Jurnal TB
Jurnal TB
Abstract
Pulmonary TB is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. WHO
reported 530.000 cases of pulmonary TB (+) with the death of 101.000 in Indonesia each
year. The high prevalence of pulmonary TB in the world, especially in Indonesia, may
raise problems of depression. This study aimed to idetinfiying the influence of the length
of sufering Tb paru to the level of the depression. This study use correlational method
with cross sectional approach. There were 30 samples collected in Puskesmas
Sumbersari by using consecutive sampling technique. The result showed that there was
a correlation between the length of suffering pulmonary TB and level of depression of
patients in Sumbersari Primary Healthcare Kabupaten Jember.
Keywords: Pulmonary Tuberculosis, Depression
Abstrak
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Data WHO menunjukkan bahwa di Indonesia setiap tahun
ditemukan 539.000 kasus baru TB BTA positif dengan kematian 101.000 jiwa. Banyaknya
angka kejadian dari penyakit TB paru di dunia khususnya Indonesia, akan timbul
berbagai macam permasalahan yang dapat menimbulkan potensi munculnya depresi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lamanya menderita TB paru terhadap
tingkat depresi. Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Sampel berjumlah 30 responden yang diambil menggunakan teknik
pengambilan data consecutive sampling di Puskesmas Sumbersari Kab. Jember. Dari
hasil penelitian berdasarkan hasil uji statistik Spearman menunjukkan bahwa terdapat
hubungan lama menderita Tuberkulosis paru dengan tingkat depresi pada pasien di
Puskesmas Sumbersari Kab. Jember.
Kata kunci: Tuberkulosis paru, Depresi
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. TB Paru adalah
penyakit yang dapat menular melalui udara
(airborne disease). Kuman TB menular melalui
e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif.
Dengan
desain
penelitian
korelasional dan pendekatan cross sectional
serta menggunakan teknik pengumpulan data
dengan metode survei
(sugiyono, 2013).
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien dengan diagnosis Tuberkulosis
paru
yang melakukan pengobatan di
Puskesmas Sumbersari Kab. Jember. Besar
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 30 orang dari seluruh pasien dengan
e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun
Hasil Penelitian
Hasil
penelitian
menunjukkan
karakteristik
distribusi data umum pasien
terhadap variabel adalah seperti yang terlihat
pada tabel berikut:
Tabel 1. Distribusi Data Umum Responden
menurut Lama Menderita TB Paru
L a m a M e n d e r it a T B p a r u
4 - 6 b u la n 7 -9 b u la n 1 0 -1 2
b u la n
D is tr ib u s i U m u m
1 -3 b u la n
U S IA
2 0 -3 0 th
3 1 -4 0 th
4 1 -5 0 th
5 1 -6 0 th
6 1 -7 0 th
P e re m p u a n
L a k i-la k i
2
1
2
0
3
4
4
SD
SM P
SM A
PT
0
1 ( 3 ,3 % )
1 ( 3 ,3 % )
6 (20 % )
1 (3 ,3 % )
0
3 (1 0 % )
Pegaw ai
s w a s ta
W ira s w a s ta
P e n s iu n a n
PNS
B e lu m
k a w in
K a w in
J E N IS
K E L A M IN
T IN G K A T
P E N D ID IK A N
PE K E R JA A N
STA TU S
P E R N IK A H A N
( 6 ,7 % )
( 3 ,3 % )
( 6 ,7 % )
(10 % )
( 1 3 ,3 % )
( 1 3 ,3 % )
2 (6 ,7 % )
5 ( 1 6 ,7 % )
2
1
1
5
(6 ,7 % )
(3 ,3 % )
(3 ,3 % )
( 1 6 ,7 % )
6 (2 0 % )
1
2
3
0
1
4
3
( 3 ,3 % )
( 6 ,7 % )
(10 % )
( 3 ,3 % )
( 1 3 ,3 % )
(10 % )
0
0
1
2
1
1
3
T o ta l
5 ( 1 6 ,7 % )
8 (2 6 ,7 % )
( 3 ,3 % )
( 6 ,7 % )
( 3 ,3 % )
( 3 ,3 % )
(10 % )
8 ( 2 6 ,7 % )
3 (1 0 % )
6 (2 0 % )
1 4 ( 4 6 ,7 % )
16
(3 3 ,3 % )
2 ( 6 ,7 % )
0
2 ( 6 ,7 % )
0
7 ( 2 3 ,3 % )
1 (3 ,3 % )
9 (3 0 % )
7 ( 2 3 ,3 % )
4 ( 1 3 ,3 % )
0
3 (10 % )
0
1 ( 3 ,3 % )
3 (1 0 % )
1 ( 3 ,3 % )
5 ( 1 6 ,7 % )
2 ( 6 ,7 % )
4 (1 3 ,3 % )
6 (2 0 % )
4 ( 1 3 ,3 % )
16
(5 3 ,3 % )
3 (10 % )
2 ( 6 ,7 % )
2 ( 6 ,7 % )
1 (3 ,3 % )
3 (1 0 % )
1 (3 ,3 % )
0
0
0
0
0
0
4 ( 1 3 ,3 % )
5 ( 1 6 ,7 % )
3 (1 0 % )
6 (20 % )
10
( 3 3 ,3 % )
7 ( 2 3 ,3 % )
4 ( 1 3 ,3 % )
2 7 (9 0 % )
13
(4 3 ,3 % )
J e n is
K e la m in
T in g k a t
P e n d id ik a n
P e k e rja a n
S ta tu s
P e r n ik a h a n
2 0 -3 0 th
3 1 -4 0 th
4 1 -5 0 th
5 1 -6 0 th
6 1 -7 0 th
P e re m p u a n
L a k i-la k i
SD
SM P
SM A
PT
Pegaw ai
s w a s ta
W ira sw a sta
P e n s iu n a n
PNS
B e lu m k a w in
K a w in
N orm al
0
0
2
0
0
1
1
0
0
2
0
0
( 6 ,7 % )
( 3 ,3 % )
( 3 ,3 % )
( 6 ,7 % )
2 ( 6 ,7 % )
0
0
0
2 ( 6 ,7 % )
T in g k a t D e p r e s i
R in g a n
1
2
2
2
2
6
3
5
0
2
2
0
(3 ,3 % )
(6 ,7 % )
(6 ,7 % )
(6 ,7 % )
(6 ,7 % )
(2 0 % )
(1 0 % )
( 1 6 ,7 % )
T o ta l
S ed an g
4 ( 1 3 ,3 % )
5 ( 1 6 ,7 % )
6 (2 0 % )
8 ( 2 6 ,7 % )
8 ( 2 6 ,7 % )
4
1
4
7
( 1 3 ,3 % )
(3 ,3 % )
( 1 3 ,3 % )
( 2 3 ,3 % )
3 (1 0 % )
6 (2 0 % )
1 4 ( 4 6 ,7 % )
1 2 (4 0 % )
1 6 ( 5 3 ,3 % )
2 (6 ,7 % )
1 (3 ,3 % )
5 ( 1 6 ,7 % )
7 ( 2 3 ,3 % )
1 ( 3 ,3 % )
9 (3 0 % )
1 1 ( 3 6 ,7 % )
1 3 ( 4 3 ,4 % )
5 ( 1 6 ,7 % )
5 ( 1 6 ,7 % )
7 ( 2 3 ,3 % )
7 ( 2 3 ,3 % )
1 6 ( 5 3 ,3 % )
1
1
1
8
3 (1 0 % )
4 ( 1 3 ,3 % )
2 (6 ,7 % )
4 ( 1 3 ,3 % )
5 ( 1 6 ,7 % )
3 (1 0 % )
1 7 ( 5 6 ,7 % )
2 7 (9 0 % )
(6 ,7 % )
(6 ,7 % )
(3 ,3 % )
(3 ,3 % )
(3 ,3 % )
( 2 6 ,7 % )
Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap
30 responden di Puskesmas Sumbersari
Kabupaten Jember pada tanggal 12- 25 Agustus
2014 menunjukkan bahwa responden yang
menderita TB Paru laki-laki lebih banyak
mengalami depresi daripada perempuan. Lakilaki memiliki kemungkinan besar untuk
mengalami depresi pada saat menderita
penyakit Tuberkulosis Paru. Kondisi depresi
tersebut dikarenakan menurunnya kemampuan
individu untuk bekerja dan berhubungan dengan
masyarakat [8].
Berdasarkan kategori umur didapatkan
bahwa mayoritas penderita TB Paru adalah
rentang 31-50 tahun. Pada penelitian ini juga
ditemukan bahwa usia 31-40 cenderung
mengalami depresi sedang yaitu sebanyak 6
orang (20%).
Laki-laki pada usia produktif
cenderung memiliki semangat tinggi untuk
bekerja keras. Sehingga pada umumnya laki-laki
usia produktif 30-55 tahun rentan mengalami
penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga
mudah terkena penyakit [9].
Apabila seseorang mengidap penyakit
kronis termasuk TB paru, maka akan mengalami
penurunan sistem imun. Terdapat hubungan
antara stres dan sistem imun. Apabila
seseorang mengalami stres, akan terjadi
ketidak seimbangan hormon, yang mana akan
menimbulkan perubahan fungsional berbagai
organ lain. Beberapa peneliti membuktikan stres
telah menyebabkan perubahan neurotransmitter
neurohormonal melalui berbagai aksis seperti
HPA (Hypothalamic-Pituitary Adrenal Axis), HPT
(Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis) dan HPO
(Hypothalamic-Pituitary-Ovarial Axis). Di sini,
sistem imun sendiri menerima sinyal dari otak
dan sistem neuroendokrin melalui sistem saraf
autonom dan hormon, sebaliknya dia juga
mengirim informasi ke otak lewat sitokin. [10].
Penderita
TB
Paru
sebaiknya
mewaspadai depresi. Penyakit TB Paru dapat
mempengaruhi
keseimbangan
sistem
monoamine di otak. Ini adalah suatu sistem
yang mengatur kerja neurotransmitter di otak
yang bernama dopamin, serotonin dan
norephinephrine. Ketidakseimbangan serotonin
dalam otak inilah yang dapat membuat pasien
Tuberkulosis paru menjadi sangat rentan
terhadap depresi.
Berdasarkan tingkat depresi yang
diderita, didapatkan sebanyak 19 responden
(63,3 %) mengalami depresi sedang, 9
Daftar Pustaka
[1] Riskiyani, Syam, dan Rachman. Dukungan
Sosial Penderita Tuberkulosis Paru di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Ajangale
Kabupaten Bone. Makassar: Bagian PKIP
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hassanudin; 2013.
[2] Tirtana, B. T. & Musrichan. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Keberhasilan
Pengobatan Pada Pasien Tuberkulosis Paru
dengan Resistensi Obat Tuberkulosis di
Semarang: