri, yang disebut mastitis karsinomatosa, prognosisnya amat buruk. Jika dilakukan radiasi
sinar ortovolt, bagian yang meradang akan membasah dan nyeri sekali sehingga mengganggu
kehidupan pasien. Kemoterapi kombinasi yang diikuti radiasi dapat memberikan efek paliasi
yang lumayan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Karsinoma mamma pada wanita lanjut usia pada pokoknya sama dengan penderita
lebih muda. Kemoterapi pada orang yang tua sekali biasanya dibatasi berhubungan dengan
cadangan faal hati, ginjal, dan jantung. Dari segi kosmetik tentu pertimbangan jenis dan cara
terapi tidak berbeda dengan wanita umur lebih muda. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Reaksi psikologis yang cukup besar bisa ditemukan pada penderita kanker payudara.
Biasanya mereka khawatir tentang dua hal, yakni prognosis penyakitnya dan kehilangan
payudara. Penjelasan teliti tentang prognosis, kemungkinan sembuh, dan cara penanganan
sangat diperlukan. Penderita harus mengetahui rencana terapi. Peranan keluarga, terutama
suami amatlah penting. Cacat mastektomi sangat berat dirasakan oleh penderita. Suamilah
yang harus sadar akan perannya dan harus mendampingi isterinya. Dari pihak dokter atau perawat
diharapkan petunjuk untuk memperoleh prostesis mamma yang memadai. (Sjamsuhidajat
& Jong, 2005)
Pencegahan
Mencegah karsinoma mamma dapat dimulai dari menghindarkan faktor penyebab,
kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan pengobatan kuratif.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) oleh seorang wanita sebulan sekali sekitar hari ke-8
menstruasi dapat dianjurkan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Sebaiknya SADARI dikerjakan setelah menstruasi, yaitu hari ke 7 10 dari hari
menstruasi pertama; karena saat ini pengaruh hormonal esterogen dan progesteron sangat
rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu dalam keadaan tidak udem/tidak
membengkak sehingga lebih mudah meraba adanya tumor atau kelainan. Dilakukan waktu
29
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, Win de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah ed.2. EGC. Jakarta : 2005.
Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. ed. IV. Jakarta: FKUI. 2006.
Beers, Mark H., dkk. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy. ed. XVIII. New
Jersey: Merck Research Laboratories. 2006
Lukitto Pisi, Priosodewo Monty. Penuntun Diagnosis dan Tindakan Terapi Tumor Ganas.
Sagung seto. Bandung : 2009.
31
32